Anda di halaman 1dari 17

Perencanaan Perkotaan dan Permukiman

Setiap perencanaan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada sehingga
nantinya kota tersebut akan mempunyai karateristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani dalam
bukunya “urban design process”, terdapat 8 macam elemen yang membentuk sebuah kota
(terutama pusat kota), yakni Tata guna lahan (land use), Bentuk dan kelompok bangunan
(building form and mass building), Ruang terbuka (open space), Parkir dan sirkulasi (parking
and circulation), Tanda-tanda (signages), Jalur pejalan kaki (pedestrian ways), Pendukung
kegiatan (activity support), dan Preservasi (preservation).

A. Tata Guna Lahan (Land Use)

Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah peruntukan lahan sebuah
kota. Ruang-ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di tempat-tempat sesuai dengan
fungsi bangunan tersebut. Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah
pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan
fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah
pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. Sebagai contoh, di dalam sebuah kawasan
industri akan terdapat berbagai macam bangunan industri atau di dalam kawasan perekonomian
akan terdapat berbagai macam pertokoan atau pula di dalam kawasan pemerintahan akan
memiliki bangunan perkantoran pemerintah. Kebijaksanaan tata guna lahan juga membentuk
hubungan antara sirkulasi/parkir dan kepadatan aktivitas/penggunaan individual. Hamid
shirvani menyarankan suatu perencanaan fungsi bersifat campuran (Mix Use), sehingga akan
terjadi kegiatan 24 jam perhari, dan meningkatkan system infrastruktur suatu kota.

B. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan
yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa (banyak
bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa seperti
ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya
harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit -
horizon (skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai).
Bentuk dan massa bangunan dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan
bangunan, yaitu:
1. Ketinggian bangunan
2. Kepejalan bangunan
3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
4. Koefisien Dasar Bangunan
5. Garis Sempadan Bangunan
6. Langgam
7. Skala
8. Material
9. Tekstur
10. Warna

C. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan
mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi
dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan
membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat
yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat
membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain sebagainya.

Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan
komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan.
Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha
yang sukses dalam perancangan kota

Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu:

1. Kelangsungan aktifitas komersial


2. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota.

Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan:

1. Keberadaan sturkturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan


2. Pendekatan program penggunaan berganda
3. Tempat parkir khusus
4. Tempat parkir di pinggiran kota
Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parker perancangan kota harus selalu
memperhatikan:

1. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra kawasan dan
aktifitas pada kawasan
2. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada pengguna dan membuat lingkungan yang
nyaman
3. Kerjasama dari sector kepemilikan privat dan public dalam mewujudkan tujuan dari
kawasan.

D. Ruang Terbuka (Open Space)

Elemen ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap. Elemen lansekap terdiri dari
elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar, patung, bebatuan dan sebagainya) serta elemen
lunak (softscape) berupa tanaman dan air. Ruang Terbuka (Open space) biasanya berupa
lapangan, jalan, sempadan, sungai, taman, makam, dan sebagainya. Dalam perencanaan open
space akan senantiasa terkait dengan perabot taman/jalan (street futniture) berupa lampu,
tempat sampah, papan nama, bangku taman, dan sebagainya.

Menurut S Gunardi (1974) dalam Yoshinobu Ashihara, ruang luar adalah ruang yang terjadi
dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dengan alam dengan member “frame”, jadi
bukan alam itu sendiri (yang dapat meluas tak terhingga). Elemen ruang terbuka kota
meliputilansekap, jalan, pedestrian, taman da ruang-ruang rekreasi. Langkah yang dapat
diambil dalam perancangan ruang terbuka:

1. Survey pada daerah yang direncanakan untuk menentukan kemampuan daerah tersebut
untuk berkembang.
2. Rencana jangkapanjang untuk mengoptimalkan potensi alami (natural) kawasan sebagai
ruang publik.
3. Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan menyediakan saran yang sesuai.
4. Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (open space circulation) mengarah pada
kebutuhan akan penataan yang manusiawi.

E. Area pejalan kaki (Pedestrian Ways)

Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata
kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan
rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang. Perubahan-perubahan
rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki
dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

1) Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial.

2) Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-ramb, lampu, tempat duduk, dan sebaginya.

Jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat untuk dapat digunakan dengan optimal dan
memberi kenyaman pada penggunanya. Syarat-syarat tersebut adalah:

1) Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor

2) Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan hambatan
kepadatan pejalan kaki.

3) Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-turun,
ruang yangsempit, dan penyerobotan fungsi lain.

4) Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan seperti:
taman, bangku, tempat sampah, dan lainnya.

f. Aktivitas pendukung (Activity support)

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung
ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri
khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya.
Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat
menggerakkan aktivitas. Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka
public, karea aktivitas da ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas
tidak hanya berupa saran pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga fungsi elem kota
yang dapat membangkitkanaktifitas seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan
sebaginya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support adalah:

1. Adanya koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang dirancang.


2. Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruag tertentu.
3. Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual.
4. Pengadaan fasilitas lingkungan.
5. Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran, bentuk dan lokasi dan fasilitas yang
menampung activity support yang bertitik tolak dari skala manusia.

F. Penanda (Signage)

Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan, sclupture,
dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan sangat mempengaruhi
visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro, jika jumlahnya cukup banyak dan memiliki
karakter yang berbeda. Sebagai contoh, jika banyak terdapat penandaan dan tidak diataur
perletakannya, maka akan dapat menutup fasad bangunan dibelakangnya. Dengan begitu visual
bangunan tersebut akan terganggu. Namun jika dilakukan penataan dengan baik, akan
kemungkinan penandaan tersebur dapat menambah keindahan visual bangunan dibelakangnya.
Oleh karena itu, pemasangan penandaan haruslah mampu menjaga keindahan visual bangunan
perkotaan. Dalam pemasangan penandaan harus memperhatikan pedoman teknis yaitu:

1. Penggunaan penandaan harus merefleksikan karakter kawasan.


2. Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar menjaminjarak
penglihatan dan menghindari kepadatan.
3. Penggunaan dan keberadaannya harus harmonis dengan bangunan arsitektur disekitar
lokasi.
4. Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali penggunaa khusus untuk theater dan tempat
pertunjukkan.
5. Pembatasn penandaan yang berukuran besar yang mendominir dilokasi pemandangan
kota.
6. Penandaan mempunyai pengaruh penting pada desain tata kota sehingga pengaturan
bentuk dan perletakan papan-papan petunjuk sebaiknya tidak menimbulkan pengaruh
visual negative dan tidak mengganggu rambu-rambu lalu lintas.

G. Preservasi

Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal
(permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai
ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya
preservasi antara lain:
1. Peningkatan nilai lahan.
2. Peningkatan nilai lingkungan.
3. Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial.
4. Menjaga identitas kawasan perkotaan.
5. Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi.
CONTOH KASUS 1

Jl. Masdulhak, Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara 20152

A. Tata guna lahan

Jl. Masdulhak merupakan jalan yg berada di pusat kota. Berdekatan langsung dengan Hermes
Palace medan menempatkan jalan ini menjadi pusat perumahan. Hamper di sepanjang jl.
Masdulhak ini dapat kita jumapi rumah – rumah elite milik warga. Selain itu jl. Masdulhak ini
juga menggunakan lahan mix use. Dimana percampuran antara perumahan dan komersial.
Komersial yg di maksud adalah seperti tempat spa, fast food chain, dan juga cafe/restaurant.
Oleh sebab itu di jl. Masdulhak ini dpt terjadi kegiatan 24 jam perhari.

B. Bentuk dan massa bangunan

Building form antara satu bangunan dengan bangunan lainnya di jalan ini cendurung sama.
Hampir seluruh bangunan memiliki massa yang besar dan ketinggian rata-rata bangunan
melebihi 8 M. yang membedakan tiap-tiap bangunan hanya dapat di lihat dari fasad
bangunannya sendiri. Untuk sekala, material, tekstur, dan warna dapat di katakana tidak terlalu
jauh berbeda. Tidak ada bangunan yg menggunakan warna-warna blok yg sangat berbeda,
ataupun menggunakan material yg berbeda jauh. Hampir seluruh bangunan berwarna earthtone
seperti coklat susu,coklat, abu- abu, dll.

C. Sirkulasi dan parkir

Untuk sirkulasi sendiri di jalan ini tidak terdapat tempat transit ataupun semacamnya. Hal ini
dikarenakan kawasan jalan ini yg merupakan kawasan rumah pribadi sehingga penggunanya
hanya 2, yaitu pemilik rumah itu sendiri ataupun warga lain yg hendak melewati Jl. Masdulhak
ini untuk menuju suatu tempat. Begitu pula dengan parkir, satu-satunya parkir yg terletak untuk
umum hanya parkir yg berada di bagian komersial (spa,fast food chain, dll). Sisanya (mayoritas)
merupakan parkiran yg terletak di dalam masing-masing rumah warga

D. Ruang terbuka

Elemen ruang terbuka keras yg terdapat berupa jalan dan trotoar. Sedangkan elem ruang terbuka
lunak yg tersedia adalah pepohonan yg terdapat di sepanjang jalan

E. Area pejalan kaki

Untuk area pejalan kaki sendiri di Jl. Masdulhak ini yg tersedia hanya berupa street furniture
seperti pohon-pohon, rambu, dan lampu-lampu.

F. Aktivitas Pendukung

Aktivitas pendukung di jalan Masdulhak sendiri tidak tersedia. Satu-satunya aktivitas


pendukung terdekat yg dpt di temui adalah Hermes Palace Medan (pusat perbelanjaan) yg
berletakan sangat dekat dgn jalan ini.

G. Penanda

Penanda pada jalan hanya berupa rambu-rambu lalu lintas dan beberapa media iklan. Di
karenakan jumlahnya yg sedikit hal ini berdampak positif karena tidak mengganggu visual
bangunan-bangunan yg ada

H. Preservasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan
dan Penilikan Jalan, preservasi/pemeliharaan jalan adalah kegiatan penanganan jalan, berupa
pencegahan, perawatan, dan perbaikan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi jalan
agar tetap berfungsi secara optimal melayani lalu lintas sehingga umur rencana yang ditetapkan
dapat tercapai. Preservasi jalan dilakukan untuk menjaga kondisi jalan dalam pelayanan standar
dan mantap. Kegiatan preservasi jalan terdiri dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan dan bangunan pelengkap jalan.
Data Survei

 Lokasi
Berlokasi di Jln. Masdulhak, Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara 20152
 Ukuran
- Lebar jalan antar rumah : 12 m2
- Lebar parit : 1 m
- Kedalaman parit : 1 m
 Peta

 Aktivitas Utama
Aktivitas yang dilakukan adalah jalan perlintasan dari jalan Monginsidi kearah jalan
Walikota. Terdapat banyak perumahan di sekitar jalan ini
 Demografi
Demografi merupakan ilmu yang memepelajari dinamika kependudukan manusia.
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk,serta bangaimana jumlah
penduduk berbah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, dan migrasi.
Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok
tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, dan etnisitas
tertentu. (Wikipedia)
Dikutip dari data Kependudukan Pemko Medan, jumlah penduduk di kecamatan Medan
Polonia sebesar 46.316 jiwa. Luasnya adalah 9,01 km² dan kepadatan penduduknya adalah 5.140,51
jiwa/km²
 Sosial
Pada saat ini, jalan Masdulhak tergolong sepi dikarenakan jalan ini tidak terlalu banyak
dilalui masyarakat dan juga mayoritas penghuni di rumah tersebut berprofesi sebagai pekerja
kantoran yang jarang berada di rumah.
 Budaya
Sebagaian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak, Tionghoa,
Minang, Aceh dan Jawa sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 20% saja
 Ekonomi
Rata-rata penghuni di Perumahan sekitar jalan Masdulhak memiliki kelas ekonomi
menengah ke atas.
 Teknologi
Akses utama dari jalan Monginsidi dengan kondisi jalan yang beraspal. Selain itu,
rumah di perumahan sekitar jalan ini merupakan bangunan 2 lantai.
CONTOH KASUS 2

Jl. Bunga Cempaka, Padang Bulan Selayang II, Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara
20131

A. Tata guna lahan

Jl. Bunga Cempaka merupakan jalan yg berada di perkotaan. Berdekatan dengan Universitas
Sumatera Utara menempatkan jalan ini menjadi pusat perumahan. Hampir di sepanjang jl.
Bunga Cempaka ini dapat kita jumpai rumah – rumah milik warga. Selain itu jl. Bunga
Cempaka ini juga menggunakan lahan mix use. Dimana percampuran antara perumahan dan
komersial. Komersial yg di maksud adalah seperti cafe/restaurant dan digunakan sebagai rumah
kos untuk mahasiswa.

B. Bentuk dan massa bangunan

Building form antara satu bangunan dengan bangunan lainnya di jalan ini cendurung sama.
Hampir seluruh bangunan memiliki massa yang besar dan ketinggian rata-rata bangunan
melebihi 5 meter yang membedakan tiap-tiap bangunan hanya dapat di lihat dari fasad
bangunannya sendiri. Untuk skala, material, tekstur, dan warna dapat di katakan tidak terlalu
jauh berbeda. Tidak ada bangunan yg menggunakan warna-warna blok yg sangat berbeda,
ataupun menggunakan material yg berbeda jauh.

C. Sirkulasi dan parkir


Untuk sirkulasi sendiri di jalan ini tidak terdapat tempat transit ataupun semacamnya. Hal ini
dikarenakan kawasan jalan ini yg merupakan kawasan rumah pribadi sehingga penggunanya
hanya 2, yaitu pemilik rumah itu sendiri ataupun warga lain yg hendak melewati jalan ini untuk
menuju suatu tempat. Begitu pula dengan parkir, satu-satunya parkir yg terletak untuk umum
hanya parkir yg berada di bagian komersial. Sisanya (mayoritas) merupakan parkiran yg
terletak di dalam masing-masing rumah warga

D. Ruang terbuka

Elemen ruang terbuka keras yg terdapat berupa jalan dan trotoar. Sedangkan elemen ruang
terbuka yang tersedia adalah pepohonan yg terdapat di sepanjang jalan

E. Area pejalan kaki

Tidak ada area khusus untuk pejalan kaki.

F. Aktivitas Pendukung

Aktivitas pendukung di jalan ini hanyalah café/restoran bagi mahasiswa atau umum.

G. Penanda

Karena bukan jalan inti, tidak terlalu banyak rambu lalu lintas yang dijumpai.

H. Preservasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan
dan Penilikan Jalan, preservasi/pemeliharaan jalan adalah kegiatan penanganan jalan, berupa
pencegahan, perawatan, dan perbaikan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi jalan
agar tetap berfungsi secara optimal melayani lalu lintas sehingga umur rencana yang ditetapkan
dapat tercapai. Preservasi jalan dilakukan untuk menjaga kondisi jalan dalam pelayanan standar
dan mantap. Kegiatan preservasi jalan terdiri dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan dan bangunan pelengkap jalan.
Data Survei

 Lokasi
Jl. Bunga Cempaka, Padang Bulan Selayang II, Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara
20131
 Ukuran
- Lebar jalan antar rumah : 7 m
- Lebar parit : 1 m
- Kedalaman parit : 1 m
 Peta

 Aktivitas Utama
Aktivitas yang dilakukan adalah jalan perlintasan dari jalan Setia Budi kearah jalan Jamin
Ginting. Terdapat banyak perumahan dan kos-kosan di sekitar jalan ini
 Demografi
Demografi merupakan ilmu yang memepelajari dinamika kependudukan manusia.
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk,serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, dan migrasi.
Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok
tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, dan etnisitas
tertentu. (Wikipedia)
Dikutip dari data Kependudukan Pemko Medan, jumlah penduduk di kecamatan Medan
Polonia sebesar 77.783 jiwa. Luasnya adalah 12,81 km² dan kepadatan penduduknya adalah 6.072,05
jiwa/km².
 Sosial
Pada saat ini, jalan Bunga Cempaka tergolong cukup ramai dikarenakan jalan ini
banyak dilalui masyarakat dan juga mayoritas penghuni di rumah tersebut berprofesi sebagai
pekerja kantoran dan mahasiswa
 Budaya
Penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak, Tionghoa, Minang, Aceh dan
Jawa serta Ambon juga sudah banyak, sedangkan suku asli Suku Melayu Deli dan batak Karo 60%
saja.Ekonomi
Rata-rata penghuni di Perumahan sekitar jalan Bunga Cempaka memiliki kelas ekonomi
menengah.
 Teknologi
Akses utama dari jalan Bunga Cempaka dengan kondisi jalan yang beraspal. Selain itu,
rumah di perumahan sekitar jalan ini merupakan bangunan 2 lantai.
LAPORAN HASIL SURVEY
Perumahan & Permukiman
KULDESAK DAN POLA DESA LINEAR

Disusun oleh :

1. Aulia Jessica Sinurat (160406071)


2. Annisa Salsabilla Sembiring (160406092)
3. Annisa Widhiyanti (160406093)
4. Agnes Nathania Tarigan (160406097)
5. Annisa Ersi Adlya (160406103)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018 / 2019

Anda mungkin juga menyukai