Anda di halaman 1dari 134

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Prehipertensi Pada
Usia Dewasa Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota
Sibolga Tahun 2017

Nababan, Lisandy Yunita

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1413
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PREHIPERTENSI PADA USIA DEWASA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PELABUHAN SAMBAS
KOTA SIBOLGA TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH :
LISANDY YUNITA NABABAN
NIM. 131000622

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PREHIPERTENSI PADA USIA DEWASA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PELABUHAN SAMBAS
KOTA SIBOLGA TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu


syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :
LISANDY YUNITA NABABAN
NIM. 131000622

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR


YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREHIPERTENSI PADA
USIA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELABUHAN
SAMBAS KOTA SIBOLGA TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau
sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018


Yang membuat pernyatan

Lisandy Yunita Nababan

i
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PREHIPERTENSI PADA USIA DEWASA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PELABUHAN SAMBAS
KOTA SIBOLGA TAHUN 2017

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh:

LISANDY YUNITA NABABAN


NIM : 131000622

Disahkan Oleh:
Komisi Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

drh. Rasmaliah, M.Kes Sri Novita Lubis, SKM, M.Kes


NIP. 195908181985032002 NIP. 198511302014042001

Medan, Januari 2018


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Uta
ra
Dekan

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si

ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Prehipertensi adalah tekanan darah yang berada pada interval 120-139 untuk
tekanan sistolik atau 80-89 mmHg untuk tekanan diastolik. Prehipertensi dianggap
sebagai titik awal dalam keberlanjutan hipertensi atau penyakit kardiovaskular
lainnya. Prehipertensi dan hipertensi merupakan kesatuan penyakit yang
disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian prehipertensi usia
dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 109 orang berumur 18-40 tahun
yang tidak menderita hipertensi, diambil dengan cara purposive sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, timbangan, meteran,
tensimeter, dan observasi langsung. Data univariat dianalisis secara deskriptif, data
bivariat dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan 95% CI, dan data
multivariat dianalisa dengan uji statistik regresi logistik ganda.
Hasil penelitian diperoleh prevalence rate prehipertensi pada usia dewasa
di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 adalah
49,5%. Ada hubungan yang bermakna antara umur (p=0,011), riwayat keluarga
yang menderita hipertensi (p=0,0001), obesitas (p=0,0001), dan asupan garam
(p=0,010) dengan kejadian prehipertensi, serta riwayat keluarga (Exp.B = 8,669)
sebagai faktor resiko yang paling dominan terhadap kejadian prehipertensi pada
usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun
2017.
Kepada masyarakat diharapkan untuk menjaga pola makan, meningkatkan
gaya hidup yang sehat, serta menghindari faktor-faktor risiko yang dapat
menyebabkan kejadian prehipertensi/hipertensi. Kepada pihak Puskesmas
diharapkan meningkatkan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga pola hidup
sehat dan menghindari faktor risiko yang dapat menyebabkan prehipertensi/
hipertensi.

Kata kunci : prehipertensi, faktor resiko, riwayat keluarga, obesitas, umur,


asupan garam

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Prehypertension is blood pressure at intervals of 120-139 mmHg for systolic


pressure or 80-89 mmHg for diastolic pressure. Prehypertension is considered as
a starting point in the sustainability of hypertension or other cardiovascular
diseases. Prehypertension and hypertension are diseases unit caused by various
risk factors. The purpose of this research is to determine the factors associated with
the incidence of prehypertension in adulthood in the working area of Sibolga
Pelabuhan Sambas Health Center in 2017.
This research was analytic study using cross-sectional design. The number
of sample was 109 person without hypertension in age of 18-40 years old, that took
by purposive sampling. The research instrument was questionnaire, tensionmeter,
weight and height measurer, and direct observation. The univarian data was
analyzed by descriptive test, bivarian data was analyzed by Chi-square test with
95% CI, and multivarian data was analyzed by Binary Logistic Regression test.
The result of this research shows that the proportion of prehypertension
prevalence in adulthood in the working area of Sibolga Pelabuhan Sambas Health
Center in 2017 was 49,5%. There was significant correlation between age
(p=0,011), family history (p = 0.0001), obesity (p = 0.0001), and salt intake (p =
0.010) with prehypertension, and family history (Exp.B = 8,669) as the most
dominant risk factor of prehypertension in adulthood in the working area of Sibolga
Pelabuhan Sambas Health Center in 2017.
To the public is expected to maintain the diet, to increase a healthy lifestyle,
and to avoid risk factors that can lead to prehypertension or hypertension. To the
Health Center is expected to increase counseling about the importance of
maintaining a healthy lifestyle and avoid risk factors that can lead to
prehypertension or hypertension.

Key words : prehypertension, risk factor, family history, obesity, age, salt intake

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, oleh karena

kasih karunia dan penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Prehipertensi

Pada Usia Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga Tahun 2017”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku

Dosen Penguji II Skripsi yang telah memberi saran kepada penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

4. drh. Rasmaliah, M.Kes dan Sri Novita Lubis, SKM, M.Kes selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
5. dr. Fazidah A. Siregar, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Penguji I Skripsi, terima

kasih untuk saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Taufik Ashar, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di FKM

USU.

7. Seluruh Dosen FKM USU dan Staf FKM USU yang telah memberikan ilmu,

bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti perkuliahan

di FKM USU.

8. Edwin S. Aritonang, SKM, MPH selaku Kepala Puskesmas Pelabuhan Sambas

Kota Sibolga yang telah memberikan izin kepada penulis, serta pegawai-

pegawai di bagian Poli Umum yang juga turut membantu dalam proses

pengumpulan data.

9. Orang tua penulis Lambas Nababan (Bapak) dan Tiurma Simatupang (Ibu),

serta saudara, ipar, dan keponakan penulis Lauren, Juan, Shalom, Lanna,

Sunggul, Lionel, Sharon, Hendra, Rona, Nobel, Mula, dan Lastria yang

senantiasa memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil bagi

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

10. KTB Theora Athalia & Annunciata Dominik (Franklin, Ratna, Veronika,

Asrina, Monalisa), Kelompok Kecil Jocella Carlise (Christin dan Karen),

Kelompok Kecil Godelava Crestella (Cindy, Ellysabeth, Inrika, Ria, Tri Siska),

rekan sekerja Koordinasi UKM POMK FKM USU 2017 (Rosnani, Mai

Debora, Tri Siska, Christin, Dewi, Maria Gesly, Fransiska, Desi, Bintang,

Betty, Karen, Monita), saudara Cempaka Bahagia (Rebekka,

vi
Universitas Sumatera Utara
Memori, Sari), teman biasa Richilapota (Meilita, Ratna, Mery, Marsela),

teman-teman PBL Simpang Tiga Pekan, dan teman-teman peminatan

Epidemiologi 2013 sebagai saudara dan komunitas iman penulis yang telah

banyak mendukung dan memberi semangat serta doa.

11. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak

membantu dan memberikan dukungan demi penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki dan

menyempurnakannya.

Medan, Januari 2018


Penulis

Lisandy Yunita Nababan

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...............................................i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................. iii
ABSTRACT.................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


11.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
11.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 5
11.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
11.3.1 ................................................................................................ Tujua
n Umum ..................................................................................... 5
11.3.2 ................................................................................................ Tujua
n Khusus .................................................................................... 5
11.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7


2.1 Pengertian ............................................................................................ 7
2.1.1 Tekanan Darah........................................................................... 7
2.1.2 Prehipertensi .............................................................................. 8
2.1.3 Hipertensi .................................................................................. 10
2.2 Klasifikasi Hipertensi .......................................................................... 12
2.2.1 Berdasarkan Etiologi .................................................................12
2.2.2 Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD ........................ 14
2.3 Gejala Klinis Hipertensi ...................................................................... 15
2.4 Komplikasi Hipertensi ......................................................................... 16
2.4.1 Gagal Jantung ............................................................................ 17
2.4.2 Diabetes Mellitus ....................................................................... 18
2.4.3 Gangguang Ginjal ...................................................................... 18
2.4.4 Stroke......................................................................................... 19
2.5 Epidemiologi Hipertensi ...................................................................... 20
2.5.1 Orang ......................................................................................... 20
2.5.2 Tempat ....................................................................................... 20
2.5.3 Waktu ........................................................................................ 21
2.6 Faktor Resiko Hipertensi ..................................................................... 22
2.6.1 Umur .......................................................................................... 22
2.6.2 Jenis Kelamin ............................................................................ 23
2.6.3 Riwayat Keluarga ...................................................................... 24
2.6.4 Obesitas ..................................................................................... 25
viii
Universitas Sumatera Utara
2.6.5 Asupan Garam ........................................................................... 25
2.6.6 Konsumsi Alkohol ..................................................................... 27
2.6.7 Kebiasaan Merokok ................................................................... 28
2.7 Pencegahan Hipertensi ........................................................................ 29
2.7.1 Non-Farmakologi ...................................................................... 29
2.7.2 Farmakologi ............................................................................... 31
2.8 Kerangka Konsep ................................................................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 35


3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 35
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian .............................................................. 35
3.2.1 Lokasi Penelitian ....................................................................... 35
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 35
3.3 Populasi Dan Sampel ........................................................................... 35
3.3.1 Populasi ..................................................................................... 35
3.3.2 Sampel ....................................................................................... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................37
3.4.1 Data Primer ................................................................................ 37
3.4.2 Data Sekunder ........................................................................... 38
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
3.5.1 Analisis Univariat ...................................................................... 38
3.5.2 Analisis Bivariat ........................................................................ 38
3.5.3 Analisis Multivariat ................................................................... 38
3.6 Definisi Operasional ............................................................................ 39
3.7 Aspek Pengukuran ............................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 43


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 43
4.1.1 Geografis ................................................................................... 43
4.1.2 Demorafi .................................................................................... 43
4.2 Analisis Univariat ................................................................................ 44
4.2.1 Kejadian Prehipertensi............................................................... 44
4.2.2 Deskripsi Karakteristik .............................................................. 44
4.2.3 Riwayat Keluarga Yang Menderita Hipertensi ......................... 46
4.2.4 Obesitas ..................................................................................... 47
4.2.5 Asupan Garam ........................................................................... 47
4.2.6 Konsumsi Alkohol ..................................................................... 47
4.2.7 Kebiasaan Merokok ................................................................... 48
4.3 Analisis Bivariat .................................................................................. 49
4.3.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Prehipertensi ...................... 49
4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Prehipertensi ......... 50
4.3.3 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Prehipertensi ............. 50
4.3.4 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Prehipertensi................ 51
4.3.5 Hubungan Status Perkawinan dengan Kejadian Prehipertensi .52
4.3.6 Hubungan Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi
dengan Kejadian Prehipertensi.................................................. 52

4.3.7 Hubungan Obesitas dengan Kejadian Prehipertensi.................. 53


4.3.8 Hubungan Asupan Garam dengan Kejadian Prehipertensi ....... 54
4.3.9 Hubungan Konsumsiix Alkohol dengan Kejadian Prehipertensi 55
4.3.10 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian
Universitas Sumatera Utara
Prehipertensi ........................................................................... 56
4.4 Analisis Multivariat ............................................................................. 56

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 58


5.1 Prevalence Rate Kejadian Prehipertensi ............................................. 58
5.2 Analisis Bivariat dan Multivariat ........................................................ 59
5.2.1 Umur dengan Kejadian Prehipertensi ........................................ 59
5.2.2 Jenis Kelamin dengan Kejadian Prehipertensi .......................... 60
5.2.3 Pendidikan dengan Kejadian Prehipertensi ............................... 62
5.2.4 Pekerjaan dengan Kejadian Prehipertensi .................................64
5.2.5 Status Perkawinan dengan Kejadian Prehipertensi ................... 65
5.2.6 Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan
Kejadian Prehipertensi .............................................................. 67
5.2.7 Obesitas dengan Kejadian Prehipertensi ................................... 69
5.2.8 Asupan Garam dengan Kejadian Prehipertensi ......................... 71
5.2.9 Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Prehipertensi ................... 73
5.2.10 Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Prehipertensi ............... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 78


6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 78
6.2 Saran .................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 80

LAMPIRAN

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII .................................................. 14


Tabel 2.2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi Menurut
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Departemen Kesehatan 2006 ......... 31
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian .................................................... 42
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ....................... 43

Tabel 4.2 Prevalence Rate Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan


Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ........................................................... 44
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 .......................................... 45
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 .......................................................................................................... 46

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Status Obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas


Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 .......................................... 47
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Asupan Garam di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 .......................................... 47
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Konsumsi Alkohol di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 .......................................... 48
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Kebiasaan Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 .......................................... 48
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Umur dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ............. 49
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Kejadian Prehipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ....................................................................................................... 50
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Pendidikan dengan Kejadian Prehipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ....................................................................................................... 51
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ........... 51

xi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Status Perkawinan dengan Kejadian Prehipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ....................................................................................................... 52
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi
dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ....................................... 53

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Obesitas dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah


Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ........... 54
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Asupan Garam dengan Kejadian Prehipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ....................................................................................................... 54
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Prehipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ....................................................................................................... 55

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Prehipertensi


di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ...................................................................................................... 56
Tabel 4.19 Variabel-variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Prehipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ...................................................................................................... 57
Tabel 4.20 Variabel-variabel yang Berpengaruh dengan Kejadian Prehipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017 ...................................................................................................... 57

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 34


Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kejadian Prehipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ........ 58
Gambar 5.2 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kejadian
Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota
Sibolga Tahun 2017 ............................................................................. 59

Gambar 5.3 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ...................................................... 60
Gambar 5.4 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pendidikan dengan Kejadian
Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota
Sibolga Tahun 2017 ............................................................................. 62
Gambar 5.5 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pekerjaan dengan Kejadian
Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota
Sibolga Tahun 2017 ............................................................................. 64
Gambar 5.6 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status Perkawinan dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ...................................................... 65

Gambar 5.7 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Riwayat Keluarga Yang
Menderita Hipertensi dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ........ 67
Gambar 5.8 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Obesitas dengan Kejadian
Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota
Sibolga Tahun 2017 ............................................................................. 69
Gambar 5.9 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Asupan Garam dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ...................................................... 71

Gambar 5.10 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Konsumsi Alkohol dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ...................................................... 73
Gambar 5.11 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Kebiasaan Merokok dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017 ...................................................... 75

xii
i
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner.............................................................................................. 85
Lampiran 2. Master Data .......................................................................................... 87
Lampiran 3. Output Hasil Statistik ........................................................................... 92
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................................... 114
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ............................................................................. 115
Lampiran 6. Surat Pelaksanaan dan Selesai Penelitian ............................................ 116

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lisandy Yunita Nababan yang dilahirkan pada tanggal 11

Juni 1995 di Sibolga, Sumatera Utara. Beragama Kristen Protestan, anak ke- enam

dari enam bersaudara dari pasangan Lambas Roha Nababan dan H. Tiurma

Simatupang. Alamat penulis Jl. Meranti No.38, Sibolga, Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan SD Negeri 081239

Sibolga (2001-2007), SMP Negeri 2 Sibolga (2007-2010), SMA Negeri 1 Sibolga

(2010-2013), dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (2013-2017).

xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan pola penyakit yang terjadi dari penyakit menular ke penyakit

tidak menular ditunjukkan dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya

prevalensi penyakit non-infeksi (penyakit tidak menular) seperti penyakit jantung,

hipertensi, ginjal, dan stroke yang akhir-akhir ini banyak terjadi di masyarakat

dibandingkan dengan penyakit infeksi (penyakit menular). Perubahan pola penyakit

tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi, sosial ekonomi, dan sosial

budaya, perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta

kemajuan ekonomi bangsa (Bustan, 2007).

Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat karena

meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat di berbagai negara.

Berdasarkan Global Noncommunicable Diseases (NCD) dilaporkan bahwa pada

tahun 2012 sebesar 68% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena

penyakit tidak menular (WHO, 2014). Penyakit tidak menular juga membunuh

penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi

rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang- orang berusia

kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara

maju, menyebabkan 13% kematian (Kemenkes RI, 2012).

WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73%

kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling

merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah utama di

dunia adalah hipertensi. Menurut World Health Organization (WHO) penyakit

kardiovaskular menyumbang sekitar 17 juta kematian per tahun dan kematian

akibat hipertensi mencapai 55,3% dari total kematian tersebut.

Empat dari sepuluh orang dewasa di dunia memiliki tekanan darah yang

tinggi dan sering sekali tidak disadari. Di Indonesia, satu dari tiga orang dewasa

adalah penderita hipertensi. (InaSH, 2015)

Pada tahun 2014, WHO menyatakan bahwa di dunia prevalensi penderita

hipertensi pada orang dewasa berumur ≥ 18 tahun adalah sebesar 22% (WHO,

2014).

Noncommunicable Diseases Country Profile yang dilangsir oleh WHO

pada tahun 2014 menyatakan bahwa persentasi populasi berusia >25 tahun keatas

yang sudah menderita hipertensi pada tahun 2008 lebih tinggi di negara-negara

maju daripada negara-negara berkembang. Negara maju yang dengan prevalensi

tertinggi seperti Estonia 39,2%, Latvia 37,1%, Bulgaria 36,4 dan yang terendah

adalah Peru 13,4%. Sedangkan negara berkembang dengan prevalensi tertinggi

seperti Ukraina 34,6%, Maldova 34,3%, Georgia 32,4%, dan yang terendah Bolivia

15,1%. Indonesia sendiri berada pada nilai 27,8%.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2007-2008 kepada 1.292 responden

yang berumur >20 tahun di Adoula Quarter, Kinshas, Sub-Sahara Afrika,

didapatkan bahwa yang menderita hipertensi 30,9% (399 orang) dan prehipertensi

30,1% (391 orang). Prevalensi prehipertensi terbanyak (33%) terjadi pada usia

Universitas Sumatera Utara


3

20-29 tahun dan menurun menjadi 16,7% pada ≥ 60 tahun sedangkan prevalensi

hipertensi meningkat dari 11,2% menjadi 71,4% (Bayauli et.al., 2014).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, berdasarkan hasil

pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke

atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi

tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).

Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, DI

Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tengah Tenggara

Barat, merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari

angka nasional.

Kemudian hasil Riskesdas di tahun 2013 menunjukkan prevalensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun

sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan

Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Berdasarkan penelitian Sigarlaki di Desa Bocor, Kec. Bulus Pesantren,

Kab. Kebumen, Jawa Tengah tahun 2006 dari 102 orang responden berusia >20

tahun, terdapat 12,7% penderita prehipertensi dan 87,3% penderita hipertensi.

Dalam penelitian ini laki-laki lebih banyak menderita prehipertensi (6,86%)

sedangkan perempuan lebih banyak menderita hipertensi (50,02%) (Sigarlaki,

2006).

Menurut penelitian Widjaja dkk tahun 2012 di Puskesmas Cicurug,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dari 111 dewasa muda (18-25 tahun), terdapat

34,2% penderita prehipertensi dan 17,1% penderita hipertensi. Dalam penelitian

Universitas Sumatera Utara


4

ini juga di dapat perempuan lebih banyak menderita prehipertensi yaitu 36%,

sedangkan laki-laki lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar 25% (Widjaja

dkk, 2013).

Riskesdas tahun 2007 didapatkan data prevalensi hipertensi untuk wilayah

Sumatera Utara yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun adalah

26,3%. Kemudian menurun menjadi 24,7% pada hasil Riskesdas 2013.

Berdasarkan penelitian Puspitasari tahun 2015 pada 115 orang berusia 18-

40 tahun di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Deli Serdang, proporsi

prevalensi prehipertensi adalah sebesar 53,9% dengan kelompok umur yang

tertinggi adalah 26-40 tahun (63,5%).

Hasil Riskesdas Sumatera Utara tahun 2007 menunjukkan prevalensi

hipertensi yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan di Kota Sibolga sebesar 6,8%.

Angka ini berada di atas angka prevalensi hipertensi Sumatera Utara berdasarkan

diagnosis yaitu 5,8%. Sedangkan pada hasil Riskesdas Sumatera Utara pada 2013,

angka ini menurun menjadi 5,2%. Sedangkan berdasarkan pengukuran mencapai

angka 25,1%. Angka ini ini berada di atas angka prevalensi hipertensi Sumatera

Utara berdasarkan pengukuran yaitu 24,7%.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga, penyakit hipertensi berada pada urutan kedua dari sepuluh

penyakit terbesar pada tahun 2016, dengan jumlah penderita sebanyak 374 orang

selama bulan Juli-Oktober 2016. Wilayah Puskesmas Pelabuhan Sambas

sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian mengenai prehipertensi maupun

hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


5

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu

dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga tahun 2017.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalence rate prehipertensi pada usia dewasa di wilayah

kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

2. Mengetahui hubungan karakteristik individu yang meliputi umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dengan kejadian

prehipertensi.

3. Mengetahui hubungan riwayat keluarga yang menderita Hipertensi

dengan kejadian prehipertensi.

Universitas Sumatera Utara


6

4. Mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian prehipertensi.

5. Mengetahui hubungan asupan garam dengan kejadian prehipertensi.

6. Mengetahui hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian prehipertensi.

7. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian prehipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Sibolga dalam

membuat kebijakan penanggulangan penyakit tidak menular khususnya

untuk prehipertensi dan hipertensi.

2. Sebagai masukan bagi Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga dalam

menatalaksanakan penanggulangan prehipertensi dan hipertensi.

3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian prehipertensi.

4. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat

(FKM) Universitas Sumatera Utara dan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah

tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang

diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai

pembuluh darah terkait dan denyut jantung (Sugiharto, 2007).

Tekanan darah dinyatakan dalam milimeter merkuri (mmHg) (WHO,

2013). Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih

tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), dan angka yang lebih

rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis

sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg,

dibaca seratus dua puluh per delapan puluh (Ruhyanudin, 2007).

Tekanan darah sistolik (TDS) yaitu tekanan di arteri saat jantung berdenyut

atau berkontraksi memompa darah melalui pembuluh darah untuk dapat beredar

keseluruh tubuh. Tekanan darah diastolik (TDD) yaitu tekanan di arteri saat jantung

berelaksasi di antara dua denyutan (kontraksi) (Palmer, 2007). Tekanan darah pada

umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan

sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik (WHO, 2013).

Tekanan darah paling tinggi berada di dalam arteri terbesar dan tekanan

darah paling kecil ada di dalam pembuluh darah. Tekanan darah sangat bervariasi

tergantung pada keadaan. Tekanan darah akan meningkat saat aktivitas fisik,

Universitas Sumatera Utara


8

emosi, dan stres (Gray, 2003). Hal ini berubah-ubah sepanjang hari dan setelah

situasi tersebut berlalu, tekanan darah akan kembali menjadi normal (Hull, 1993).

Tekanan darah akan menurun bila tubuh sedang dalam kondisi istirahat atau tidur.

(Hayens et.al., 2003)

Tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal penting untuk

mempertahankan fungsi organ-organ vital seperti jantung, otak dan ginjal, dan

untuk seluruh kelangsungan hidup (WHO, 2013).

Tekanan darah sistolik dianggap sebagai faktor risiko utama untuk

penyakit kardiovaskular. Perubahan tekanan darah terjadi seiring dengan

bertambahnya usia. Kenaikan tekanan darah sistolik berlanjut sepanjang hidup,

sedangkan tekanan darah distolik meningkat sampai kira-kira umur 50 tahun.

Hipertensi diastolik mendominasi sebelum usia 50 tahun. Di atas 50 tahun,

hipertensi sistolik merupakan bentuk yang paling umum dari hipertensi. Tekanan

diastolik lebih kepada faktor risiko yang berpotensi mengakibatkan penyakit

kardiovaskular dibandingkan tekanan darah sistolik sampai usia 50 tahun, setelah

itu tekanan darah sistolik lebih penting (JNC-VII, 2003).

2.1.2. Prehipertensi

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), tekanan darah yang

berada pada interval 120-139 untuk tekanan sistolik atau 80-89 mmHg untuk

tekanan diastolik. Prehipertensi sebagai kondisi yang dapat menyebabkan

hipertensi arterial sehingga dianggap sebagai titik awal dalam keberlanjutan

penyakit kardiovaskular lainnya.

Universitas Sumatera Utara


9

Prehipertensi bukan kategori penyakit. Justru prehipertensi adalah sebutan

yang dipilih untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi terkena

hipertensi, sehingga penderita prehipertensi bisa segera melakukan tindakan untuk

mencegah atau menunda penyakit semakin berkembang. Individu dengan

prehipertensi tidak dianjurkan langsung untuk terapi obat berdasarkan tekanan

darah mereka, tetapi sangat disarankan untuk mengubah gaya hidup untuk

mengurangi resiko peningkatan hipertensi di waktu akan datang. (Kaplan dan

Joseph, 2006).

Prehipertensi dikaitkan dengan faktor risiko kardiovaskular yang sama

seperti hipertensi, seperti obesitas, diabetes mellitus dan dislipidemia. Studi dari

seluruh penjuru dunia telah menunjukkan bahwa, bertambahnya usia, indeks massa

tubuh, dan diabetes adalah faktor risiko independen terjadinya hipertensi maupun

prehipertensi. Bahkan prehipertensi sering disebut sebagai faktor risiko

meningkatkan penyakit kardiovaskular di masa depan (Gupta et.al., 2011).

Tekanan darah pada orang dewasa populasi Amerika Serikat, jumlah orang

dengan prehipertensi bahkan lebih besar dibandingkan dengan hipertensi. Dimana

jumlah orang dengan prehipertensi yaitu sebesar 37% sedangkan orang dengan

hipertensi yaitu sebesar 29% dari populasi orang dewasa (Kaplan dan Joseph,

2006).

Orang dengan prehipertensi memiliki resiko tiga kali lipat terkena

hipertensi dibandingkan dengan orang dengan tensi normal. Hal ini juga berkaitan

dengan obesitas, usia semakin lanjut, dan kebiasaan merokok. Prehipertensi dan

hipertensi berhubungan dengan berbagai komplikasi pada hampir seluruh organ,

Universitas Sumatera Utara


10

tetapi sering diabaikan oleh dewasa muda di daerah pedesaan (Widjaja dkk,

2013).

2.1.3. Hipertensi

Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah masalah

kesehatan masyarakat yang mendunia. Dimana hipertensi dapat meningkatkan

risiko terhadap penyakit jantung, stroke, gagal ginjal kronik, kematian premature,

dan kecacatan (WHO, 2013).

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti, 2011).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistoliknya sama dengan atau lebih

dari 140 mmHg, atau tekanan darah diastoliknya sama dengan atau lebih dari 90

mmHg (WHO, 2014).

Hipertensi merupakan salah satu faktor utama risiko kematian karena

gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian

(WHO, 2013). Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang, termasuk sekitar

seperempat dari seluruh populasi orang dewasa, menyandang hipertensi. Jumlah ini

cenderung meningkat. Di Inggris (UK) 34% pria dan 30% wanita menyandang

hipertensi atau sedang mendapat pengobatan hipertensi. Pada populasi usia lanjut,

angka penyandang hipertensi lebih banyak lagi, dialami oleh lebih dari separuh

populasi orang berusia di atas 60 tahun (Palmer, 2007).

Meningkatnya tekanan darah di arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detiknya.

Universitas Sumatera Utara


11

2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh

yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang

terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena atherosklerosis.

3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak

mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah

dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat (Ruhyanudin,

2007).

Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan

pengobatan dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini dapat membawa si

penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan dapat menyebabkan kematian.

Tekanan darah tinggi yang terus-menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja

ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh

darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hipertensi ini merupakan penyebab

umum terjadinya stroke dan serangan jantung (heart attack). Penyakit darah tinggi

merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan

suplai oksigen dan nutrisi yang di bawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi tidak secara langsung membunuh

penderitanya akan tetapi hipertensi memicu munculnya penyakit yang mematikan

seperti jatung, gagal ginjal, dan stroke (Gray, 2003).

Universitas Sumatera Utara


12

2.2 Klasifikasi Hipertensi

2.2.1. Berdasarkan Etiologi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau

hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di

kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai

penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab

hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder

dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara

potensial (Depkes Dir Bina Farmasi, 2006).

Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan

tekanan darah. Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan antara

tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke,

gagal jantung, dan kerusakan fungsi ginjal (Laporan Komisi Pakar WHO, 2001).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Hipertensi Primer atau Esensial

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), Hipertensi

primer atau esensial adalah jenis yang paling umum dari Hipertensi. Jenis

Hipertensi ini cenderung terjadi pada seseorang selama bertahun-tahun seumur

hidupnya (NHLBI, 2015).

Hipertensi esensial didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi esensial populasi kira-kira 90% dari seluruh pasien

hipertensi. Hipertensi primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan

Universitas Sumatera Utara


13

pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan

meningkatnya tekanan darah (Ruhyanudin, 2007).

Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya

hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas

menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun

dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik

memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer (Depkes Dir Bina

Farmasi, 2006).

b. Hipertensi Sekunder atau non-Esensial

Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain atau penggunaan

obat-obatan tertentu. Jenis ini biasanya sembuh setelah penyebabnya diobati atau

dihilangkan (NHLBI, 2015).

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada

sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah gagal ginjal. Pada sekitar

1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu

misalnya pil KB (Ruhyanudin, 2007).

Beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder

(Udjianti, 2011) yaitu penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen), penyakit

parenkim dan vaskuler ginjal, ganguan endokrin, coarctation aorta, neurogenik,

kehamilan, luka bakar, peningkatan volume intravaskular, atau merokok.

Universitas Sumatera Utara


14

2.2.2. Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD

Berdasarkan JNC-VII tahun 2004 klasifikasi tekanan darah pada orang

dewasa (umur ≥ 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau

lebih pada dua atau lebih kunjungan yaitu terbagi menjadi kelompok normal,

prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. Prehipertensi tidak dianggap

sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien pasien yang tekanan

darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi di masa yang akan datang.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII

Klasifikasi TDS TDD


Tekanan Darah (mmHg) (mmHg)

Normal <120 dan <80


Prehipertensi 120-139 atau 80-90
Hipertensi derajata 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajata 2 >160 atau >100
Sumber : (JNC-VII, 2003)

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh

tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah

terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah

>180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi

urgensi. Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai

dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah

harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah kerusakan

organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy,

pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting

aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau

Universitas Sumatera Utara


15

hipertensi berat selama kehamilan. Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan

darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah

diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1

dalam waktu beberapa jam s/d beberapa hari (Depkes Dir Bina Farmasi, 2006).

2.3 Gejala Klinis Hipertensi

Sebagian besar penderita hipertensi tidak memiliki gejala sama sekali. Ada

kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita

hipertensi selalu merasakan gejala penyakit, tetapi kenyataanya adalah justru

kebanyakan penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit sama

sekali.

Gejala yang dapat timbul adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,

pusing, wajah kemerahan dan kelelahan. Jika hipertensinya berat atau menahun dan

tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual,

muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya

kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat

mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan

di otak (Ruhyanudin, 2007).

Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan

pertanda pasti dari penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan tanda peringatan

yang serius dimana dibutuhkan perubahan gaya hidup. Hipertensi dapat membunuh

secara diam- diam (silent killer) dan sangat penting bagi semua orang untuk

mengetahui tekanan darahnya (WHO, 2013).

Universitas Sumatera Utara


16

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan

menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan

ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan di otak (Ruhyanudin, 2007).

Menurut Corwin, sebagian besar hipertensi tanpa disertai gejala yang

mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-

tahun berupa:

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

tekanan darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

2.4 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua bagian tubuh terutama

jantung, pembuluh darah, otak, ginjal dan mata. Adapun komplikasi yang mungkin

timbul tergantung pada berapa tinggi tekanan darah, berapa lama telah dialami,

adakah faktor-faktor risiko lain dan bagaimana penyakit tersebut ditangani

(Kemenkes RI, 2012). Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit

serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri

Universitas Sumatera Utara


17

koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila

penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan

meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya

tersebut (Depkes Dir Bina Farmasi, 2006). Hipertensi dapat meyebabkan

komplikasi lain seperti diabetes, kolesterol yang tinggi, kelebihan berat badan atau

obesitas, dan gangguan kognitif lain (WHO, 2013).

a. Gagal Jantung

Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah secara

terus- menerus meningkat. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah semakin

sulit untuk jantung memompa darah ke dalam pembuluh darah. Jika dibiarkan tidak

terkendali, Hipertensi bisa menyebabkan serangan jantung dan pembengkakan

jantung yang pada akhirnya menjadi penyakit gagal jantung (WHO, 2013). Sekitar

7 dari 10 orang yang mengalami gagal jantung memiliki hipertensi (CDC, 2016).

Penyakit ini umumnya disebabkan karena penyempitan pembuluh darah

oleh lemak dan kolesterol selama jangka waktu yang panjang. Lemak jenuh

ditemukan dalam makanan digoreng dan junk masuk dan berkumpul pada dinding

pembuluh darah, akhirnya menutup jalan bagi aliran darah. Riwayat keluarga, usia,

dan jenis kelamin meningkatkan kemungkinan mendapatkan penyakit pembuluh

darah. Orang-orang di atas usia 45 atau yang memiliki anggota keluarga dengan

jantung seperti penyakit pembuluh darah atau beresiko lebih besar tertular penyakit

ini. Selain itu, kondisi tertentu seperti diabetes, merokok,

Universitas Sumatera Utara


18

tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas dan gaya hidup dapat

menyebabkan masalah pembuluh darah (Corwin, 2009).

b. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala

yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun

resistensi insulin. Salah satu faktor risiko penyakit DM terutama DM tipe 2 adalah

penyakit hipertensi. Dua pertiga penderita DM menderita hipertensi (Bustan, 2015).

Diabetes Mellitus ternyata 2-3 kali lebih sering terjadi pada populasi hipertensi

ketimbang pada populasi yang tidak mengidap hipertensi (Laporan Komisi Pakar

WHO, 2001).

Menurut Permana, pada umumnya pada penderita diabetes melitus

menderita hipertensi juga. Jika hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan

mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan kardiovaskuler. Sebaliknya

apabila tekanan darah dapat dikontrol maka akan memproteksi terhadap komplikasi

mikro dan makro vaskuler yang disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol.

c. Gangguan Ginjal

Ginjal adalah suatu tempat transit pembuluh-pembuluh darah yang

membentuk anyaman berupa saringan. Peningkatan tekanan darah juga dapat

menyebabkan pembuluh darah di ginjal semakin menyempit dan melemah. Hal ini

dapat mengganggu kerja ginjal secara normal sebagai penyaring berbagai zat yang

diperlukan tubuh atau zat yang harus dibuang. Hipertensi membuat ginjal harus

bekerja lebih keras. Akibatnya, sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak.

Universitas Sumatera Utara


19

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit

fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksi

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui

urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema

(Corwin, 2009).

d. Stroke

Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Dikemukakan

bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua

kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanan diastolik

kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg

mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan mereka yang

bertekanan darah kurang dari 140 mmHg (Bustan, 2015).

Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah maka semakin sulit jantung

bekerja untuk memompa darah. Pembuluh darah dapat menjadi bengkak

(aneurisma) karena tekanan tinggi, dan memungkinkan untuk tersumbat dan

meledak. Tekanan di dalam pembuluh darah juga bisa menyebabkan darah

menyembur keluar ke otak. Hal ini dapat menyebabkan stroke. Hipertensi bisa juga

menyebabkan gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh darah dan gangguan

kognitif (WHO, 2013).

Universitas Sumatera Utara


20

2.5 Epidemiologi Hipertensi

2.5.1. Orang

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007

menunjukan prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas, yang

paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 63,5% dan pada

kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi

hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%.

Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang didapat

melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan

yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri

sebesar 9,5%. Sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak

terdiagnosis. Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi (28,8%)

daripada laki-laki (22,8%). Menurut data karakteristik kelompok umur 15-24 tahun

adalah 8,7%, usia 25-34 tahun 14,7%, usia 35-44 tahun 24,8%, usia

45-54 tahun 35,6%, usia 55-64 tahun 45,9%, usia 65-74 tahun 57,6%, dan yang

tertinggi adalah usia lebih dari 75 tahun adalah 63,8%. (Kemenkes RI, 2013).

2.5.2. Tempat

Pada tahun 2008 di seluruh dunia kurang lebih 40% dari orang dewasa

berusia ≥ 25 tahun telah didiagnosis menderita hipertensi. Diketahui penderita

Hipertensi yang berusia ≥ 25 tahun tertinggi di daerah Afrika dengan prevalensi

46%, sedangkan prevalensi terendah di Amerika 35%. Secara keseluruhan, negara-

negara berpendapatan tinggi memiliki prevalensi penderita hipertensi yang lebih

rendah (WHO, 2013).

Universitas Sumatera Utara


21

Prevalensi hipertensi nasional berdasarkan pengukuran tekanan darah

adalah 28,3%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Kalimantan Selatan

(35,0%), yang terendah Papua Barat (17,6%). Berdasarkan diagnosis oleh tenaga

kesehatan dan/atau minum obat, prevalensi secara nasional hanya 7,7%, tertinggi

didapatkan di Sulawesi Utara (11,4%), dan terendah di Papua (4,2%). Cakupan

tenaga kesehatan terhadap hipertensi adalah 24,2%, dan dua provinsi dengan

cakupan tenaga kesehatan yang cukup tinggi adalah Sulawesi Utara (37,4%) dan

Papua Barat (35,3%), sedangkan terendah ditemukan di Sulawesi Barat (13,9%)

(Rahajeng dan Sulistyowati, 2009).

Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan secara nasional, 10

kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun

tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri

(49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi

(46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%).

Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, prevalensi hipertensi lebih tinggi

di perkotaan (26,1%), dibandingkan di perdesaan (25,5%) (Kemenkes RI, 2013).

2.5.3. Waktu

Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% orang dewasa berusia 25

tahun keatas telah didiagnosa mengalami hipertensi. Jumlah orang yang mengalami

hipertensi meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun

2008 (WHO, 2013).

Universitas Sumatera Utara


22

Penderita penyakit hipertensi berdasarkan waktu berbeda setiap tahunnya.

Berdasarkan data orang dewasa berusia ≥ 20 tahun prevalensi penderita hipertensi

di USA pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan tahun 1999-2002 (30,0%),

meningkat di tahun 2003- 2006 (31,3%), dan menurun kembali di tahun

2009-2012 (30,0%) (HUS, 2015).

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.

Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan menjadi 25,8%.

Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi

yang berbeda dan masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit

hipertensi (Kemenkes RI, 2014).

2.6 Faktor Risiko Hipertensi

a. Umur

Tekanan darah cenderung naik seiring bertambahnya usia, risiko untuk

meningkatnya penyakit hipertensi akan lebih tinggi juga seiring bertambahnya usia

(CDC, 2016).

Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang berusia muda

yang menyandang hipertensi cenderung memiliki tekanan diastolik tinggi

sedangkan orang lanjut usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi (Palmer,

2007).

Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh

perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi

Universitas Sumatera Utara


23

lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah

meningkatnya tekanan darah sistolik (Depkes Dir Pengendalian PTM, 2006).

Dengan bertambahnya umur, arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya

dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya

meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan (Sugiharto, 2007).

Faktor risiko umur sangat berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Riset

Kesehatan Dasar 2013 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring

dengan bertambahnya usia (Riskesdas 2013). Individu yang berada pada rentang

umur 40-70 tahun, berisiko 2 kali terkena penyakit kardiovaskular untuk setiap

peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau 10 mmHg diastolik pada ambang

tekanan darah antara 115/75-185/115 mmHg, sehingga pencegahan hipertensi

sebaiknya dilakukan sebelum umur 40 tahun (WHO, 2012).

b. Jenis Kelamin

Gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak

yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29

untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang

cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita.

Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita

meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih

tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. (Depkes

Dir Pengendalian PTM, 2006)

Universitas Sumatera Utara


24

Pada usia dini tidak dapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan

darah laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, laki-laki

cenderung menunjukan arah rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas

terlihat pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Pada usia tua, perbedaan

itu menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik. Perubahan pada masa tua antara

lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria

setengah baya pengidap hipertensi, sementara perubahan pasca- menopause pada

wanita dapat pula berpengaruh. Banyak penelitian sedang dilakukan untuk

mengevaluasi apakah penambahan estrogen dapat melindungi terhadap kenaikan-

relatif tekanan darah pada masa tua seorang wanita (Laporan Komisi Pakar WHO,

2001)

c. Riwayat Keluarga

Faktor genetik juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu,

orang yang memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi, memiliki risiko yang

lebih tinggi untuk mengalami hipertensi (CDC, 2015).

Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih

mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah

dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan

dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan

besar dalam menentukan tekanan darah. (Palmer, 2007).

Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka

sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang

Universitas Sumatera Utara


25

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya (Depkes Dir

Pengendalian PTM, 2006)

d. Obesitas

Seseorang lebih berisiko mengalami prehipertensi maupun menderita

hipertensi jika memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Istilah “berat badan

berlebih” dan "obesitas" merujuk pada berat badan yang lebih besar dari apa yang

dianggap sehat untuk tinggi badan tertentu (NHLBI, 2015).

Menurut Alison Hull (1993) dalam penelitiannya menunjukkan adanya

hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat

badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga

membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi.

Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya

hipertensi dikemudian hari.

Berdasarkan Laporan Komisi Pakar WHO (2001) pada kebanyakan kajian,

kelebihan berat badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat

hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh

kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%. Dan dari data pengamatan regresi

multivariat tekanan darah menunjukkan kenaikan TDS 2-3 mmHg dan TDD 1-3

mmHg utuk setiap kenaikan 10 kg bobot tubuh.

e. Asupan Garam

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam

dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Studi ilmiah secara konsisten menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


26

pengurangan asupan garam menurunkan tekanan darah pada orang dengan

hipertensi dan orang-orang dengan tekanan darah normal, di semua kelompok usia,

dan di semua kelompok etnis, meskipun ada variasi di besarnya penurunan. (WHO,

2013).

Diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus

memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui

ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi. Hal ini sebaliknya juga terjadi, ketika

asupan natrium berkurang maka begitu pula volume darah dan tekanan darah pada

beberapa individu (Hull, 1993).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi

garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium/natrium

yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,3 gram sodium

atau 6 gram garam) perhari. Untuk sebagai gambaran, 2.300 mg natrium setara

dengan 1 sendok teh garam dapur. (Irawati, 2013). Dalam kenyataannya, konsumsi

berlebih karena budaya masak memasak masyarakat kita yang umumnya boros

menggunakan garam dan MSG.

Berikut ini adalah daftar makanan yang termasuk memiliki kandungan

natrium yang tinggi.(Irawati, 2013 ; Purwati, 2005) :

 Garam dapur: 1 sendok teh garam dapur mengandung 2300 mg natrium

 Kaldu bubuk atau kaldu blok: 5 gram atau 1 blok kaldu mengandung 1200

mg natrium

 Keju: 100 gram keju, terkandung 1705 mg natrium

Universitas Sumatera Utara


27

 Saus: Saus teriyaki sebanyak 1 sendok makan mengandung 690 mg natrium,

sedangkan 1 sendok makan kecap asin mengandung hingga 1024 mg natrium.

 Mie instan: 1 bungkus mie instan terdapat 1100-2400 mg natrium.

 Mie bakso: seporsi mie bakso mengandung 1518 mg natrium.

 Sepotong sedang ikan asin mengandung 757 mg natrium.

 Tiga lapis roti bantal mengandung 200-400 mg natrium.

Mengurangi konsumsi natrium dapat mengurangi darah tekanan darah dan

mengurangi risiko vaskular sehingga dapat diantisipasi secara substansial (WHO,

2007).

f. Konsumsi Alkohol

Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum

alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih

tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit alkohol (Hull,

1993). Hipertensi akan meninggi jika meminum alkohol lebih dari tiga kali dalam

sehari (Bustan, 2015).

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.

Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah

merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah

(Nurkhalida, 2003).

Ada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan

tekanan darah tinggi. Meminum minuman keras sedikitnya dua kali perhari, TDS

naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum.

Peminum harian ternyata mempunyai TDD dan TDS lebih tinggi,

Universitas Sumatera Utara


28

berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali

seminggu. Berapa pun jumlah total yang diminum setiap minggunya (Laporan

Komisi Pakar WHO, 2001).

g. Kebiasaan Merokok

Rokok merupakan campuran beracun yang terdiri dari 7000 bahan kimia.

Kebanyakan dari bahan kimia tersebut merupakan racun. Ketika bahan-bahan kimia

ini masuk ke dalam tubuh maka akan terjadi kerusakan. Seiring berjalannya waktu,

kerusakan tersebut memicu timbulnya penyakit. Menghirup asap rokok dapat

merusak pembuluh darah. Akibatnya, jantung akan berdetak dengan kencang

sehingga tekanan darah semakin meningkat (CDC, 2010).

Menurut data WHO tahun 2011, pada tahun 2007 Indonesia menempati

posisi ke-5 dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Merokok dapat

menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau

yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi

penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang

dapat merangsang saraf simpatis sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta peran karbonmonoksida yang

dapat menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi

kebutuhan oksigen tubuh (Setyanda dkk, 2015).

Merokok tembakau memang tidak mempunyai hubungan sebab-akibat

dengan hipertensi, namun merupakan faktor resiko utama untuk munculnya

penyakit kardiovaskuler. Stroke dan penyakit jantung koroner 2-3 kali lebih sering

Universitas Sumatera Utara


29

menimpa pasien hipertensi yang perokok daripada bukan perokok dengan tekanan

yang sama (Laporan Komisi Pakar WHO, 2001).

2.7 Pencegahan Hipertensi

2.7.1. Non-Farmakologis

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk

mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam

penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus

melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan darah pada

pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi

berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah

prehipertensi (Depkes Dir Bina Farmasi, 2006).

Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskular Indonesia 2015 :

1. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat

yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dislipidemia.

2. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak

merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula

pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan

kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga

bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien

Universitas Sumatera Utara


30

hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/

hari

3. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/

hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.

Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus,

sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau

menaiki tangga dalam aktivitas rutin mereka di tempat kerjanya.

4. Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi

pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari

semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,

terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria

atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan

demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu

dalam penurunan tekanan darah.

5. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek

langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah

satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya

dianjurkan untuk berhenti merokok.

Para ilmuwan didukung oleh National Heart, Lung, dan Darah Institute

(NHLBI) melakukan studi dan menemukan bahwa tekanan darah dapat berkurang

dengan diet yang rendah lemak jenuh, garam, kolesterol, dan meningkatkan

konsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu yang bebas atau rendah lemak.

Diet ini dikenal dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Pada

Universitas Sumatera Utara


31

dasarnya DASH sama dengan makan sehat lainnya, hanya saja DASH ditandai

dengan proporsi sayur, buah-buahan, gandum-ganduman, produk susu yang rendah

lemak, serta kaya kalium, magnesium, dan kalsium, serta protein dan serat.

(NHLBI, 2015).

Tabel 2.2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi Menurut

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Departemen Kesehatan 2006

Range Penurunan
Modifikasi Rekomendasi
Tekanan Darah
Penurunan berat Pelihara berat badan normal (BMI 5-20 mmHg/10-kg
badan (BB) 18,5-24.9) penurunan BB
Adopsi pola makan Diet kaya dengan buah, sayur, dan 8-14 mmHg
DASH produk susu rendah lemak

Diet rendah sodium Mengurangi diet sodium, tidak 2-8 mmHg


lebih dari 100meq/L (2,4 sodium
atau 6 g sodium klorida)
Aktivitas fisik Reguler aktivitas fisik aerobik 4-9 mmHg
seperti jalan kaki 30 menit/hari,
beberapa hari/minggu

Minum alkohol Limit minum alkohol tidak lebih 2-4 mmHg


sedikit saja dari 2/hari (30 ml etanol, mis. 720
ml beer, 300 ml wine) untuk laki-

laki dan 1/hari untuk perempuan

2.7.2. Farmakologis

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan

angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal

mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan

hipertensi dimulai dengan obat tunggal masa kerja yang panjang sekali sehari dan

dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan

pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok

Universitas Sumatera Utara


32

bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti

hipertensi.

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :

1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi

2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah

dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.

3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti

hipertensi.

4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan

seumur hidup.

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan pengobatan

dari berbagai golongan, antara lain (Depkes Dir Pengendalian PTM, 2006 ;

Ruyhanudin, 2007) :

1. Diuretic thiazide merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati

hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan

mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan

darah.

2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-

blocker, beta-blocker, dan alfa-beta-blocker labelatol, yang menghambat efek

sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan

segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan

tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara


33

3. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE-Inhibitor) menyebabkan

penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.

4. Angiotensin-II-Receptor Blocker (ARB). ARB menyebabkan penurunan

tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor,

yaitu dengan menghambat kerja angiotensin II.

5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah melalui

mekanisme yang benar-benar berbeda. Golongan obat ini bekerja menurunkan

daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung

(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem

dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, sakit

kepala, dan muntah.

6. Vasodilator ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot

polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah

prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat

ini adalah pusing dan sakit.

7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang

menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa

menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara

intravena seperti diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labelatol, dll.

Universitas Sumatera Utara


34

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Status perkawinan
6. Riwayat keluarga yang Prehipertensi
menderita Hipertensi
7. Obesitas
8. Asupan garam
9. Konsumsi alkohol
10. Kebiasaan merokok

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan

menggunakan desain cross sectional.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas

Kota Sibolga dengan pertimbangan tingginya penderita hipertensi di wilayah

tersebut berdasarkan data Puskesmas, yaitu penyakit nomor dua dari sepuluh

penyakit terbesar, dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian prehipertensi pada usia dewasa di

wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April – November 2017.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua masyarakat usia 18-40 tahun

yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga.

35
Universitas Sumatera Utara
36

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian masyarakat usia 18-40 tahun

yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga.

1) Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini sesuai dengan

perhitungan rumus estimasi Lemeshow (1990) berikut :

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku pada CI 95% (5% = 1,96)

Z1-β = nilai distribusi normal baku pada CI 90% (10% = 1,28)

Po = proporsi yang diteliti (dari pustaka yang ada, atau dari penelitian

pendahuluan) sebesar 53,9% (Puspitasari, 2015)

Pa = taksiran proporsi sesungguhnya

Pa – Po = taksiran selisih proporsi (15%)

Hasil : Dibutuhkan paling sedikit 109 orang sampel.

Universitas Sumatera Utara


37

2) Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

purposive sampling yaitu didasarkan pada pertimbangan kriteria inklusi dan

eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dalam pengambilan sampel yaitu :

a. Bersedia menjadi responden

b. Berusia dewasa (18-40 tahun)

Adapun kriteria eksklusi dalam pengambilan sampel yaitu :

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Tidak berusia dewasa (18-40 tahun)

c. Menderita hipertensi dan atau sedang mengonsumsi obat hipertensi

d. Sedang hamil

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada pasien

yang berobat ke poli dewasa Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga yang

memenuhi syarat-syarat pengambilan sampel dengan menggunakan kuesioner yang

telah dipersiapkan sebelumnya, mengukur langsung tekanan darah responden

dengan menggunakan tensimeter, serta mengukur langsung berat badan dan tinggi

badan responden.

Universitas Sumatera Utara


38

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Profil Kesehatan Kota Sibolga tahun 2015

dan Profil Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2016.

3.5. Teknik Analisa Data

3.5.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat karakteristik dan distribusi

frekuensi setiap variabel yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

status perkawinan, riwayat keluarga yang menderita hipertensi, obesitas, asupan

garam, konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok.

3.5.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, riwayat keluarga yang

menderita hipertensi, obesitas, asupan garam, konsumsi alkohol, dan kebiasaan

merokok (variabel independen) dengan kejadian prehipertensi (variabel dependen).

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square pada tingkat

kepercayaan 95%, sehingga apabila ditemukan hasil analisis statistik p

<0,05 maka variabel tersebut dinyatakan berhubungan secara signifikan.

3.5.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel

bebas yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, riwayat keluarga yang menderita hipertensi, obesitas, asupan garam,

konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok serta mengetahui faktor resiko yang

Universitas Sumatera Utara


39

paling dominan terhadap kejadian prehipertensi. Analisis multivariat ini

menggunakan uji statistik regresi logistik ganda.

3.6. Defenisi Operasional

3.6.1. Prehipertensi

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah

diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistol 120-139 mmHg pada pemeriksaan

tekanan darah menggunakan alat tensimeter berdasarkan JNC (Joint National

Commitee) VII, 2003.

3.6.2. Umur

Usia responden pada saat penelitian dilakukan, dikategorikan dalam usia

dewasa awal menurut Hurlock (1999) yaitu 18-40 tahun, dan dikategorikan menjadi

dua yaitu 18-25 tahun (remaja akhir) dan 26-40 tahun (dewasa awal).

3.6.3 Jenis kelamin

Ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki individu yang membedakan

dengan individu lain.

3.6.4. Pendidikan

Jenjang pendidikan formal terakhir yang telah dicapai oleh responden pada

saat penelitian dilakukan.

3.6.5. Pekerjaan

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh responden sebagai sumber penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ataupun keluarganya.

Universitas Sumatera Utara


40

3.6.6. Status perkawinan

Keterangan yang menunjukkan riwayat perkawinan dari responden.

3.6.7. Riwayat keluarga yang menderita Hipertensi

Adanya riwayat keluarga tingkat pertama (orang tua) responden yang

menderita penyakit hipertensi.

3.6.8. Obesitas

Suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di dalam

jaringan tubuh, yang diketahui dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Nilai

dari hasil penghitungan berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi

badan dalam meter.

Klasfikasi obesitas adalah : kategori Obesitas I dengan IMT adalah 25,0-

29,9; kategori Obesitas II dengan IMT ≥30 (WHO, 2000).

3.6.9. Asupan garam

Rata-rata jumlah natrium yang dikonsumsi dari makanan dalam satu hari.

Jumlah asupan natrium responden akan dicatat dengan formulir food recall dengan

menanyakan makanan apa yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir. Kemudian

asupan natrium dihitung dengan menggunakan software Nutri Survey.

3.6.10. Konsumsi Alkohol

Kebiasaan responden mengkonsumsi minuman beralkohol sesaat atau

setiap hari.

Banyak alkohol yang dikonsumsi :

1. > 1 gelas/ hari : skor 2

Universitas Sumatera Utara


41

2. ≤ 1 gelas/ hari : skor 1

Lama mengonsumsi alkohol :

1. ≥ 6 bulan : skor 2
2. < 6 bulan : skor 1

Dikatakan peminum berat jika skor 4, peminum sedang jika skor 3, dan

peminum ringan jika skor 2.

3.6.11. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan responden menghisap rokok sesaat atau setiap hari.

Banyak rokok yang dikonsumsi :

1. ≥ 15 batang/ hari : skor 2


2. < 15 batang/ hari : skor 1

Lama menghisap rokok :

1. ≥ 6 bulan : skor 2
2. < 6 bulan : skor 1

Dikatakan perokok berat jika skor 4, perokok sedang jika skor 3, dan

perokok ringan jika skor 2.

Universitas Sumatera Utara


42

3.7. Aspek Pengukuran

Variabel yang diukur dan dianalisa dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian


Skala
Variabel Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1. Prehipertensi (Sistole
Pemeriksaan tekanan 120-139 mmHg)
Prehipertensi Ordinal
darah secara langsung 2. Normal (Sistole < 120
mmHg)
Wawancara terstruktur 1. 26-40 tahun
Umur Ordinal
(Kuesioner) 2. 18-25 tahun
Wawancara terstruktur 1. Laki-laki
Jenis kelamin Nominal
(Kuesioner) 2. Perempuan
1. Pendidikan dasar-
menengah (Tidak sekolah,
Wawancara terstruktur SD dan SMP)
Pendidikan Ordinal
(Kuesioner) 2. Pendidikan lanjut
(SMA dan Akademik /
Perguruan Tinggi)
Wawancara terstruktur 1. Bekerja
Pekerjaan Ordinal
(Kuesioner) 2. Tidak bekerja

Status Wawancara terstruktur 1. Kawin


Ordinal
Perkawinan (Kuesioner) 2. Belum kawin
Riwayat Wawancara terstruktur 1. Ada riwayat
Ordinal
Keluarga (Kuesioner) 2. Tidak ada riwayat

Wawancara terstruktur 1. Obesitas


Obesitas Ordinal
(Kuesioner) 2.Tidak obesitas
1. Tinggi, jika asupan
Wawancara terstruktur > 2.300 mg natrium
Asupan Garam Ordinal
(Kuesioner) 2. Cukup, jika asupan
< 2.300 mg natrium

1. Meminum alkohol
Konsumsi Wawancara terstruktur
2. Tidak meminum Ordinal
Alkohol (Kuesioner)
alkohol
1. Peminum Berat
Tingkat Wawancara terstruktur
2. Peminum Sedang Ordinal
Peminum (Kuesioner)
3. Peminum Ringan
Kebiasaan Wawancara terstruktur 1. Merokok
Ordinal
Merokok (Kuesioner) 2. Tidak merokok
1. Perokok Berat
Tingkat Wawancara terstruktur
2. Perokok Sedang Ordinal
Perokok (Kuesioner)
3. Perokok Ringan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.2.1. Geografis

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga mempunyai wilayah kerja

dengan jumlah 4 kelurahan, dengan luas wilayah 554,9 Ha, dan terletak 1 – 13

meter diatas permukaan laut.

Secara geografis batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas

adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sibolga Kota

- SebelahTimur : Berbatasan dengan Sibolga Selatan

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan teluk Tapian Nauli

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sibolga Kota

4.2.2. Demografis

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga sebanyak 20.453 jiwa yang terdiri dari 10.063 jiwa laki – laki dan 10.390

jiwa perempuan, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Penduduk Menurut
Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Laki – Laki Perempuan
Pancuran Bambu 2321 2468 4789
Pancuran Dewa 1417 1539 2956
Pancuran Kerambil 2533 2504 5037
Pancuran Pinang 3765 3849 7614
Jumlah 10.036 10.360 20.396

43
Universitas Sumatera Utara
44

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

setiap variabel penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang

dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut :

4.2.3. Kejadian Prehipertensi

Prevalence rate prehipertensi pada 109 masyarakat berusia dewasa di

wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 diperoleh

hasil seperti pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Prevalence Rate Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas


Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi Frekuensi %
Prehipertensi 54 49,5
Normal 55 50,5
Jumlah 109 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa prevalence rate

prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga tahun 2017 adalah sebesar 49,5%.

4.2.4. Deskripsi Karakteristik

Distribusi proporsi karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan di wilayah kerja Puskesmas

Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 dapat dilihat seperti pada tabel 4.3

Universitas Sumatera Utara


45

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Karakteristik Penduduk di Wilayah Kerja


Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Karakteristik Frekuensi %
Umur
26-40 tahun 86 78,9
18-25 tahun 23 21,1
Jumlah 109 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 30 27,5
Perempuan 79 72,5
Jumlah 109 100
Pendidikan
Tidak tamat SD 9 8,3
SD 10 9,2
SMP 27 24,8
SMA 51 46,8
Akademi/Perguruan Tinggi 12 11
Jumlah 109 100
Pekerjaan
Tidak Bekerja 6 5,5
Pedagang 5 4,6
Karyawan Swasta 5 4,6
PNS 7 6,4
Ibu Rumah Tangga 66 60,6
Nelayan 5 4,6
Dan lain-lain 15 13,8
Jumlah 109 100
Status Perkawinan
Kawin 96 88,1
Belum Kawin 13 11,9
Jumlah 109 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa proporsi umur lebih banyak

ditemukan pada kelompok umur 26-40 tahun yaitu 86 orang (78,9%) sedangkan

pada kelompok umur 18-25 tahun yaitu 23 orang (21,1%).

Proporsi jenis kelamin lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu 79

orang (72,5%) sedangkan pada laki-laki yaitu 30 orang (27,5%).

Proporsi pendidikan paling banyak ditemukan pada penduduk yang

berpendidikan terakhir SMA yaitu 51 orang (46,8%), kemudian SMP sebanyak 27

Universitas Sumatera Utara


46

orang (24,8%), Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 12 orang (11%), SD sebanyak

10 orang (9,2%) sedangkan yang paling sedikit adalah Tidak Tamat SD yaitu 9

orang (8,3%).

Proporsi pekerjaan paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 66

orang (60,60%), kemudian Dan Lain-lain sebanyak 15 orang (13,8%), PNS

sebanyak 7 orang (6,4%), Tidak Bekerja sebanyak 6 orang (5,5%), dan paling

sedikit adalah Pedagang, Karyawan Swasta, dan Nelayan masing-masing sebanyak

5 orang (4,6%)

Proporsi status perkawinan paling banyak ditemukan adalah sudah kawin

yaitu 96 orang (88,1%) sedangkan yang belum menikah yaitu 13 orang (11,9%).

4.2.5. Riwayat Keluarga yang menderita Hipertensi

Distribusi proporsi riwayat keluarga yang menderita hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 dapat dilihat pada

tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun
2017
Riwayat Keluarga yang Frekuensi %
Menderita Hipertensi

Ada Riwayat 53 48,6


Tidak Ada Riwayat 56 51,4
Jumlah 109 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa proporsi riwayat

keluarga yang menderita hipertensi lebih banyak ditemukan pada penduduk yang

tidak ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi yaitu 56 orang (51,4%)

sedangkan pada penduduk yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita

hipertensi yaitu 53 orang (48,6%).

Universitas Sumatera Utara


47

4.2.6. Obesitas

Distribusi proporsi status obesitas di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Status Obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas


Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Obesitas Frekuensi %
Obesitas 43 39,4
Tidak Obesitas 66 60,6
Jumlah 109 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa proporsi status

obesitas lebih banyak ditemukan pada penduduk yang tidak obesitas yaitu 66 orang

(60,6%) sedangkan pada penduduk yang obesitas yaitu 43 orang (39,4%).

4.2.7. Asupan Garam

Distribusi proporsi asupan garam di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Asupan Garam di Wilayah Kerja Puskesmas


Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017
Asupan Garam Frekuensi %
Tinggi 52 47,7
Cukup 57 52,3
Jumlah 109 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa proporsi asupan garam

lebih banyak ditemukan pada penduduk yang asupan garamnya cukup yaitu 57

orang (52,3%) sedangkan pada penduduk yang asupan garamnya tinggi yaitu 52

orang (47,7%).

4.2.8. Konsumsi Alkohol

Distribusi proporsi konsumsi alkohol di wilayah kerja Puskesmas

Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.7

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Konsumsi Alkohol di Wilayah Kerja


Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Konsumsi Alkohol Frekuensi %
Meminum Alkohol 12 11
Tidak Meminum Alkohol 97 89
Jumlah 109 100
Peminum Berat 5 41,7
Peminum Sedang 5 41,7
Peminum Ringan 2 16,7
Jumlah 12 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa proporsi konsumsi

alkohol paling banyak ditemukan pada penduduk yang tidak meminum alkohol

yaitu 97 orang (89%) sedangkan yang meminum alkohol sebanyak 12 orang (11%).

Dari 12 orang penduduk yang meminum alkohol paling banyak adalah

peminum berat yaitu 5 orang (41,7%), kemudian peminum sedang yaitu 5 orang

(41,7%) sedangkan yang paling sedikit adalah perminum ringan yaitu 2 orang

(16,7%).

4.2.9. Kebiasaan Merokok

Distribusi proporsi kebiasaan merokok di wilayah kerja Puskesmas

Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Kebiasaan Merokok di Wilayah Kerja


Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Kebiasaan Merokok Frekuensi %
Merokok 32 29,4
Tidak Merokok 77 70,6
Jumlah 109 100
Perokok Berat 2 6,2
Perokok Sedang 16 50
Perokok Ringan 14 43,8
Jumlah 32 100

Universitas Sumatera Utara


49

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa proporsi kebiasaan

merokok paling banyak ditemukan pada penduduk yang tidak merokok yaitu 77

orang (70,6%) sedangkan yang merokok sebanyak 32 orang (29,4%).

Dari 32 orang penduduk yang merokok yang paling banyak adalah

perokok sedang yaitu 16 oran (50%), kemudian perokok ringan yaitu 14 orang

(43,8%) sedangkan yang paling sedikit adalah perokok berat yaitu 2 orang (6,2%).

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-

variabel independen dengan variabel dependen yaitu kejadian prehipertensi. Dapat

dilihat sebagai berikut :

4.3.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara umur dengan

kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Umur dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah


Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Umur Pre Normal Total RP*
P
(Tahun) hipertesi (95% CI)

f % f % f %
26-40 48 55,8 38 44,2 86 100 2,140
0,011
18-25 6 26,1 17 73,9 23 100 (1,049-4,366)
* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk umur 26-40 tahun yaitu 48 orang (55,8%) sedangkan pada umur 18-25

tahun yaitu 6 orang (26,1%). Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p < 0,05 artinya

Universitas Sumatera Utara


50

terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian prehipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

Ratio prevalence prehipertensi pada penduduk umur 26-40 dan umur 18-

25 adalah 2,140 (95% CI=1,049-4,366). Hal ini menunjukkan bahwa umur

merupakan faktor resiko terjadinya prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Kejadian Prehipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Jenis Pre Normal Total RP*
P
Kelamin hipertesi (95% CI)

f % f % f %
Laki-laki 16 53,3 14 46,7 30 100 1,109
0,626
Perempuan 38 48,1 41 51,9 79 100 (0,739-1,663)
* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk laki-laki yaitu 16 orang (53,3%) sedangkan perempuan yaitu 38 orang

(48,1%). Hasil uji chi-square diperoleh p>0,05 artinya tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian prehipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.11

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Pendidikan dengan Kejadian Prehipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Pendidikan Pre Normal Total RP*
P
hipertesi (95% CI)
f % f % f %
Dasar-
25 54,3 21 45,7 46 100 1,181
Menengah 0,391

Lanjut 29 46 34 54 63 100 (0,810-1,720)


* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk dengan pendidikan dasar-menengah yaitu 25 orang (54,3%) sedangkan

pendidikan lanjut yaitu 29 orang (46%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p>0,05

artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian

prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun

2017.

4.3.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara pekerjaan

dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Kejadian Prehipertensi di


wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun
2017
Kejadian Prehipertensi
Pekerjaan Pre Normal Total RP*
P
hipertesi (95% CI)
f % f % f %
Tidak Bekerja 36 50 36 50 72 100 1,028
0,894
Bekerja 18 48,6 19 51,4 37 100 (0,636-1,539)
* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang bekerja yaitu 36 orang (50%) sedangkan tidak bekerja yaitu 18

orang (48,6%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 artinya tidak terdapat
Universitas Sumatera Utara
52

hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian prehipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.5. Hubungan Status Perkawinan dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara status

perkawinan dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Status Perkawinan dengan Kejadian Prehipertensi


di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Status Pre Normal Total RP*
P
Perkawinan Hipertesi (95% CI)
f % f % f %

Kawin 50 52,1 46 47,9 96 100 1,693


0,149
Belum Kawin 4 30,8 9 69,2 13 100 (0,732-3,912)
* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang sudah kawin yaitu 50 orang (52,1%) sedangkan belum kawin yaitu

4 orang (30,8%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p> 0,05 artinya tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan kejadian prehipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.6. Hubungan Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan

Kejadian Prehipertensi

Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

riwayat keluarga yang menderita hipertensu dengan kejadian prehipertensi dapat

dilihat pada tabel 4.14

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi


dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Riwayat Pre Normal Total RP*
P
Keluarga Hipertesi (95% CI)

f % f % f %
Ada 38 71,7 15 28,3 53 100 2,509
0,0001
Tidak ada 16 28,6 40 71,4 56 100 (1,604-3,925)
* RP = Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk dengan keluarga yang memiliki riwayat hipertensi yaitu 38 orang

(71,7%) sedangkan penduduk dengan keluarga yang tidak memiliki riwayat

hipertensi yaitu 16 orang (28,6%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p< 0,05

artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga yang menderita

hipertensi dengan kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

Ratio prevalence prehipertensi pada penduduk dengan keluarga yang

memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 2,509

(95% CI=1,604-3,925). Hal ini menunjukkan bahwa riwayat keluarga yang

menderita hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya prehipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.7. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara obesitas

dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.15

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Obesitas dengan Kejadian Prehipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Obesitas Pre Normal Total RP*
P
Hipertesi (95% CI)
f % f % f %
Obesitas 32 74,4 11 25,6 43 100 2,233
0,0001
Tidak Obesitas 22 33,3 44 66,7 66 100 (1,521-3,276)
* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk obesitas yaitu 32 orang (74,4%) sedangkan tidak obesitas yaitu 22 orang

(33,3%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p< 0,05 artinya terdapat hubungan

yang bermakna antara obesitas dengan kejadian prehipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

Ratio prevalence prehipertensi pada penduduk yang obesitas dan yang

tidak obesitas adalah 2,233 (95% CI=1,521-3,275). Hal ini menunjukkan bahwa

obesitas merupakan faktor resiko terjadinya prehipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.8. Hubungan Asupan Garam dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara asupan garam

dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.16

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Asupan Garam dengan Kejadian Prehipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Asupan Pre Normal Total RP*
P
Garam hipertesi (95% CI)

f % f % f %
Tinggi 32 62,7 19 37,3 51 100 1,654
0,010
Cukup 22 37,9 36 62,1 58 100 (1,119-2,446)
* RP = Ratio Prevalence

Universitas Sumatera Utara


55

Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk dengan asupan garam tinggi yaitu 32 orang (62,7%) sedangkan asupan

garam cukup yaitu 22 orang (37,9%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p< 0,05

artinya terdapat hubungan yang bermakna antara asupan garam dengan kejadian

prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun

2017.

Ratio prevalence prehipertensi asupan garam tinggi dan normal adalah

1,654 (95% CI=1,119-2,446). Hal ini menunjukkan asupan garam merupakan

faktor resiko terjadinya prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.9. Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara konsumsi

alkohol dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.17

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Prehipertensi


di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Konsumsi Pre Normal Total RP*
P
Alkohol hipertesi (95% CI)
f % f % f %
Meminum 6 50 6 50 12 100
Alkohol 1,010
0,973
Tidak Minum 48 49,5 49 50,5 97 100 (0,554-1,842)
Alkohol

* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang mengonsumsi alkohol yaitu 6 orang (50,0%) sedangkan tidak

mengonsumsi alkohol yaitu 48 orang (49,5,0%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai

p> 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi

Universitas Sumatera Utara


56

alkohol dengan kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.3.10. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Prehipertensi

Hasil statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara kebiasaan

merokok dengan kejadian prehipertensi dapat dilihat pada tabel 4.18

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Kebiasaan Merokok dengan Kejadian


Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas
Kota Sibolga Tahun 2017
Kejadian Prehipertensi
Kebiasaan Pre Normal Total RP*
P
Merokok hipertesi (95% CI)

f % f % f %
100
Merokok 19 59,4 13 40,6 32 1,306
Tidak 35 45,5 42 54,5 77 100 0,186
(0,896-1,904)
Merokok
* RP = Ratio Prevalence

Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang merokok yaitu 19 orang (59,4%) sedangkan tidak merokok yaitu

35 orang (45,5%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p> 0,05 artinya tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian prehipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

4.4. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji bivariat variabel-variabel yang nilai p value nya <

0,25 akan dilanjutkan ke analisis multivariat yaitu umur, status perkawinan, riwayat

keluarga yang menderita hipertensi, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan

merokok seperti pada tabel 4.19

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 4.19 Variabel-variabel yang Berhubungan dengan Kejadian


Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas
Kota Sibolga Tahun 2017
RP*
Variabel Independen P
(95% CI)
Umur 0,011 2,140 (1,049-4,366)
Status Perkawinan 0,149 1,693 (0,732-3,912)
Riwayat Keluarga 0,0001 2,509 (1,604-3,925)
Obesitas 0,0001 2,233 (1,521-3,276)
Asupan Garam 0,010 1,654 (1,119-2,446)
Kebiasaan Merokok 0,186 1,306 (0,896-1,904)

Tabel 4.20 Variabel-variabel yang Berpengaruh dengan Kejadian


Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas
Kota Sibolga Tahun 2017
95% C.l. for Exp (B)
Variabel Independen Nilai B Nilai P Exp (B)
Lower Upper
Umur 1,702 0,001 5,487 1,558 19,324
Riwayat Keluarga 2,160 0,001 8,669 3,182 23,613
Obesitas 2,019 0,001 7,528 2,687 21,095
Constant -1,494 0,001 0,225

Hasil uji multivariat diperoleh bahwa variabel riwayat keluarga dengan

Exp.B sebesar 8,669 (95% CI = 3,182-23,613) merupakan faktor resiko yang paling

dominan terhadap kejadian prehipertensi, diikuti oleh variabel obesitas dengan

Exp.B sebesar 7,528 (95% CI = 2,687-21,095), dan kemudian variabel umur dengan

Exp.B sebesar 5,487 (95% CI = 1,558-19,324). Sedangkan variabel status

perkawinan, asupan garam, dan kebiasaan merokok bukan merupakan faktor resiko

terhadap kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas

Kota Sibolga tahun 2017.

Pada tabel 4.20 juga terlihat bahwa variabel riwayat keluarga, obesitas, dan

umur bernilai positif, menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh

yang searah (positif) terhadap kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Prevalence Rate Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kejadian Prehipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.1 di atas dapat dilihat bahwa prevalence rate

prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga tahun 2017 adalah sebesar 49,50%, hal ini terjadi oleh karena banyak faktor

seperti umur (55,8%), riwayat keluarga (71,7%), obesitas (74,5%), dan asupan

garam (62,7%).

58
Universitas Sumatera Utara
59

5.2 Analisis Bivariat dan Multivariat

5.2.1. Umur dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.2 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kejadian
Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas
Kota Sibolga Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk umur 26-40 tahun yaitu 55,8% sedangkan umur 18-25 tahun yaitu 26,1%.

Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,011 (p <0,05) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian

prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun

2017. Ratio prevalence prehipertensi penduduk umur 26-40 tahun dan 18-25 tahun

adalah 2,140 (95% CI=1,049-4,366).

Hasil uji multivariat diperoleh nilai Exp.B sebesar 5,487 (95% CI = 1,558-

19,324) yang artinya umur merupakan faktor resiko kejadian prehipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


60

Hal ini sejalan dengan penelitian Anggara dan Nanang di Puskesmas

Telaga Murni, Cikarang Barat tahun 2012 dengan desain cross sectional didapatkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi,

dengan nilai p = 0,0001 (p >0,05).

Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis yaitu

berkurangnya elastisitas pembuluh darah oleh aterosklesoris yang terbentuk dari

penumpukan lemak, kolesterol, karbohidrat kompleks, lipoprotein, jaringan ikat,

dan pengapuran kalsium sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah yang dapat

memicu terjadinya kejadian hipertensi. Secara alamiah proses ini berlangsung di

dalam tubuh yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan keberadaan

faktor pemicu (Aisyiyah, 2009).

5.2.2. Jenis Kelamin dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.3 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara


61

Berdasarkan gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk laki-laki yaitu 53,3% sedangkan perempuan yaitu 48,1%. Hasil uji Chi

Square diperoleh nilai p = 0,626 (p >0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian prehipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017. Ratio

prevalence prehipertensi laki-laki dan perempuan adalah 1,109 (95% CI=0,739-

1,663).

Hal ini sejalan dengan penelitian Arifin dkk pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Petang I Kabupaten Badung tahun 2016 dengan studi analitik dengan

desain cross sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif diperoleh nilai (p

=0,902; RP = 0,980) yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian hipertensi.

Berbeda halnya dengan Depkes Dir Pengendalian PTM (2006) yang

menyatakan bahwa pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah

memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan

setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan

dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.

Menurut Nuraini (2015) prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama

dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause termasuk hipertensi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL

Universitas Sumatera Utara


62

yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis.

5.2.3. Pendidikan dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.4 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pendidikan dengan


Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk dengan pendidikan dasar-menengah yaitu 54,3% sedangkan dengan

pendidikan lanjut yaitu 46%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,391 (p

>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017. Ratio prevalence prehipertensi pendidikan dasar-

menengah dan pendidikan lanjut yaitu 1,181 (95% CI=0,810-1,720).

Hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di wilayah kerja Puskesmas Sering

Medan Tembung tahun 2011 diperoleh nilai p = 0,688 (p>0,05) yang

Universitas Sumatera Utara


63

artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan

hipertensi.

Pendidikan penting karena merupakan dasar dari pemahaman orang dalam

hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah. Riskesdas

(2007) yang menyatakan bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi pada

pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan, dalam

pengaruhnya terhadap pola hidup sehat dan kebiasaan yang sering menjadi faktor

resiko terjadinya hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa

tingkat pendidikan seseorang memengaruhi kemampuan seseorang dalam

menerima informasi dan mengolahnya sebelum menjadi perilaku yang baik atau

buruk sehingga berdampak terhadap status kesehatannya.

Walaupun demikian, jika dilihat dari gambar 5.4 bahwa distribusi tingkat

pendidikan dengan kejadian prehipertensi relatif sama sehingga tidak ada

perbedaan yang bermakna. Kemungkinan penduduk dengan pendidikan lanjut pun

masih kurang kesadarannya dalam mencegah faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya prehipertensi. Sehingga dapat dijelaskan semakin tinggi

tingkat pendidikan penduduk belum tentu tidak mengalami prehipertensi, namun

bukan berarti variabel pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap hipertensi,

tetapi mungkin variabel lain yang lebih dominan berpengaruh.

Universitas Sumatera Utara


64

5.2.4. Pekerjaan dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.5 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pekerjaan dengan Kejadian
Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas
Kota Sibolga Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang tidak bekerja yaitu 50% sedangkan yang bekerja yaitu 48,6%.

Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,894 (p >0,05) yang menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian

prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun

2017. Ratio prevalence prehipertensi yang tidak bekerja dan yang bekerja yaitu

1,028 (95% CI=0,636-1,539).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Manik di wilayah kerja

Puskesmas Parsoburan (2011) dengan pendekatan cross sectional diperoleh nilai

p=0,347 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan

Universitas Sumatera Utara


65

kejadian hipertensi, dan RP=1,375 (95% CI=0,692-2,730). Oleh karena terdapat

nilai 1 maka pekerjaan bukan sebagai faktor risiko untuk kejadian hipertensi.

Berbeda dengan pendapat Kristansti, et al menyatakan bahwa pekerjaan

berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang, faktor stress dan kelelahan kerja, juga

berhubungan dengan penghasilan dan kebiasaan makan seseorang.

Walaupun demikian, jika dilihat dari gambar 5.5 bahwa distribusi

pekerjaan dengan kejadian prehipertensi relatif sama sehingga tidak ada perbedaan

yang bermakna. Jika dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan 66,1%

responden adalah tidak bekerja dan mayoritas adalah ibu rumah tangga. Hal ini ada

kaitannya dengan kurangnya pengaturan aktifitas fisik dan pola hidup yang kurang

sehat.

5.2.5. Status Perkawinan dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.6 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status Perkawinan dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara


66

Berdasarkan gambar 5.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang sudah kawin yaitu 52,1% sedangkan yang belum kawin yaitu

30,8%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,149 (p >0,05) yang menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan

kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga

tahun 2017. Ratio prevalence prehipertensi yang tidak bekerja dan yang bekerja

yaitu 1,693 (95% CI=0,732-3,912).

Hal ini sejalan dengan penelitian Puspitasari di Desa Jati Kesuma

Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang tahun 2015 dengan desain cross

sectional tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan

kejadian prehipertensi pada usia 18-40 tahun (p>0,05) dengan RP=0,694 (95%

CI=0,502-0,961).

Berbeda dengan pendapat Aisyiyah yang mengatakan bahwa emosi

seseorang akan semakin stabil setelah menikah dan menurun kembali ketika

berpisah dengan pasangannya. Adanya rasa saling berbagi dan menghadapi

masalah secara bersama diduga dapat menurunkan tekanan psikis (stress) pada

beberapa orang.

Walaupun demikian, jika dilihat dari gambar 5.6 dapat dilihat bahwa

prehipertensi tetap tinggi pada penduduk yang sudah kawin (52,1%). Hal ini diduga

bahwa status perkawinan bukan faktor utama yang memicu terjadinya prehipertensi

tetapi faktor gaya hidup lainnya, seperti obsesitas dan asupan garam.

Universitas Sumatera Utara


67

5.2.6. Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan Kejadian

Prehipertensi

Gambar 5.7 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Riwayat Keluarga Yang
Menderita Hipertensi dengan Kejadian Prehipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga
Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk dengan ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi yaitu 71,7%

sedangkan yang tidak ada riwayat yaitu 28,6%.

Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (p <0,05) yang menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga yang menderita

hipertensi dengan kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017. Ratio prevalence prehipertensi ada riwayat

keluarga yang menderita hipertensi dan yang tidak ada riwayat yaitu 2,509 (95%

CI=1,604-3,925).

Universitas Sumatera Utara


68

Hasil uji multivariat diperoleh nilai Exp.B sebesar 8,669 (95% CI = 3,182-

23,613) yang artinya riwayat keluarga merupakan faktor resiko bahkan faktor

resiko yang paling dominan terhadap kejadian prehipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anggraini dkk pada

pasien di poliklinik dewasa di Puskesmas Bengkinang tahun 2008 dengan

pendekatan case control study menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,0001 (p

>0,05) dengan OR sebesar 7,708 artinya probabilitas untuk terjadinya hipertensi

pada riwayat keluarga hipertensi sekitar 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kartikasari di Desa

Kabongan Kidul, Rembang (2012) dengan menggunakan desain penelitian case

control terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian

hipertensi (p=0,0001).

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan

terjadinya hipertensi esensial dan juga sesuai dengan literatur yang menyatakan

bahwa pada 70-80% kasus hipertensi didapatkan riwayat hipertensi di dalam

keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka

dugaan hipertensi akan lebih besar (Anggraini, 2009).

Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih

mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah

dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan,

Universitas Sumatera Utara


69

dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan

besar dalam menentukan tekanan darah (Laporan Komisi Pakar WHO, 2001).

5.2.7. Obesitas dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.8 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Obesitas dengan Kejadian
Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas
Kota Sibolga Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang obesitas yaitu 74,4% sedangkan yang tidak obesitas yaitu 33,3%.

Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,0001 (p <0,05) yang menunjukkan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian prehipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017. Ratio

prevalence prehipertensi yang obesitas dan yang tidak obesitas yaitu 2,233 (95%

CI=1,521-3,276).

Hasil uji multivariat diperoleh nilai Exp.B sebesar 7,528 (95% CI = 2,687-

21,095) yang artinya obesitas merupakan faktor resiko kejadian

Universitas Sumatera Utara


70

prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun

2017.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ismayadi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Medan Johor tahun 2012 dengan rancangan case control

study bersifat retrospective dengan p=0,032 (p<0,05) menunjukkan ada pengaruh

obesitas dengan kejadian hipertensi dan dengan nilai OR 3,37 (95% CI = 1,202-

9,438) berarti penduduk yang menderita hipertensi memiliki faktor resiko obesitas

3,37 kali dibandingkan yang tidak hipertensi.

Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa

sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk

memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang

beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan

lebih besar pada dinding arteri. Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal

maka risiko hipertensi juga meningkat (Hull,1993).

Obesitas atau kelebihan berat badan pada kebanyakan kajian berkaitan

dengan 2-6 kali meningkatkan risiko mendapatkan hipertensi. Obesitas berarti

menyimpan energi dalam bentuk lemak sehingga meningkatkan jumlah jaringan

lemak dan meningkatkan beban kerja jantung. Dari data pengamatan, regresi

multivariat TD menunjukkan kenaikan berat badan 10 kg dapat menaikkan TDS 2-

3 mmHg dan TDD 1-3 mmHg (Laporan Komisi Pakar WHO, 2011).

Universitas Sumatera Utara


71

5.2.8. Asupan Garam dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.9 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Asupan Garam dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelabuhan
Sambas Kota Sibolga Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prehipertensi

penduduk yang asupan garamnya tinggi yaitu 62,7% sedangkan yang asupan garam

cukup yaitu 37,9%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,010 (p <0,05) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan garam dengan

kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga

tahun 2017. Ratio prevalence prehipertensi yang asupan garamnya tinggi dan yang

asupan garamnya cukup yaitu 1,654 (95% CI=1,119-2,446).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian S. Fadhillah di wilayah kerja

Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun tahun 2014 dengan desain cross

sectional diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) dan nilai RP sebesar 2,411 (CI= 1,574-

Universitas Sumatera Utara


72

3,693) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan

garam dengan kejadian prehipertensi.

Penelitian ini senada dengan penelitian Anggraini dkk di Puskesmas

Bangkinang (2009) dengan pendekatan case control study yang menunjukkan

distribusi proporsi penderita yang asupan garamnya tinggi yaitu 61,5% dan yang

asupan garamnya normal yaitu 31,7% dengan nilai p=0,003.

Pada masyarakat yang mengonsumsi garam ≤3 gram biasanya tekanan

darahnya rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8

gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi. Garam menyebabkan penumpukan cairan

dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak

lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Depkes,

2006).

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium

didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler

ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya

volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium ±1,8 gram/hari dapat

menurunkan takanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2 mmHg pada penderita

hipertensi. Respons perubahan asupan garam terhadap tekanan darah bervariasi

diantara individu (Anggraini, 2008).

Universitas Sumatera Utara


73

5.2.9. Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.10 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Konsumsi Alkohol dengan
Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi

prehipertensi penduduk yang mengonsumsi alkohol yaitu 50% sedangkan yang

tidak mengkonsumsi alkohol yaitu 49,5%.

Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,973 (p >0,05) yang menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol dengan

kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga

tahun 2017. Ratio prevalence prehipertensi yang mengonsumsi alkohol dan yang

tidak mengkonsumsi alkohol yaitu 1,010 (95% CI=0,554- 1,842).

Hal ini sejalan dengan penelitian Artiyaningrum di Puskesmas

Kedungmundu Kota Semarang tahun 2014 dengan pendekatan kasus kontrol

diperoleh nilai (p=0,502; OR=1,579) yang artinya tidak ada hubungan antara

Universitas Sumatera Utara


74

konsumsi alkohol dengan terjadinya hipertensi dan konsumsi alkohol bukan faktor

resiko terjadinya hipertensi.

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.

Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah

merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa

studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol,

dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak

apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya

(Depkes RI, 2006).

Dari 109 penduduk pada penelitian ini, didapatkan bahwa kecenderungan

penduduk tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol, yakni sebanyak 97

orang. Penduduk yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol hanya sejumlah

12 orang. Kejadian prehipertensi pada penduduk yang tidak mengonsumsi alkohol

dan yang mengonsumsi alkohol juga relatif sama.

Kecenderungan ini mungkin saja dipengaruhi oleh sampel pada penelitian

ini yang 79% adalah perempuan, karena berdasarkan hasil survei, rata- rata

perempuan memang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol

dibandingkan dengan laki-laki. Dua belas orang penduduk yang meminum alkohol,

hanya 1 orang perempuan. Hal ini erat hubungannya dengan pengaruh jenis kelamin

terhadap kebiasaan seseorang meminum alkohol.

Kebiasaan mengonsumsi alkohol biasanya lebih menjadi gaya hidup laki-

laki. Laki-laki cenderung menganggap bahwa mengonsumsi alkohol dapat

menghangatkan badan terkhusus penduduk yang mengonsumsi alkohol yang

Universitas Sumatera Utara


75

bekerja sebagai nelayan, serta kebiasaan berkumpul dengan teman-temannya

sambil meminum minuman beralkohol.

5.2.10. Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Prehipertensi

Gambar 5.11 Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Kebiasaan Merokok


dengan Kejadian Prehipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelabuhan Sambas Kota Sibolga Tahun 2017

Berdasarkan gambar 5.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi

prehipertensi penduduk yang merokok yaitu 59,4% sedangkan yang tidak tidak

merokok yaitu 45,5%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,186 (p >0,05) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok

dengan kejadian prehipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota

Sibolga tahun 2017. Ratio prevalence prehipertensi yang merokok dan yang tidak

merokok yaitu 1,306 (95% CI=0,896-1,904).

Hal ini sesuai dengan penelitian Siringoringo pada lansia di Desa Sigaol

Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 ditemukan proporsi hipertensi kelompok

yang memiliki kebiasaan merokok adalah 63,64% dan pada kelompok

Universitas Sumatera Utara


76

yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 61,06%. Berdasarkan hasil

penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat tidak ada hubungan yang

bermakna antara kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi nilai p=0,732

dengan nilai RP=1,042 (p=0,732) artinya kebiasaan merokok bukan sebagai faktor

resiko terjadinya hipertensi.

Hubungan merokok dengan hipertensi memang belum jelas. Menurut

literatur, zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan

darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok

dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot

jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan

risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri. Merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali

per menit dan lama kelamaan akan mengakibatakan hipertensi (Depkes, 2006).

Dari 109 sampel pada penelitian ini, didapatkan bahwa kecenderungan

penduduk tidak memiliki kebiasaan merokok yakni sebanyak 77 orang. Penduduk

yang memiliki kebiasaan merokok hanya sejumlah 32 orang.

Sama halnya dengan konsumsi alkohol, kecenderungan ini mungkin saja

dipengaruhi oleh sampel pada penelitian ini yang 79% adalah perempuan, karena

berdasarkan hasil survei, rata-rata perempuan memang tidak memiliki kebiasaan

Universitas Sumatera Utara


77

merokok dibandingkan dengan laki-laki. Tiga puluh dua orang penduduk yang

merokok, hanya 9 orang perempuan. Hal ini erat hubungannya dengan pengaruh

jenis kelamin terhadap kebiasaan seseorang merokok.

Kebiasaan merokok biasanya lebih menjadi gaya hidup laki-laki dan

merupakan kebiasaan yang sangat sulit untuk dihilangkan. Laki-laki yang

menganggap bahwa rokok dapat menambah semangat dan tenaga mereka ketika

bekerja, mengurangi stress, merasa aneh jika tidak merokok, serta kebiasaan

berkumpul dengan teman-temannya sambil menghisap rokok.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1. Prevalence rate kejadian prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 yaitu 49,5%.

6.1.2. Distribusi penduduk berusia dewasa di wilayah kerja Puskesmas

Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017 tertinggi pada kelompok

umur 26-40 tahun (78,9%), jenis kelamin perempuan (72,5%), pendidikan

SMA (46,8%), Ibu Rumah Tangga (60,6%), sudah kawin (88,1%), tidak

ada riwayat keluarga menderita hipertensi (51,4%), tidak obesitas (60,6%),

asupan garam cukup (52,3%), tidak mengonsumsi alkohol (89%), dan

tidak merokok (70,6%).

6.1.3. Ada hubungan yang bermakna antara umur, riwayat keluarga yang

menderita hipertensi, obesitas, dan asupan garam dengan kejadian

prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pelabuhan

Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

6.1.4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok

dengan kejadian prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

6.1.5. Riwayat keluarga merupakan faktor resiko yang paling dominan terhadap

terjadinya prehipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas

Pelabuhan Sambas Kota Sibolga tahun 2017.

78
Universitas Sumatera Utara
79

6.2 Saran

6.2.1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Sibolga diharapkan dapat meningkatkan

penyuluhan tentang penyakit tidak menular khususnya tentang

prehipertensi atau hipertensi.

6.2.2. Kepada pihak Puskesmas Pelabuhan Sambas Kota Sibolga diharapkan

dapat meningkatkan penyuluhan bagi para pengunjung Puskesmas

mengenai pentingnya menjaga pola hidup yang sehat dan menghindari

faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian prehipertensi atau

hipertensi serta pemantauan tekanan darah sedini mungkin.

6.2.3. Kepada masyarakat diharapkan untuk menjaga pola makan, meningkatkan

gaya hidup yang sehat, serta menghindari faktor-faktor risiko yang dapat

menyebabkan kejadian prehipertensi atau hipertensi.

6.2.4. Mengingat keterbatasan penelitian maka diperlukan penelitian dan kajian

lebih lanjut, baik itu variabel-variabel yang telah diteliti maupun yang

belum diteliti sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aisyiyah, Nur Farida. 2009. Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota
Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi Di Jawa Dan Sumatera. SKRIPSI
FEM IPB.

Anggara, Febby Haendra dan Nanang Prayitno. 2012. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013

Anggraini dkk, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Riau : Fakultas
Kedokteran Universitas Riau.

Arifin dkk, 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi


Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Petang I
Kabupaten Badung Tahun 2016. E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7,
JULI, 2016

Artiyaningrum, Budi. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan
Pemeriksaan Rutin Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun
2014. SKRIPSI FIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

Bayauli et.al., 2014. Prehypertension, Hypertension and Associated


Cardiovascular Risk Factors among Adult Congolese Urban Dwellers:
Results of the Vitaraa Study. Congo: Scientific Research Publishing Inc.
World Journal of Cardiovascular Diseases, 2014, 4, 390-398

BPS Kota Sibolga, 2016. Kecamatan Sibolga Sambas Dalam Angka 2016.
Sibolga: BPS.

Bustan, M. N., 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

, 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:


Rineka Cipta.

CDC, 2010. A Report of the Surgeon General. How Tobacco Smoke Causes
Disease. (https://www.cdc.gov/) diakses 5 April 2017

, 2016. High Blood Pressure. (https://www.cdc.gov/bloodpressure/facts.htm)


diakses 3 April 2017

, 2016.Sodium : the Fact. Atlanta. (https://www.cdc.gov/) diakses 1 April

Corwin, E.J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

80

Universitas Sumatera Utara


81

Depkes RI., 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:


Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan.

, 2006. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana Penyakit


Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Direktorat Jenderal PP & PL.

Gray, Huon H, dkk, 2003. Lecture Notes: Kardiologi Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga.

Gupta, Angkur et.al., 2011. Prehypertension – Time to Act. Medicine Update- 2011.

Hayens, B, et.al, 2000. Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang


Pustaka dan Intimedia.

Hull, A, 1993. Penyakit Jantung, Hipertensi dan Nutrisi. Penerjemah Wendra Ali.
Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

HUS, 2015. Health, United States, 2014 with Special Feature on Adults Aged 55-
64. United States : U.S. Department of Health and Human Services.

Indonesia Society of Hypertension (InaSH), 2015. Hari Hipertensi Sedunia 17 Mei


2015. (http://www.inash.or.id) diakses 25 Februari 2016

Irawati, Sylvia, 2013. Cukupkah Batasi Makanan Asin.


(http://www.moveondiet.com/featured/cukupkah-batasi-makanan-asin/)
diakses 2 April 2017

Ismayadi, 2012. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terhadap Kejadian Hipertensi


Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor Tahun
2012. SKRIPSI FKM USU.

Kaplan, dan Joseph, M.D, 2006. Kaplan’s Clinical Hypertension. Ninth Edition.
USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Kemenkes RI., 2001, Cara Mencegah dan Mengatasi Obesitas (Kegemukan).


Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan RI.

, 2008. Riskesdas 2007. Jakarta : Lembaga Penerbitan Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Universitas Sumatera Utara


82

, 2009. Riskesdas Provinsi Sumatera Utara 2007. Jakarta : Lembaga


Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.

, 2012. Buletin dan Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit


Tidak Menular. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.

, 2013. Riskesdas 2013. Jakarta : Lembaga Penerbitan Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

, 2013. Riskesdas Provinsi Sumatera Utara 2013. Jakarta : Lembaga


Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.

, 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta : Pusat Data dan Informasi


Kementrian Kesehatan RI.

Kartikasari, Agnesia Nuarima. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di


Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Semarang: JURNAL
MEDIA MEDIKA MUDA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO.

Manik, Margaret Elisabeth, 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematangsiantar Tahun 2011.
SKRIPSI FKM USU.

NHLBI, 2015. High Blood Pressure. USA : NIH. (http://www.nhlbi.nih.gov/)


diakses 3 April

, 2015. In Brief: Your Guide To Lowering Your Blood Pressure With DASH.
USA: NIH Publication.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nuraini, Bianti. 2015. Risk Factors Of Hypertension. FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG. J. MAJORITY Volume
4 Nomor 5

Nurkhalida, 2003. Warta Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Depkes RI

Palmer, A., 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.

PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.


Jakarta: PP PERKI.

Universitas Sumatera Utara


83

Permana, Hikmat. Pengelolaan Hipertensi pada Diabetes Mellitus Tipe 2.


Bandung: Fak. Kedokteran Universitas Padjajaran.

Puspitasari, S.D., 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre


Hipertensi Pada Usia 18-40 Tahun Di Desa Jati Kesuma Kecamatan
Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. SKRIPSI FKM USU.

Rahajeng, E., dan Sulistyowati T., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya
di Indonesia. Maj Kedokt Indon. Vol. 59. No. 12.

Rahayu, Hesti. 2012. Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat RW 01 Srengseng


Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. SKRIPSI FIK UI.

Ruhyanudin, Faqih. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardioavaskuler. Malang: UMM Press.

S., Abdi Fadhillah. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun
Tahun 2014. SKRIPSI FKM USU.

Setiawan, Nugraha. 2005. Teknik Sampling. Diklat Metodologi Penelitian Sosial –


Parung Bogor 25-28 Mei 2005. Inspektorat Jenderal Departemen
Pendidikan Nasional.

Setyanda, Y. O. G., dkk, 2015. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi


pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Fak.
Kedokteran Andalas.

Sigarlaki, Herke J.O., 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan


Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten
Kebumen, Jawa Tengah Tahun 2006. Jurnal Kedokteran UKI Makara
Kesehatan. Vol. 10 No. 2.

Simamora, Janner P., 2012. Pengaruh Karakteristik Dan Gaya Hidup Kelompok
Dewasa Madya Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan. TESIS FKM USU.

Siringoringo, Martati. 2013. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan


Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir
Tahun 2013. SKRIPSI FKM USU.

Udjianti, Wajan Juni, 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika.

U.S. Department of Health and Human Services, 2004. The Seventh Report of The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Universitas Sumatera Utara


84

Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII). U.S : National Institutes of


Health.

WHO, 2000. Obesity: Preventing And Managing The Global Epidemic. Geneva:
WHO.

, 2001. Laporan Pakar Komisi Pengendalian Hipertensi. Bandung : ITB

, 2007. Reducing Salt Intake In Populations. Paris: WHO.

, 2011. Noncommunicable Diseases in the South-East Asia Region: Situation


and Response 2011. New Delhi : WHO.

, 2013. A Global Brief Hypertension. Switzerland : WHO.


(http://www.who.int/) diakses 7 Maret 2017

, 2014. Global Status Report on Noncommunicable Diseases. Switzerland:


WHO. (http://www.who.int/) diakses 7 Maret 2017

, 2014. Noncommunicable Diseases Country Profiles 2014. Switzerland :


WHO. (http://www.who.int/) diakses 7 Maret 2017

Widjaja, Felix F., dkk, 2013. Prehypertension and Hypertension Among Young
Indonesian Adults at A Primary Health Care in A Rural Area. Jurnal
Kedokteran UI. Vol. 22 No. 1.

Yulia, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di


Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung
Tahun 2010. SKRIPSI FKM USU.

Universitas Sumatera Utara


85

Lampiran 1. Kuisioner

Identitas Responden :
Nomor :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :

Obesitas
BB Responden :
TB Responden :
Apakah Responden obesitas atau tidak? (IMT ≥25)
a. Ya
b. Tidak

Riwayat Keluarga
Apakah di dalam keluarga Anda ada yang pernah / sedang menderita Hipertensi?
a. Ya
b. Tidak

Konsumsi Alkohol
Apakah Anda mengkonsumsi alkohol?
a. >1 gelas/hari
b. ≤1 gelas/hari
c. Tidak peminum
Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi alkohol?
a. ≥ 6 bulan
b. < 6 bulan

Universitas Sumatera Utara


86

Kebiasaan Merokok
Apakah Anda mengkonsumsi rokok?
a. ≥15 batang/hari
b. <15 batang/hari
c. Tidak merokok
Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi rokok?
a. ≥ 6 bulan
b. < 6 bulan

Asupan Garam
Food Recall Makanan 24 Jam Terakhir
Banyaknya Konversi
Waktu Komposisi
Jenis Makanan Sodium
Makan Makanan URT Gram
(mg)
Pagi / Jam

Makanan :
Selingan :
Siang / Jam

Makanan :
Selingan :
Malam / Jam

Makanan :
Selingan :

Universitas Sumatera Utara


87

Lampiran 2. Master Data

No. U JK PD PD1 PK PK2 SP TD RKH OB AG KA BA LKA TPA KR BR LKR TP


1 1 2 3 1 5 1 1 1 1 1 2 2 2
2 1 1 2 1 7 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3
3 1 2 5 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2
4 1 2 1 1 5 1 1 1 1 1 1 2 2
5 2 1 4 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2
6 2 2 4 2 7 2 1 2 2 1 2 2 2
7 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2
8 1 2 3 1 5 1 1 2 2 1 1 2 2
9 1 1 1 1 6 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3
10 1 2 2 1 5 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 3
11 1 2 1 1 5 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2
12 1 2 5 2 7 2 1 2 1 2 1 2 2
13 1 2 5 2 7 2 1 2 2 2 2 2 2
14 1 2 4 2 5 1 1 1 2 1 2 2 2
15 2 1 3 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2
16 2 2 4 2 5 1 1 1 1 1 2 2 2
17 1 2 2 1 5 1 1 2 2 2 1 2 2
18 2 2 4 2 5 1 1 2 1 2 2 2 2
19 2 2 4 2 5 1 1 2 2 2 2 2 2
20 1 2 4 2 5 1 1 2 1 1 1 2 2
21 1 1 3 1 7 2 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 3
22 1 1 4 2 7 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2
23 1 2 4 2 7 2 1 2 2 2 2 2 2

Universitas Sumatera Utara


88

24 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2
25 1 2 3 1 5 1 1 2 2 2 1 2 2
26 1 1 4 2 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3 1 1 1 3
27 2 2 3 1 5 1 1 2 2 2 1 2 2
28 1 2 4 2 5 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2
29 2 1 5 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2
30 1 2 4 2 5 1 1 1 1 2 2 2 2
31 2 1 4 2 4 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2
32 2 2 4 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2
33 1 1 3 1 7 2 1 1 1 2 2 2 2
34 2 1 4 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2
35 2 1 4 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 3
36 1 1 2 1 6 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3
37 1 2 5 2 5 1 1 1 2 2 2 2 2
38 1 2 4 2 5 1 1 2 2 2 2 2 2
39 1 2 2 1 5 1 1 1 2 1 2 2 2
40 1 2 3 1 5 1 1 2 2 2 2 2 2
41 1 2 4 2 5 1 1 2 2 1 2 2 2
42 1 2 4 2 5 1 1 1 1 1 2 2 2
43 1 2 4 2 5 1 1 2 2 2 2 2 2
44 2 1 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2
45 1 2 3 1 5 1 1 1 1 1 2 2 2
46 1 2 5 2 5 1 1 1 2 2 1 2 2
47 1 1 5 2 4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2
48 1 2 4 2 5 1 1 2 2 2 2 2 2
49 1 2 3 1 5 1 1 1 1 2 1 2 2
50 2 2 2 1 5 1 1 2 1 1 1 2 2

Universitas Sumatera Utara


89

51 2 2 4 2 5 1 1 2 1 2 2 2 2
52 1 2 4 2 5 1 1 1 1 1 1 2 2
53 1 2 3 1 5 1 1 2 1 2 2 2 2
54 1 2 4 2 5 1 1 2 2 1 1 2 2
55 1 1 4 2 6 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2
56 1 2 3 1 5 1 1 2 2 2 2 2 2
57 1 2 4 2 5 1 1 2 2 2 2 2 2
58 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2
59 1 2 4 2 5 1 1 2 2 2 1 2 2
60 1 2 3 1 5 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1
61 1 2 3 1 5 1 1 2 2 2 1 2 2
62 1 2 2 1 5 1 1 2 2 1 2 2 2
63 1 1 4 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3
64 1 2 5 2 5 1 1 2 2 1 2 2 2
65 1 1 5 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3
66 1 2 3 1 5 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2
67 1 2 4 2 5 1 1 2 2 2 2 2 2
68 1 2 3 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2
69 1 1 1 1 6 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2
70 1 2 3 1 5 1 1 2 2 2 2 2 2
71 1 2 4 2 5 1 1 1 1 1 1 2 2
72 1 2 4 2 5 1 1 1 2 1 2 2 2
73 1 2 3 1 5 1 1 2 2 1 1 2 2
74 1 2 4 2 5 1 1 1 2 1 2 2 2
75 1 2 4 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2
76 1 2 3 1 5 1 1 1 1 1 1 2 2
77 1 2 1 1 5 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1

Universitas Sumatera Utara


90

78 1 2 3 1 5 1 1 1 2 1 1 2 2
79 1 2 3 1 5 1 1 2 2 2 2 2 2
80 1 1 4 2 7 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2
81 1 1 4 2 7 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3
82 1 2 4 2 5 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2
83 1 2 4 2 5 1 1 1 1 1 1 2 2
84 1 1 1 1 7 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3
85 2 2 4 2 5 1 1 2 2 1 2 2 2
86 1 2 3 1 5 1 1 1 2 1 1 2 2
87 2 2 5 2 4 2 1 1 2 1 1 2 2
88 2 2 4 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2
89 1 2 4 2 5 1 1 1 1 1 1 2 2
90 1 2 2 1 5 1 1 1 2 1 1 2 2
91 1 1 4 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 3
92 1 2 1 1 5 1 1 2 2 2 2 2 2
93 1 2 2 1 5 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2
94 1 2 3 1 5 1 1 2 1 2 1 2 2
95 1 2 4 2 5 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2
96 1 2 4 2 5 1 1 1 1 2 1 2 2
97 1 1 4 2 7 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2
98 2 2 3 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2
99 2 1 3 1 7 2 2 1 1 1 1 2 2
100 1 2 4 2 5 1 1 1 1 2 1 2 2
101 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2
102 1 1 5 2 7 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 3
103 1 1 4 2 7 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2
104 1 2 4 2 5 1 1 1 1 2 1 2 2

Universitas Sumatera Utara


91

105 1 2 1 1 5 1 1 1 1 1 1 2 2
106 1 2 2 1 5 1 1 1 1 2 1 2 2
107 2 1 4 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2
108 1 1 3 1 6 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 3
109 1 1 5 2 4 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2

Universitas Sumatera Utara


92

Lampiran 3. Output Hasil Statistik

UNIVARIAT

PendidikanResp
TekananDarah UmurResponden JenisKelamin Pendidikan onden

N Valid 109 109 109 109 109

Missing 0 0 0 0 0

PekerjaanRe RiwayatKeluargayang
Pekerjaan sponden StatusPerkawinan MenderitaHipertensi Obesitas AsupanGaram

109 109 109 109 109 109


0 0 0 0 0 0

Konsumsi
AlkoholRe BanyakA LamaMengons TingkatP KebiasaanMerok BanyakR LamaMer TingkatP
sponden lkohol umsiAlkohol eminum okResponden okok okok erokok

109 12 12 12 109 32 32 32
0 0 0 0 0 0 0 0

TekananDarah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Prehipertensi 54 49.5 49.5 49.5
Normal 55 50.5 50.5 100.0
Total 109 100.0 100.0

UmurResponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-40 tahun 86 78.9 78.9 78.9
18-25 tahun 23 21.1 21.1 100.0
Total 109 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


93

JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 30 27.5 27.5 27.5
Perempuan 79 72.5 72.5 100.0
Total 109 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Tamat SD 9 8.3 8.3 8.3
SD 10 9.2 9.2 17.4
SMP 27 24.8 24.8 42.2
SMA 51 46.8 46.8 89.0
Akademik / Perguruan
12 11.0 11.0 100.0
Tinggi
Total 109 100.0 100.0

PendidikanResponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar-
46 42.2 42.2 42.2
Menengah
Pendidikan Lanjut 63 57.8 57.8 100.0
Total 109 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 6 5.5 5.5 5.5
Pedagang 5 4.6 4.6 10.1
Karyawan Swasta 5 4.6 4.6 14.7

Universitas Sumatera Utara


94

PNS 7 6.4 6.4 21.1


Ibu Rumah Tangga 66 60.6 60.6 81.7
Nelayan 5 4.6 4.6 86.2
Dan lain-lain 15 13.8 13.8 100.0
Total 109 100.0 100.0

PekerjaanResponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 72 66.1 66.1 66.1
Bekerja 37 33.9 33.9 100.0
Total 109 100.0 100.0

StatusPerkawinan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kawin 96 88.1 88.1 88.1
Belum Menikah 13 11.9 11.9 100.0
Total 109 100.0 100.0

RiwayatKeluargayangMenderitaHipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada Riwayat 53 48.6 48.6 48.6
Tidak Ada
56 51.4 51.4 100.0
Riwayat
Total 109 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


95

Obesitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesitas 43 39.4 39.4 39.4
Tidak Obesitas 66 60.6 60.6 100.0
Total 109 100.0 100.0

AsupanGaram
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 51 46.8 46.8 46.8
Cukup 58 53.2 53.2 100.0
Total 109 100.0 100.0

KonsumsiAlkoholResponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Meminum Alkohol 12 11.0 11.0 11.0
Tidak Meminum
97 89.0 89.0 100.0
Alkohol
Total 109 100.0 100.0

BanyakAlkohol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >1 gelas/hari 2 16.7 16.7 16.7
< 1 gelas/hari 10 83.3 83.3 100.0
Total 12 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


96

LamaMengonsumsiAlkohol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 6 bulan 7 58.3 58.3 58.3
< 6 bulan 5 41.7 41.7 100.0
Total 12 100.0 100.0

TingkatPeminum
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Peminum Berat 5 41.7 41.7 41.7
Peminum Sedang 5 41.7 41.7 83.3
Peminum Ringan 2 16.7 16.7 100.0
Total 12 100.0 100.0

JenisKelamin*KonsumsiAlkohol=1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 11 91.7 91.7 91.7
Perempuan 1 8.3 8.3 100.0
Total 12 100.0 100.0

KebiasaanMerokokResponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merokok 32 29.4 29.4 29.4
Tidak Merokok 77 70.6 70.6 100.0
Total 109 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


97

BanyakRokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Peminum Alkohol 14 43.8 43.8 43.8
Tidak Peminum
18 56.2 56.2 100.0
Alkohol
Total 32 100.0 100.0

LamaMerokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 6 bulan 30 93.8 93.8 93.8
< 6 bulan 2 6.2 6.2 100.0
Total 32 100.0 100.0

TingkatPerokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perokok Berat 2 6.2 6.2 6.2
Perokok Sedang 16 50.0 50.0 56.2
Perokok Ringan 14 43.8 43.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

JenisKelamin*Kebiasaan Merokok=1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 23 71.9 71.9 71.9
Perempuan 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


98

BIVARIAT

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent

UmurResponden *
109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
TekananDarah
PendidikanResponden *
109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
TekananDarah
PekerjaanResponden *
109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
TekananDarah
StatusPerkawinan *
109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
TekananDarah
RiwayatKeluargayangMen
deritaHipertensi * 109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
TekananDarah
Obesitas * TekananDarah 109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
AsupanGaram *
109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
TekananDarah
KonsumsiAlkoholRespond
109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
en * TekananDarah
KebiasaanMerokokRespon
109 100.0% 0 .0% 109 100.0%
den * TekananDarah

Umur Responden * Tekanan Darah


TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

UmurRespon 26-40 tahun Count 48 38 86


den
% within UmurResponden 55.8% 44.2% 100.0%

18-25 tahun Count 6 17 23

% within UmurResponden 26.1% 73.9% 100.0%

Total Count 54 55 109

% within UmurResponden 49.5% 50.5% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


99

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.415a 1 .011


Continuity Correctionb 5.281 1 .022
Likelihood Ratio 6.639 1 .010
Fisher's Exact Test .018 .010
Linear-by-Linear
6.356 1 .012
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,39.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for UmurResponden (26-40


3.579 1.286 9.959
tahun / 18-25 tahun)
For cohort TekananDarah =
2.140 1.049 4.366
Prehipertensi
For cohort TekananDarah = Normal .598 .426 .840

N of Valid Cases 109

Jenis Kelamin * Tekanan Darah

TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

JenisKelamin Laki-laki Count 16 14 30

% within JenisKelamin 53.3% 46.7% 100.0%

Perempuan Count 38 41 79

% within JenisKelamin 48.1% 51.9% 100.0%

Total Count 54 55 109


% within JenisKelamin 49.5% 50.5% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .238a 1 .626


Continuity Correctionb .075 1 .784
Likelihood Ratio .238 1 .626
Fisher's Exact Test .672 .392
Linear-by-Linear
.236 1 .627
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,86.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for JenisKelamin (Laki-laki /


1.233 .531 2.863
Perempuan)
For cohort TekananDarah =
1.109 .739 1.663
Prehipertensi
For cohort TekananDarah = Normal .899 .581 1.393

N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


101

Pendidikan Responden * Tekanan Darah


TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

Pendidikan Pendidikan Dasar- Count 25 21 46


Responden Menengah % within
54.3% 45.7% 100.0%
PendidikanResponden

Pendidikan Lanjut Count 29 34 63

% within
46.0% 54.0% 100.0%
PendidikanResponden

Total Count 54 55 109

% within
49.5% 50.5% 100.0%
PendidikanResponden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .736a 1 .391


Continuity Correctionb .440 1 .507
Likelihood Ratio .736 1 .391
Fisher's Exact Test .441 .254
Linear-by-Linear
.729 1 .393
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,79.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PendidikanResponden


(Pendidikan Dasar-Menengah / 1.396 .651 2.993
Pendidikan Lanjut)
For cohort TekananDarah = Prehipertensi 1.181 .810 1.720
For cohort TekananDarah = Normal .846 .573 1.248
N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


102

Pekerjaan Responden * Tekanan Darah


TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

PekerjaanR Tidak Bekerja Count 36 36 72


esponden
% within PekerjaanResponden 50.0% 50.0% 100.0%

Bekerja Count 18 19 37

% within PekerjaanResponden 48.6% 51.4% 100.0%

Total Count 54 55 109

% within PekerjaanResponden 49.5% 50.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .018a 1 .894


Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .018 1 .894
Fisher's Exact Test 1.000 .527
Linear-by-Linear
.018 1 .894
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PekerjaanResponden


1.056 .478 2.333
(Tidak Bekerja / Bekerja)
For cohort TekananDarah = Prehipertensi 1.028 .686 1.539

For cohort TekananDarah = Normal .974 .660 1.437

N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


103

Status Perkawinan * Tekanan Darah


TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

StatusPerka Kawin Count 50 46 96


winan
% within StatusPerkawinan 52.1% 47.9% 100.0%

Belum Menikah Count 4 9 13

% within StatusPerkawinan 30.8% 69.2% 100.0%


Total Count 54 55 109

% within StatusPerkawinan 49.5% 50.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.081a 1 .149


Continuity Correctionb 1.315 1 .251
Likelihood Ratio 2.131 1 .144
Fisher's Exact Test .237 .125
Linear-by-Linear
2.062 1 .151
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for StatusPerkawinan


2.446 .705 8.485
(Kawin / Belum Menikah)
For cohort TekananDarah =
1.693 .732 3.912
Prehipertensi
For cohort TekananDarah = Normal .692 .456 1.051
N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


104

Riwayat Keluarga yang Menderita Hipertensi * Tekanan Darah


TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

RiwayatKelurga Ada Riwayat Count 38 15 53

% within RiwayatKeluarga 71.7% 28.3% 100.0%

Tidak Ada Count 16 40 56


Riwayat
% within RiwayatKeluarga 28.6% 71.4% 100.0%
Total Count 54 55 109

% within RiwayatKeluarga 49.5% 50.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value df (2-sided) sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 20.259a 1 .000


b
Continuity Correction 18.571 1 .000
Likelihood Ratio 20.938 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
20.074 1 .000
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26,26.

RiskEstimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


RiwayatKeluargayangMenderitaHiperten 6.333 2.754 14.563
si (Ada Riwayat / Tidak Ada Riwayat)

For cohort TekananDarah =


2.509 1.604 3.925
Prehipertensi

For cohort TekananDarah = Normal .396 .250 .627

N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


105

Obesitas * Tekanan Darah


TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

Obesitas Obesitas Count 32 11 43

% within Obesitas 74.4% 25.6% 100.0%

Tidak Obesitas Count 22 44 66

% within Obesitas 33.3% 66.7% 100.0%


Total Count 54 55 109

% within Obesitas 49.5% 50.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 17.581a 1 .000


Continuity Correctionb 15.976 1 .000
Likelihood Ratio 18.175 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
17.420 1 .000
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Obesitas (Obesitas /


5.818 2.474 13.682
Tidak Obesitas)
For cohort TekananDarah =
2.233 1.521 3.276
Prehipertensi
For cohort TekananDarah = Normal .384 .224 .657

N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


106

Asupan Garam * Tekanan Darah


TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

AsupanGaram Tinggi Count 32 19 51

% within AsupanGaram 62.7% 37.3% 100.0%

Cukup Count 22 36 58

% within AsupanGaram 37.9% 62.1% 100.0%

Total Count 54 55 109

% within AsupanGaram 49.5% 50.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.684a 1 .010


Continuity Correctionb 5.729 1 .017
Likelihood Ratio 6.754 1 .009
Fisher's Exact Test .013 .008
Linear-by-Linear
6.623 1 .010
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for AsupanGaram (Tinggi /


Cukup) 2.756 1.267 5.993

For cohort TekananDarah =


1.654 1.119 2.446
Prehipertensi
For cohort TekananDarah = Normal
.600 .399 .904

N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


107

KonsumsiAlkoholResponden * TekananDarah
TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

Konsumsi Meminum Count 6 6 12


AlkoholRe Alkohol % within
sponden 50.0% 50.0% 100.0%
KonsumsiAlkoholResponden

Tidak Count 48 49 97
Meminum % within
Alkohol 49.5% 50.5% 100.0%
KonsumsiAlkoholResponden

Total Count 54 55 109

% within
49.5% 50.5% 100.0%
KonsumsiAlkoholResponden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .001a 1 .973

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .001 1 .973

Fisher's Exact Test 1.000 .606

Linear-by-Linear
.001 1 .973
Association

N of Valid Casesb 109

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,94.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


KonsumsiAlkoholResponden (Meminum 1.021 .308 3.388
Alkohol / Tidak Meminum Alkohol)

For cohort TekananDarah = Prehipertensi 1.010 .554 1.842

For cohort TekananDarah = Normal .990 .544 1.802

N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


108

KebiasaanMerokokResponden * TekananDarah
TekananDarah

Prehipertensi Normal Total

KebiasaanM Merokok Count 19 13 32


erokokRespo
% within
nden 59.4% 40.6% 100.0%
KebiasaanMerokokResponden

Tidak Count 35 42 77
Merokok % within
45.5% 54.5% 100.0%
KebiasaanMerokokResponden

Total Count 54 55 109

% within
49.5% 50.5% 100.0%
KebiasaanMerokokResponden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.752a 1 .186


Continuity Correctionb 1.240 1 .266
Likelihood Ratio 1.760 1 .185
Fisher's Exact Test .212 .133
Linear-by-Linear
1.736 1 .188
Association
N of Valid Casesb 109
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KebiasaanMerokokResponden


1.754 .760 4.046
(Merokok / Tidak Merokok)

For cohort TekananDarah = Prehipertensi 1.306 .896 1.904

For cohort TekananDarah = Normal .745 .467 1.187

N of Valid Cases 109

Universitas Sumatera Utara


109

MULTIVARIAT

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 109 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 109 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 109 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Normal 0
Prehipertensi 1

Categorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1)

UmurResponden 26-40 tahun 86 1.000

18-25 tahun 23 .000


RiwayatKeluargayang Ada Riwayat 53 1.000
MenderitaHipertensi Tidak Ada Riwayat 56 .000
Obesitas Obesitas 43 1.000
Tidak Obesitas 66 .000
KebiasaanMerokokResponden Perokok 32 1.000
Tidak Perokok 77 .000
AsupanGaram Tinggi 51 1.000
Cukup 58 .000
StatusPerkawinan Kawin 96 1.000
Belum Menikah 13 .000

Universitas Sumatera Utara


110

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b
Predicted
TekananDarah2 Percentage
Observed Normal Prehipertensi Correct
Step 0 TekananDarah Normal 55 0 100.0
2 Prehipertensi 54 0 .0
Overall Percentage 50.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables StatusPerkawinan(1) 2.081 1 .149
RiwayatKeluargayangMe
20.259 1 .000
nderitaHipertensi(1)
Obesitas(1) 17.581 1 .000
KebiasaanMerokokRespo
1.752 1 .186
nden(1)
AsupanGaram(1) 6.684 1 .010
UmurResponden(1) 6.415 1 .011
Overall Statistics 41.652 6 .000

Block 1: Method = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)


Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.938 1 .000
Block 20.938 1 .000
Model 20.938 1 .000
Step 2 Step 17.229 1 .000
Block 38.167 2 .000
Model 38.167 2 .000

Universitas Sumatera Utara


111

Step 3 Step 8.057 1 .005


Block 46.224 3 .000
Model 46.224 3 .000

Model Summary
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke R
Step likelihood R Square Square
1 130.159a .175 .233
b
2 112.930 .295 .394
b
3 104.873 .346 .461
a. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less than
,001.
b. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
,001.

Classification Tablea
Predicted
TekananDarah2 Percentage
Observed Normal Prehipertensi Correct
Step 1 TekananDarah Normal 40 15 72.7
2 Prehipertensi 16 38 70.4
Overall Percentage 71.6
Step 2 TekananDarah Normal 32 23 58.2
2 Prehipertensi 5 49 90.7
Overall Percentage 74.3
Step 3 TekananDarah Normal 39 16 70.9
2 Prehipertensi 9 45 83.3
Overall Percentage 77.1
a. The cut value is ,500

Universitas Sumatera Utara


112

Variables in the Equation


95,0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a RiwayatKeluargayangM
1.846 .425 18.878 1 .000 6.333 2.754 14.563
enderitaHipertensi(1)
Constant -.916 .296 9.595 1 .002 .400
Step 2b RiwayatKeluargayangM
1.994 .480 17.235 1 .000 7.347 2.866 18.838
enderitaHipertensi(1)
Obesitas(1) 1.922 .498 14.880 1 .000 6.836 2.574 18.152
Constant -1.728 .409 17.827 1 .000 .178
c
Step 3 RiwayatKeluargayangM
2.160 .511 17.844 1 .000 8.669 3.182 23.613
enderitaHipertensi(1)
Obesitas(1) 2.019 .526 14.745 1 .000 7.528 2.687 21.095
UmurResponden(1) 1.702 .642 7.025 1 .008 5.487 1.558 19.324
Constant -3.196 .739 18.707 1 .000 .041
a. Variable(s) entered on step 1: RiwayatKeluargayangMenderitaHipertensi.
b. Variable(s) entered on step 2: Obesitas.
c. Variable(s) entered on step 3: UmurResponden.

Universitas Sumatera Utara


113

Model if Term Removed

Model Log Change in -2 Sig. of the


Variable Likelihood Log Likelihood df Change

Step 1 RiwayatKeluargayangMen
-75.548 20.938 1 .000
deritaHipertensi
Step 2 RiwayatKeluargayangMen
-66.461 19.993 1 .000
deritaHipertensi
Obesitas -65.080 17.229 1 .000
Step 3 RiwayatKeluargayangMen
-63.105 21.337 1 .000
deritaHipertensi
Obesitas -61.095 17.318 1 .000
UmurResponden -56.465 8.057 1 .005

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 1 Variables StatusPerkawinan(1) 3.211 1 .073

Obesitas(1) 16.776 1 .000

KebiasaanMerokokResponden(
1.391 1 .238
1)

AsupanGaram(1) 4.494 1 .034

UmurResponden(1) 7.650 1 .006

Overall Statistics 26.289 5 .000


Step 2 Variables StatusPerkawinan(1) 1.893 1 .169
KebiasaanMerokokResponden(
4.392 1 .036
1)
AsupanGaram(1) 1.645 1 .200
UmurResponden(1) 7.698 1 .006
Overall Statistics 11.050 4 .026
Step 3 Variables StatusPerkawinan(1) .166 1 .684
KebiasaanMerokokResponden(
2.907 1 .088
1)
AsupanGaram(1) .731 1 .393
Overall Statistics 3.468 3 .325

Universitas Sumatera Utara


114

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


115

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


116

Lampiran 6. Surat Pelaksanaan dan Selesai Penelitian

,.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai