Anda di halaman 1dari 2

Peran Wirausaha dan Revolusi Industri 4.

0 untuk pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat


oleh Dr. Happy Bone Zulkarnain, MS.

Pembuka

Pertumbuhan ekonomi nasional memberikan angka memuaskan di kuartal II 2018 ini


diangka 5,27% (Kompas, 2018), bahkan catatan positif perekonomian nasional ini disanjung
oleh Kepala Ekonom IMF, Maurice Obstfeld yang menjelaskan saat ini ekonomi Indonesia
tetap tumbuh ditengah kondisi perekonomian global yang dirundung ketidakpastian akibat
dari peningkatan tensi dagang antara AS dan China, harga minyak dan pengetatan keuangan
global.

Walaupun di tengah ketidakpastian tersebut, Indonesia dinilai mampu bertahan


dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih
tinggi daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi global yang hanya 3,7% (Tempo, 2018).
Selain itu catatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat juga menunjukkan angka yang positif
di 5,65% atau tumbuh 0,3% di kuartal yang sama tahun lalu (Bank Indonesia, 2018).

Namun data yang ditunjukkan BPS di 2018 akan sedikit mengkhawatirkan jika
menganalisis dari sisi banyaknya jumlah pengangguran di Jawa Barat yang mencapai angka
tertinggi kedua nasional setelah Banten yakni di 8,17% dan angka kemiskinan di 7,45%. Dari
data tersebut dapat dianalisis bahwa walaupun angka pertumbuhan ekonomi Jawa Barat
positif, namun tidak mampu memberikan dampak signifikan untuk mengurangi angka
kemiskinan dan jumlah pengangguran di provinsi ini.

Padahal Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penanaman modal asing tertinggi
nasional sebesar 14,3% dan menyumbang 60% PDB sektor industri manufaktur nasional
(atau meningkat dari catatan BPS tahun 2013 sebesar 41%) serta menciptakan angka
lapangan pekerjaan tertinggi di bidang industri nasional sebesar 24,93% atau sekitar 3,8 juta
(Antara, 2018). Walau begitu, sejak tahun 2004, kontribusi sektor industri tersebut terus
mengalami penurunan dari yang awalnya di angka 28,1%. Pada tahun 2016 kontribusi sektor
industri turun menjadi 20,51 persen.
Wirausaha Milenial dan Revolusi Industri 4.0 Sebagai

Salah satu akar menurunnya kontribusi manufaktur nasional yang berefek pada masih
tinggi nya jumlah pengangguran dan rendahnya angka kesejahteraan penduduk di Jawa Barat
karena sedikitnya jumlah wirausaha secara nasional yang hanya berjumlah 1,65%, atau lebih
rendah dibanding negara-negara lain di Asean, seperti Singapura yang jumlah pengusaha nya
sudah mencapai 7% (dari jumlah penduduk), Malaysia 5% dan Thailand 3% (Detik, 2015).
Padahal menurut David McClelland dalam teori wirausaha yang sangat terkenal, bahwa jika
sebuah negara ingin maju, minimal harus ditopang oleh jumlah wirausaha sebesar 2%, karena
dengan konsep kebutuhan mencapai prestasi, maka setiap individu memiliki motif maju yang
berdampak pada negara (Eka Sastra, 2017).

Joseph Schumpeter menjelaskan bahwa wirausaha sebagai faktor utama dalam


pembangunan ekonomi karena peranannya dalam menciptakan inovasi, membuat produk
baru, mencari pasar baru dan menemukan sumber-sumber bahan baru. Alfred Marshall
misalnya menyebutkan bahwa wirausaha sebagai faktor pengendali (driving factor) terhadap
faktor produksi lainnya, yaitu tanah, buruh, modal, dan organisasi. Karakter seorang
wirausaha memiliki pemahaman pengembangan industri, keterampilan kepemimpinan, serta
memiliki pandangan perubahan suplai dan permintaan ekonomi (Ibid).

Karena itu Golkar mencoba memberikan solusi melalui 4 program utama partai,
diantaranya adalah percepatan pembangunan revolusi industri 4.0, dimana hal tersebut adalah
keharusan yang tidak bisa dihindari di era persaingan ekonomi global yang semakin ketat dan
distruptif. Era industri ke 4 ditandai oleh konektivitas manusia, waktu, mesin & data digital
yang nyata dimana-mana. Sehingga perlu ada strategi khusus untuk menanganinya terutama
untuk mempertahankan kontribusi industri manufaktur di Jawa Barat. Diantara lain adalah
menciptakan wirausaha milenial yang paham dengan tantangan industri 4.0 melalui pelatihan
vokasi di level industri kecil dan menengah (IKM), serta Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) menyiapkan Jawa Barat dalam hal pembangunan kawasan industri baru
strategis seluas 2.381,97 hektare (ha) di wilayah utara dan tengah Jawa Barat yang akan
dikembangkan menjadi 10 kawasan industri baru bertaraf nasional dan internasional. Dari
jumlah itu, sekitar 35% atau 851,97 ha berada di Kabupaten Karawang (Kemenperin, 2018).

Anda mungkin juga menyukai