Anda di halaman 1dari 1

Diagnosis Radang Usus Buntu

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional untuk
menentukan adanya tidaknya penyakit radang usus buntu, di antaranya:

1. Pemeriksaan fisik

Pada apendisitis akut, pembengkakan (swelling) rongga perut di mana dinding perut tampak
mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) di daerah perut kanan bawah, sering kali bila
ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang
mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka
rasa nyeri di perut bisa semakin parah.

Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau
vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak
(axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga sekitar 10.000–18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

3. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi


(USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71–97%), terutama untuk
wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan
CT scan (93–98%). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.

baca juga: Mengalami Kondisi Ini Saat BAB? Waspadai Kanker Usus

Penanganan dan Perawatan Radang Usus Buntu


Bila diagnosis sudah pasti ditentukan, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus
buntu (apendisitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa
kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat
kekambuhannya mencapai 35%.

Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan
pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7–10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka
operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat-alat yang
terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai