Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap pekerjaan/aktifitas selalu ada risiko kegagalan, Salah satu risiko
pekerjaan adalah kecelakaan kerja (work accident), yang berakibat kerugian (loss).
Untuk itu perlu K3 yang harus terpadu semua orang yang ada dalam lingkungan
perusahaan/pekerjaan. Degradasi keselamatan terjadi akibat transisi dari masy
agraris (low risk society) menuju masy industri (high risk society). Kecelakaan
berdampak pada daya saing tingkat global. Sebagian masyarakat merasa tidak
memerlukan K3, bahkan dianggap sebagai barang mewah.
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui
upaya- upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan
tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi
batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi
lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada
akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas.
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja
R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja
/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Secara filosofis, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur. Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1
merupakan suatu keilmuwan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan
dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam
melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Kondisi
bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat bekerja
apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut.
Kondisi mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada
penjadwalan perawatan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan
untuk mencegah kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator.
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha
preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

1.2 Dasar Hukum


Landasan dasar hukum K3 sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja pasal 86 dan 87
tentang ketenagakerjaan
2. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
3. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
4. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi dokter perusahaan
5. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi paramedic perusahaan
6. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja

2
7. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.

1.3 Profil Perusahaan


PT. PINDAD (PERSERO) Bandung pada awalnya adalah suatu usaha
Komandan TNI – AD yang bergerak dalam bidang instasnsi industri. Oleh karena
itu, maka Industri Komandan Perindustrian Angkatan Darat yang disingkat dengan
nama KOPINDAD, yang fungsi utamanya adalah untuk memproduksi senjata dan
amunisi untuk kebutuhan Angkatan Darat khususnya dan ABRI pada umumnya.
Pada masa penjajahan Belanda tahun 1908 didirikan Artillerie Contructie Winkel
(ACW) di Surabaya. Pada tahun 1923 ACW dipindahkan ke Bandung dan ACW
berganti nama menjadi Artillerie Inrichtingen ( AI ).
Sedangkan pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942, menjelang
kemerdekaan, ACW diganti namanya menjadi Dai Khi Kozo (DIK). Dan setelah
kemerdekaan DIK diganti namanya menjadi Ledger Productie Bredjuen (LPB) di
bawah NICA pada tahun 1947.
Dengan adanya penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada
perintah Republik Indonesia Serikat ( RIS ) pada tahun 1950, maka instansi ini
diserahkan kepada RIS dan tepatnya pada tanggal 29 April 1950, diganti namanya
menjadi Pabrik Senajata dan Masiu ( PSM ) yang selanjutnya tanggal ini diperingati
sebagai hari jadi perusahaan.
Pada tahun 1958 Pabrik Senjata dan Masiu diubah namanya menjadi Pabrik
Alat Peralatan Angkatan Darat ( PABAL – AD ). PABAL – AD dalam produknya
tidak hanya memproduksi senjata saja, tetapi juga memproduksi kebutuhaan
lainnya untuk Angkatan Darat.
Tahun 1962 PABAL – AD diganti namanya menjadi perindustrian TNI –
AD ( PINDAD ) yang secara keseluruhan PINDAD ( PERSERO ) baru
memproduksi penuh pada tahun 1968.
Tanggal 29 April 1983 PINDAD menjadi Badan Usaha Milik Negara
( BUMN ) dengan PT. PINDAD (PERSERO ) dimana PINDAD adalah nama dan
bukan singkatan. Tahun 1989 pemerintah membentuk Badan Pengelolaan Industri
Strategi ( BPIS ) dan PT. PINDAD (PERSERO ) di bawah pembinaan atau menjadi

3
BUMN Industri Strategis.
Tahun 1988 BPIS dibubarkan oleh pemerintah dan pada tahun yang sama
pemerintah mendirikan BUMN dengan nama PT. Prakarya Industri Strategis, pada
tahun 1999 PT. Prakarya Industri Strategis ( PERSERO ).
Tahun 2002 PT. Bahana Prakarya Industri Strategis ( PERSERO )
dibubarkan oleh pemerintah dan sejak saat itu PT. PINDAD (PERSERO ) langsung
di bawah kementriaan BUMN hingga sekarang.
Sesuai dengan surat keputusan Menhankam nomor : 12/M/IV/1983 tentang
alih uasaha PINDAD menjadi Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), maka sejak
tanggal 19 AApril 1983 PINDAD beralih menjadi Perseroan Terbatas. Berdasarkan
keputusan Presiden Republik Indonesia nomor : 114/M/1083 tanggal 23 Mei 1983,
maka diangkatlah Menteri Negara Riset dan Teknologi Menristek selaku Direktur
Utama PT. PINDAD (PERSERO ).


1.3.1 Visi dan Misi PT. PINDAD (PERSERO)


a. Visi
PT. PINDAD (PERSERO) menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan
terkemuka di Asia tahun 2023 melalui upaya inovasi produk dan kemitraan
strategic
b. Misi
Melaksanakan usaha terpadu dibidang peralatan industrial untuk mendukung
pembangunan nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan
keamanan Negara.

4
1.3.2 Struktur Organisasi

5
1.4 Alur Produksi

1.5 Landasan Teori


1.5.1 Filosofi K3
Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3
terbagi menjadi 8 filosofi yaitu:
1. Safety is an ethical responsibility.
2. Safety is a culture, not a program.
3. Management is responsible.
4. Employee must be trained to work safety.
5. Safety is a condition of employment.
6. All injuries are preventable.
7. Safety program must be site specific (tempat khusus).
8. Safety is good business.1

6
1.5.2 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya
1. Keselamatan (safety)
Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi
pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan
bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses
produksi.
2. Kesehatan (health)
Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu
(the degree of physiological and psychological well being of the individual). Secara
umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk
memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan
memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat.1

1.5.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :
1. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,
selektif mungkin
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai/tenaga kerja
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
6. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja
7. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.3
1.5.4 Keselamatan Kerja

7
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.3
Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-
faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu :
1. Kondisi mental dan fisik
Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses produksi
karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja,
2. Kebiasaan kerja yang baik dan aman
Saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara
disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja,
3. Pemakaian alat pelindung diri
Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung karena dirasa tidak
nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.3

1.5.5 Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi:
1. Faktor manusia/pribadi (personal factor)
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental
dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian, dan stress
serta motivasi yang tidak cukup.
2. Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa,
pembelian/pengadaan barang, perawatan standar-standar kerja, dan
penyalahgunaan.3

1.5.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
meliputi:

8
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam
beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja,
seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
2. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat
kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan
kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang
akan dijadikan barang.
3. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan
oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya
menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat
dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara
mengoperasionalkan mesin.
4. Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
5. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
6. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik,
maupun psikososial.3

1.5.7 Sistem Manajemen K3 (SMK3)


SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang

9
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem
kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegerasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang nyaman dan efisien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja: PER. 05/MEN/1996,
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibagi menjadi tiga tingkatan
yang kemudian akan digunakan sebagai dasar audit internal perusahaan yaitu:
1. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat
resiko
rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria.
2. Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat
resiko menengah harus menetapkan sebanyak 122 kriteria
3. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat
resiko tinggi harus menetapkan sebanyak 166 kriteria. Dalam penentuan
kriteria perusahaan juga dapat ditentukan melalui kriteria kebakaran suatu
perusahaan, sebagai contoh apabila perusahaan tersebut berhubungan
dengan logam maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai
perusahaan dengan kategori sedang dua, dan disimpulkaan bahwa
perusahaan tersebut perusahaan menengah.
a. Siklus Proses SMK3.
Tahapan proses dalam SMK3 bersifat siklus, yaitu harus terjadi proses
perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement), yaitu mulai dari proses
pengembangan komitmen & kebijakan – perencanaan – pelaksanaan/ penerapan –
pengukuran & evaluasi – peninjauan ulang & peningkatan oleh manajemen dst

10
sehingga terjadi proses perbaikan sistem secara inheren, sebagaimana digambarkan
dalam bagan sbb:

b. Tahapan Proses dalam SMK3:


A. Komitmen dan Kebijakan
Tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kepemimpinan dan Komitmen:
Komitmen untuk menerapkan SMK3 di tempat kerja, mutlak
harus diberikan oleh semua pihak, terutama dari pihak manajemen /
pengurus dan tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus:
 Membentuk organisasi tempat kerja untuk terciptanya K3.
 Menyediakan anggaran dan personil yang memadai.
 Melakukan perencanaan dan pelaksanaan Program K3.
 Melakukan penilaian atas kinerja Program K3.
2. Tinjauan awal K3

11
Manajemen harus melakukan tinjauan awal K3 dengan cara:
 Mengidentifikasikan kondisi yang ada.
 Mengidentifikasikan sumber bahaya.
 Penguasan pengetahuan, peraturan perundangan dan standar
K3.
 Membandingkan penerapan K3 di perusahaan lain yang
lebih baik.
 Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan.
 Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang
disediakan.
3. Kebijakan K3.
Kebijakan K3 merupakan suatu pernyataan kepada umum
yang ditandatangani oleh manajemen senior yang menyatakan
komitmen dan kehendaknya untuk bertanggung jawab terhadap
elemen K3:
 Komitmen tertulis, ditandatangani pengurus tertinggi.
 Memuat visi dan tujuan yang bersifat dinamis.
 Memuat kerangka kerja dan program kerja.
 Dibuat melalui proses konsultasi dengan pekerja/wakil
pekerja.
 Disebarluaskan kepada seluruh pekerja.
B. Perencanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan:
 Perencanaan manajemen risiko.
 Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3.
 Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja
K3.
 Menetapkan sistem pertanggung jawaban dan cara
pencapaian kebijakan K3.
C. Penerapan

12
Pada tahap ini, perusahaan perlu memperhatikan:
1. Jaminan Kemampuan,yaitu:
 Tersedianya personil terlatih, sarana dan dana yang memadai.
 Tersedianya sistem & prosedur yang terintegrasi dengan K3.
 Adanya Tanggungjawab dan akuntabilitas K3 dari Pengurus
 Adanya motivasi/ kesadaran pekerja tentang SMK3.
 Adanya komunikasi dengan pekerja tentang penerapan SMK3.
 Adanya seleksi, penilaian dan pelatihan kompetensi untuk K3.
2. Kegiatan pendukung
 Komunikasi dua arah yang efektif antara pengurus dan pekerja.
 Pelaporan, guna menjamin SMK3 dipantau, kinerjanya
ditingkatkan.
 Dokumentasi sistem dan prosedur kegiatan perusahaan.
 Pengendalian Dokumen, hanya yang berlaku yang digunakan.
 Adanya pengendalian rekaman sebagai bukti penerapan SMK3
3. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
 Pada saat perancangan, rekayasa, pengadaan & pelaksanaan.
 Lakukan pengendalian administratip & APD pada pelaksanaan.
 Tinjau ulang kontrak dan persyaratan saat pembelian.
 Persiapkan prosedur menghadapi keadaan darurat, insiden dan
pemulihan keadaan darurat.
D. Pengukuran dan Evaluasi
Fungsi kegiatan tahap Pengukuran dan Evaluasi adalah untuk:
a) Memantau, mengukur dan mengevaluasi kinerja SMK3
b) Mengetahui keberhasilan/efektifitas penerapan SMK3, dan
c) Mengidentifikasi dan melakukan tindakan perbaikan yang perlu.
Prosedur Pengukuran & evaluasi didokumentasikan, meliputi
kegiatan:
 Inspeksi & Pengujian

13
Dilakukan oleh petugas yang berkompeten rekamannya
dipelihara dengan alat/metode yang memenuhi syarat K3,
setiap penyimpangan harus segera ditindak lanjuti, diselidiki
& ditinjau.
 Audit SMK3
Dilakukan untuk membuktikan dan mengukur efekifitas
penerapan SMK3 di tempat kerja oleh auditor internal untuk
setiap enam bulan, dan oleh auditor eksternal / independen
tiap tiga tahun.
 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Semua temuan hasil pemantauan, inspeksi, pengujian dan
audit harus dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis
untuk menjamin efektifitas SMK3.
E. Tinjauan Ulang & Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Bertujuan meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan, mencakup:
a. Evaluasi terhadap penerapan dan kinerja K3.
b. Tinjauan ulang tujuan, sasaran dan kinerja K3.
c. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut temuan audit SMK3.
d. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan perubahan
SMK3.

1.5.8 Pengendalian Resiko


Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan
kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:
 Eliminasi
 Substitusi
 Engineering
 Administrasi
 Alat pelindung diri (APD)

14
Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki cara berfikir yang
harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka mengendalikan resiko.
Pelaksana harus memulai dari butir a (eliminasi), kemudian butir b (substitusi), lalu
ke butir c (engineering), demikan seterusnya sampai butir e.
Pengendalian resiko akan direalisasikan ke dalam Program Kerja K3 yang terdiri
dari:
 Item program kerja.
 Durasi masing-masing program kerja.
 Waktu dimulainya program kerja.
 Keterkaitan satu program kerja dengan program kerja lainnya.
 Penanggung jawab masing-masing program kerja. (BPKSDM, 2009).

1.5.9 Program Kerja K3


Hasil dari IBPR diutamakan dalam penyusunan sasaran dan program K3
konstruksi, yaitu merencanakan kebutuhan fasilitas dan kegiatan K3 yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Perlindungan dari
bahaya kecelakaan harus diprogramkan dengan cara memberi keterampilan kerja
dengan memperhatikan upaya K3 agar terlindung dan mencegah dari resiko bahaya
yang mengancam kepada setiap personil yang berada di lokasi proyek konstruksi
sampai pada batas yang dapat diterima. Program K3 harus dibuat tidak terlepas dari
program pembelajaran yang harus dilakukan untuk menerapkan K3 dalam
melaksanakan pekerjaan proyek konstruksi agar semua pihak yang berkepentingan
dalam proyek tersebut memahami kondisi proyek yang beresiko tinggi.
Adapun beberapa bagian dari program kerja Keselamtan dan Kesehatan
Kerja
(K3) adalah sebagai berikut:
a) Kelengkapan Administrasi K3
b) Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan
Pelaksanaan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lapangan
meliputi:

15
 Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan melalui
kerja sama dengan instansi yang terkait K3 yaitu depnaker, polisi
dan rumah sakit.
 Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan safety patrol, safety
supervisor, safety meeting.
 Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat, ringan, korban
meninggal dan peralatan berat. (Beesono, 2012)
c) Pelatihan K3

1.5.10 Perlengkapan dan Peralatan K3


Dalam bidang konstruksi ada beberapa perlengkapan dan peralatan yang
digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang
kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Perlengkapan dan peralatan ini
wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi.
Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini
untuk digunakan sebab K3 adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya,
semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment (PPE)
untuk semua karyawan yang bekerja. Perlengkapan dan peralatan penunjang
program K3 meliputi hal sebagai berikut:

a. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi ini mencakup promosi program keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang terdiri dari:
 Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan,
 Pemasangan sign board K3 yang berisi slogan-slogan yang mengingatkan
perlunya bekerja dengan selamat.

b. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)


Dalam pekerjaan konstruksi, ada peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya konstruksi. Peralatan ini wajib

16
digunakan dalam pelaksanaan konstruksi. Namun banyak pekerja yang tidak
menyadari pentingnya arti peralatan ini. Sarana peralatan yang melekat pada orang
atau disebut perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment
(PPE) diantaranya adalah:
 Pelindung Kepala (Helmet)
 Pelindung Mata
 Pelindung Wajah
 Pelindung Telinga (Ear Muff)
 Pelindung Tangan (Sarung Tangan)
 Pelindung Kaki (Sepatu Kerja)
 Pelindung Tubuh
 Pelindung Bahaya Jatuh (Safety Belt)

c. Sarana Peralatan Lingkungan


Sarana peralatan lingkungan terdiri dari sebagai berikut:
 Tabung Pemadam Kebakaran,
 Pagar Pengamanan,
 Penangkal Petir Darurat,
 Pemeliharaan Jalan Kerja Dan Jembatan Kerja,
 Jaring Pengaman Pada Bangunan Tinggi,
 Pagar Pengaman Lokasi Proyek,
 Tangga,
 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3k)

d. Rambu-Rambu Peringatan
 Rambu-rambu zona aman
 Arah jalur evakuasi
 Rambu-rambu hati-hati terpeleset
 Rambu-rambu listrik bertegangan tinggi
 Rambu-rambu keselamatan kerja

17
 Peringatan bahan bersifat karsinogenik

18

Anda mungkin juga menyukai