Gejala Kehamilan
Tidak haid adalah gejala pertama yang dirasakan oleh seorang wanita
yang menyadari kalau dirinya sedang hamil. Penting untuk dicatat tanggal
hari pertama haid, terakhir guna menentukan usia kehamilan dan
memperkirakan tanggal kelahiran. Rumus sederhana menentukan tanggal
kelahiran yaitu tanggal ditambah 7 sedangkan bulan dikurangi 3, dihitung
dari tanggal pertama haid terakhir. Biasanya gejala yang timbul pada
kehamilan seperti, mual dengan di ikuti muntah atau pun tidak sering terjadi
bulan pertama kehamilan, mengidam atau menginginkan sesuatu baik itu
makanan, minuman atau hal-hal yang lain, gangguan buang air besar karena
pengaruh hormonal dan sering kencing terutama bila kehamilan sudah besar.
J. Pemeriksaan Antenatal
a. Anamnesa pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil
meliputi:
1. Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama & alamat
ibu)
2. Keluhan utama atau apa yang diderita, apakah ibu datang untuk
memeriksakan kehamilan atau ada masalah lain
3. Riwayat haid, untuk mengetahui faal alat kandungan
4. Riwayat perkawinan
5. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi:
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
Gerak janin (kapan mulai dirasakan apakah ada perubahan)
Masalah atau tanda-tanda bahaya (termasuk pengelihatan kabur)
Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan
Penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-jamuan)
Kekhawatiran-kekhawatiran lain yang dirasakan
6. Riwayat kebidanan yang lalu, meliputi:
Berapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu,
persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (dengan forcep, vakum, ekstraksi atau
operasi caesar)
Adakah riwayat kehamilan / persalinan / abortus sebelumnya
(dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida / para / abortus), berapa
jumlah anak hidup.
Perdarahan pada kehamilan, persalinan, kelahiran atau paska
persalinan
Persalinan yang lalu: spontan atau buatan, aterm atau premature,
perdarahan, siapa yg menolong
Riwayat hipertensi
Melahirkan janin dengan BB <2,5 kg atau >4 kg
Nifas dan laktasi
Bayi yg dilahirkan: jenis kelamin, BB & panjang badan, hidup atau
mati, bila mati umur berapa & penyebabnya
Masalah-masalah lain yg dialami
7. Riwayat kesehatan dahulu (penyakit yg pernah diderita), meliputi:
penyakit kardiovaskuler, TB paru, hepatitis B, diabetes, hipertensi,
PMS atau HIV/AIDS, malaria, status imunisasi TT, dll.
8. Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar, penyakit
menular, dll
9. Riwayat sosial ekonomi & budaya meliputi:
Status perkawinan
Riwayat KB
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap kehamilan ini
Dukungan keluarga
Pengambil keputusan dalam keluarga
Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi (gizi seimbang), dengan
perhatian pada vitamin A dan zat besi
Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum
obat/alcohol/obat tradisional, & olahraga
Beban kerja & kegiatan sehari-hari
Tempat melahirkan & penolong yg diinginkan
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kunjungan antenatal pertama meliputi komponen:
1. Pemeriksaan Luar
a. Pemeriksaan umum
Keadaaan umum ibu, keadaan gizi, kelainan bentuk badan,
kesadaran
Adakah anemia, cyanose, icterus atau dyspnoe
Keadaan jantung dan paru, periksa suhu badan, TD, denyut nadi,
dan pernapasan
Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 sistole atau 90
diastole. Bila lebih dari 140/90 mmHg maka harus dicurigai
preeklamsi. Juga perubahan 30 systole dan 15 dyastole diatas tensi
sebelum hamil menandakan toxaemia gravidarum
Oedema
Oedema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia
gravudarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-
vena dalam panggul mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh
hypovitaminose B1, hypoproteinemia dan penyakit jantung
Berat badan dan tinggi badan
Berat badan pada pasien normal akan naik lebih dari 15 kg pada
saat hamil. Namun, bila sebelum hamil BB klien < 45 kg atau > 75
kg maka kemungkinan memiliki masalah atau penyulit kehamilan
juga akan semakin besar. Untuk tinggi badan, klien dengan TB <
145 cm dapat mengalami distosia karena PAP yang sempit.
Ada/tidaknya nyeri kepala
Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-
geligi.
Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi
umum.
Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises,
simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk
panggul).
Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan
menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
Inspeksi
Muka : adakah chloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat
atau merah, adakah oedema pada muka, bagaimana keadaan lidah,
gigi
Leher : apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit
jantung), apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar
limfa membengkak
Dada: bentuk payudara, pigmentasi putting susu, keadaan putting
susu (simetris atau tidak),keluarnya kolostrum(dilakukan
pemeriksaan setelah usia kehamilan >28 minggu)
Perut: membesar kedepan atau kesamping (acites), keadaan perut,
linea alba, ada gerakan anak atau tidak, kontraksi rahim, striae
gravidarum, & bekas luka operasi
Vulva: keadaan perineum, varices, tanda Chadwick, fluor dan
condyloma
Anggota bawah : cari varices, oedema, luka, cicatrix pada lipat
paha
Genitalia eksterna
a) Inspeksi luar: keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda radang,
luka/ perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan
dengan dua jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas.
b) Inspeksi dalam menggunakan spekulum (in speculo) : Labia
dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum Cusco
(cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal
kemudian di dalam liang vagina diputar 90o sehingga horisontal,
lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks (permukaan,
warna), keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di
forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor,
tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup
horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari vagina.
Palpasi
Palpasi dalam pemeriksaan fisik pada ibu hamil bertujuan untuk :
Menentukan besarnya rahim untuk menentukan usia kehamilan
Menentukan letaknya anak dalam rahim
Mengetahui adanya tumor dalam rongga perut, cysta, myoma,
limpa yang membesar
Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri atas 4 bagian,
yaitu:
a) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan.
Pemeriksaan Leopold Idilakukan dengan cara :
- Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
- Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita dan melihat ke
arah muka penderita
- Rahim dibawa ke tengah
- Tingginya fundus uteri ditentukan
- Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat pada fundus
1) Sifat kepala keras, bundar, dan melenting
2) Sifat bokong lunak, kurang bundar, dan kurang melenting
3) Pada letak lintang fundus uteri kosong
- Pemeriksaan tuanya kehamilan dari tingginya fundus uteri
1) Sebelum bulan ke III fundus uteri belum dapat diraba dari
luar
2) Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari atas
symphisis
3) Akhir bulan IV (16 minggu) pertengahan antara symphisis
dengan pusat
4) Akhir bulan V (20 minggu) fundus uteri 3 jari bawah pusat
5) Akhir bulan VI (24 minggu) setinggi pusat
6) Akhir bulan VII (28 minggu) fundus uteri 3 jari atas pusat
7) Akhir bulan VIII (32 minggu) pertengahan processus
xyphoideus – pusat
8) Akhir bulan IX (36 minggu) sampai arcus costarum atau 3
jari di bawah processus xyphoideus
9) Akhir bulan X (40 minggu) pertengahan processus
xyphoideus – pusat
Rumus McDonal’s :
Tinggi fundus (cm) x 2/7 = usia kehamilan dlm bulan
Tinggi fundus (cm) x 8/7 = usia kehamilan dlm minggu
Tingginya fundus uteri(cm) Usia kehamilan (bulan)
3-4 jari atas simfisis pubis 16 minggu
20/ 2-3 jari bawah umbilikus 5
23/ sejajar umbilikus 6
26/ 3 jari atas umbilikus 7
30/ 3 jari bawah xiphoid 8
33/ 2 jari bawah xiphoid 9
2 jari bawah xiphoid 10
b) Leopold II
Leopold II untuk menentukan letak punggung anak dan bagian-
bagian kecil
- Kedua tangan di pindah ke samping
- Tentukan letak punggung anak
- Punggung anak terdapat di bagian yang memberikan rintangan
yang terbesar, bagian-bagian kecil biasanya terletak di bagian
yang berlawanan dengan bagian yang memberikan rintangan
terbesar
- Pada letak lintang terdapat kepala atau bokong
c) Leopold III
Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah
dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh
rongga atas panggul
- Pergunakan satu tangan
- Tentukan bagian bawah dengan menggunakan ibu jari dan jari
lainnya
- Pastikan apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan
d) Leopold IV
- Pemeriksa merubah sikap dengan menghadap ke arah kaki ibu
- Menentukan bagian bawah dengan menggunakan kedua tangan
- Pastikan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam PAP, dan
ukur berapa masuknya bagian bawah ke dalam panggul
- Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan bagian
terbawah dari kepala yang masih teraba dari luar dan :
1) Kedua tangan konvergen, hanya bagian kecil dari kepala
turun ke dalam rongga
2) Jika kedua tangan sejajar, separuh dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul
3) Jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari
kepla sudah melewati PAP
Jika pada kepala yang telah masuk dalam PAP, masukkan
tangan ke dalam rongga panggul, maka satu tangan akan lebih
jauh masuk, sedangkan tangan satunya tertahan oleh tonjolan
kepalaTonjolan kepala pada fleksi disebabkan oleh daerah dahi,
sedangkan pada letak defleksi oeh belakang kepala. Jika tonjolan
kepala berlawanan dengan bagian kecil, maka anak dalam letak
defleksi.
Palpasi secara Leopold yang lengkap baru dapat dilakukan jika janin
sudah cukup besar, kira-kira dari bulan VI ke atas.
Auskultasi
Tujuan:
1. Menentukan hamil atau tidak
2. Anak hidup atau mati
3. Membantu menentukan habitus, kedudukan punggunh anak,
presentasi anak tunggal/ kembar yaitu terdengar pada dua tempat
dengan perbedaan 10 detik.
2. Dada : Adanya ronkhi atau wheezing perlu dicurigai adanya
asma atau TBC yang dapat memperberat kehamilan.
3. Abdomen : DJJ (+) normal 120-160 x/menit, teratur dan reguler.
Perkusi
Reflek patella :Reflek patella negatif menandakan ibu vit B1 (Marjati
dkk, 2010; 12-13)
Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus
sampai mencapai normal.Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas
normal, diulang kembali pada kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga
infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis/HIV).
Periksa gula darah pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang
pada kunjungan minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus
gestasional.
PATHWAY ANC
Trimester I
Konsepsi
Fertilitas
Implantasi
Embryogenesis
Maturasi janin
Resiko
infeksi
Trimester II
TRIMESTER II
Perub.nutisi
kurang dari
kebutuhan
Deficit volume
cairan
Trimester III
TRIMESTER III
A. Definisi
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Tanda dan Gejala
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanaan
Definisi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis
dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid,
yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat
mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar
penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor
pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus,
stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli
paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.
1. Apakah itu tiroid ?
Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah
depan leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin.
2. Hormon Tiroid
Hormon yang terdiri dari asam amino yang mengawal kadar metabolisme
Penyakit Grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit
otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja
mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini, yang disebut
immunooglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin),
meningkatkan pembenftukan HT, tetapi tidak mengalami umpan balik negatif dari
kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons
terhadap peningkatan kadar HT. Penyebab penyaldt Grave tidak diketahui namun
tampaknya terdapat predisposisi genetik terhadap penyakit otoimun, Yang paling
sering terkena adalah wanita berusia antara 20an sampai 30an.
Gondok nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan
kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi
selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada
pubertas atau kehamilan. Dalarn hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh
pengaktivan hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga
disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid
berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali ke normal. Kadang-kadang
terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak dapat mengecil. Kelenjar
yang membesar tersebut dapat, walaupun tidak selalu, tetap memproduksi HT
dalm jumlah berlebihan. Apabila individu yang bersangkutan tetap mengalami
hipertiroidisme, maka keadaan ini disebut gondok nodular toksik. Dapat terjadi
adenoma, hipofisis sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus, walaupun
jarang.
B. Klasifikasi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
1. Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
2. Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
Klasifikasi lain:
1. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar
tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus.
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor
keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan
tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
2. Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak
disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya
timbul seiring dengan bertambahnya usia.
3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan
C. Penyebab
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan
TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang
finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone
E. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan
sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan
reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan –
bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH
menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa
dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal
juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.
Pathway
LAPORAN PENDAHULAUAN HIPERTIROID
Pathway Hipertiroid
F. Gejala-gejala
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin
Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
Peningkatan frekuensi buang air besar
Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
Gangguan reproduksi
Tidak tahan panas
Cepat letih
Tanda bruit
Haid sedikit dan tidak tetap
Pembesaran kelenjar tiroid
Mata melotot (exoptalmus)
G. Diagnosa
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf
pusat atau kelenjar tiroid.
1. TSH(Tiroid Stimulating Hormone)
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
5. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
H. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid
yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid:
mortalitas
LAPORAN PENDAHULAUAN HIPERTIROID
HIPERTIROID
I. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Tata laksana penyakit Graves
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai
berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000
mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
6) Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi
gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien
menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-
200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu.
Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda
klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid
dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan
keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di
nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid
di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemidian hari dapat
tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
Dwi Tri Martiana Rahayu, dkk. Hipertiroid.
http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/hipertiroid.html. Diakses tanggal 21
Januari 2014.
Doenges, M.E dan Moorhouse, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, ed 3.
Jakarta: EGC.
Greenspan, Francis S. dan Baxter, John D. 2000. Endokrinologi Dasar &
Hermawan, Andreas. Solusi Alami Hipertiroid Tanpa Operasi.
http://healindonesia.wordpress.com. Diakses tanggal 7 April 2010.
Irhamsyah, Muhammad. Hipertiroid. http://andardunker.blogspot.com. Diakses
tanggal 21 Januari 2014.
Ismail. Askep Klien Hipertiroidisme.
Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi, vol 2. Jakarta: EGC.
Price, S.A dan Wilson, LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, vol 2. Jakarta: EGC.
Semiardji, Gatut. 2003. Penyakit Kelenjar Tiroid. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Thamrin, Zulkifli Ukki .Hipertiroidisme.
http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/hipertiroidisme.html. Diakses tanggal
21 Januari 2014.
Asuhan Keperawatan Antenatal
1. Pengkajian
a. Data umum klien dan pasangan
b. Riwayat kehamilan & persalinan yang lalu
c. Riwayat ginekologi
d. Riwayat KB
e. Riwayat kehamilan saat ini
f. Pemeriksaan fisik
g. Persiapan persalinan
h. Obat-obatan yg dipakai saat ini
i. Hasil pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Mitayani (2009), diagnose keperawatan ibu hamil berupa:
Trimester I kemungkinan diagnose yang ditemukan
a. Kecemasan
b. Nyeri
c. Gangguan nutrisi
d. Perubahan pola seksual
Trimester II kemungkinan diagnosis yang ditemukan
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri
b. Gangguan gambaran diri
c. Perubahan proses keluarga
d. Kecemasan
e. Perubahan pola seksual
Trimester III kemungkinan diagnosis yang ditemukan
a. Nyeri
b. Perubahan pola napas tidak efektif
c. Perubahan pola tidur
d. Intoleransi aktivitas
e. Perubahan pola seksual
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Mitayani (2009), intervensi yang dilakukan:
Trimester I : bergantung pada pengkajian biopsikososial
Tujuan perawatan secara fisiologis pada trimester I adalah sebagai
berikut:
a. Kehamilan didiagnosis dan taksiran persalinan dapat ditentukan
b. Ibu mendapatkan informasi tentang adaptasi tubuh akibat
perkembangan janin
c. Faktor resiko dapat diindentifikasi
Tujuan perawatan secara psikologis pada trimester I adalah
a. Ibu aktif merawat diri
b. Ibu mempersiapkan rencana persalinan
c. Terbina rasa saling percaya
Trimester II : bergantung masalah yang ada pada ibu
Tujuan perawatan fisiologis pada trimester II kehamilan diantaranya :
a. Memastikan taksiran persalinan
b. Ibu dan keluarga mendapatkan informasi tentang adaptasinya dan
perkembangan janin selama trimester II
c. Ibu dapat merawat dirinya sendiri
d. Faktor resiko dapat diidentifikasi
e. Ibu waspada dengan bahaya kehamilan
Tujuan perawatan secara psikologis pada trimester II adalah sebagai
berikut:
a. Informasi kebutuhan persiapan persalinan
b. Kooperatif dan aktif selama trimester II
c. Mempersiapkan rencana persalinan
d. Hubungan saling percaya terbina
Trimester III
Tujuan perawatan fisiologis pada trimester III kehamilan diantaranya :
a. Ibu dan keluarga mendapatkan informasi tentang adaptasi dan
perkembangan janin
b. Ibu mendapatkan informasi perawatan mandiri secara adekuat
Tujuan perawatan psikologis pada kehamilan trimester III diantaranya
a. Kebutuhan dan kesiapan ibu dengan keluarga teridentifikasi
b. Ibu dan keluarga aktif dalam perawatan trimester III
c. Hubungan saling percaya semakin baik
Intervensi yang dapat diberikan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
dialami ibu hamil, diantaranya :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan keinginan untuk makan akibat mual dan muntah.
Kriteria hasil
Meningkatkan masukan oral
Menjelaskan factor-faktor penyebab bila diketahui
Intervensi
Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat
Timbang BB setiap hari
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Beri dorongan individu makan makanan yang kering
2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic sekunder akibat
kehamilan
Kriteria hasil
Menggambarkan program defekasi terapeutik
Melaporkan eliminasi yang baik
Intervensi
Jelaskan risiko konstipasi pada kehamilan
Jelaskan factor pemberat untuk terjadinya hemoroid
Pertimbangkan kebutuhan untuk laksatif
3. Ansietas berhubungan dengan konsep diri sekunder akibat kehamilan.
Kriteria hasil
Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
Menghubungkan peningkatan kenyamanan psikologis
Menggambarkan mekanisme kopinh yang efektif
Intervensi
Gali ketakutan dan kekhawatiran selama hamil
Bantu pasangannya mengenali harapan yang tidak realistis
Terima ansietasnya dan kenormalan dari proses tersebut
Diskusikan kekhawatiran inin dengan klien dan pasangannya
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, dispnea sekunder
akibat penekanan pembesaran uterus pada diafragama dan peningkatan
volume darah
Kriteria hasil
Mengidentifikasi factor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas
Menurunkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas
Intervensi
Jelaskan penyebab keletihan dan dispnea pada pertnegahan kehamilan
dan masa akhir kehamilan
Perubahan pada pusat gravitasi
Peningkatan berat badan
Tekanan pembesaran uterus pada diafragma
Ajarkan metode penghematan energy
5. Risiko terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan
membrane mukosa oral berhubungan dengan gusi hiperemik sekunder
akibat kadar estrogen dan progesterone.
Kriteria hasil
Memperlihatkan integritas rongga mulut
Bebeas dan rasa tidak nyaman saat makan dan minum
Intervensi
Diskusikan pentingnya hygiene oral setiap hari dan pemeriksaan gigi
secara periodic
Ingatkan untuk memberi tahu dokter gigi tentang kehamilan
Jelaskan bahwa hipertropi dan nyeri tekan guzi adalah normal pada
kehamilan.
4. Implementasi Keperawatan
a. Trimester I
Informasi tentang perawatan mandiri yang diberikan kepada ibu di
trimester I adalah sebagai berikut
1. Pencegahan infeksi neonates
2. Penyuluhan tentang nutrisi, aktivitas, kebiasaan tidur, hubungan
seksual dan pemakaian obat
3. Jadwal kunjungan, sejak konsepsi sampai dengan 28 minggu
kehamilan setiap 4 minggu, 29-36 minggu kehamilan setiap 2-3
minggu, 37 minggu kehamilan sampai lahir setiap 1 minggu
4. Informasi tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan per vaginam
dengan tanpat atau dengan nyeri, pecah ketuban (keluar air dari
vagina), sakit kepala yang berlebihan, gangguan penglihatan, nyeri
abdomen, serta demam
5. Kelas prenatal
6. Rencana melahirkan
b. Trimester II
1. Pakaian direkomendasikan yang nyaman, longgar, dan praktis
2. Postur dan mekanik tubuh
3. Kebersihan diri: mandi, gosok gigi
4. Aktivitas fisik/latihan yang teratur bisa memperkuat otot,
mengurangi nyeri punggung, dan meningkatkan kesejahteraan ibu
5. Istirahat dan tidur, temukan posisi yang nyaman untuk istirahat dan
tidur
6. Imunisasi, ibu harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
dua kali selama kehamilan
c. Trimester III
1. Dukungan emosional dan sosial
2. Mengajarkan perawatan diri
3. Persiapan menyusui
4. Kaji ulang tanda bahaya kehamilan
5. Kenali kelahiran premature
6. Persiapan sebelum melahirkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Kelanjutan dan evaluasi terhadap efektivitas intervensi keperawatan.
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir proses keperawatan, di mana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubaha diri ibu dan menilai
sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Di samping itu, perawat juga
mengesampingkan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang
ditetapkan belum tercapai sehingga proses keperawatan dapat dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA