Kelompok 11 (GIZI 2 B)
Dosen pembimbing :
Salah gizi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi Klinis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan
kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan
zat gizi dalam jumlah besar. Istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebih an gizi yang
disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien tertentu secara berlebihan ke
dalam tubuh.
Kondisi kesehatan dan gizi anak balita di Indonesia tampaknya masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Berdasarkan data Riskesdas 2010 pada
balita angka prevalensi BB kurang dan sangat kurang sebesar 17,9% (BB/U), prevalensi
kurus dan sangat kurus 13,3% (BB/TB-PB), kegemukan 14,0% (BB/TB-PB), prevalensi
pendek dan sangat pendek 35,6% (TB/U).
Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan angka kesakitan dan kematian,
serta hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Deteksi dini anak yang mengalami
gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
Kader posyandu sebaiknya merujuk anak ke Puskesmas/Pustu/ Polindes jika:
1. Dua bulan berturut-berturut TIDAK mengalami kenaikan berat badan sesuai garis baku
(2T)
2. Terlihat kurus
Prinsip pemberian makanan tambahan Pemulihan pada dasarnya harus mengacu pada
konsep kepadatan energi dan nilai energi dari protein yang dikandungnya atau PER (Protein
Energi Ratio). Penanganan balita gizi kurang adalah :
1. Pemberian PMT Pemulihan padat gizi , 350 kkal dengan protein 15 g selama 90 hari.
2. Baduta dari keluarga miskin (6-24) bulan diberikan MP-ASI sebagai makanan
tambahan.
3. Penyuluhan dan demo cara persiapan pemberian PMT pemulihan.
4. Konseling makanan bayi dan anak (ASI, MP-ASI, PMT). Pantau pertumbuhan di
Posyandu setiap bulan serta stimulasi.
5. Bila dalam 2 bulan tidak ada kenaikan BB atau BGM, segera lakukan konfirmasi
BB/TB.
Sekedar diingat bahwa dalam menentukan gangguan gizi kurang dapat dilakukan
dengan berbagai indek antropomentri dengan makna yang berbeda dalam memandang
kejadian kurang gizi yang terjadi :
a. Indek BB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi umum
Prinsip yang sangat penting dalam memberikan makanan tambahan untuk rehabilitasi
anak dengan gangguan gizi kurang adalah memberikan makanan dengan konsep kepadatan
energi yang tinggi tetapi memiliki volume atau porsi yang kecil. Hal yang perlu dilakukan
dalam menyusun menu maupun Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gangguan
gizi kurang adalah :
1. Hitung semua kandungan energi dan protein semua bahan makanan yang akan diolah
kemudian ditimbang sebelum dimasukkan ke dalam wadah pengolahan.
5. Kepadatan energi dinyatakan dalam satuan energi (kalori) / gram berat matang.
ASI atau formula pengganti air susu ibu (PASI) memiliki kepadatan energi 0,7
kkal/gram, sedangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) memiliki kepadatan energi 1
kkal/gr. Makanan biasa rata-rata mengandung kepadatan energi 1,5 kkal/gr sedangkan
makanan padat energi harus memiliki kepadatan energi >1,5 kkal/gr.
Kandungan protein dari makanan padat energi seharusnya memiliki nilai yang tinggi
pula dalam makanan tumbuh kejar, oleh karena itu perlu pula dihitung persentase rasio energi
protein dari makanan yang telah diolah terutama makanan tambahan. Rumus menghitung
rasio protein energi adalah dinyatakan dalam protein energi ratio (PER) sebagai berikut :
Rasio energi protein pada makanan orang dewasa cukup antara 8 - 10 %, pada balita
sehat cukup antara 10 - 12 %. Orang dewasa sakit membutuhkan makanan dengan PER 10-
12% sedangkan pada balita sakit atau gizi kurang sebaiknya PERnya 12 - 15%.
Dalam memberikan makanan pada balita dengan gangguan gizi kurang atau pun
balita dengan gizi buruk untuk fase rehabilitasi maka terapi utama sebenarnya difokuskan
pula pada pemberian makanan utamanya, baru pemberian makanan tambahan sehingga
membawa manfaat dalam menaikkan derajat status gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya
adalah pengaturan waktu makan balita harus dimodifikasi ke arah waktu pemberian makanan
yang optimal, di bawah ini contoh jadwal pemberian makanan yang optimal : 100% Total
Energi (makanan) Berat Protein (gr) x 4 kal x Dalam memberikan makanan pada balita
dengan gangguan gizi kurang atau pun balita dengan gizi buruk untuk fase rehabilitasi maka
terapi utama sebenarnya difokuskan pula pada pemberian makanan utamanya, baru
pemberian makanan tambahan sehingga membawa manfaat dalam menaikkan derajat status
gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan waktu makan balita harus
dimodifikasi ke arah waktu pemberian makanan yang optimal.
Waktu pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan pada titik waktu pemberian
makanan selingan, sehingga tidak mengganti makanan utama yang bisa berakibat anak justru
tidak mau menghabiskan makanan utamanya karena telah diganti makanan selingan berupa
makanan tambahan yang padat energi.
Selain diupayakan pemenuhan kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan
protein) pada balita gangguan gizi kurang maka sebelum indikator BB/TB ≥ -2 petugas gizi
puskesmas harus mengupayakan selalu dilakukan koreksi atau penambahan pemenuhan zat
gizi mikro yang sangat penting dalam metabolisme energi balita yaitu pemenuhan vitamin
dan mineral dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Berikan suplemen vitamin A sesuai umur pada saat penangan tersebut, jika ditemukan
ada tanda-tanda xerophtalmia atau menderita campak dalam 3 bulan terakhir maka
suplemen vitamin A diberikan pada hari 1, 2 dan hari ke 15 penanganan.
2. Berikan suplemen vitamin B komplek setiap hari dan vitamin C 50 mg/hari sampai
indikator BB/TB ≥ -2 Z-score/SD
3. Berikan suplemen vitamin asam folat 5 mg pada saat penanganan ( hari pertama)
selanjutnya berikan 1 mg/hari sampai indikator BB/TB ≥ -2 Z-score/SD
1. Demam
3. Diare
5. TBC Paru.
Maka pemberian makanan harus diubah pada konsistensi dibawahnya, misalnya jika
anak sesuai pola makan menurut umur diberikan makanan biasa harus diubah menjadi
konsistensi makanan lunak, jika anak (bayi) diberikan makanan lumat maka pemberian
makanan diubah menjadi makanan cair.
Dalam penanganan balita gangguan gizi kurang dengan sakit (hambatan
pertumbuhan) maka penanganannya juga fokus pada pengobatan sakitnya. Dalam
hubungannya dengan pemberian makanan pada balita dengan gangguan gizi kurang yang
sedang mengalami peradangan hati-hati pada pemberian sumber bahan makanan terutama
minyak. Sebaiknya dihindari bahan makanan yang mengandung asam lemak omega 6 karena
akan meningkatkan reaksi peradangan sehingga perlu dihindari pengolahan menggunakan
minyak selama balita mengalami sakit.
Penanganan penderita gizi buruk, perlu pendekatan khusus, karena tidak semua
pasien penderita gizi buruk memerlukan pelayanan rawat inap. Gizi buruk tanpa komplikasi
medis (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi,
penurunan kesadaran) dapat ditangani secara rawat jalan.
Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau pengukuran antropometri
adalah:
1. Gejala klinis
A Marasmus Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang, terbungkus kulit, wajah
seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar- baggy pants), perut umumnya
cekung, tulang rusuk menonjol (iga gambang, “piano sign”), sering disertai penyakit
infeksi (umumnya kronis berulang) seperti diare persisten.
B Kwasiorkor Perubahan status mental: apatis & rewel, rambut tipis, kemerahan spt
warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit dan rontok, wajah membulat dan
sembab, pandangan mata sayu, pembesaran hati, edema minimal pada kedua
punggung kaki, bersifat pitting edema, otot mengecil (hipotrofi), kelainan kulit
berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat kehitaman
dan terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai: penyakit infeksi
(umumnya akut) seperti anemia dan diare.
Tentukan derajat edema untuk menentukan jumlah cairan yang diberikan.
Derajat edema:
+ à Kedua punggung kaki
++ à Tungkai & lengan bawah
+++ à Seluruh tubuh (wajah & perut)
C Marasmik-kwashiorkor : Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan BB/TB -PB <-3 SD disertai edema
yang tidak mencolok
2. PengukuranAntropometri
Standar antropometri yang digunakan adalah berdasarkan pengukuran : BB/TB-PB <
-3 Z-score/SD atau Lingkar Lengan Atas (LLA) < 11,5 cm.
Jika gejala klinis tidak jelas namun BB/TB-PB < -3 Z-score/SD tetap dikategorikan
sebagai Gizi Buruk. Sebaliknya, jika secara klinis mendukung (terlihat sangat kurus) namun
tidak memenuhi syarat antropometri (misal BB/TB-PB > -3 Z-score/SD), hal ini tetap
dinyatakan sebagai Gizi Buruk. Keadaan ini dapat ditemukan pada anak yang mengalami
mikrosefal (lingkar kepala kecil) atau terdapat pembesaran organ-organ tubuh/organomegali.
Khusus pada penderita kwashiorkor, jika sudah terlihat edema yang simetris,
diagnosis dapat ditegakkan tanpa pemeriksaan antropometri. Pemeriksaan secara
antropometri hanya membantu menentukan derajat kekurusan, namun gambaran klinis lebih
penting.
Gizi buruk adalah bentuk gangguan gizi akut, sangat mungkin juga timbul komplikasi
atau penyulit dari aspek medis sebagai berikut :
Anoreksia
Pneumonia
Anemia berat
Dehidrasiberat
Demamsangattinggi
Penurunankesadaran
Penyulit atau komplikasi medis inilah yang mengindikasikan balita gizi buruk harus
mendapatkan perawatan baik di Puskesmas yang sudah memiliki TFC atau rumah sakit yang
sudah memiliki unit perawatan gizi buruk.
Penderita gizi buruk dengan komplikasi dan tanda bahaya perlu dirawat inap sesuai
dengan Tatalaksana Anak gizi Buruk .
Pedoman Tatalaksana Gizi buruk menggunakan sepuluh langkah dalam 5 kondisi
klinis. Kondisi I-V ditentukan berdasarkan ada/tidaknya tanda bahaya yaitu :
a. Renjatan/ syok
b. Letargis
Gizi buruk tanpa komplikasi dan tanda bahaya dapat dirawat jalan melalui Klinik
Gizi Puskesmas / Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat
(PGBM), diberi pengobatan dan makanan padat gizi / energi serta konseling gizi seminggu
sekali sampai dengan BB/TB-PB > -2 SD atau anak mengalami kenaikan berat badan 15-
20% dari berat badan terendah pada saat pemeriksaan status gizi. Pada umumnya anak
membaik dalam waktu 17 minggu.
Pemberian PMT Pemulihan yang padat gizi dengan kandungan energi 500 kkals
elama 10 minggu
Penyuluhan gizidan demo cara penyiapan sampai pemberian makanan pemulihan
gizi yang padat gizi
Konseling pemberian makanan bayi dan anak (ASI, PMT, MP-ASI)
Memantau penambahan BB dan pemeriksaan klinis setiap minggu, TB/ PB
dieriksa setiap bulan oleh tenaga kesehatan.
Memberikan stimulasi tumbuh kembang melalui BKB, atauPos PAUD bila
memungkinkan.
Bila pertambahan BB < 50 g/kg BB perminggu dalam 3 minggu terakhir atau ada
gejala sakit, Rujuk kePuskesmas TFC/RS untuk pengobatan penyakit dan
pemeriksaan lanjut.
3. Sepuluh langkah dalamTatalaksana Anak Gizi Buruk
Tabel. Sepuluh Langkah Tata laksana Anak Gizi Buruk
a. Mengatasi / Mencegah Hipoglikemia
Hipoglikemia bila kadar glukosa darah < 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl.
b. Mengatasi/MencegahHipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0 (ukur selama 5 menit). Pada
keadaan Hipotermia cadangan energy anak gizi buruk sangat terbatas sehingga anak tidak
mampu memproduksi panas untuk mempertahankan suhu tubuh. Menghangatkan tubuh
merupakan upaya untuk menghemat cadangan energi.
Tabel 6. Cara mencegah dan megatasi Hipotemia
c. Mengatasi/mencegahDehidrasi
Untuk menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk dapat digunakan 4 tanda
utama yaitu letargis, anak haus, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor kulit perut
lambat. Tanda dehidrasi lain yang mungkin ditemukan adalah anak gelisah dan rewel, tidak
ada air mata, mulut dan lidah kering, diuresis berkurang. Tidak mudah menentukan dehidrasi
pada anak gizi buruk, karena letargis, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor kulit perut
lambat sering ditemukan pada anak gizi buruk
Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition ), yang terbuat dari oralit
yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral mix.
Oralit : Pemberian oralit pada anak gizi buruk harus diencerkan 2 (dua) kali agar
kadar Natrium menjadi lebih rendah untuk menghindari terjadinya retensi air, edema dan
gagal jantung.
e. Obati/cegahinfeksiAnak
Gizi Buruk rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya menurun sehingga
perlu diberi antibiotika walaupun seringkali gejala infeksi tidak nyata. Bila gejala infeksi
tidak nyata, berikan kotrimoksasol.
Apabila anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, makan ditambahkan kloramfenikol
iv atau im (25 mg/kg BB/kali) setiap 8 jam selama 5 hari. Bila anak diperkirakan menderita
meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan. Bila ternyata menderita meningitis
purulenta, kloramfenikol diberikan 25 mg/kgBB/kali) setiap 6 jam sampai 10 hari.
Gentamisin diberikan apabila diuresis sudah normal (1-2 ml/kgBB/jam)
a. Tidak ada kenaikan berat badan dan postur tubuh lebih kecil dari anak yang sehat
(defisiensi vitamin B1)
b. Diare ( defisiensi vitamin B1, B12)
c. Stomatitis angularis : pada sudut mulut terdapat maserasi dan retak-retak/fisura
(defisiensi B2, B6)
d. Glositis : lidah berwarna merah muda dan licin karena hilangnya struktur papil lidah
(defisiensi vitamin B2,B6,B12)
e. Dermatosis seboroik: perubahan kulit berupa luka seboroik pada lipatan nasolabium,
sekitar hidung, daun telinga dan kelopak mata. Kadang-kadang dermatitis pada
tangan, sekitar vulva, anus dan perineum (defisiensi vitamin B2, B6)
f. Anemia dengan gangguan pembentukan/proses pematangan eritrosit (defisiensi
vitamin B12)
g. Perubahan pada mata sehingga menimbulkan fotofobia, lakrimasi berlebihan, rasa
panas dan pusing (defisiensi vitamin B2)
2. Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan
bagian dalam pembentukan zat intersel. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan :
a. penyakit skorbut
b. gangguan pertumbuhan
c. perdarahan kapiler
d. gangguan pematangan eritrosit
e. gangguan pembentukan tulang dan dentin
f. gangguan dalam respirasi jaringan
3. Vitamin A
Khusus Vitamin A diberikan satu kali pada hari pertama saja, kecuali bila disertai
kelainan pada mata akibat KVA (Xeroftalmia), vitamin A diberikan juga pada hari ke-2 dan
ke-15, dengan dosis sesuai usia
4. Asam folat
Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi walaupun anak menderita
anemia, karena bila diberikan pada fase sebelumnya dikhawatirkan belum cukup protein
untuk mengikat Fe yang diserap sehingga mengakibatkan adanya Fe bebas dalam darah. Fe
bebas ini bersifat sebagai radikal bebas yang dapat merusak dinding sel serta memperberat
infeksi yang ada karena merupakan makanan kuman. Dosis Fe yang diberikan 1-3 mg Fe
elemental/kgBB/hari.
g. Pemberian makanan untuk fase stabilisasi dan transisi
Anak gizi buruk mengalami gangguan metabolisme dan fungsi organ, khususnya sistem
pencernaan, hati dan ginjal. Sistem pencernaan anak gizi buruk mengalami gangguan karena
terjadinya atrofi mukosa usus sehingga produksi enzim pencernaan berkurang, khususnya
enzim laktase. Oleh karena itu, perlu diberi makanan khusus pada fase stabilisasi berupa
Formula 75 dengan ketentuan sebagai berikut :
3). Cairan : 130 ml/kgBB/hari , atau 100 ml/kgBB/hari bila ditemukan edema berat ,
Fase Stabilisasi bertujuan untuk menstabilkan kondisi anak dan bukan untuk menaikkan
berat badan
Pada fase transisi diberikan Formula 100 dengan ketentuan sebagai berikut :
2) Protein : 2 -3 g/kgBB/hari
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian
rupa sehingga energi dan protein cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
basal.
Teruskan pemberian ASI bila anak telah mendapat ASI, kemudian dianjurkan memberi
Formula WHO 75 dengan menggunakan cangkir/ gelas. Bila anak terlalu lemah berikan
dengan menggunakan Naso Gastric Tube (NGT)
Pemberian Formula WHO 75 jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan
kebutuhan anak :
Pada fase stabilisasi pemberian formula setiap 2 jam sekali. Selanjutnya frekwensi
pemberian formula diturunkan menjadi setiap 3 jam, . Pada hari ke 5 s/d hari ke 7 diturunkan
lagi menjadi setiap 4 jam.Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu I).
Fase akhir stabilisasi diberikan F75 dengan volume dosis F 100.
Pada fase transisi hari pertama (I) dan hari ke dua (II) diberikan F 100 dengan dosis atau
volume F75. Pada hari ke tiga (III) diberikan F 100 menggunakan dosis F 100 yaitu 100-150
cc/kg BB/hari. Selanjutnya 4 jam berikutnya dosis dinaikkan 10 ml secara bertahap dengan
catatan tidak boleh melebihi dosis maksimum F 100. Pada hari ke empat (IV) F 100
diberikan tiap 4 jam dengan dosis tidak boleh melebihi dosis maksimal F 100. Bila F 100
sudah dapat dihabiskan, maka dapat dilajutkan memasuki fase pemberian makanan fase
rehabilitasi.
Pada Fase Rehabilitasi adalah fase pemberian makanan tumbuh kejar. Pemberian
makanannya adalah diberikan F 100 dan diberikan pula makanan padat sesuai BB anak,
yaitu
1. BB < 7 kg, diberikan makanan bayi, mulai dari bubur saring, bubur susu, makanan
lembik (nasi tim).
2. BB > 7 kg, dan berumur lebih dari 24 bulan diberikan makanan lunak atau
makanan biasa.
Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan ) jaringan tubuh sehingga diperlukan
energi dan protein yang cukup, yaitu :
A. Energi : 150 – 220 kkal/kgBB/hari
B. Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara bertahap ditambah makanan
padat ( BB < 7 kg diberikan makanan bayi, ≥ 7 kg diberikan makanan anak )
Pada fase tindak lanjut, pemberian makanan di rumah berupa makanan keluarga padat
gizi dan PMT-P ( energi 350 kkal dan protein 15 g )
Pemantauan fase rehabilitasi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan anak, yang dapat
dilakukan dengan :
1. Menimbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
2. Menghitung kenaikan berat badan setiap minggu dengan interpretasi:
(a) Baik : bila kenaikan BB ≥ 50 g/KgBB/minggu, . selama 2 minggu berturut-
turut,
(b) Kurang : bila kenaikan BB < 50 g/KgBB/minggu, perlu reevaluasi secara
menyeluruh.
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku.
Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam memberikan stimulasi untuk
tumbuh kembang anak. Oleh karena itu perlu diberikan petunjuk kepada orang tua dan
keluarga untuk memberikan stimulasi perkembangan anak dengan penuh kasih sayang, sambil
bermain, bernyanyi dan menciptakan suasana yang menyenangkan.Stimulasi diberikan secara
bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak terhadap empat aspek kemampuan dasar anak
yaitu kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta
kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi terstruktur dilakukan secara intensif setiap
hari selama 15-30 menit.
Hal penting yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan selama fase Stabilisasi :
Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase
stabilisasi, bila ada tanda bahaya sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
Gangguan pertumbuhan jika dibiarkan dapat menjadi gizi buruk, dapat terjadi saat
anak masih aktif, mau makan dan bergizi baik. Di dalam penilaian pertumbuhan, aspek
yang dinilai adalah arah garis pertumbuhannya dan bukan letaknya.
Kriteria gangguan pertumbuhan adalah jika terjadi 2T yaitu 2 bulan atau lebih
pertumbuhan TIDAK NAIK. Anak disebut Naik (N), bila grafik BB mengikuti garis
pertumbuhan atau kenaikan BB sama atau lebih dengan Kenaikan BB Minimal (KBM) .
Disebut Tidak Naik (T), bila grafik BB mendatar atau menurun memotong garis
pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan BB kurang dari KBM.
1. Analisis Penyebab Gangguan Pertumbuhan
ASI adalah makanan terbaik untuk anak, sehingga dianjurkan memberikan ASI
saja pada bayi kurang dari 6 bulan. Selanjutnya ASI tetap diberikan disertai pemberian
MP ASI yang benar dan adekuat.
Beberapa butir penting dalam pemberian ASI :
c. Produksi ASI akan banyak jika payudara ibu sering disusu dan dikosongkan
d. Bayi membawa cadangan energi dan cairan, sehingga bayi mampu bertahan 2-4 hari
setelah lahir (WHO, 1989), atau dengan pernyataan lain yaitu bayi lahir dalam
keadaan overhidrasi (Unicef 2007). Sementara ASI baru keluar pada hari ke 2 – 4,
sehingga wajar jika BB bayi sedikit turun beberapa hari setelah lahir.
e. ASI dapat memberikan rasa kenyang hanya 1,5 jam, sedangkan susu formula 3 jam.
Pemberian susu formula akan menyebabkan bayi lama kenyang, sehingga produksi
hormon prolaktin akan turun dan akibatnya produksi ASI menurun. Selain itu,
pemberian susu formula akan menyebabkan bayi bingung puting.
a. BB bayi turun tidak lebih dari 10%, dan kembali ke BB lahir paling lambat saat
bayi umur 2 minggu.
g. Pemberian ASI saja, artinya ASI saja dapat mencukupi kebutuhan bayi, tetapi Jika
bayi diberi minuman lain, dapat berakibat produksi ASI akan berkurang.
b. Pemberian MP ASI
Tumbuh kembang balita usia 6-24 bulan merupakan masa yang sangat
mengkhawatirkan.WHO 2008, menganjurkan untuk memberikan makanan pada anak
yang mengalami hambatan pertumbuhan, pendek, dan gizi kurang dengan asupan gizi
yang dianjurkan yaitu : lebih rendah dari rekomendasi untuk anak penderita gizi buruk
tetapi lebih tinggi dari anak gizi normal, dengan kalori sekitar 120-150 kkal/kg/BB atau
dengan menghitung BB anak dibagi BB standar dikalikan Angka Kecukupan Gizi
(AKG).
Pesan kunci praktek pemberian MP-ASI:
a. Timbanglah anak setiap bulan :anak sehat, tambah umur, tambah berat, tambah
pandai.
b. Bayi dan anak yang mendapat ASI selama 2 tahun atau lebih, akan tumbuh kuat dan
sehat serta berkembang dengan baik
c. Bayi dan anak yang diberi MP-ASI mulai usia 6 bulan dan ASI terus diberikan akan
tumbuh dan berkembang dengan baik
d. Bubur MP-ASI yang cukup kental akan memberikan energi lebih banyak bagi anak
daripada bubur MP-ASI yang terlalu encer
e. Makanan sumber hewani sangat baik untuk anak, agar anak tumbuh dan
berkembang dengan baik.
f. Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, kacang hijau,
kacang polong dan kacang lainnya serta hasil olahnya seperti tahu dan tempe adalah
makanan yang abik buat anak.
g. Sayuran dan buah berwarna hijau / kuning / merah membantu kesehatan mata anak
dan meningkatkan daya tahan tubuh melawan penyakit
h. Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan 3 kali makan utama disertai
makanan selingan dan berikan makanan yang beraneka ragam
k. Bujuk anak untuk tetap makan dan minum selama sakit dan berikan makanan
tambahan dalam masa pemulihan agar kesehatan anak pulih kembali.
c. Pemantauan :
Terapi/edukasi ini berhasil jika pertumbuhan anak membaik, N1 (Naik bulan ke-1)
atau N2 (Naik bulan ke-2). Jika dalam evaluasi masih T (TIDAK NAIK) maka perlu
dikaji lagi :
1. Apakah masih terdapat masalah yang menjadi penyebab belum teratasi.
2. Apakah makanan sudah diberikan secara adekuat
3. Apakah kepadatan (densitas) energi sudah cukup
4 Apakah infeksi belum terdeteksi atau tertangani
1. Umur 0 – 6 bulan
a. Berikan ASI saja sampai anak berusia 6 bulan. Menyusui semau anak (on
demand), setidaknya 8 kali sehari
c. Jika anak terlihat masih lapar setelah menyusu, harus segera dilakukan konseling
menyusui untuk membantu ibu dalam meningkatkan produksi ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan & WHO. Republik Indonesia. 2015. Buku Saku Asuhan Gizi
Di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Gizi