Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

GASTROSKIZIS

Disusun Oleh:
Nindya Utami 130100013
Rahma Fridayana Fitri 130100021
Greta Nivola H Pandiangan 130100103
Azmi Muliatua Panjaitan 130100122
Sere Agustina Napitupulu 130100275
Zulfadli Nasution 130100050
Alvin Henri 130100270
Walensia Sihombing 130100256
Christine 130100323
Akmal Farezzy 130100255
Indriani Nisfulaili 130100267
Shaheen Reddy 120100441

Pembimbing:
dr. Mahyono, Sp.B-KBA

PROGRAM KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Gastroskizis” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing kami, dr. Mahyono, Sp.B-KBA yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga
dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun susunan bahasanya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan laporan kasus ini dan sebagai masukan dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.

Medan, Oktober 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1. Macam-macam Defek Dinding Abdomen ..………………………... 3
2.2 Etiologi dan Embriologi......................................................................4
2.3. Diagnosis dan Differential Diagnosis.................................................5
2.4. Penatalaksanaan...................................................................................7
2.5. Prognosis.......………………………………………………………. 9
BAB III STATUS ORANG SAKIT................................................................10
BAB IV FOLLOW UP RUANGAN...............................................................19
BAB IV DISKUSI KASUS..............................................................................25
BAB V KESIMPULAN...................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................29

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gastroschisis adalah defek mayor dalam penutupan dinding abdomen.
Pada gastroshcisis, visera tidak tertutup dinding abdomen dan herniasi menembus
defek pada lateral umbilikus (biasanya pada sisi kanan dimana terjadi involusi
vena umbilikal kedua) sehingga terjadi eviserasi dari isi cavum abdomen.
Gastroshisis biasanya berisi usus halus dan sama sekali tidak terdapat membran
yang menutupi.1,2 Kadang terdapat jembatan kulit diantara defek tersebut dan
umbilikalis. Dibanding omphalokel (1:6.000), insiden gastroschisis jauh lebih
rendah (1:20.000-30.000).2
Di Indonesia belum jelas angka kejadian defek abdomen, baik
gastroschisis ataupun omfalokel. Beberapa penelitian mencoba mengaitkan antara
area dan etnis tertentu dengan gastroschisis, tetapi gagal untk metemukan
hubungannya. Penelitian prevalensi gastroschisis menemukan bahwa terdapat tren
peningkatan angka kejadian sejak tahun 1970.
Indonesia mungkin merupakan negara yang beresiko tinggi terjadinya
gastroschisis karena dari penelitian terdapat resiko penyebab gartroschisis yaitu:
- Kehamilan pada usia sangat muda (karena pernikahan diusia muda)
- Paritas tinggi (semakin banyak kelahiran pada satu ibu semakin tinggi
kemungkinan terkena gastroschisis), walau hal ini masih dikaitkan dengan
kehamilan pada usia tua.
- Kekurangan asupan gizi, pada ibu hamil
Calder adalah seorang yang pertama mendiskripsikan mengenai
gastroschisis pada abad 16, sedangkan Ambrose Pare mendiskripsikan mengenai
omfalokel dimana kedua kelainan tersebut merupakan defek dari dinding anterior
abdomen.3
Defek ini dapat diketahui sebelumnya dengan menggunakan USG sebelum
terjadi kelahiran, yaitu ditemukannya lengkungan isi perut yang tergenang bebas
dalam cairan amnion.2 Karena defek ini terjadi lama sebelum bayi lahir, maka
rongga abdomen menjadi kecil dan dinding usus yang menonjol (keluar) menjadi

1
lebih tebal sebagai akibat kurangnya aliran darah balik dan iritasi dari cairan
amnion. Bayi dengan gastroschisis biasanya tidak disertai dengan defek lain yang
berat.1,2,3
Penutupan atau reduksi secara primer akan lebih berhasil apabila
dilakukan pada bayi dengan usai muda. Adanya diagnosis prenatal dengan USG
sangat membantu dalam pengelolaan bayi dengan defek dinding abdomen. Hingga
saat ini terjadi perbaikan dan peningkatan outcome baik pada gastroschisis
maupun omfalokel karena perbaikan perawatan pra operasi dengan adanya USG
dan pasca operasi. Perawatan pasca operasi yang canggih termasuk semakin
majunya nutrisi parenteral dan ventilator mekanik yang didisain untuk bayi kecil.2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Macam-macam Defek Dinding Abdomen


Defek dinding abdomen kongenital merupakan penyakit dengan spektrum
yang luas, termasuk gastroskisis, omfalokel, prune belly syndrome dan kelainan
lainnya.4
a. Omphalokel/Eksompalos: merupakan herniasi kongenital dengan isi
abdomen pada umbilikus (didalam umbilical cord): biasanya dibagi
menjadi
– Umbilical cord hernia (defek < 4 cm)
– Omphalocele (defek > 4 cm)
b. Gastroschisis adalah defek mayor dalam penutupan dinding abdomen.
Pada gastroshcisis, visera tidak tertutup dinding abdomen dan herniasi
menembus defek pada lateral umbilikus (biasanya pada sisi kanan dimana
terjadi involusi vena umbilikal kedua) sehingga terjadi eviserasi dari isi
cavum abdomen. Gastroshisis biasanya berisi usus halus dan sama sekali
tidak terdapat membran yang menutupi. Kadang terdapat jembatan kulit
diantara defek tersebut dan umbilikalis.1,2
c. Prune Belly Syndrome: kelainan kongenital pada muskulatur abdominal,
dilatasi traktus urinarius dan cryptorchidism. Terdapat tiga tingkat:
– Penyakit ginjal dan paru berat , membahayakan hidup
– Uropathi berat, membutuhkan rekonstruksi luas
– Neonatus sehat yang memerlukan sedikit opersi atau tidak sama
sekali

3
Gambar 2.1. Penampakan umum pada kasus Omphalokel dan Gastroskisis; A.
Gastroskisis dengan usus normal; B. Gastroskisis dengan usus yang mulai rusak;
C. Omphalokel kecil; D. Omphalokel besar

2.2. Etiologi dan Embriologi


Etiologi secara embriologi pada defek kongenital abdomen tidak
sepenuhnya diketahui dan masih merupakan subyek yang kontroversial. Meskipun
beberapa bukti mengatakan bahwa etiologi gastroschisis dan omfalokel hampir
sama, namun lebih baik memisahkan etiologi diantara keduanya secara berbeda.1,2
Banyak kontroversi berhubungan dengan penyebab gastroschisis. Defek
abdominal pada gastroschisis terletak di sebelah lateral dan hampir selalu pada
sebelah kanan dari umbilikus. Isi cavitas abdomen yang tereviserasi tidak tertutup
oleh kantong peritoneum yang intak. Defek tersebut sebagai hasil dari rupturnya
basis dari tali pusat dimana merupakan area yang lemah dari tempat involusi vena
umbilikalis kanan. Pada awalnya terdapat sepasang vena umbilikalis, yaitu vena
umbilikalis kanan dan kiri. Ruptur tersebut terjadi in-utero pada daerah lemah
yang sebelumnya terjadi herniasi fisiologis akibat involusi dari vena umbilikalis
kanan. Keadaan ini menerangkan mengapa gastroschisis hampir selalu terjadi di
lateral kanan dari umbiliks. Teori ini didukung oleh pemeriksaan USG secara
serial , dimana pada usia 27 minggu terjadi hernia umbilikalis dan menjadi nyata

4
gastroschisis pada usia 34,5 minggu. Setelah dilahirkan pada usia 35 minggu,
memang tampak gastroschisis yang nyata1,2.
Penulis lain berpendapat bahwa gastroschicis diakibatkan pecahnya suatu
eksomphalos. Rupturnya omphalokel kecil dan transformasi menjadi gastroschisis
dapat terjadi di dalam uterus. Tetapi banyaknya kejadian anomali yang
berhubungan dengan omphalokel tidak mendukung teori ini2. Pada gastroschisis
jarang terjadi anomali, tetapi sering lahir prematur (22%).5,6
Teori lain untuk etiologi gastroschisis adalah terputusnya secara prematur
arteri omphalomesenterik kanan, yang mengakibatkan injuri iskemik pada dinding
depan abdomen dimana herniasi menembus dan terdiri dari isi abdomen. Pada
kondisi normal, arteri ini tetap ada.5,6

2.3. Diagnosis dan Diferensial Diagnosis


Dengan penggunaan USG (Ultrasonografi) yang makin luas, maka
diagnosis dapat diketahui saat janin masih dalam kandungan atau saat prenatal.
Pada usia kehamilan 10 minngu, dinding dan kavitas abdomen dari fetus sudah
dapat terlihat. Pada usia 13 minggu, secara normal terjadi kembalinya usus ke
cavitas abdomen. Pada saat ini, baik gastroschisis dan omfalokel dapat
terdeteksi.2,5

Gambar 2.2. USG Gastroschisis


Pada gambaran USG gastroschisis tampak kontur luar yang tidak rata, tak
tampak gambaran ekhoik yang mengelilingi usus dan terdapat jarak dari

5
umbilikus. Sedangkan pada omfalokel tampak kontur luar yang rata atau halus,
terdapat gambaran ekhoik yang menyelimuti sakus, dan tampak muncul dari
umbilikus.7

Gambar 2.3. USG Omfalokele


Level dari maternal alpha-fetoprotein (AFP) meningkat secara signifikan
pada pasien gastroschisis maupun omfalokel dan dapat berguna sebagai test
diagnostik. Bila ada peningkatan AFP, USG sebaiknya dilakukan untuk menilai
kelainan atau abnormalitas lain yang menyertainya. Bila ditemukan gastroschisis
atau omfalokel atau anomali mayor lainnya, amniosintesis dapat dilakukan
sebagai acuan untuk konseling pada orang tua dan persiapan untuk perawatan
pasien.2,7

Gambar 2.4. A. Sonogram pada usia gestasi 10 minggu dengan hernia fiisiologis;
B. Usia gestasi 14 minggu dengan omphalokel, terlihat hernia pada dasar insersi

6
umbilical cord; C. Usia gestasi 23 minggu dengan gastroskisis, terlihat gambaran
hiperekogenik usus dengan tepi tidak rata.

Sesaat setelah lahir gastroschisis dapat didiagnosa dengan keluarnya isi


cavitas abdomen melalui suatu defek di daerah paraumbilikal. Isi rongga adomen
tersebut tidak tertutup kulit maupun membran atau kantong. Defek yang ada
biasanya kecil (<4cm) dengan insersi umbilikus yang tampak normal. Namun
organ yang keluar melalui defek tersebut dapat banyak, sehingga menyebabkan
cavum abdomen kecil dan tidak berkembang. Usus tampak menebal, memendek
dan edematous. Kadang dijumpai gangren usus dan tidak tampak peristaltik.
Eviserasi dari organ-oragan ini dapat menyebabkan peritonitis kimiawi akibat
iritasi oleh cairan amnion.
Selain usus, organ lain yang mengalami eviserasi (walaupun jarang)
adalah lambung, kandung kemih, uterus dan adneksa, sedangkan hepar hampir
selalu tetap di dalam cavitas abdomen.
Sebagai diferensial diagnosa adalah omfalokel yang ruptur kantongnya.
Diagnosis dari ruptur omfalokel adalah ditemukannya umbilikus yang berinsersi
pada kantong residu. Biasanya ruptur omfalokel terjadi pada omfalokel yang
besar.

2.4. Penatalaksanaan
Manajemen awal dilakukan sesuai prinsip ABC. Dekompresi lambung
penting dilakukan untuk mencegah distensi traktus gastrointestinal serta aspirasi.
Setelah resusitasi berhasil dan pasien stabil, dilakukan evaluasi defek abdomen.6
Perawatan secepat mungkin diperlukan untuk meminimalisasi infeksi,
memperbaiki fungsi berak, serta kehilangan cairan dan panas. Tren pada
penatalaksanaan pembedahan adalah melakukan penutupan sedekat mungkin dan
mengarah pada penutupan secara bertahap, digunakan silastic silo sebagai rumah
sementara dari usus. Prosthesis dijahitkan pada tepi defek dan silo secara bertahap
dikurangi setelah 3-5 hari. Bayi mungkin dapat dibawa ke ruang operasi setelah
proses tersebut untuk dilakukan penutupan secara lengkap. Peningkatan tekanan

7
abdomen yang diakbatkan penutupan primer berhubungan dengan terganggunya
hemodinamik dan ventilasi jarang ditemui.6
Pengelolaan pasien gastroskisis pre-operasi :3,7
1. Pengelolaan Cairan
– Pemasangan akses intra vena
- sering terjadi kongestif pada tubuh bagian bawah
- pemasangan jalur lebih mudah pada tubuh bagian atas
– Mungkin membutuhkan bolus 20 ml/kg, diikuti pemeliharaan 2-3
kali lebih besar dari kebutuhan bayi biasa dengan 5% dektrosa ¼
NS.
2. Pengelolaan Panas
- Pengelolaan panas seperti pada umumnya neonatus
- Kehilangan cairan dari usus dapat dikurangi dengan
menutupnya menggunakan pembungkus steril dan handuk atau
bowel bag (berguna juga untuk mengurangi kehilangan cairan)
3. Kontrol Infeksi
- Resiko dapat dikurangi dengan menutupi usus, operasi
secepatnya dan penggunaan antibiotik berspektrum luas.
4. Distensi Gaster
- Dapat dikurangi dengan pemasangan selang nasogastrik

Tujuan utama dalam manajemen operatif pada pasien dengan gastrokisis


adalah mereduksi visera yang mengalami herniasi agar masuk kembali ke dalam
rongga abdomen dan menutup fasia serta kulit untuk menciptakan dinding
abdomen yang solid dengan umbilikus yang relatif normal. Setelah dilakukan
operasi, pasien harus dirawat di PICU untuk pemantauan ketat, tanda vital, status
hidrasi, nutrisi dan penyembuhan luka pascaoperasi. Pada hari rawat ke-7
pascaoperasi, pasien hemodinamik stabil. Telah dicoba diet enteral dan toleransi
minum baik, produksi OGT jernih, dan produksi feses sudah ada sehingga pasien
sudah dapat rawat jalan.8,9
Manajemen post-operasi :8,9
- Pemberian perlindungan antibiotik

8
- Melakukan penutupan menyeluruh sesegera mungkin. Tiga sampai
empat hari seharusnya sudah dapat menyelesaikan penutupan bila
menggunakan silo.
- Memenuhi dan menjaga volume secara penuh. Mungkin memerlukan
jumlah cairan yang besar pada bayi yang mempunyai mengalami
hipoperfusi yang berat pada integritas kapilernya.
- Pengawasan analisa gas darah dan tekanan vena sentral. Diperlukan
bantuan pada ventilasi dan kardiak output. Tekanan positif dan
ekspiratori sangatlah penting untuk bayi yang mengalami kerusakan
kapiler.
- Mengenali sepsis sesegera mungkin dengan pengawasan hitung
trombosit dan pengawasan kultur darah, dan melakukan terapi sebaik
mungkin bila itu muncul.
- Memulai nutrisi total parenteral sesegera setelah pemasangan monitor
vena sentral. TPN diteruskan sampai pemberian nutrisi peroral dapat
diterima.

2.5. Prognosis
Meskipun pada awalnya managemen dari gastroschisis sulit, namun efek
jangka panjang memiliki problem yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
omfalokel. Mortalitas gastroschisis pada masa lampau cukup tinggi, yaitu sekitar
30%, namun akhir-akhir ini dapat ditekan hingga sekitar 5%. Mortalitas
berhubungan dengan sepsis dan vitalitas dan kelainan dari traktus gastrointestinal
pada saat pembedahan.10
Kurang lebih 30% pasien dengan defek kongenital dinding abdomen
terjadi gangguan pertubuhan dan gangguan intelektual. Namun hal ini perlu
dipikirkan pula keadaan yang dapat menyertai pada defek dinding abdomen
seperti premauritas, komplikasi-komplikasi yang terjadi dan anomali lainnya.11,12

9
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT

Identitas Pasien

Nama : By. Ayu Wandira

No RM : 75.90.77

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tanggal Lahir : 10 Oktober 2018

Usia : Bayi baru lahir

Alamat : Dusun II Sidodadi Batu 8 Pagar

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 10 Oktober 2018, 18.00 WIB

Anamnesis

Keluhan Utama : Usus keluar dari perut

Telaah :

Hal ini dialami pasien sejak 15 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluarga
mengatakan pertama kali melihat usus tersebut tidak mempunyai kantung dan
terbuka. Pasien lahir cukup bulan dengan cara spontan pervaginam ditolong oleh
Bidan dengan BBL 3.010 gram. Pada saat kehamilan, kehamilan diperiksa dengan
rutin di Bidan, namun pada usia kehamilan 7 bulan pernah di USG dan dikatakan
ada kelainan letak kepala (sungsang) dan tidak ada USG lagi hingga masa
persalinan. Pasien merupakan anak ke-3 dan kedua saudara pasien tidak
mengalami kelainan. Pasien lahir langsung menangis dan tidak biru. BAB keluar
< 24 jam dan berwarna kehijauan, tubuh kuning tidak dijumpai.

Riwayat Penyakit Terdahulu : -

10
Riwayat Penggunaan Obat : Paracetamol

Riwayat Operasi : -

Riwayat Keluarga :-

Pemeriksaan Fisik

Status Presens

Sensorium : Compos Mentis


Nadi : 120 x/menit
Frekuensi Nafas : 26 x/menit
Temperatur : 37,8 oC
Status Generalisata

Kepala : Dalam batas normal


Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Tenggorokan : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal

Toraks

Inspeksi : Simetris Fusiformis

Auskultasi : Dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi : Tampak usus keluar ke perut tanpa selaput.

Palpasi : tidak terdapat massa

Perkusi : sulit dinilai

11
Auskultasi : Peristaltik menurun

Genitalia

Genitalisa laki-laki

Ekstremitas

Superior : Dalam batas normal

Inferior : Dalam batas normal

Diagnosa Kerja :

Gastroskisis

Terapi

- IVFD D10% 15 gtt/i

- Inj. Cefotaxime 100 mg/12 jam

Rencana

- Cek laboratorium : Darah Lengkap, KGDS, Elektrolit

- Foto Babygram

- R/ Laparotomy +Abdominoplasty

12
Hasil Laboratorium

Tanggal : 10 Oktober 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hemoglobin (HGB) 20,5 g/dL 17 – 22
Eritrosit (RBC) 5,57 juta/ μL 4,5 – 6,5
Leukosit (WBC) 11.510 / μL 10.000 – 30.000
Hematokrit 58% 31 – 59
Trombosit (PLT) 461.000/μL 150.000-450.000
KGD Sewaktu 107 mg/dL 40 – 60
Albumin 2,6 g/dL 3,5 – 5,0
Elektrolit
Natrium 134 mEq/L 135-155
Kalium 5,5 mEq/L 3,6-5,5
Klorida 106 mEq/L 96-106
Ginjal
BUN 16 mg/dL 9-21
Ureum 34 mg/dL 19-44
Creatinin 0,90 mg/dL 0,7-1,3

Hasil Foto Thoraks (10/10/2018)

13
Kesimpulan : Sesuai gambaran omfalokel dd/ Gastroskisis.

Hasil Foto Babygram (10/10/2018)

14
Kesimpulan : Sesuai gambaran omfalokel dd/ Gastroskisis.

15
USG Pasien :

Hasil :

Sinus Solitus, AV-VA concoidance


Normal pulmonary venous drainage
Intact R IVS, no PDA
Balanced 4 chambers, normal values
PFO (2,4 mm)
Left aortic arch no CoA
No PE
Good contractility ventrivle (EF : 65% FS : 32%)

Foto Klinis Pasien:

16
17
18
BAB 4

FOLLOW UP RUANGAN

21.30 10 September 2018


S Usus keluar dari perut.
O Sensorium : Compos Mentis

Nadi : 120 x/menit

Nafas : menangis kuat

Temperatur : 37,2 oC

Status lokalisata.
Kepala : Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Leher : dalam batas normal.
Thorax : dalam batas normal.
Abdomen : Tampak usus keluar ke perut tanpa selaput.
Ekstremitas : Superior dan inferior dalam batas normal.
Genitalia : dalam batas normal.
A Gastroshizis
P Assessment Supervisor Bedah Anak.
- Rawat bagian perinatologi
- Pasang SILO
- Konsultasi anak rawat bersama dalam perawatan
perinatologi dan advis terapi.

06.30 11 September 2018


S Usus keluar dari perut.
O Sensorium : Compos Mentis

Nadi : 120 x/menit

Nafas : menangis kuat

Temperatur : 37,8 oC

Saturasi : 82%

Abdomen : Tampak usus keluar ke perut, edema usus (+) BAB (-)
A Gastroshizis
P  Puasa
 Konsultasi Anestesi untuk pemasangan CVC dan diet TPN.
10.30 Assessment Supervisor Bedah Anak.

19
 Operasi tutup defek dan Abdominoplasty di KBE.
 Konsultasi Anak untuk toleransi operasi
 Konsultasi Anestesi untuk tindakan pembiusan.
Hasil Lab PT : 16,1 (14,0)
11/10/2018 INR : 1,15
APTT : 27,0 ( 33,5)
TT : 21,2 (20,0)
Na / K / Cl / Ca : 127 / 4,6 / 95 / 6,20
CRP Kuantitatif : 1,4
Procalcitonin : 4,73
21.40 Operasi di KBE
Laporan Operasi (11/10/2018)

Operator : dr. Erjan Sp.B-KBD


Diagnosis pra bedah : Gastroschizis
Indikasi operasi : Tutup defek + Abdominoplasty
Tindakan operasi : Laparotomy + Abdominoplasty
Jumlah perdarahan : 10 cc
 Pasien posisi supine

 Dalam GA ETT anastesi.

 Dilakukan wash out untuk dekompresi  keluar feses.

 Dilakukan aseptik dan antiseptik lapangan operasi.

 Dilakukan droping untuk melokalisir lapangan operasi.

 Identifikasi segmen gastroskopi, terdapat jejunum, ileum


dengan duodenum, caecum, apendiks.

 Kolon asending, kolon desendening, dan sigmoid. Edema


(+) perforasi (-) nekrotik (-), fibrin (+). Dilakukan insisi ke
kranial dan kaudal dari defek. Segmen usus dimasukkan
secara lambat dan pelan ke dalam rongga abdomen.
Dilakukan undermining dari kulit dinding abdomen .

 Dilakukan penjahitan kulit untuk menutup defek dengan


silk 3/0.

 Operasi selesai.

Instruksi Pasca Bedah :

20
 Pasang TPN

 Diet Anak

 IVFD D10% 15 gtt/i

 Inj. Cefotaxim

 Inj, Paracetamol 25 mg/Kg

 Cek Lab darah lengkap, elektrolit, albumin post operasi.

23.59 Pasien kembali ke NICU dengan


Diagnosis : Post op. Laparotomy tutup defect + Abdominoplasti d/t
Gastroschizis.

KU lemah, terbalut verban di perut, terintubasi ETT 3,5 cup,


terpasang CVC di lengan kanan dan sudah konfirmasi radiologi.

07.00 12 September 2018


S Gelisah
O Sensorium : Compos Mentis

Temperatur : 37,1 oC

Saturasi : 95%, terintubasi

Abdomen : distensi, Flow : warna kebiruan, Peristaltik (+) lemah


NGT : kuning
TIB : 14 mmHg
UOP : 100 cc
BAB : (+)
A Post defect closure + Abdominoplasty d/t Gastroschizis
P  Pasang NGT
 O2 via nasal kanul  bila saturasi < 90% pakai sungkup
 GV 2 kali sehari
 Kebutuhan carian oleh 120cc/Kg/hari

21
Foto
Klinis
Post Op

13-14 September 2018

22
S Gelisah, nyeri perut, menangis kuat
O Sensorium : Compos Mentis, Aktif

Temperatur : 37,1 oC

RR : 40 x/i nasal canul

Saturasi : 95%,

Abdomen : distensi, Flow : warna kebiruan, Peristaltik (+) lemah


NGT : warna hijau
UOP : aff kateter
BAB : (+)
A Post defect closure + Abdominoplasty d/t Gastroschizis
P  GV 2 kali sehari
 Kebutuhan carian oleh 140cc/Kg/hari
 Rectal tube dipertahankan
Hasil Lab Hb / Ht / Leu / Plt : 13,2 / 36 / 3.140 / 91.000
13/10/2018 Na / K / Cl /: 134 / 3,9 / 105
pH / pCO2 / pO2 / HCO3 / tCO2 / BE / SaO2 :
7,35 / 39,0 / 171,0 / 21,5 / 22,7 / -3,8 / 99
Albumin / Glukosa : 2,8 / 78
Procalcitonin : 30,17

15 September 2018
S Gelisah
O Sensorium : Compos Mentis, Aktif

Temperatur : 37,0 oC

Saturasi : 95%,

Abdomen : distensi, Luka operasi : basah, Hematom : (+)


A Post defect closure + Abdominoplasty d/t Gastroschizis
P  GV 2 kali sehari
 Kebutuhan carian oleh 140cc/Kg/hari
 Gentamisin salep di luka
 Thrombophob di luka memar
Hasil Lab Hb / Ht / Leu / Plt : 11 / 36 / 26.030 / 23.000
15/10/2018 Na / K / Cl / Ca : 130 / 5,5 / 101 / 9,50
pH / pCO2 / pO2 / HCO3 / tCO2 / BE / SaO2 :
6,8 / 36,0 / 75,0 / 5,4 / 6,4 / -25,9 / 94,9

23
Albumin / Glukosa : 2,4 / 14

16 September 2018
S Perut membesar
O Sensorium : Compos Mentis, Aktif

Temperatur : 37,0 oC

Saturasi : 95%,

Abdomen : distensi, Luka operasi : basah, Hematom : (+)


A Post defect closure + Abdominoplasty d/t Gastroschizis
P  GV 2 kali sehari
 Kebutuhan carian oleh 120cc/Kg/hari
 Gentamisin salep di luka
 Thrombophob di luka memar
 Pasang kateter 3,5 untuk dekompresi

24
BAB 5
DISKUSI KASUS
No. Teori Kasus
1. Definisi Pasien laki-laki, usia 0 hari, datang
Gastroschisis adalah defek mayor ke RSUP HAM dengan keluhan usus
dalam penutupan dinding abdomen. keluar dari dinding perut, hal ini
Pada gastroshcisis, visera tidak dialami pasien sejak 15 jam sebelum
tertutup dinding abdomen dan masuk rumah sakit. Keluarga
herniasi menembus defek pada mengatakan pertama kali melihat
lateral umbilikus (biasanya pada usus tersebut tidak mempunyai
sisi kanan dimana terjadi involusi kantung dan terbuka.
vena umbilikal kedua) sehingga
terjadi eviserasi dari isi cavum
abdomen. Gastroshisis biasanya
berisi usus halus dan sama sekali
tidak terdapat membran yang
menutupi. Kadang terdapat
jembatan kulit diantara defek
tersebut dan umbilikalis.1,2
2. Patogenesis -
Banyak kontroversi berhubungan
dengan penyebab gastroschisis.
Defek abdominal pada gastroschisis
terletak di sebelah lateral dan
hampir selalu pada sebelah kanan
dari umbilikus. Isi cavitas abdomen
yang tereviserasi tidak tertutup oleh
kantong peritoneum yang intak.
Defek tersebut sebagai hasil dari
rupturnya basis dari tali pusat
dimana merupakan area yang lemah
dari tempat involusi vena
umbilikalis kanan. Pada awalnya
terdapat sepasang vena umbilikalis,
yaitu vena umbilikalis kanan dan
kiri. Ruptur tersebut terjadi in-utero
pada daerah lemah yang
sebelumnya terjadi herniasi
fisiologis akibat involusi dari vena
umbilikalis kanan. Keadaan ini
menerangkan mengapa
gastroschisis hampir selalu terjadi
di lateral kanan dari umbiliks.
3. Diagnosis Status Presens
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik Sensorium : Compos Mentis

25
Sesaat setelah lahir gastroschisis Nadi : 120 x/menit
dapat didiagnosa dengan keluarnya Frekuensi Nafas : 26 x/menit
isi cavitas abdomen melalui suatu Temperatur : 37,8 oC
defek di daerah paraumbilikal. Isi
rongga adomen tersebut tidak
tertutup kulit maupun membran Status Generalisata
atau kantong. Defek yang ada Kepala : Dalam batas normal
biasanya kecil (<4cm) dengan Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
insersi umbilikus yang tampak Sklera ikterik (-/-)
normal. Namun organ yang keluar Telinga : Dalam batas normal
melalui defek tersebut dapat Hidung : Dalam batas normal
banyak, sehingga menyebabkan Tenggorokan : Dalam batas normal
cavum abdomen kecil dan tidak Mulut : Dalam batas normal
berkembang. Usus tampak Leher : Dalam batas normal
menebal, memendek dan Toraks
edematous. Kadang dijumpai Inspeksi : Simetris Fusiformis
gangren usus dan tidak tampak Auskultasi : Dalam batas normal
peristaltik. Eviserasi dari organ- Abdomen
oragan ini dapat menyebabkan Inspeksi : Tampak usus keluar ke
peritonitis kimiawi akibat iritasi perut tanpa selaput.
oleh cairan amnion. Palpasi : tidak terdapat massa
3. Pemeriksaan Penunjang Perkusi : sulit dinilai
Dengan penggunaan USG Auskultasi : Peristaltik menurun
(Ultrasonografi) yang makin luas, Genitalia
maka diagnosis dapat diketahui saat Genitalisa laki-laki
janin masih dalam kandungan atau Ekstremitas
saat prenatal. Pada usia kehamilan Superior : Dalam batas normal
10 minngu, dinding dan kavitas Inferior : Dalam batas normal
abdomen dari fetus sudah dapat
terlihat. Pada usia 13 minggu, Diagnosa Kerja :
secara normal terjadi kembalinya Gastroskisis
usus ke cavitas abdomen. Pada saat Terapi
ini, baik gastroschisis dan - IVFD D10% 15 gtt/i
omfalokel dapat terdeteksi. Pada - Inj. Cefotaxime 100 mg/12 jam
gambaran USG gastroschisis Rencana
tampak kontur luar yang tidak rata, -Cek laboratorium : Darah Lengkap,
tak tampak gambaran ekhoik yang KGDS, Elektrolit
mengelilingi usus dan terdapat -Foto Babygram
jarak dari umbilikus. Sedangkan -R/ Laparotomy +Abdominoplasty
pada omfalokel tampak kontur luar
yang rata atau halus, terdapat
gambaran ekhoik yang menyelimuti
sakus, dan tampak muncul dari
umbilikus

4. Manajemen awal dilakukan sesuai Pada pasien ini diberikan terapi


prinsip ABC. Dekompresi lambung pemberian cairan dan antibiotik di
penting dilakukan untuk mencegah IGD : IVFD D10% 15 gtt/i dan inj.

26
distensi traktus gastrointestinal Cefotaxime 100 mg/12 jam, serta
serta aspirasi. Setelah resusitasi pemasangan SILO.
berhasil dan pasien stabil, Pasien direncanakan untuk dilakukan
dilakukan evaluasi defek abdomen.6 laparotomy dan abdominoplasty.
Perawatan secepat mungkin
diperlukan untuk meminimalisasi
infeksi, memperbaiki fungsi berak,
serta kehilangan cairan dan panas.
Tren pada penatalaksanaan
pembedahan adalah melakukan
penutupan sedekat mungkin dan
mengarah pada penutupan secara
bertahap, digunakan silastic silo
sebagai rumah sementara dari usus.
Prosthesis dijahitkan pada tepi
defek dan silo secara bertahap
dikurangi setelah 3-5 hari. Bayi
mungkin dapat dibawa ke ruang
operasi setelah proses tersebut
untuk dilakukan penutupan secara
lengkap. Peningkatan tekanan
abdomen yang diakbatkan
penutupan primer berhubungan
dengan terganggunya hemodinamik
dan ventilasi jarang ditemui.6

27
BAB 6
KESIMPULAN

Pasien laki-laki, usia 0 hari, datang ke RSUP HAM dengan keluhan usus
keluar dari dinding perut, kemudian di diagnosis dengan gastroskisis melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yaitu USG abdomen,
Foto Thoraks, dan Babygram.
Pasien diberikan tatalaksana awal cairan IVFD D10% 15 gtt/i dan Inj
Cefotaxime 100 mg/12 jam dan di tatalaksana dengan laparotomy dan
abdominoplasty.
Selanjutnya pasien diobservasi dan diresusitasi di ruangan perinatologi dan
dilakukan perawatan luka secara berkala.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Wheeler M, M.D. Practical Anesthetic Management for Neonatal Surgical


Emergencies. Chicago, Illionis. 2012.
2. Khan AN. Gastroshisis. Departement of Diagnostic Radiology, North
Manchester General Hospital. 30 Juni 2014.
3. Marc A. Strovroff and W. Gerald Teague, Omphalocele and gastroscisis.
In: Operative Pediatric Surgery, 2013; 45 : 525-535
4. Loadsman J. Abdominal Wall Defects (Exomphalos and Gastroschisis).
2009.
5. Chung DH. Bedah Pediatri. Dalam: Sabiston DC, penyunting. Buku ajar
bedah. Edisi XIX. Jakarta: EGC; 2007.h.1855 - 1856.
6. Ledbetter DJ. Gastroschisis and Omphalocele. Surg Clin N Am. 2011;
86:249–260.
7. William P. Tunell, M.D. Omphalocele and gastroscisis. In: Pediatric
Surgery, 2nd ed, 2008; 44 : 546-556
8. Smith et al. Intra opertif and post opereatrive management. In: Motoyama
EK, Davis PJ. Anesthesia for infant and children. 6th ed. Philadelphia:
Mosby, 2006: 313-39.
9. Steward DJ. Manual of pediatric anesthesia. 4th ed. New York:
Churchill-Livingstone, 2009: 71-7.
10. Bruce E. Jarrell, MD and R. Anthony Carabasi III, MD, Surgery,The
National Medical Series for Independent Study, 3rd ed. Williams &
Wilkins, Philadelphia, 1995 : 554–57
11. Owen A, Marven S, Johnson P, et al. Gastroschisis : a National Cohort
Study to Describe Contemporary Surgical Strategies and Outcomes.
Journal of Pediatr Surg.45; 2010: 1808-13.
12. Houben C, Davenport M, Ajayi NA, et al. Closing Gastroschisis :
Diagnosis, Management, and Outcomes. Journal of Pediatr Surg. 44; 2009:
343-7.

29

Anda mungkin juga menyukai