Anda di halaman 1dari 7

1/18/2018

Latar Belakang
Masukan dan Ulasan Faktual Indonesia saat ini:
 Populasi 260 juta jiwa, laju pertumbuhan 1,49%/thn.
 Beras: ±80% total konsumsi bahan makanan pokok (ex: gandum, umbi, sagu, jagung)
FGB IPB  Total bisnis beras nasional sekitar 40 juta ton/thn  Nilai bisnis: Rp. ± 400T
 Rata-rata konsumsi perkapita (rumah tangga dan industri) adalah pada kisaran 120-
“Menyikapi Kebijakan Perberasan 150 kg/thn  angka moderat= 130 kg/th (setara dengan 260 kg GKP)
Nasional”  Tren positif pertumbuhan penduduk ekonomi (kesejahteraan) bisnis beras masih
terus berkembang dan menjanjikan

Produksi di sektor budidaya (on-farm) gabah di Indonesia relatif sudah baik


 Data resmi dan klaim pemerintah saat ini  seharusnya kita sudah suasembada
Keragaan, Problematika danPotensi  Produksi gabah nasional di tahun 2017: sekitar 80 juta ton (setidaknya setara dengan
44 juta ton beras)  170 kg/kap.thn setara beras
Produksi Gabah/Beras Nasional Surplus produksi gabah 18%  Fantastis….!! (kalau memang benar demikian)

Kenyataan di masyarakat :
M. Faiz Syuaib  Supply-demand dan harga beras masih fluktuatif dan sentitif
 Ada kesenjangan ‘produksi-distribusi-konsumsi’ antar daerah  perbedaan harga
TPB-Fateta-IPB pasar lokal  pergerakan gabah antar daerah  inefisiensi agroindustri
FGD-IPB_Beras_18Jan2018
18 Januari 2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

The trend of productivity The trend of productivity

Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2)_renewed@2017


Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2)_renewed@2017
Diolah dari Statistik Kementan (1997-2017):
Diolah dari Statistik Kementan (1997-2017):
 Pertumbuhan produksi cukup signifikan terjadi pada era tahun-tahun: (1979-1984),
 Ada tren positif pertumbuhan produksi gabah per kapita; peningkatan cukup
(2006-2010), (2012-2013) dan (2015-2017).
signifikan terjadi pada era tahun-tahun: (1979-1984), (2006-2010) dan (2015-2017).
 Pertumbuhan luas panen (indeks panen) relatif tumbuh konstan (± 4% per tahun)
 Rata-rata luas panen per kapita cenderung menurun, kecuali 2015-2017 naik
FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

1
1/18/2018

The trend of population & farmer growth The trend of population & farmer growth

Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184


Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184

FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

Agro-Land Utilization Agro-Land Utilization

Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184

Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184


FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

2
1/18/2018

Agro-Land Utilization Agro-Land Utilization

Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184 Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184

FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

Population & Farmers Farm Mechanization

Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184 Syuaib, MF. 2016. CIGR_AgricEngInt. 18(2). 170-184

Average Level of Mechanization: 15 - 20%


FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

3
1/18/2018

The present situation (based on available data) The present situation (based on available data)

Syuaib, MF. 2017


Diolah dari Statistik Kementan (2017):
Diolah dari Statistik Kementan (2017): Syuaib, MF. 2017
 Total luas panen nasional: 15 juta ha, Total produksi gabah: 79 juta ton
 Total luas lahan sawah saat ini: 8.1 juta ha, 58% diantaranya beririgasi  Total luas panen Sulsel: 1.04 juta ha dan total Produksi: 5.5 jta ton (7% nasional)
 Lebih dari 50% lahan sawah beririgasi berada di 3 provinsi di pulau Jawa  Luas panen dan produksi Sulsel keempat nasional (< Jatim, Jabar dan Jateng)
 Luas lahan irigasi terbesar keempat (terluas di luar Jawa): di Sulawesi Selatan  Produksi gabah per kapita Sulsel tertinggi di Indonesia: 640 kg/kap.thn
 Luas sawah irigasi di Sulsel = 400 ribu ha (dari total luas sawah 650 ribu ha.) (rata-rata nasional= 306 kg/kap.thn)  lebih dari dua kali lipat.
FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

The present situation (based on available data) The present situation (based on available data)

Rata-rata
Nasional
(kg/kap.thn)

Syuaib, MF. 2017 Syuaib, MF. 2017


Diolah dari Statistik Kementan (2017): Diolah dari Statistik Kementan (2017):
 Regional Sulawesi & Sumatera  surplus gabah; Kalimantan  pas-pasan;  Empat provinsi penyumbang surplus (volume) produksi padi terbesar (dari lima
Jawa, Nusra, Maluku & Papua  defisit/minus volume produsen tertinggi) saat ini: Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah
 Provinsi surplus (signifikan, > 30%): Sulsel, Sumsel, Kalsel, Lampung, Sumbar, dan Sumatra Selatan.
NAD, NTB, Sulbar  Sulawesi Selatan adalah penyumbang surplus beras kedua tertinggi di tanah air
 Provinsi sedikit surplus (15-20%): Sulteng, Jatim, Jateng, Bengkulu dan Sumut  Surplus Sulawesi Selatan: > 2 juta ton gabah (setara lebih dari 1 juta ton beras )
FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

4
1/18/2018

The present situation (based on available data) The present situation (based on available data)
Performa Bulog Performa Bulog

2017

 Penyerapan Bulog 2017 adalah terendah sejak 2011  rigiditas sistem harga dan
pembelian  terlambat merespon atau tidak mampu mengikuti pergerakan harga  Performa penyaluran raskin oleh Bulog di tahun 2017 juga yang ‘terburuk’ sejak 2008
pasar yang sangat cepat  keterbatasan stok  keterbatasan serapan  kecepatan perubahan harga pasar
 keterlambatan respon  rigiditas harga dan sistem yang berlaku
 Disparitas dan perubahan harga pasar yang berbeda-beda di masing-masing daerah
FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

The present situation (based on available data) The present situation (based on available data)

 Neraca produksi-konsumsi beras nasional sebenarnya sudah sejak lama


dikatakan surplus  tetapi mengapa serapan dan stok Bulog selalu tidak optimal
 Impor tertinggi di 2011 (2.75 juta ton), terendah di 2017 (250 ribu ton)
 mengapa selalu dan tetap saja harus ada importasi beras dalam jumlah yang
‘tidak sedikit’…..?  Ekspor tertinggi di 2017 (3500 ton)
FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

5
1/18/2018

Problematika Faktual Problematika Akurasi dan Validitas Data & Informasi


 Sering terjadi “simpang-siur” serta masalah transparansi data dan informasi
 Produksi gabah tidak merata di semua provinsi  hanya 14 provinsi dengan tentang beras (produksi, konsumsi, sebaran distribusi dan cadangan) yang
“produksi per kapita” sama atau di atas rata-rata nasional. faktual dan aktual di dalam negeri.

 Disparitas produksi juga terjadi antar-kabupaten di masing-masing provinsi.  Sering terjadi perbedaan data dan informasi yang disampaikan pihak-pihak
terkait (antar kementerian, antar pusat dan daerah, antar pelaku dan
 Terbukti memang ada kesenjangan “Supply-Demand-Distribution” antar pengambil kebijakan, bahkan diantara akademisi sendiri).
provinsi maupun antar kabupaten  menimbulkan disparitas harga di pasar
lokal maupun kawasan  pergerakan gabah antar daerah  in-efisiensi  Perlu perbaikan sistem dan tata-kelola pengambilan dan validasi data dalam
agroindustri setiap level  sinergi, valid, berintegritas dan terintegrasi  dessision
supporting tool/system yang baik dan benar
 Pulau Jawa (khususnya Jawa Barat) terindikasi kuat menjadi ‘sentra
kesetimbangan’ sekaligus sebagai ‘critical region’, baik produksi maupun  Sudah benar dan akuratkah data Luasan lahan dan luasan panen …? Perlu
konsumsi  buffering DKI dan Banten, boleh jadi juga beberapa provinsi segera audit dan verifikasi, baik faktanya maupun sistematikanya.
tetangga lainnya  Sudah benar dan tepatkah cara sampling dan pendataan produktivitas panen
 Panjangnya rantai produksi-distribusi-pasar  inefisiensi pasar di satu sisi (metode ubinan ataupun citra)…..? Perlu segera audit dan sempurnakan.
tetapi juga menjadi ‘multiplier efek’ pendapatan bagi banyak pelakunya   Sudah benar dan akuratkah cara hitung, rekapitulasi, konsolidasi dan
perlu dikelola dengan seksama dan hati-hati. verifikasi data Produksi…? Perlu segera audit dan bangun sistem yang lebih
kredibel dan kompatible terhadap sikon di tanah air.
FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

Skema Proses Nilai Tambah Gabah


Beberapa pemikiran Solutif Panen Padi

 Bangun sistem basis-data “Produksi-Distribusi-Konsumsi” yang baik,


kredibel dan terintegrasi  sistem pendataan produksi aktual secara Pengeringan Gabah Kering Panen Kadar air (KA)
(dryer) (GKP)  KA 20-35% -15% GKP
berjenjang dari level poktan/gapoktan/desa hingga ke pusat  diperlukan
obyektivitas, kejujuran, komitmen dan integritas. Pecah Kulit Gabah Kering Giling Sekam + butir hampa
(Husking) (GKG) = ±85%GKP 20% GKG
 Bangun dan bina “mindset” dan karakter sistem produksi yang mandiri dan
kredibel mulai dari level poktan/gapoktan/desa  edukasi, pelatihan, role-
Penyosohan Beras Pecah Kulit Dedak/Bekatul/Bran
modeling, mentoring, pendampingan dan pembinaan  sedikit demi sedikit (Polishing) (BPK) = ± 80%GKG (9-13)%
kurangi ketergantungan petani/poktan terhadap pupuk, benih dan sapro
lainnya dari “luar”  kejelasan, keberpihakan, sinergitas, komitmen dan Pemisahan Beras Komposit
(Separating) (BK) = ± 65%GKG
integritas  perlu perencana, strategi, waktu dan konsistensi bersama
 Dekatkan teknologi pascapanen dan libatkan petani/poktan/gapoktan Head Rice Broken Rice
dalam proses tambah nilai dan rantai agroindustri  nilai tambah langsung (HR) = ± 80%BK (BR) = ± 20 %
Pemutuaan
bagi petani dan masyarakat desa  efisiensi dan distribusi sistem produksi (Grading) Sisa BR
beras nasional.
Beras Premium Beras Medium Market
 Pilihan strategi  pendekatan “sustainbility production & sufficiency system” Opsi Produk (BP) (BM)
90%HR + 10% BR 65%HR + 35% BR
mulai dari level daerah/wilayah/kawasan, bukan sentralistik di Pusat 
berdayakan dan sinergi dg OTDA (lebih teknis di daerah, supervisi di provinsi Pengemasan Pengangkutan
dan aspek kebijakan di pusat). (Packaging) (Transporting)
FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

6
1/18/2018

Contoh Skenario Agro-Industri berbasis masyarakat Contoh Skenario Agro-Industri berbasis masyarakat
Skenario #1: Integrated Rice Milling Plant (Instalasi terpadu Skenario #2: Integrated Rice Milling Coorporation (Sistem dan instalasi
dengan kapasitas besar di suatu area gapoktan/desa/kawasan) agroindustri berjenjang dan terpadu di suatu desa/kawasan/kecamatan)

Integrated RMP - Rice to Rice Plant


-Vertical Dryer
-RMP (End to End process)
Pedagang/Pengusaha Pedagang/Pengusaha
Penggilingan kecil  Penggilingan kecil 
Pedagang / Pedagang / Dryer & Huller Dryer & Huller
UKM Lokal UKM Lokal (BPK) (BPK)
(GKP) (GKP)

Dryer/Huller Dryer/Huller Dryer/Huller Dryer/Huller Dryer/Huller


Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang
Center Center Center Center Center
Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul
(GKG/BPK) (GKG/BPK) (GKG/BPK) (GKG/BPK) (GKG/BPK)
(GKP) (GKP) (GKP) (GKP) (GKP) (GKP)

Petani/Poktan/Gapoktan  Produsen Padi/Gabah (GKP) Petani/Poktan/Gapoktan  Produsen Padi/Gabah (GKP)

FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

TERIMA KASIH
Better Live by Better Agriculture
Better Prosperity by Fair Trade & Business

Always giving, giving and giving…..


Surely, we will be gain something better……

FGD-IPB_Beras_18Jan2018 MFSyuaib_TPB- Fateta-IPB

Anda mungkin juga menyukai