Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang

Menurut WHO tahun 2013 sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian kematian akibat
hipertensi meningkat sebanyak 17,71 % dengan angka kematian akibat komplikasi hipertensi
mancapai 9,4 juta per tahunnya. Data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di
tahun 2025 menjadi 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Kenaikan kasus hipertensi terutama di
negara berkembang diperkirakan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di
tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada
angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (WHO, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia yang diperoleh
melalui pengukura pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8% , tertinggi di Bangka Belitung 30,9%,
diikitu Kalimantan selatan 30,8%, kalimanatan timur 29,6% dan jawa barat 29,4 %. Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui koesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
%, yang di diagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 %. Jadi ada 0,1 % yang
minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
hipertensi sebesar 0,7 %. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 % (25,8 % +0,7 %).
(Riskesdas 2013)

Menurut laporan WHO (World Health Organization) (2011), hampir satu milyar orang diseluruh
dunia menderita tekanan darah tinggi (hipertensi), dan dua per tiga diantaranya terjadi di negara
berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tekanan darah dan wawancara secara langsung pada umur ≥18 sebesar
25,8%, prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Selain daerah-daerah tersebut Provinsi Nusa
Tenggara Barat merupkan salah satu daerah yang mempunyai prevalensi tertinggi ke 18 yaitu
24,3% setelah daerah Jambi 24,6% (Riskesdas, 2013).
file:///C:/Users/Wiwie/Downloads/315255232-Hubungan-Kebiasaan-Konsumsi-Kopi-Dan-
Aktivitas-Fisik-Dengan-Kejadian-Hipertensi-Pada-Laki-Laki-Usia-3550-Tahun-Di-Wilayah-
Kerja-Puskesmas-Teruwai-Keca.pdf

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada kelompok umur ≥18
tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi pada setiap propinsi di Indonesia pada kelompok umur
≥18 tahun tergolong cukup tinggi. Sebagai contoh prevalensi hipertensi di beberapa provinsi antara
lain Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Barat pada tahun 2013
rata rata diatas 29,4%. Sedangkan prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Jawa
Tengah pada tahun 2013 sebesar 26,4%. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458
jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup
mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi
di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762 jiwa =
426.655 jiwa (Kemenkes RI, 2014).

Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol) dan gaya hidup seperti
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen
(Kemenkes RI, 2014).

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11505/1/Ina%20Eriana%20-
%20HUBUNGAN%20GAYA%20HIDUP%20DENGAN%20KEJADIAN%20HIPERTENSI%2
0PADA.pdf

Anda mungkin juga menyukai