BAB I
PENDAHULUAN
Aedes aegypti, maka semakin rendah angka kejadian DBD. Berdasarkan hal ini,
maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan penyuluhan dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue di Kota Banda Aceh.
1.5 Hipotesis
Adanya hubungan antara penyuluhan dengan prevalensi kejadian demam
berdarah di kota Banda Aceh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di
daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain
Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi
diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit
dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun. Diperkirakan 2,5 miliar orang
atau hampir 40% populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang
memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat. 2
air. Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD tahun 2011 di ASEAN,
dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Pada tahun 2012 kasus
DBD di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403
orang. 7
Berdasarkan profil kesehatan kota Banda Aceh tahun 2013, Banda Aceh
tercatat sebagai kota dengan angka kejadian DBD di Aceh dengan angka kejadian
120 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan secara rata–rata, tercatat untuk
provinsi Aceh terdapat 40 kasus per 100.000 penduduk. 4
Gambar 2.2 Incidence Rate DBD per 100.000 Penduduk di Provinsi Aceh Tahun
2013 4
Chart Title
35
30
25
20
15
10
Laki-laki Perempuan
Gambar 2.3 Grafik Jumlah Kasus DBD Menurut Puskesmas Di Kota Banda Aceh
Tahun 2013 4
2.1.3 Etiologi
Penyakit DBD adalah yang disebabkan oleh virus dengue dari famili
Flaviviridae, genus Flavivirus. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue penyebab DBD dan sindrom syok
dengue termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. 8
Vektor utama demam dengue adalah Aedes aegypti. Penularan penyakit
dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah.
Penghisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu
yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-
17.00). 9
2.1.4. Patofisiologi
Dua teori yang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary
heterologous infection theory) dan hipotesis immune enhancement. Menurut
hipotesis infeksi sekunder, akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang
berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu dan menyebabkan
7
Volume Plasma
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan
membedakan antara Demam Dengue dengan Demam Berdarah Dengue ialah
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma,
terjadinya hipotensi, trombositopenia, serta diatesis hemoragik. Pada kasus berat,
syok terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya
nilai hematokrit pada kasus syok menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi sebagai
akibat kebocoran plasma ke daerah ekstravascular melalui kapiler yang rusak. 11
Trombositopenia
Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada masa konvalesens dan nilai
normal biasanya tercapai 7-10 hari sejak permulaan sakit. Trombositopenia yang
dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit.
Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor
dapat menjadi penyebab yaitu virus dengue, komponen aktif sistem komplemen,
kerusakan sel endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau
secara terpisah. 11
Sistem Koagulasi dan Fibrinolisis
Beberapa faktor pembekuan menurun, termasuk faktor II, V, VII, VIII, X dan
fibrinogen. Pada kasus DBD berat terjadi peningkatan Fibrinogen Degradation
Products (FDP). Ada beberapa hal yang terjadi, antara lain : (1) Pada DBD Stadium
akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis. (2) Disseminated intravascular
Coagulation (DIC) secara potensial dapat juga terjadi pada DBD tanpa syok. (3)
Perdarahan kulit pada umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi
trombosit dan trombositopenia, sedangkan perdarahan masif ialah akibat kelainan
mekanisme yang lebih kompleks seperti trombositopenia, gangguan faktor
8
pemberkuan, dan kemungkinan besar oleh faktor DIC. (4) Pada kasus dengan
kekurangan antitrombin III, respons pemberian heparin akan berkurang. 11
Sistem Komplemen
Penelitian sistem komplemen pada DBD memperlihatkan penurunan kadar
C3, C3 proaktivator, C4, dan C5, baik pada kasus yang disertai syok maupun tidak.
Terdapat hubungan positif antara kadar serum komplemen dengan derajat penyakit.
Aktivasi komplemen menghasilkan anafilaktoksin C3a dan C5a yang mempunyai
kemampuan menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler, pengurangan
volume plasma, dan syok hipovolemik.11
Fase Febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu
tubuh sangat tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas.
Fase ini biasanya akan bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka
9
kemerahan, eritema, nyeri seluruh tubuh, mialgia, atralgia, dan nyeri kepala.
Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan nyeri tenggorokan atau mata merah
(injeksi konjungtiva). 2,11,12 Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada
permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba hingga 2-4 cm di
bawah arcus costae. Pada sebagian kecil dapat ditemukan ikterus.2,11
Fase Kritis
Pada saat demam mulai cenderung turun dan pasien tampak seakan-akan
sembuh, maka hal ini harus diwaspadai sebagai awal kejadian syok. Saat demam
mulai turun hingga dibawah 37,5-38oC yang biasanya terjadi pada hari ke 3-7,
peningkatan permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding lurus
dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang signifikan secara
klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.2,11 Terdapat tanda kegagalan sirkulasi:
kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar
mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba. Saat
terjadi syok berkepanjangan, organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami
gangguan fungsi (impairment), asidosis metabolik, dan Koagulasi Intravaskular
Diseminata (KID). 2,10,11
Fase Penyembuhan (Recovery)
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi
gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien
membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status
hemodinamik meningkat, dan diuresis normal. Jumlah leukosit biasanya akan
meningkat segera setelah demam turun, namun trombosit akan meningkat
kemudian.2
2.1.7 Tatalaksana
Menurut WHO, berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi lainnya, pasien
dapat dibagi tiga kategori: rawat jalan (kelompok A), membutuhkan penanganan di
rumah sakit/rawat inap (kelompok B), dan membutuhkan penanganan emergensi
atau urgensi (kelompok C).2
Kelompok-A
Pasien rawat jalan harus diobservasi setiap hari untuk mencegah progresi
hingga melewati periode kritis. Pasien dengan Ht stabil dapat dipulangkan setelah
dirawat dan diberikan edukasi untuk segera kembali ke rumah sakit apabila warning
signs muncul. Apabila warning signs muncul maka tindakan selanjutnya adalah:
Memotivasi minum Oral Rehydration Solution (ORS), jus buah, dan
cairan lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti cairan
yang hilang akibat demam.
Memberikan parasetamol bila pasien merasa tidak nyaman akibat
demam. Interval pemberian parasetamol sebaiknya tidak kurang dari
enam jam.
11
syok hipotensi. Tujuan akhir resusitasi cairan adalah meningkatkan sirkulasi sentral
dan perifer dan meningkatkan perfusi organ. 2
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi DBD yang dapat terjadi antara lain kelainan ginjal akibat syok,
edema para, gagal jantung akut, syok berkepanjangan, asidosis metabolik,
perdarahan hebat, hipoglikemia, hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan
kematian.2,14
2.2 Penyuluhan
2.2.1 Definisi
Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti , tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan
adalah terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial
sehingga dapat menurunkan angka kesehatan dan kematian.15
aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk
dewasanya, karena jentik yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa,
untuk itu dalam pemberantasan vektor stadium dewasa perlu disertai aplikasi
abatisasi. 5
2. Pemberantasan vektor stadium jentik.
a. Pemberantasan jentik dengan insektisida.
Insektisida yang digunakan untuk memberantas jentik Aedes aegypti disebut
larvasida yaitu Abate. Abate 1 % diketahui sebagai larvasida yang paling aman
dibanding larvasida lainnya, dengan rekomendasi WHO untuk dipergunakan
sebagai pembunuh jentik nyamuk yang hidup pada persediaan air minum penduduk,
sehingga kegiatannya sering disebut abatisasi. Untuk pemakaiannya dengan setiap
1 gram Abate 1 % untuk setiap 10 liter air. Abate setelah ditaburkan ke dalam air
maka butiran pasirnya akan jatuh sampai ke dasar dan racun aktifnya akan keluar
serta menempel pada pori-pori dinding tempat air, dengan sebagian masih tetap
berada dalam air. Tujuan abatisasi adalah untuk menekan kepadatan vektor
serendah-rendahnya secara serentak dalam jangka waktu yang lebih lama, agar
transmisi virus dengue selama waktu tersebut dapat diturunkan. Sedang fungsi
abatisasi bisa sebagai pendukung kegiatan fogging yang dilakukan secara bersama-
sama, juga sebagai usaha mencegah letusan atau meningkatnya penderita DBD. 5
b. Pemberantasan jentik tanpa insektisida.
Cara pemberantasan vektor stadium jentik tanpa menggunakan insektisida
lebih dikenal dengan pembersihan sarang nyamuk. Kegiatan ini merupakan upaya
sanitasi untuk melenyapkan kontainer yang tidak terpakai, agar tidak memberi
kesempatan pada nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak pada kontainer
tersebut. 5
Tindakan pembersihan sarang nyamuk meliputi tindakan menguras air
kontainer secara teratur seminggu sekali, menutup rapat kontainer air bersih, dan
mengubur kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang bekas
lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang nyamuk (dikenal
dengan istilah tindakan ‘3M’). 18
14
Vektor
Keadaan klinis
pasien
Pendidikan dan
pekerjaan
Penyuluhan Demam Berdarah
Fogging Dengue
Perilaku
masyarakat
Keadaan
Lingkungan
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Kriteria eksklusi
a. Semua pasien yang terdiagnosa oleh dokter di rumah sakit
b. Penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh yang tidak berkompeten,
misal ceramah tengku di mesjid.
1. Data jumlah pasien DBD pada tahun 2015 oleh Dinas Kesehatan Kota
Banda Aceh
2. Data jumlah pasien DBD pada tahun 2015 oleh 11 puskesmas yang
terdapat pada 9 kecamatan di kota Banda Aceh
Pengumpulan Data
Analisis Data
3. Transfering, yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan
dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan
ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang diteliti.
4. Tabulating, yaitu memasukkan data ke dalam tabel dan angka-angka
sehingga dihitung jumlah kasus berdasarkan kategori. Setelah data
terkumpul, dilakukan pengelolaan dengan menempatkan skor tertinggi
dan terendah untuk menentukan distribusi frekuensi.
5. Cleaning, yaitu mengevaluasi kembali data yang telah diolah untuk
menghindari kesalahan.
𝑓1
𝑃= × 100%
𝑛
keterangan:
P = Persentase
f1 = Frekuensi teramati
n = Jumlah responden