1
LAPORAN KASUS
I. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama Pasien : An. SGB
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggal lahir / Umur : 01 November 2016 / 1 tahun 6 bulan 17 hari
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bahu Lingkungan III
No. Telp : 089529454354
Lahir secara : Spontan
Ditolong oleh : Dokter
Berat badan lahir : 3600 gram
Anak ke : 1 dari 1 bersaudara
Masuk Rumah Sakit : 29 Maret 2018, pukul 02:00 WITA
2
3) Family Tree
II. Anamnesis
(Alloanamnesis dari ibu pasien)
1) Keluhan utama:
Sesak sejak 12 jam sebelum masuk RS
Demam disertai batuk sejak 1 hari sebelum masuk RS
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke RSUP Prof. Dr. R.D. Manado oleh orang tuanya
dengan keluhan sesak sejak ± 12 jam SMRS. Sesak mulai berkurang
pada ± 8 jam SMRS, namun kembali memberat sejak ± 3 jam SMRS.
Pasien tidak terlihat biru pada bibir menurut pengamatan orang tua.
Keluhan sesak didahului oleh keluhan demam dan batuk sejak 1
hari SMRS. Demam dirasakan pertama kali oleh ibu pasien melalui
perabaan. Batuk disertai dengan lender yang tidak dapat dikeluarkan
oleh pasien disertai dengan pilek. Sejak masih berusia 2 bulan pasien
memiliki riwayat sesak apabila sedang mengalami batuk. Pasien
beberapa kali masuk Rumah Sakit karena keluhan serupa. Nafsu
makan menurun karena sesak. Muntah tidak ada. Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada keluhan.
3) Anamnesis antenatal
ANC teratur, sebanyak 9 kali di Puskesmas
3
Mendapat suntikan Tetanus Toksosid sebanyak 2 kali selama hamil
Kondisi ibu saat hamil sehat
4
7) Imunisasi
Dasar Ulangan
Imunisasi
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DTP + + +
Campak +
Hepatitis B + + +
8) Riwayat keluarga
Hanya pasien yang menderita sakit seperti ini
5
Sianosis : Tidak ditemukan
Anemia : Tidak ditemukan
Ikterus : Tidak ditemukan
Kejang : Tidak ditemukan
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Normal, eutoni
Oedema : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephal
Ubun-ubun besar : Datar
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
- Exophtalmus/enophtalmus : (-/-)
- Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
- Conjunctiva : Anemis (-)
- Sclera : Ikterik (-)
- Corneal reflex : Normal
- Pupil : Bulat, isokor, Ø 3mm-3mm,
refleks cahaya (+/+)
- Lensa : Jernih
- Fundus & visus : Tidak dievaluasi
- Gerakan : Normal
Telinga : Sekret (-/-)
6
Hidung : Sekret (+/+), PCH (-/-)
Mulut
- Bibir : Sianosis (-)
- Selaput mulut : Mukosa basah
- Lidah : Beslag (-)
- Gusi : Perdarahan (-)
- Gigi : Caries (-)
- Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorokan
- Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
- Faring : Hiperemis (–)
Leher
- Trakea : Letak di tengah
- Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
- Kaku kuduk : (-)
- Lain – lain : (-)
Thoraks
Bentuk : Simetris
Retraksi : Subcostal (+) minimal
Xiphosternum : (-)
Rachitic rosary : (-)
Harrison’s groove : (-)
Ruang intercostal : Normal
Pernapasan paradoxal : (-)
Precordial bulging : (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (+) subcostal minimal
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
7
Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, ronchi +/+, wheezing -/-
Jantung
Detak jantung : 120 x/menit
Iktus kordis : Tidak tampak
Batas kiri : Linea midklavikularis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1>M2
Bunyi jantung aorta : A1>A2
Bunyi jantung pulmo : P1< P2
Bising : (-)
Abdomen
Bentuk : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Lain-lain : Nyeri tekan (-)
8
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 29/04/2018
Parameter Hasil
Leukosit 20.300/uL
Hematokrit 35.2 %
MCH 18.0 pg
MCV 61.0 fL
SGOT 23 U/L
SGPT 11 U/L
9
V. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 29/4/2018
10
Suhu badan : 38,4oC
Saturasi oksigen : 95%
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan
cuping hidung (+), sianosis (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (+) subcostal minimal,
cor tidak ada bising, pulmo sp. bronkovesikuler,
rh +/+, wh -/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, turgor kulit
kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, sinosis (-)
VII. Diagnosis
Bronkopneumoni
XI. Terapi
- Oksigen 1 liter per menit
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
- Parasematol Syr 3 x 100 mg
X. Follow up
29 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-1)
S Batuk (+), sesak (+), demam (-)
O Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 116 x/menit
11
Pernapasan : 54 x/menit
Suhu badan : 38,4 oC
SpO2 : 95 %
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret +/+, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Thoraks : retraksi (+), sp. bronkovesikuler, rh +/+, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneuomonia
P Medikamentosa:
- Oksigen 1 liter per menit
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj Ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
- Parasematol Syr 3 x 100 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan:
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien
Pertahankan pemberian oksigenasi
12
30 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-2)
S Batuk (+), demam (+), sesak (-)
O Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 106 x/menit
Pernapasan : 34 x/menit
Suhu badan : 37,7oC
SpO2 : 97%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (+), sp. bronkovesikuler, rh+/+, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumonia
P Medikamentosa
- Oksigen 1 liter per menit
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
- Parasematol Syr 3 x 100 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan :
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien
Pertahankan pemberian oksigenasi
13
31 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-3)
S Batuk (+), sesak (-), demam (-)
O Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 108 x/menit
Pernapasan : 32 x/menit
Suhu badan : 36,6oC
SpO2 : 99%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (-),sp. bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumonia
P Medikamentosa:
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan :
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien
14
01 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-4)
S Batuk (+), sesak (-), demam (-)
O Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 115 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu badan : 36,5oC
SpO2 : 99%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (-),sp. bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien
tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumoni
P Medikamentosa:
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan :
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien
15
02 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-5)
A Sesak (-), demam (-), batuk (-)
O Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu badan : 36,7oC
SpO2 : 99%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (-),sp. bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien
tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumonia
P Medikamentosa:
- Cefixime syr 2 x 50 mg
Rawat jalan
16
ANALISIS KASUS
17
berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak
mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya
prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring dan tingginya pajanan
terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).1
Penyebab Bronkopneumonia beragam dengan dua penyebab
terbanyak adalah mikroorganisme seperti virus dan bakteri. Berkaitan
dengan pemberian antimikroba, sangatlah penting untuk membedakan
Bronkopneumonia bakteri dengan virus. Spektrum mikroorganisme
penyebab pada neoonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih
besar.4 Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E. colli,
Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan
remaja, pneumoni sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus
pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B dan Istaphylococcus aureus;
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri
tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.1
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap
berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan
orang dewasa. Bronkopneumonia sering didahului oleh infeksi saluran
nafas atas, biasanya rinitis dan batuk.5 Berdasarkan anamnesis yang
dilakukan pada ibu pasien didapatkan riwayat sebelumnya pasien batuk
dan pilek 1 hari SMRS.
Anak dengan Bronkopneumonia mungkin memiliki berbagai gejala,
tergantung pada usia dan penyebab infeksi. Bronkopneumonia bakterial
biasanya menyebabkan anak menjadi tampak sakit parah dengan demam
tinggi dan napas cepat. Pada infeksi virus, sering terjadi secara bertahap
dan dapat memburuk seiring berjalanya waktu.6 Gambaran klinis
pneumonia diklasifikasi menjadi 2 kelompok. Pertama, “gejala umum‟
misalnya demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.1 Pada pasien ini
18
didapatkan keluhan demam sejak satu hari SMRS dan terjadi penurunan
nafsu makan. Pada infeksi oleh virus, biasanya menujukkan gejala
demam tetapi umumnya lebih rendah dibandingkan oleh bakteri.6
Kedua “gejala respiratorik‟ Bronkopneumonia seperti batuk, napas
cepat (tachypnoe/ fast breathing), napas sesak (retraksi dada/chest
indrawing), napas cuping hidung dan sianosis. Hipoksia merupakan tanda
klinis pneumonia berat.1 Pada pasien ini didapatkan keluhan batuk sejak
satu hari SMRS, pasien tampak sesak pada awal masuk dengan laju
pernapasan 54x/menit dan terdapat retraksi subscostal minimal. Napas
cepat dapat dapat diketahui dengan menghitung frekuensi napas dalam
satu menit penuh yang dihitung ketika kondisi anak tenang. Untuk usia 2
bulan sampai 1 tahun dikatakan napas cepat jika frekuensi napasnya ≥50
kali per menit, dan untuk balita (1-5 tahun) dikatakan napas cepat jika
frekuensi napasnya ≥40 kali per menit. Takipnea adalah manifestasi klinis
paling sering pada Bronkopneumonia. 7
Pada Bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada
luasnya daerah yang terkena. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronki basah halus. Pada kasus ini dari hasil pemeriksaan fisik, inspeksi
tampak retraksi minimal pada kedua dinding dada dengan auskultasi
didapatkan ronkhi +/ pada kedua lapang paru. Hal ini menunjukkan
+
19
dihasilkan pejamu), hepatisasi kelabu (3-8 hari berikutnya, dimana sel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi ), dan stadium
resolusi (7-11 hari berikutnya, dimana respon imun dan peradangan
mereda sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula).1,8
Pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap dan CRP
serta rontgen toraks dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
bronkopneumonia, termasuk derajat dan lokasi infeksi serta penyebanya.
Jumlah sel darah putih dapat bermanfaat dalam membedakan
bronkopneumonia dari virus dan bakteri.5 Pada Bronkopneumonia virus
dan juga mikoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal
atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan
leukosistosis berkisar antara 15.000-40.000/mm1 dengan predominan
PMN. Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 29 Maret 2018 dengan jumlah leukosit 20.000 mm3. Hal ini
menunjukkan adanya infeksi akut pada pasien.
C-reactive protein adalah suatu fase akut yang disintesis oleh
hepatosit. Sebagai respon terhadap infeksi atau inflamasi jaringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin
(IL)-6, IL-1, dan tumor necrosis factor (TNF). Secara klinis CRP digunakan
sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan non-
infeksi, infeksi virus dan bakteri atau infeksi bakteri superfisialis daripada
infeksi bakteri profunda.1 Pada kasus ini dari hari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil CRP meningkat yaitu 12.00 mg/L yang
menunjukkan terdapat respon infeksi pada jaringan.
Infiltrat pada pemeriksaan rontgen toraks (posisi posteroanterior dan
lateral) dapat mendukung diagnosis pneumonia. Foto rontgen toraks
posteroanterior dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda
dan geala klinik distress pernapasan seperti takipnea, batuk dan konki
dengan atau tanpa suara napas yang melemah. Pada bronkopneumonia,
dapat ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa
20
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peringkatan corakan peribronkial.1 Pada kasus ini, pasien
dilakukan pemeriksaan radiologi pada tanggal 29/04/2018 di IGD, dari
hasil pemeriksaan rontgen toraks dengan posisi AP, didapatkan
hiperinflasi, tampak bercak infiltrate dikedua lapangan paru. Foto rontgen
toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Berdasarakan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan, dapat ditegakan diagnosis kerja bronkopneumonia
dengan diagnosis banding bronkiolitis.9
Derajat keparahan dalam diagnosis bronkopneumonia dapat dibagi
menjadi bronkopneumonia berat yang harus dirawat inap dan
bronkopneumonia ringan yang bisa rawat jalan. Pada pneumonia ringan
disamping batuk atau kesulitan bernapas hanya terdapat napas cepat
saja. Dengan indikasi rawat jalan dan pemberian antibiotik kotrimoksasol
(4 mg TMP/kg BB) 2 kali sehari selama tiga hari atau amoksisilin (25
mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.10
Pneumonia berat ditandai dengan batuk, napas cepat, terdengar
Crackles (ronki), suara napas menurun dan kesulitan bernapas ditambah
minimal satu gejala : kepala terangguk-angguk, pernapasan cuping
hidung, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, dan pada foto dada
menunjukkan gambaran pneumonia. Pada keadaan yang sangat berat
dapat dijumpai sianosis, anak tidak dapat menyusu atau makan/minum
serta distres pernapasan. Dengan indikasi anak dirawat inap di rumah
sakit.1,10
Dasar tatalaksana bronkopneumonia rawat inap adalah
pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif.
Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen,
koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik.
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu terapi suportif berupa pemberian
21
O2 1 L/menit. Oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksemia dan usaha
nafas tambahan. Oksigen penting diberikan pada anak yang menunjukkan
gejala adanya retraksi pada dinding dada bagian bawah yang dalam
SpO2< 90%; frekuensi napas 60 x/menit atau lebih. Agen antipiretik yang
diberikan pada pasien ini adalah parasetamol.11
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama
keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada
anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri. Pilihan
antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan betalaktam
atau kloramfenikol. Anak usia 2-59 bulan dengan bronkopneuminia berat
harus diterapi dengan ampisilin parenteral (atau penisilin) dan gentamisin
sebagai lini pertama, yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam
pertama. 7,11 Ampisilin : 25-50 mg/kg atau benzyl penisilin: 50.000 unit per
kg IM/IV setiap 6 jam Selama 5 hari . Pada pasien ini diberikan Ampicilin 4
x 250 mg selama 5 hari dan kloramfenikol 4 x 250mg sesuai dengan usia
dan berat badan pasien selama 5 hari. Bila keadaan klinis memburuk
sebelum 48 jam atau terdapat keadaan berat maka ditambahkan
klorampenikol (25mg/kgBB). Seftriaxone digunakan sebagai lini kedua jika
lini pertama gagal. Pada hari ke lima terapi pasien sudah tidak tampak
sesak dan tidak ada keluhan batuk, pernapasan 30x/menit.
Prognosis pada anak dengan bronkopneumonia bergantung pada
derajat penyakit, lama sakit, penyebab dan adekuat tidaknya terapi. Pada
pasien ini prognosis dubia ad bonam dengan pemberian antibiotik selama
5 hari dan menunjukkan perbaikkan sehingga pasien dapat dirawat jalan.
22
KESIMPULAN
23
Daftar Pustaka
24
25