Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

LAPORAN KASUS ............................................................................................... 2


I. Identitas .......................................................................................................... 2
1) Identitas Pasien........................................................................................ 2
2) Identitas Orang Tua................................................................................. 2
3) Family Tree .............................................................................................. 3
II. Anamnesis .................................................................................................... 3
1) Keluhan utama: ...................................................................................... 3
2) Riwayat penyakit sekarang .................................................................. 3
3) Anamnesis antenatal............................................................................. 3
4) Penyakit yang sudah pernah dialami ................................................. 4
5) Kepandaian dan kemajuan bayi .......................................................... 4
6) Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang......... 4
7) Imunisasi ................................................................................................. 5
8) Riwayat keluarga ................................................................................... 5
9) Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan ................... 5
III. Pemeriksaan Fisik ...................................................................................... 5
IV. Pemeriksaan Laboratorium ....................................................................... 9
V. Pemeriksaan Radiologi ………………………………………………...10
V. Resume Masuk ......................................................................................... 10
VI. Diagnosis ................................................................................................... 11
VII. Diagnosis Banding .................................................................................. 11
VIII. Terapi ....................................................................................................... 11
XI. Follow up ................................................................................................ 11
ANALISIS KASUS .............................................................................................. 17
KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

1
LAPORAN KASUS

I. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama Pasien : An. SGB
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggal lahir / Umur : 01 November 2016 / 1 tahun 6 bulan 17 hari
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bahu Lingkungan III
No. Telp : 089529454354
Lahir secara : Spontan
Ditolong oleh : Dokter
Berat badan lahir : 3600 gram
Anak ke : 1 dari 1 bersaudara
Masuk Rumah Sakit : 29 Maret 2018, pukul 02:00 WITA

2) Identitas Orang Tua


Nama Ibu : CW
Usia : 21 tahun
Perkawinan :1
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta
Nama Ayah : SG
Usia : 25 tahun
Perkawinan :1
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta

2
3) Family Tree

1tahun 6 bulan 17 hari

II. Anamnesis
(Alloanamnesis dari ibu pasien)
1) Keluhan utama:
 Sesak sejak 12 jam sebelum masuk RS
 Demam disertai batuk sejak 1 hari sebelum masuk RS
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke RSUP Prof. Dr. R.D. Manado oleh orang tuanya
dengan keluhan sesak sejak ± 12 jam SMRS. Sesak mulai berkurang
pada ± 8 jam SMRS, namun kembali memberat sejak ± 3 jam SMRS.
Pasien tidak terlihat biru pada bibir menurut pengamatan orang tua.
Keluhan sesak didahului oleh keluhan demam dan batuk sejak 1
hari SMRS. Demam dirasakan pertama kali oleh ibu pasien melalui
perabaan. Batuk disertai dengan lender yang tidak dapat dikeluarkan
oleh pasien disertai dengan pilek. Sejak masih berusia 2 bulan pasien
memiliki riwayat sesak apabila sedang mengalami batuk. Pasien
beberapa kali masuk Rumah Sakit karena keluhan serupa. Nafsu
makan menurun karena sesak. Muntah tidak ada. Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada keluhan.

3) Anamnesis antenatal
ANC teratur, sebanyak 9 kali di Puskesmas

3
Mendapat suntikan Tetanus Toksosid sebanyak 2 kali selama hamil
Kondisi ibu saat hamil sehat

4) Penyakit yang sudah pernah dialami


Morbili : (-)
Varisela : (+)
Pertusis : (-)
Diare : (+)
Cacing : (-)
Batuk/pilek : (+)
Lain-lain : (-)

5) Kepandaian dan kemajuan bayi


Pertama kali membalik : 5 bulan
Pertama kali tengkurap : 6 bulan
Pertama kali duduk : 6 bulan
Pertama kali merangkak : 6 bulan
Pertama kali berdiri : 8 bulan
Pertama kali berjalan : 10 bulan
Pertama kali tertawa : 4 bulan
Pertama kali berceloteh : 4 bulan
Pertama kali memanggil mama : 8 bulan
Pertama kali memanggil papa : 8 bulan

6) Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang


ASI : lahir – 6 bulan
PASI : 6 bulan – sekarang
Bubur susu : 4 bulan
Bubur saring : 7 bulan
Bubur halus : 8 bulan
Nasi lembek : 12 bulan - sekarang

4
7) Imunisasi
Dasar Ulangan
Imunisasi
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DTP + + +
Campak +
Hepatitis B + + +

8) Riwayat keluarga
Hanya pasien yang menderita sakit seperti ini

9) Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan


Penderita tinggal di rumah permanen, beratap seng, berdinding beton,
dan berlantai keramik. Terdapat 1 buah kamar yang dihuni oleh 3
orang, 2 dewasa dan 1 orang anak. Kamar mandi terletak di luar
rumah. Sumber penerangan dan listrik dari PLN. Sumber air minum
dari PAM. Penanganan sampah dengan cara dibuang ke tempat
sampah.

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 54 x/menit
Suhu : 38,4ºC
SpO2 : 95%
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 81 cm
Status Gizi : Gizi baik

5
Sianosis : Tidak ditemukan
Anemia : Tidak ditemukan
Ikterus : Tidak ditemukan
Kejang : Tidak ditemukan

Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan lemak : Cukup
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Normal, eutoni
Oedema : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephal
Ubun-ubun besar : Datar
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
- Exophtalmus/enophtalmus : (-/-)
- Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
- Conjunctiva : Anemis (-)
- Sclera : Ikterik (-)
- Corneal reflex : Normal
- Pupil : Bulat, isokor, Ø 3mm-3mm,
refleks cahaya (+/+)
- Lensa : Jernih
- Fundus & visus : Tidak dievaluasi
- Gerakan : Normal
Telinga : Sekret (-/-)

6
Hidung : Sekret (+/+), PCH (-/-)
Mulut
- Bibir : Sianosis (-)
- Selaput mulut : Mukosa basah
- Lidah : Beslag (-)
- Gusi : Perdarahan (-)
- Gigi : Caries (-)
- Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorokan
- Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
- Faring : Hiperemis (–)
Leher
- Trakea : Letak di tengah
- Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
- Kaku kuduk : (-)
- Lain – lain : (-)

Thoraks
Bentuk : Simetris
Retraksi : Subcostal (+) minimal
Xiphosternum : (-)
Rachitic rosary : (-)
Harrison’s groove : (-)
Ruang intercostal : Normal
Pernapasan paradoxal : (-)
Precordial bulging : (-)

Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (+) subcostal minimal
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri

7
Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, ronchi +/+, wheezing -/-

Jantung
Detak jantung : 120 x/menit
Iktus kordis : Tidak tampak
Batas kiri : Linea midklavikularis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1>M2
Bunyi jantung aorta : A1>A2
Bunyi jantung pulmo : P1< P2
Bising : (-)

Abdomen
Bentuk : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Lain-lain : Nyeri tekan (-)

Genitalia eksterna : Laki-laki, normal


Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Anggota gerak : Akral hangat, CRT ≤ 2”
Tulang Belulang : Deformitas (-)
Otot-otot : Eutonia
Refleks-refleks : Refleks fisiologis +/+, Refleks patologis -/-,
spastis (-),klonus (-)

8
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 29/04/2018

Parameter Hasil

Leukosit 20.300/uL

Eritrosit 5.77 x 10^6 / uL

Hemoglobin 13.6 g/dL

Hematokrit 35.2 %

Trombosit 589 10^3/uL

MCH 18.0 pg

MCHC 29.5 g/dL

MCV 61.0 fL

SGOT 23 U/L

SGPT 11 U/L

Ureum Darah 7 mg/dL

Creatinin Darah 0.2 mg/Dl

Chlorida Darah 105.0 mEq/L

Kalium Darah 3.90 mEq/L

Natrium Darah 136 mEq/L


CRP 12.00 mg/L

9
V. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 29/4/2018

VI. Resume Masuk


Pasien anak Laki - laki usia 1 tahun 6 bulan 17 hari, BB = 10 kg, TB =
81 cm, masuk RS pada tanggal 29 Maret 2018 jam 02.00 WITA
dengan keluhan sesak sejak ± 12 jam SMRS, pasien juga sebelumnya
mengalami demam dan batuk sejak ± 1 hari SMRS disertai pilek.
Sejak masih berusia 2 bulan pasien memiliki riwayat sesak apabila
sedang mengalami batuk. Pasien beberapa kali masuk Rumah Sakit
karena keluhan serupa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Gizi baik
Nadi : 120 kali/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)
Respirasi : 54 kali/menit

10
Suhu badan : 38,4oC
Saturasi oksigen : 95%
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan
cuping hidung (+), sianosis (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (+) subcostal minimal,
cor tidak ada bising, pulmo sp. bronkovesikuler,
rh +/+, wh -/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, turgor kulit
kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, sinosis (-)

VII. Diagnosis
Bronkopneumoni

VIII. Diagnosis Banding


Bronkiolitis

XI. Terapi
- Oksigen 1 liter per menit
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
- Parasematol Syr 3 x 100 mg

X. Follow up
29 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-1)
S Batuk (+), sesak (+), demam (-)
O Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 116 x/menit

11
Pernapasan : 54 x/menit
Suhu badan : 38,4 oC
SpO2 : 95 %
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret +/+, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Thoraks : retraksi (+), sp. bronkovesikuler, rh +/+, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneuomonia
P Medikamentosa:
- Oksigen 1 liter per menit
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj Ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
- Parasematol Syr 3 x 100 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan:
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien
Pertahankan pemberian oksigenasi

12
30 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-2)
S Batuk (+), demam (+), sesak (-)
O Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 106 x/menit
Pernapasan : 34 x/menit
Suhu badan : 37,7oC
SpO2 : 97%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (+), sp. bronkovesikuler, rh+/+, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumonia
P Medikamentosa
- Oksigen 1 liter per menit
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
- Parasematol Syr 3 x 100 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan :
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien
Pertahankan pemberian oksigenasi

13
31 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-3)
S Batuk (+), sesak (-), demam (-)
O Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 108 x/menit
Pernapasan : 32 x/menit
Suhu badan : 36,6oC
SpO2 : 99%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (-),sp. bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien tidak
teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumonia
P Medikamentosa:
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan :
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

14
01 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-4)
S Batuk (+), sesak (-), demam (-)
O Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 115 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu badan : 36,5oC
SpO2 : 99%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (-),sp. bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien
tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumoni
P Medikamentosa:
- IVFD Kaen 1B 40 mL/jam
- Inj ampisilin 4 x 250 mg
- Inj Kloramfenikol 4 x 250 mg
Asuhan Gizi :
Asupan Makanan
Asuhan Keperawatan :
Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

15
02 Maret 2018 (Pengamatan dan Perawatan hari ke-5)
A Sesak (-), demam (-), batuk (-)
O Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu badan : 36,7oC
SpO2 : 99%
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Dada : retraksi (-),sp. bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
Paru – jantung : dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar-lien
tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Bronkopneumonia
P Medikamentosa:
- Cefixime syr 2 x 50 mg
Rawat jalan

16
ANALISIS KASUS

Pneumonia adalah infeksi yang mengenai parenkim paru yang


dihubungkan dengan konsolidasi ruang alveoli, yang sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri).1 Bronkopneumonia
disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada parenkim paru
yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution). Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh
bakteri Streptococcus Pneumoniae dan Hemophilus Influenzae yang
sering ditemukan pada duapertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data
WHO, kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan
antara 10-20% pertahun.2
Pneumonia saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan
utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima
tahun (balita).1 WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-balita di
negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta
kasus pneumonia/tahun, 8,7% (13,1 juta) di antaranya merupakan
pneumonia berat dan perlu rawat inap.3
Menurut riskedas 2007, prevalensi pneumonia pada bayi di
Indonesia adalah 0,76% dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2%.
Prevalensi tertinggi adalah provindi Gorontalo (13,2 %). Sedangkan
prevalensi pada anak balita (1-4 tahun) adalah 1,00% dengan rentang
antar provinsi sebesar 0,1%-14,8%. Seperti pada bayi, prevalensi
tertingggi adalah Gorontalo (19,9%). Menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia prevalensi Pneumonia Balita di Indonesia meningkat
dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.3
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka
mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor
risiko tersebut adalah; pneumonia yang terjadi pada masa anak bayi,

17
berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak
mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya
prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring dan tingginya pajanan
terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).1
Penyebab Bronkopneumonia beragam dengan dua penyebab
terbanyak adalah mikroorganisme seperti virus dan bakteri. Berkaitan
dengan pemberian antimikroba, sangatlah penting untuk membedakan
Bronkopneumonia bakteri dengan virus. Spektrum mikroorganisme
penyebab pada neoonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih
besar.4 Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E. colli,
Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan
remaja, pneumoni sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus
pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B dan Istaphylococcus aureus;
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri
tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.1
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap
berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan
orang dewasa. Bronkopneumonia sering didahului oleh infeksi saluran
nafas atas, biasanya rinitis dan batuk.5 Berdasarkan anamnesis yang
dilakukan pada ibu pasien didapatkan riwayat sebelumnya pasien batuk
dan pilek 1 hari SMRS.
Anak dengan Bronkopneumonia mungkin memiliki berbagai gejala,
tergantung pada usia dan penyebab infeksi. Bronkopneumonia bakterial
biasanya menyebabkan anak menjadi tampak sakit parah dengan demam
tinggi dan napas cepat. Pada infeksi virus, sering terjadi secara bertahap
dan dapat memburuk seiring berjalanya waktu.6 Gambaran klinis
pneumonia diklasifikasi menjadi 2 kelompok. Pertama, “gejala umum‟
misalnya demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.1 Pada pasien ini

18
didapatkan keluhan demam sejak satu hari SMRS dan terjadi penurunan
nafsu makan. Pada infeksi oleh virus, biasanya menujukkan gejala
demam tetapi umumnya lebih rendah dibandingkan oleh bakteri.6
Kedua “gejala respiratorik‟ Bronkopneumonia seperti batuk, napas
cepat (tachypnoe/ fast breathing), napas sesak (retraksi dada/chest
indrawing), napas cuping hidung dan sianosis. Hipoksia merupakan tanda
klinis pneumonia berat.1 Pada pasien ini didapatkan keluhan batuk sejak
satu hari SMRS, pasien tampak sesak pada awal masuk dengan laju
pernapasan 54x/menit dan terdapat retraksi subscostal minimal. Napas
cepat dapat dapat diketahui dengan menghitung frekuensi napas dalam
satu menit penuh yang dihitung ketika kondisi anak tenang. Untuk usia 2
bulan sampai 1 tahun dikatakan napas cepat jika frekuensi napasnya ≥50
kali per menit, dan untuk balita (1-5 tahun) dikatakan napas cepat jika
frekuensi napasnya ≥40 kali per menit. Takipnea adalah manifestasi klinis
paling sering pada Bronkopneumonia. 7
Pada Bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada
luasnya daerah yang terkena. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronki basah halus. Pada kasus ini dari hasil pemeriksaan fisik, inspeksi
tampak retraksi minimal pada kedua dinding dada dengan auskultasi
didapatkan ronkhi +/ pada kedua lapang paru. Hal ini menunjukkan
+

terdapat infiltrat pada alveolar paru.1,8 Gangguan proses ventilasi


disebabkan karena penurunan volume paru akibat langsung dari kelainan
parenkim paru. Untuk mengatasi gangguan ventilasi akibat dari penurunan
volume paru maka tubuh akan berusaha untuk mengkompensasi dengan
cara meningkatkan volume tidal dan frekuensi napas sehingga secara
klinis terlihat takipnea. Tubuh berusaha meningkatkan ventilasi sehingga
terjadi usaha napas ekstra dan pasien terlihat sesak.5
Secara patologis terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu : kongesti (4-
12 jam pertama, yang ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi), hepetisasi merah (48 jam
berikutnya, alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang

19
dihasilkan pejamu), hepatisasi kelabu (3-8 hari berikutnya, dimana sel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi ), dan stadium
resolusi (7-11 hari berikutnya, dimana respon imun dan peradangan
mereda sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula).1,8
Pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap dan CRP
serta rontgen toraks dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
bronkopneumonia, termasuk derajat dan lokasi infeksi serta penyebanya.
Jumlah sel darah putih dapat bermanfaat dalam membedakan
bronkopneumonia dari virus dan bakteri.5 Pada Bronkopneumonia virus
dan juga mikoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal
atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan
leukosistosis berkisar antara 15.000-40.000/mm1 dengan predominan
PMN. Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 29 Maret 2018 dengan jumlah leukosit 20.000 mm3. Hal ini
menunjukkan adanya infeksi akut pada pasien.
C-reactive protein adalah suatu fase akut yang disintesis oleh
hepatosit. Sebagai respon terhadap infeksi atau inflamasi jaringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin
(IL)-6, IL-1, dan tumor necrosis factor (TNF). Secara klinis CRP digunakan
sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan non-
infeksi, infeksi virus dan bakteri atau infeksi bakteri superfisialis daripada
infeksi bakteri profunda.1 Pada kasus ini dari hari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil CRP meningkat yaitu 12.00 mg/L yang
menunjukkan terdapat respon infeksi pada jaringan.
Infiltrat pada pemeriksaan rontgen toraks (posisi posteroanterior dan
lateral) dapat mendukung diagnosis pneumonia. Foto rontgen toraks
posteroanterior dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda
dan geala klinik distress pernapasan seperti takipnea, batuk dan konki
dengan atau tanpa suara napas yang melemah. Pada bronkopneumonia,
dapat ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa

20
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peringkatan corakan peribronkial.1 Pada kasus ini, pasien
dilakukan pemeriksaan radiologi pada tanggal 29/04/2018 di IGD, dari
hasil pemeriksaan rontgen toraks dengan posisi AP, didapatkan
hiperinflasi, tampak bercak infiltrate dikedua lapangan paru. Foto rontgen
toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Berdasarakan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan, dapat ditegakan diagnosis kerja bronkopneumonia
dengan diagnosis banding bronkiolitis.9
Derajat keparahan dalam diagnosis bronkopneumonia dapat dibagi
menjadi bronkopneumonia berat yang harus dirawat inap dan
bronkopneumonia ringan yang bisa rawat jalan. Pada pneumonia ringan
disamping batuk atau kesulitan bernapas hanya terdapat napas cepat
saja. Dengan indikasi rawat jalan dan pemberian antibiotik kotrimoksasol
(4 mg TMP/kg BB) 2 kali sehari selama tiga hari atau amoksisilin (25
mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.10
Pneumonia berat ditandai dengan batuk, napas cepat, terdengar
Crackles (ronki), suara napas menurun dan kesulitan bernapas ditambah
minimal satu gejala : kepala terangguk-angguk, pernapasan cuping
hidung, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, dan pada foto dada
menunjukkan gambaran pneumonia. Pada keadaan yang sangat berat
dapat dijumpai sianosis, anak tidak dapat menyusu atau makan/minum
serta distres pernapasan. Dengan indikasi anak dirawat inap di rumah
sakit.1,10
Dasar tatalaksana bronkopneumonia rawat inap adalah
pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif.
Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen,
koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik.
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu terapi suportif berupa pemberian

21
O2 1 L/menit. Oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksemia dan usaha
nafas tambahan. Oksigen penting diberikan pada anak yang menunjukkan
gejala adanya retraksi pada dinding dada bagian bawah yang dalam
SpO2< 90%; frekuensi napas 60 x/menit atau lebih. Agen antipiretik yang
diberikan pada pasien ini adalah parasetamol.11
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama
keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada
anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri. Pilihan
antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan betalaktam
atau kloramfenikol. Anak usia 2-59 bulan dengan bronkopneuminia berat
harus diterapi dengan ampisilin parenteral (atau penisilin) dan gentamisin
sebagai lini pertama, yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam
pertama. 7,11 Ampisilin : 25-50 mg/kg atau benzyl penisilin: 50.000 unit per
kg IM/IV setiap 6 jam Selama 5 hari . Pada pasien ini diberikan Ampicilin 4
x 250 mg selama 5 hari dan kloramfenikol 4 x 250mg sesuai dengan usia
dan berat badan pasien selama 5 hari. Bila keadaan klinis memburuk
sebelum 48 jam atau terdapat keadaan berat maka ditambahkan
klorampenikol (25mg/kgBB). Seftriaxone digunakan sebagai lini kedua jika
lini pertama gagal. Pada hari ke lima terapi pasien sudah tidak tampak
sesak dan tidak ada keluhan batuk, pernapasan 30x/menit.
Prognosis pada anak dengan bronkopneumonia bergantung pada
derajat penyakit, lama sakit, penyebab dan adekuat tidaknya terapi. Pada
pasien ini prognosis dubia ad bonam dengan pemberian antibiotik selama
5 hari dan menunjukkan perbaikkan sehingga pasien dapat dirawat jalan.

22
KESIMPULAN

Pasien anak Laki - laki usia 1 tahun 6 bulan 17 hari, BB = 10 kg, TB


= 81 cm, masuk RS pada tanggal 29 Maret 2018 jam 02.00 WITA dengan
keluhan sesak sejak ± 12 jam SMRS, pasien juga sebelumnya mengalami
demam dan batuk sejak ± 1 hari SMRS disertai pilek.
Keluhan sesak didahului oleh keluhan demam dan batuk sejak 1
hari SMRS. Demam dirasakan pertama kali oleh ibu pasien melalui
perabaan. Batuk disertai dengan lender yang tidak dapat dikeluarkan oleh
pasien disertai dengan pilek. Sejak masih berusia 2 bulan pasien memiliki
riwayat sesak apabila sedang mengalami batuk. Pasien beberapa kali
masuk Rumah Sakit karena keluhan serupa. Nafsu makan menurun
karena sesak. Muntah tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada keluhan. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosa dengan bronkopneumonia. Dasar
tatalaksana bronkopneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal
dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan
suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, antipiretik dan
antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama
keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada
anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri

23
Daftar Pustaka

1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB.


Respirologi Anak. Edisi ke-3. Jakarta: IDAI;2008. P. 350-65.
2. Hood A, Wibisono MJ, Winariani. Buku ajar ilmu penyakit paru.
Surabaya: Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran Universitas
Airlangga; 2004.
3. Weber M, Fransisca H,Said M, Kartasasmita CB, Kusbiyantoro.
Pneumonia Balita. Jendela Epidemiologi. 2010;3:1-36.
4. Subanada IB, Siadi NP. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pneumonia bakteri pada anak. Sari Pediatri. 2010: 12:184-8
5. Kelly MS, Sandora TJ. In: Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Richar
RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th Ed. Philadelphia:
Elsevier:2016. P.2088-93.
6. UNICEF. Pneumonia the forgotten killer of children. 2018 May 08
[cited 2006]. Available from :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9280640489_eng.pdf
7. WHO. Pneumonia. 2018 May 06 [cited 2011]. Available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html.
8. Kumar V, Cotran R, Robbin SL. Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC;2004 h.201-12.
9. Grafakou O, Moustaki M, Tsolla M, Kavazarakis E, Mathiousdakis J,
Fretzayas A, dkk. Can chest X-ray predict pneumonia severity?.
Pediatric pulmonol. 2004;38:465-9.
10. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit. Jakarta:
WHO;2009.h.86-93
11. WHO. Revised classification and trestment of childhood pneumonia at
health facilities. 2018 May 08 [cited 2014]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK264164/

24
25

Anda mungkin juga menyukai