1. Tertib sosial
Adalah keadaan didalam masyarakat dimana terdapat nilai dan norma
yang jelas kemudian individu dan anggota masyarakat mengetahui dan
memahaminya sehingga dapat menyesuaikan tindakan-tindakannya sesuai
dengan nilai dan norma yang berlakuContoh :Ketertiban di jalan raya dapat
terwujud karena adanya peraturan lalu-lintas dan ketertiban dimasyarakat
dapat terwujud karena adanya hukum adat.
2. Order
Yaitu suatu tata norma dan nilai yang diakui dan dipatuhi oleh
masyarakat sehingga setiap tindakan di dasari oleh nilai-norma yang
berlaku.
Contoh : peraturan-peraturan yang berlaku disekolah jam belajar,
ketentuan memakai seragam. Atau kode etik guru
3. Keajegan
Adalah suatu keadaan yang memperlihatkan penerapan order di
masyarakat dimana kondisi keteraturan sosial (pelaksanaan nilai dan
norma) tersebut dilaksanakan secara terus-menerus.
Cth : siswa memakai seragam sekolah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, atau sekolah yang mewajibkan siswanya untuk upacara setiap
senin, dan kebiasaan mengantri di bank, atm dll.
4. Pola
Adalah penerapan dari keajegan dimana nilai,norma dan ajaran tersebut
dijadikan contoh dan ditiru dan dijadikan pedoman oleh setiap anggota
masyarakat.
PROSES DAN DAMPAK HUBUNGAN SOSIAL
1. Proses disosiasi
Yaitu suatu proses interaksi yang menghasilkan dampak negative seperti
persaingan, kontravensi, pertentangan atu konflik
a. Persaingan (competition)
Adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok bersaing untuk
mencari keuntungan dan mencapai tujuan tertentu tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Kontravensi (contravention)
Adalah suatu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan
konflik (pertentangan). Kontravensi ditandai dengan ketidakpusan dan
ketidakpastian mengenai diri seseorang, sikap tidka suka atau tidak
senang baik yang dilakukan secara sembunyi tau terang-terangan
terhadap seseorang.
Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker kontravensi memilliki lima
bentuk yaitu :
1) Umum, seperti penolakan, keengganan, perlawanan, melakukan
protes.
2) Biasa/sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang lain didepan
umum, memaki atau mencela melalui surat kalaeng, internet atau
SMS
3) Intensif, seperti menghasut orang lain atau menyebarkan gossip atau
desas-desus.
4) Rahasia, seperti mengumumkan rahasia lawan atau berkhianat
terhadap kelompoknya.
5) Taktis, seperti mengintimidasi pihak lawan, mengancam, meneror
atau memprovokasi.
2) Arbitasi (Arbitration)
Disebut juga “perwasitan” Merupakan bentuk pengendalian
konflik sosial dengan menghadirkan pihak ketiga dan kedua belah
pihak yang berkonflik harus menyetujuinya.Keputusan yang diambil
oleh pihak ketiga ini harus dipatuhi oleh pihak yang berkonflik.
3) Mediasi (mediation)
Yaitu bentuk pengendalian konflik dimana pihak yang
berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga sebagai mediator (pemberi
saran/nasehat) keputusan pihak ketiga tidak mengingkat.Keputusan
terakhir tergantung pada pihak yang berkonflik.
4) Konversi (convertion)
Penyelesaian konflik dengan jalan mempertemukan pihak-
pihak yang bertentangan dalam perundingan agar memperoleh
kesepakatan bersama.
5) Konsilisasi (consiliation)
Adalah penyelesaian konflik dengan mempertemukan pihak –
pihak yang bertentangan dalam perundingan agar memperoleh
kesepakatan bersama.
6) Ajudikasi (Adjudication)
Penyelesaian konflik melalui pengadilan atau jalur hukum/
pengadilan.
7) Kompromi (compromise)
Bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak mengurangi
tuntutannya atas penyelesaian konflik.
c. Asimilasi
Merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi
perbedaan antara individu atau antar kelompok guna mencapai
kesepakatan demi tujuan bersama.
d. Akulturasi