Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PORTOFOLIO

EKLAMPSIA POST PARTUM

Disusun oleh :

dr. A. Deza Farista

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

RUMAH SAKIT ANNISA KABUPATEN BEKASI

SEPTEMBER 2017 – SEPTEMBER 2018


BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal 05 Oktober 2017 di Wahana RS Annisa Kabupaten Bekasi telah
dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. A. Deza Farista
Kasus : Medik (Obsgyn)
Topik : Eklampsia Post Partum
Nama Pendamping : dr. Elwin Affandi MM, dr. Cecep Awaludin
Nama Wahana : RS Annisa Kabupaten Bekasi

No Nama Peserta Tanda tangan


1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mengetahui,

Dokter Internship Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. A. Deza Farista dr.Elwin Affandi MM dr. Cecep Awaludin


Kasus Medik (Obsgyn)
Nama Peserta: dr. A. Deza Farista
Nama Wahana: RS Annisa Cikarang
Topik: Eklampsia Post Partum
Tanggal (kasus): 29 September 2017
Nama Pasien: Ny. S
Tanggal Presentasi: 05 Oktober 2017 Nama Pendamping: dr. Elwin, dr. Cecep
Tempat Presentasi: RS Annisa Cikarang
Obyektif Presentasi:
 Keilmuan □ Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□Neonatus □Bayi □Anak □Remaja Dewasa □Lansia □Bumil
□ Deskripsi: Ny. S, usia 18 tahun, datang dengan keluhan kejang sebanyak 4 kali pasca
persalinan 20 hari SMRS.

□ Tujuan: Menegakkan diagnosis pasien dengan eklampsia post partum

Bahan Bahasan:  Tinjauan Pustaka □Riset  Kasus □Audit


Cara Membahas: □Diskusi  Presentasi dan Diskusi □Email □Pos
Data Pasien: Nama: Ny. S
Nama RS: RS Annisa Kab. Bekasi Telp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
P1A0 dengan Eklampsia Post Partum

2. Riwayat Pengobatan:
Antenatal care : kontrol kehamilan di klinik Amira pada usia kehamilan 2, 4, 6 dan 8 bulan,
diperiksa TD normal (120/80 mmHg) pada bulan 2,4,6, dan (150/90 mmHg) pada bulan
mendapatkan obat penambah darah, vitamin, kalsium dan rutin diminum tiap hari. Serta
mendapatkan obat antihipertensi Nifedipine pada Trimester 3. Vaksinasi Tetanus Toxoid
sebanyak 3 kali
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
 Riwayat darah tinggi sebelum kehamilan disangkal
 Riwayat kejang selama kehamilan disangkal
 Riwayat asma, diabetes militus, dan penyakit jantung disangkal
 Riwayat alergi obat tidak ada
 Riwayat menstruasi : menarche usia 13 th, siklus teratur per 28 hari, lama 3-5 hari,
banyak 2-3 kali ganti duk per hari, nyeri pada saat haid (-)
4. Riwayat Keluarga:
 Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.
 Riwayat hipertensi atau kejang dalam kehamilan pada keluarga disangkal.
5. Riwayat Kebiasaan:
 Pasien tidak pernah merokok, minum alkohol, atau menggunakan narkoba.

6. Riwayat Pekerjaan:
 Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
7. Riwayat kehamilan/persalinan :
 2017 / ♂ / 3000 gram / cukup bulan / spontan / bidan / hidup .
8. Riwayat Kontrasepsi :
 Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Daftar Pustaka:
1. Norwitz E. Schorge J. Gangguan hipertensi dalam kehamilan. At a glance Obstetri
dan Ginekologi. Ed 2. Erlangga Medical Series. Jakarta. 2007. 88-9
2. Roberts JM, Funai EF. Pregnancy-related hypertension. In: Creasy RK, Resnik R, Iams
JD, Lockwood CJ, Moore TR, ed. Creasy & Resnik’s maternal-fetal medicine 6th ed.
Philadelphia: Sauders Elsevier, 2009: 651-88.
3. Decherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufe N. Current diagnosis and treatment
obstetrics and gynaecology. 10th ed: Lange Mc-Graw-Hill;2016:321-7.
4. Cunningham, FG et.al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Williams Obstetrics, 21st ed.
Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange. Connecticut. 2001. 653 - 694.
5. Wiknjosastro, H. Pre-eklampsi dan Eklampsia. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005. 281-308.
6. Tjandra O. Rambulangi J. Preeklamsia dan Eklamsia. Pedoman Diagnostik dan
Terapi. Bagian/ SMF Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin: Perdarahan Uterus Disfungsional. Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo. Ujung Pandang. 1999 ; 153-166
7. Jurnal penatalaksanaan Pre-eklampsi dan Eklampsi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS. Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, April
1998.
8. The Eclampsia Trial Collaborative Group (1995) Which anticonvulsant for women
with eclampsia? Evidence from the Collaborative Eclampsia Trial. Lancet
345:1455–63
9. WHO recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and
eclampsia. 2011
10. The Society of Obstrectian and Gynaecologyst of Canada (SOGC) Clinical
Practice Guideline. 2008
11. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) Clinical Guidelines
: The management of hypertensive disorders during pregnancy 2010
12. WHO Recommendations for the Use of Magnesium Sulphate at the Primary
Health Care Level. May 2006
13. Angsar MD,dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia edisi
kedua. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. 2005
14. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Preeklampsi berat dan
Eklampsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Jakarta.2002.
15. Ross, MG et.al. Eclampsia. 2012. http://emedicine.medscape.com/article/253960-
overview

Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis Eklampsia Post Partum
2. Memberikan penatalaksanaan awal yang tepat terhadap penderita Eklampsia Post Partum
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
 Subyektif:
 Seorang ♀ 18 tahun P1A0 datang ke IGD RS Annisa Cikarang dengan keluhan kejang-
kejang. Menurut suami pasien, pasien kejang sebanyak 4x, setiap kali kejang kurang lebih
selama 2-3 menit, selama kejang pasien tidak sadar. Pada saat di IGD Pasien juga sempat
mengalami kejang selama 1-2 menit. 20 hari sebelumnya pasien melahirkan anak pertama
secara spontan di klinik Amira Cikarang. Menurut Pengakuan Pasien sebelumnya di
rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan nyeri ulu hati.
 Menurut pasien, tekanan darah tinggi diakui pasien sejak hamil 8 bulan saat kontrol ke
klinik Amira namun sudah diberi obat penurun tekanan darah.
 Riwayat darah tinggi sebelumnya dan riwayat darah tinggi pada keluarga disangkal.
 Riwayat kejang dan keluhan pandangan kabur selama kehamilan disangkal.

1. Objektif:
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis kooperatif
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,7 0C
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
 Thoraks
 Paru : Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 2 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung kiri 2 jari medial LMCS RIC V,
batas jantung kanan LSD, batas atas RIC II
Auskultasi : bunyi jantung teratur, bunti jantung tambahan (-)
Abdomen : TFU 3 Jari diatas Simphisis
Ekstremitas : Akral hangat, edema (+/+),

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (28 September 2017)
1. HEMATOLOGI

Darah rutin

Hemoglobin 12,7 gr / dl

Hematokrit 39 %

Lekosit 37,930 / mm3

Trombosit 754,000 / mm3

Eritrosit 5,45 juta / mm3

2. KIMIA KLINIK

AST (SGOT) 69

ALT (SGPT) 186

Ureum 21

Kreatinin 0,9

Glukosa Darah Sewaktu 249

3. URINE
Urine Rutin

Protein Urine POS (++)

2. Assessment:
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan, usia 18 tahun, dengan diagnosis P1A0
post partum spontan dengan Eklampsia. Berdasarkan auto dan aloanamnesis dengan suami pasien,
pasien kejang sebanyak 4x, setiap kali kejang kurang lebih selama 2-3 menit, selama kejang pasien
tidak sadar. Pada saat di IGD Pasien juga sempat mengalami kejang selama 1-2 menit. 20 hari
sebelumnya pasien melahirkan anak pertama secara spontan di klinik Amira Cikarang. Menurut
Pengakuan Pasien sebelumnya di rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan
nyeri ulu hati. Pasien mengatakan memiliki tekanan darah tinggi sejak usia kehamilannya
memasuki 8 bulan. Selama kehamilan, pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan
sebanyak 4 kali, pasien juga melakukan vaksinasi Tetanus Toxoid sebanyak 3 kali. Sebelumnya
pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi sebelum hamil. Riwayat darah tinggi pada keluarga
juga disangkal. Riwayat nyeri ulu hati, pengelihatan buram selama kehamilan disangkal. Riwayat
kejang selama kehamilan disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 160/00 mmHg, nadi 100 kali/menit, nafas 24 kali/menit, dan suhu 36,7oC.

DIAGNOSIS
P1A0 post partum dengan Eklampsia

3. Plan:
PENATALAKSANAAN
 MgSo4 40% 4gr bolus IV
 IVFD RL + Mgso4 40% 6gr drip 10 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam IV
 Metronidazole 3 x 500 mg IV
 Nifedipin tab 3 x 10 mg
 Amlodipin tab 1 x 5 mg
 O2 Nasal Kanul 4l/menit
 Konsultasi SpS

FOLLOW UP

28 September 2017

S / keluhan kepala pusing, kejang (-)

O/

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 150/90 mmHg 98x/i 20 x/i 36,5C

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Toraks : pulmo : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

cor : bunyi jantung murni, irama reguler, bising (-)

Abdomen : fundus uteri teraba 1 jari diatas pusat

Ekstremitas : akral hangat, pitting edema (+/+)

Laboratorium

Albumin : 1(+)

A/ P1A0 post partum dengan eklampsia

P/
 IVFD RL + Mgso4 40% 6gr drip 10 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam IV
 Metronidazole 3 x 500 mg IV
 Nifedipin tab 3 x 10 mg
 Amlodipin tab 1 x 5 mg
 O2 Nasal Kanul 4l/menit

Hasil konsul Sp.S :

 Fenitoin 2 x 100 mg
 CT Scan kepala non kontras

29 September 2017

S / keluhan (-)

O/

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 140/90 mmHg 90x/i 22 x/i 36,8C

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Toraks : pulmo : bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

cor : BJ I dan II murni, gallop (-)

Abdomen : TFU 1 jari diatas pusat

Ekstremitas : akral hangat, pitting edema (-/-)

Lab :

Hb : 11,9 g/dl

Ht : 29 g/dl

Leukosit : 15.250 /mm3


Trombosit : 551.000

LED : 7mm/jam

Hematokrit : 39%

GDS : 92

Albumin : 1(+)

 Hasil CT Scan Non kontras : tidak tampak lesi intra kranial, tidak tampak sinusitis dan
mastoiditis

A/ P1A0 post partum dengan eklampsia

P/ Fenitoin 2 x100mg di STOP

Terapi lain lanjut

EDUKASI
 ANC pada ibu hamil harus dilakukan secara teratur sehingga adanya gejala preeklampsi
dapat terdeteksi secara dini dengan demikian timbulnya gejala yang lebih berat (eklampsi)
dapat dihindari.
 Perbaikan intake ibu, tinggi protein, tinggi kalori, balans cairan seimbang 2000 cc/24 jam.
 Pemberian terapi anti kejang bila terjadi kejang berulang

TINJAUAN PUSTAKA
Eklampsia, yang dianggap sebagai komplikasi preeklamsia berat, umumnya didefinisikan
sebagai onset baru dari aktivitas kejang tonik-klonik (grand mal seizure) yang dapat disertai
dengan koma selama kehamilan atau setelah melahirkan pada wanita yang sebelumnya telah
memiliki tanda-tanda atau gejala preeclampsia. Kriteria minimum untuk mendiagnosis
preeclampsia-eklampsia adalah adanya hipertensi proteinuria dan kejang. Dan delayed eklamsia/
eklamsia postpartum merupakan serangan kejang yang terjadi setelah 48 jam dan kurang dari 4
minggu setelah melahirkan.
Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum (antepartum),eklampsia
partuirentum (intrapartum), dan eklampsia puerperale (postpartum), berdasarkan saat timbulnya
serangan. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati
kelahiran.
Berdasarkan timbulnya serangan eklampsia, eklampsia dibedakan menjadi 3.

1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi)
 kejadian 50 % sampai 60 %
 serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan.
 Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
 Saat sedang inpartu
 Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu.
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
 Kejadian jarang
 Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir, umumnya
terjadi sampai 6 minggu pasca persalinan
Manifestasi Klinis
Eklampsia dapat terjadi pada masa antepartum (eklampsia gravidarum) yang terjadi
sekitar 60%, intrapartum (eklampsia parturientum) yang terjadi sekitar 30%, dan postpartum
(eklampsia puerperium) sekitar 10%.

Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah
mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku
karena kontraksi otot yang menyeluruh

Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik
penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang,
dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang
pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan
sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.

Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma
setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera
pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus – kasus yang berat, keadaan koma
berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya.
Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang
lama bahkan kematian.

Kejadian tanda-tanda atau gejala sebelum kejang (impending eklampsia) meliputi:

 Sakit kepala (83%)


 Hiperaktif refleks (80%)
 Proteinuria (52%)
 Edema Generalisata (49%)
 Gangguan penglihatan (44%) seperti penglihatan kabur dan fotofobia
 Nyeri kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium (19%)

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg. Tekanan
darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan
beberapa organ.

Pemeriksaan Penunjang

 Urinalisa : pada pemeriksaan urin dapat ditemukan proteinuri ≥ 0,3g protein dalam urin 24
jam (atau +1 pada uji dipstick) yang dapat mengarahkan kita pada diagnosis preeklampsia.
 Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, Bilirubin, LDH
 USG Obstetrik

Kriteria Diagnosis Eklampsia Post Partum :


1. Terjadi setelah persalinan berakhir sampai 6 minggu pasca persalinan
2. Tekanan Darah Diastol ≥ 110 mmHg
3. Proteinuri ≥ +2 g/24 jam atau ≥ 2 + dalam pemeriksaan kualitatif ( dipstick)
4. Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui telah meningkat sebelumnya.
Disertai oligouri ( <400 ml / 24 jam)
5. Trombosit < 100.000/mm3
6. Angiolisis mikroangiopati (LDH meningkat)
7. Peninggian kadar enzim hati (SGOT dan SGPT)
8. Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan serebral
9. Nyeri epigastrium yang menetap
10. Edema paru disertai sianosis
11. Adanya “the HELLP syndrome” ( H: hemolysis; EL : Elevated Liver enzime; LP; Low
Platelet count)

Penatalaksanaan

Sebagian regimen eklampsia yang digunakan mempunyai dasar fisiologi yang sama,
prinsip-prinsipnya mencakup :

1. Pengendalian kejang dengan magnesium sulfat intravena dosis bolus. Terapi magnesium
sulfat ini di lanjutkan dengan 
infuse kontinu atau dosis bolus intramuskular dan diikuti
oleh suntikan intramuskular berkala 

2. Pemberian obat antihipertensi oral atau intravena intermiten utnuk menurunkan tekanan
darah apabila tekanan diastolik 
dianggap terlalu berbahaya. Sebagian dokter mulai
mengobati pada saat tekanan diastolik mencapai 100 mmHg 

3. Menghindari diuretik dan pembatasan cairan intravena kecuali apabila pengeluaran cairan
berlebihan 

4. Pelahiran. 


Magnesium Sulfat Untuk Mengendalikan Kejang

Cara pemberian Magnesium Sulfat untuk Preeklampsia Berat dan Eklampsia

 Infus intravena kontinu


1. Berikan dosis bolus 4 ̈C 6 gram MgSO4 yang di encerkan dalam 100 ml cairan IV dan
diberikan dalam 15-20 menit
2. Mulai infuse rumatan dengan dosis 2 gram /jam dalam 100 ml cairan IV
3. Ukur kadar magnesium sulfat pada 4-6 jam setelahnya dan sesuaikan kecepatan infuse
untuk mempertahan kadar antara 4 dan 7 mEq/l(4,8-8,4 mg/dl)

4. Magnesium sulfat dihentikan 24 jam setelah bayi lahir

 Injeksi intramuscular intermiten


1. Berikan 4 g magnesium sulfat (MgSO4.7H2O USP) sebagai larutan 20 % secara intravena
dengan kecepatan tidak melebihi 1 gram/menit. 

2. Lanjutkan segera dengan 10 gram larutan Magnesium sulfat 50 %, separuhnya (5 g)
disuntikkan dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong dengan jarum ukuran 20 dengan
sepanjang 3 inci. Apabila kejang menetap setelah 15 menit, berikan magnesium sulfat
sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20 % secara intravena dengan kecepatan tidak
melebihi 1 g/mnt. Apabila wanita tersebut bertubuh besar dapat diberikan sampai 4 g secara
perlahan-lahan. 

3. Setiap 4 jam sesudahnya berikan 5 gram larutan magnesium sulfat 50 % yang disuntikkan
dalam-dalam ke kuadran lateral aras bokong bergantian kiri dan kanan, tetapi hanya setelah
dipastikan :
 refleks patella masih baik 

 tidak terdapat depresi pernafasan 

 pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml 

4. Magnesium sulfat di hentikan setelah 24 jam. 


Efektivitas klinis terapi magnesium sulfat
Wanita yang mendapat terapi magnesium


sulfat mengalami 50% kejang berulang dibandingkan dengan mereka yang mendapat diazepam.
Pada perbandingan lain wanita yang mendapat terapi magnesium sulfat lebih kecil kemungkinan
memerlukan ventilasi buatan, terjangkit pneumonia dan dirawat di ruang perawatan intensif
daripada mereka yang mendapat fenitoin.

PEMBERIAN REGIMEN MgSO4 (ILMU KEBIDANAN SARWONO PRAWIROHARJO,


2008)

• LOADING DOSE

– 4 gram MgSO4: intravena (40% dalam 10cc) selama 15 menit


• MAINTENANCE DOSE

– infus 6 gram dalam RL/6 jam; atau

– Injeksi 4 atau 5 gram IM

• SYARAT PEMBERIAN MgSO4:

– Tersedia antidotum: kalsium glukonas 10% 1gram (10% dalam 10cc) diberikan IV
3menit

– Refleks patella (+) kuat

– RR > 16 kali/menit; tidak ada tanda distress napas

WHO Recommendations for the Use of Magnesium Sulphate at the Primary Health Care
Level (May 2006)
Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of Physicians of Ireland

THE DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF PRE-ECLAMPSIA AND ECLAMPSIA


CLINICAL PRACTICE GUIDELINE, 2011

• Magnesium sulphate is given as a loading dose followed by a continuous infusion for 24


hours or until 24 hours after delivery - whichever is the later.

• The loading dose is 4g magnesium sulphate i.v. over 5 -10 minutes.

– Magnesium sulphate 4g in 50ml. This should be administered intravenously over


10 minutes as a loading or bolus dose

• The maintenance dose is 1g magnesium sulphate i.v per hour.

– Magnesium sulphate 20g in 500ml. This should be administered via a volumetric


pump at a rate of 25ml/hour (i.e. 1g/hour of magnesium sulphate)

Mencegah eklampsia

Terapi magnesium sulfat lebih baik daripada fenitoin dalam mencegah kejang
eklampsia. Masih terus terjadi silang pendapat mengenai apakah magnesium sulfat profilakis perlu
diberikan secara rutin kepada semua wanita bersalin yang mengalami hipertensi. Perdebatan saat
ini berpusat pada wanita preeklamptik mana yang perlu diberi profilaksis. Manfaat magnesium
sulfat profilaktik bagi wanita dengan preeklampsia ringan masih diperdebatkan karena resiko
eklampsia yang diperkirakan adalah 1 dalam 100 atau kurang. Witlin dan Sibai baru-baru ini
mengulas bukti efektivitas magnesium sulfat untuk mengobati dan mencegah kejang akibat
gangguan hipertensi pada kehamilan. Mereka menyimpulkan bahwa walaupun magnesium sulfat
jelas bermanfaat bagi wanita preeklampsia berat dan eklampsia, perlu tidaknya pemberian
profilaktik bagi wanita dengan penyakit ringan masih belum jelas.

Komplikasi

Komplikasi eklamsia secara umum pada ibu dan janin yang terberat ialah kematian ibu
dan janin. Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan
eklampsia (ibu dan janin) :

1. Solutio Plasenta.
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada
preeklampsia.

2. Hipofibrinogemia.
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.

3. Hemolisis.
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak
berwarna menjadi merah.

4. Perdarahan Otak.
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia

5. Kelainan mata.
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu.

6. Edema paru.
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.

7. Nekrosis hati.
Nekrosis periportal pada preeklampsia, eklapmsia merupakan akibat vasopasmus anterior
umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia.

8. Sindrome Hellp.
Hemolysis, elevated liver enymes dan low platelete.

9. Kelainan ginjal.
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial
tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.

10. Komplikasi lain.


Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumonia aspirasi,
dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uteri.

Anda mungkin juga menyukai