Disusun oleh :
Pada hari ini tanggal 05 Oktober 2017 di Wahana RS Annisa Kabupaten Bekasi telah
dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. A. Deza Farista
Kasus : Medik (Obsgyn)
Topik : Eklampsia Post Partum
Nama Pendamping : dr. Elwin Affandi MM, dr. Cecep Awaludin
Nama Wahana : RS Annisa Kabupaten Bekasi
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
P1A0 dengan Eklampsia Post Partum
2. Riwayat Pengobatan:
Antenatal care : kontrol kehamilan di klinik Amira pada usia kehamilan 2, 4, 6 dan 8 bulan,
diperiksa TD normal (120/80 mmHg) pada bulan 2,4,6, dan (150/90 mmHg) pada bulan
mendapatkan obat penambah darah, vitamin, kalsium dan rutin diminum tiap hari. Serta
mendapatkan obat antihipertensi Nifedipine pada Trimester 3. Vaksinasi Tetanus Toxoid
sebanyak 3 kali
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Riwayat darah tinggi sebelum kehamilan disangkal
Riwayat kejang selama kehamilan disangkal
Riwayat asma, diabetes militus, dan penyakit jantung disangkal
Riwayat alergi obat tidak ada
Riwayat menstruasi : menarche usia 13 th, siklus teratur per 28 hari, lama 3-5 hari,
banyak 2-3 kali ganti duk per hari, nyeri pada saat haid (-)
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat hipertensi atau kejang dalam kehamilan pada keluarga disangkal.
5. Riwayat Kebiasaan:
Pasien tidak pernah merokok, minum alkohol, atau menggunakan narkoba.
6. Riwayat Pekerjaan:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
7. Riwayat kehamilan/persalinan :
2017 / ♂ / 3000 gram / cukup bulan / spontan / bidan / hidup .
8. Riwayat Kontrasepsi :
Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Daftar Pustaka:
1. Norwitz E. Schorge J. Gangguan hipertensi dalam kehamilan. At a glance Obstetri
dan Ginekologi. Ed 2. Erlangga Medical Series. Jakarta. 2007. 88-9
2. Roberts JM, Funai EF. Pregnancy-related hypertension. In: Creasy RK, Resnik R, Iams
JD, Lockwood CJ, Moore TR, ed. Creasy & Resnik’s maternal-fetal medicine 6th ed.
Philadelphia: Sauders Elsevier, 2009: 651-88.
3. Decherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufe N. Current diagnosis and treatment
obstetrics and gynaecology. 10th ed: Lange Mc-Graw-Hill;2016:321-7.
4. Cunningham, FG et.al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Williams Obstetrics, 21st ed.
Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange. Connecticut. 2001. 653 - 694.
5. Wiknjosastro, H. Pre-eklampsi dan Eklampsia. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005. 281-308.
6. Tjandra O. Rambulangi J. Preeklamsia dan Eklamsia. Pedoman Diagnostik dan
Terapi. Bagian/ SMF Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin: Perdarahan Uterus Disfungsional. Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Wahidin Sudirohusodo. Ujung Pandang. 1999 ; 153-166
7. Jurnal penatalaksanaan Pre-eklampsi dan Eklampsi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS. Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, April
1998.
8. The Eclampsia Trial Collaborative Group (1995) Which anticonvulsant for women
with eclampsia? Evidence from the Collaborative Eclampsia Trial. Lancet
345:1455–63
9. WHO recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and
eclampsia. 2011
10. The Society of Obstrectian and Gynaecologyst of Canada (SOGC) Clinical
Practice Guideline. 2008
11. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) Clinical Guidelines
: The management of hypertensive disorders during pregnancy 2010
12. WHO Recommendations for the Use of Magnesium Sulphate at the Primary
Health Care Level. May 2006
13. Angsar MD,dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia edisi
kedua. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. 2005
14. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Preeklampsi berat dan
Eklampsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Jakarta.2002.
15. Ross, MG et.al. Eclampsia. 2012. http://emedicine.medscape.com/article/253960-
overview
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis Eklampsia Post Partum
2. Memberikan penatalaksanaan awal yang tepat terhadap penderita Eklampsia Post Partum
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subyektif:
Seorang ♀ 18 tahun P1A0 datang ke IGD RS Annisa Cikarang dengan keluhan kejang-
kejang. Menurut suami pasien, pasien kejang sebanyak 4x, setiap kali kejang kurang lebih
selama 2-3 menit, selama kejang pasien tidak sadar. Pada saat di IGD Pasien juga sempat
mengalami kejang selama 1-2 menit. 20 hari sebelumnya pasien melahirkan anak pertama
secara spontan di klinik Amira Cikarang. Menurut Pengakuan Pasien sebelumnya di
rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan nyeri ulu hati.
Menurut pasien, tekanan darah tinggi diakui pasien sejak hamil 8 bulan saat kontrol ke
klinik Amira namun sudah diberi obat penurun tekanan darah.
Riwayat darah tinggi sebelumnya dan riwayat darah tinggi pada keluarga disangkal.
Riwayat kejang dan keluhan pandangan kabur selama kehamilan disangkal.
1. Objektif:
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis kooperatif
Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Thoraks
Paru : Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 2 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung kiri 2 jari medial LMCS RIC V,
batas jantung kanan LSD, batas atas RIC II
Auskultasi : bunyi jantung teratur, bunti jantung tambahan (-)
Abdomen : TFU 3 Jari diatas Simphisis
Ekstremitas : Akral hangat, edema (+/+),
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (28 September 2017)
1. HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 12,7 gr / dl
Hematokrit 39 %
2. KIMIA KLINIK
AST (SGOT) 69
Ureum 21
Kreatinin 0,9
3. URINE
Urine Rutin
2. Assessment:
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan, usia 18 tahun, dengan diagnosis P1A0
post partum spontan dengan Eklampsia. Berdasarkan auto dan aloanamnesis dengan suami pasien,
pasien kejang sebanyak 4x, setiap kali kejang kurang lebih selama 2-3 menit, selama kejang pasien
tidak sadar. Pada saat di IGD Pasien juga sempat mengalami kejang selama 1-2 menit. 20 hari
sebelumnya pasien melahirkan anak pertama secara spontan di klinik Amira Cikarang. Menurut
Pengakuan Pasien sebelumnya di rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan
nyeri ulu hati. Pasien mengatakan memiliki tekanan darah tinggi sejak usia kehamilannya
memasuki 8 bulan. Selama kehamilan, pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan
sebanyak 4 kali, pasien juga melakukan vaksinasi Tetanus Toxoid sebanyak 3 kali. Sebelumnya
pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi sebelum hamil. Riwayat darah tinggi pada keluarga
juga disangkal. Riwayat nyeri ulu hati, pengelihatan buram selama kehamilan disangkal. Riwayat
kejang selama kehamilan disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 160/00 mmHg, nadi 100 kali/menit, nafas 24 kali/menit, dan suhu 36,7oC.
DIAGNOSIS
P1A0 post partum dengan Eklampsia
3. Plan:
PENATALAKSANAAN
MgSo4 40% 4gr bolus IV
IVFD RL + Mgso4 40% 6gr drip 10 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Amlodipin tab 1 x 5 mg
O2 Nasal Kanul 4l/menit
Konsultasi SpS
FOLLOW UP
28 September 2017
O/
KU Kes TD Nd Nfs T
Laboratorium
Albumin : 1(+)
P/
IVFD RL + Mgso4 40% 6gr drip 10 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Amlodipin tab 1 x 5 mg
O2 Nasal Kanul 4l/menit
Fenitoin 2 x 100 mg
CT Scan kepala non kontras
29 September 2017
S / keluhan (-)
O/
KU Kes TD Nd Nfs T
Lab :
Hb : 11,9 g/dl
Ht : 29 g/dl
LED : 7mm/jam
Hematokrit : 39%
GDS : 92
Albumin : 1(+)
Hasil CT Scan Non kontras : tidak tampak lesi intra kranial, tidak tampak sinusitis dan
mastoiditis
EDUKASI
ANC pada ibu hamil harus dilakukan secara teratur sehingga adanya gejala preeklampsi
dapat terdeteksi secara dini dengan demikian timbulnya gejala yang lebih berat (eklampsi)
dapat dihindari.
Perbaikan intake ibu, tinggi protein, tinggi kalori, balans cairan seimbang 2000 cc/24 jam.
Pemberian terapi anti kejang bila terjadi kejang berulang
TINJAUAN PUSTAKA
Eklampsia, yang dianggap sebagai komplikasi preeklamsia berat, umumnya didefinisikan
sebagai onset baru dari aktivitas kejang tonik-klonik (grand mal seizure) yang dapat disertai
dengan koma selama kehamilan atau setelah melahirkan pada wanita yang sebelumnya telah
memiliki tanda-tanda atau gejala preeclampsia. Kriteria minimum untuk mendiagnosis
preeclampsia-eklampsia adalah adanya hipertensi proteinuria dan kejang. Dan delayed eklamsia/
eklamsia postpartum merupakan serangan kejang yang terjadi setelah 48 jam dan kurang dari 4
minggu setelah melahirkan.
Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum (antepartum),eklampsia
partuirentum (intrapartum), dan eklampsia puerperale (postpartum), berdasarkan saat timbulnya
serangan. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati
kelahiran.
Berdasarkan timbulnya serangan eklampsia, eklampsia dibedakan menjadi 3.
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi)
kejadian 50 % sampai 60 %
serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan.
Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu.
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
Kejadian jarang
Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir, umumnya
terjadi sampai 6 minggu pasca persalinan
Manifestasi Klinis
Eklampsia dapat terjadi pada masa antepartum (eklampsia gravidarum) yang terjadi
sekitar 60%, intrapartum (eklampsia parturientum) yang terjadi sekitar 30%, dan postpartum
(eklampsia puerperium) sekitar 10%.
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah
mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku
karena kontraksi otot yang menyeluruh
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik
penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang,
dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang
pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan
sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma
setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera
pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus – kasus yang berat, keadaan koma
berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya.
Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang
lama bahkan kematian.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg. Tekanan
darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan
beberapa organ.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisa : pada pemeriksaan urin dapat ditemukan proteinuri ≥ 0,3g protein dalam urin 24
jam (atau +1 pada uji dipstick) yang dapat mengarahkan kita pada diagnosis preeklampsia.
Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, Bilirubin, LDH
USG Obstetrik
Penatalaksanaan
Sebagian regimen eklampsia yang digunakan mempunyai dasar fisiologi yang sama,
prinsip-prinsipnya mencakup :
1. Pengendalian kejang dengan magnesium sulfat intravena dosis bolus. Terapi magnesium
sulfat ini di lanjutkan dengan
infuse kontinu atau dosis bolus intramuskular dan diikuti
oleh suntikan intramuskular berkala
2. Pemberian obat antihipertensi oral atau intravena intermiten utnuk menurunkan tekanan
darah apabila tekanan diastolik
dianggap terlalu berbahaya. Sebagian dokter mulai
mengobati pada saat tekanan diastolik mencapai 100 mmHg
3. Menghindari diuretik dan pembatasan cairan intravena kecuali apabila pengeluaran cairan
berlebihan
4. Pelahiran.
• LOADING DOSE
– Tersedia antidotum: kalsium glukonas 10% 1gram (10% dalam 10cc) diberikan IV
3menit
WHO Recommendations for the Use of Magnesium Sulphate at the Primary Health Care
Level (May 2006)
Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of Physicians of Ireland
Mencegah eklampsia
Terapi magnesium sulfat lebih baik daripada fenitoin dalam mencegah kejang
eklampsia. Masih terus terjadi silang pendapat mengenai apakah magnesium sulfat profilakis perlu
diberikan secara rutin kepada semua wanita bersalin yang mengalami hipertensi. Perdebatan saat
ini berpusat pada wanita preeklamptik mana yang perlu diberi profilaksis. Manfaat magnesium
sulfat profilaktik bagi wanita dengan preeklampsia ringan masih diperdebatkan karena resiko
eklampsia yang diperkirakan adalah 1 dalam 100 atau kurang. Witlin dan Sibai baru-baru ini
mengulas bukti efektivitas magnesium sulfat untuk mengobati dan mencegah kejang akibat
gangguan hipertensi pada kehamilan. Mereka menyimpulkan bahwa walaupun magnesium sulfat
jelas bermanfaat bagi wanita preeklampsia berat dan eklampsia, perlu tidaknya pemberian
profilaktik bagi wanita dengan penyakit ringan masih belum jelas.
Komplikasi
Komplikasi eklamsia secara umum pada ibu dan janin yang terberat ialah kematian ibu
dan janin. Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan
eklampsia (ibu dan janin) :
1. Solutio Plasenta.
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada
preeklampsia.
2. Hipofibrinogemia.
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.
3. Hemolisis.
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak
berwarna menjadi merah.
4. Perdarahan Otak.
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia
5. Kelainan mata.
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu.
6. Edema paru.
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.
7. Nekrosis hati.
Nekrosis periportal pada preeklampsia, eklapmsia merupakan akibat vasopasmus anterior
umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia.
8. Sindrome Hellp.
Hemolysis, elevated liver enymes dan low platelete.
9. Kelainan ginjal.
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial
tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.