Anda di halaman 1dari 18

MINI RISET

PANCASILA

Berbagai Kasus LGBT Marak di Indonesia dan


Mancanegara

DISUSUN OLEH :
NAMA : WIDYA ROHMADHANI DAULAY
NIM : 4163141052
KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI D 2016
Dosen Pengampu : Sri Wiratma

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dewasa ini, studi-studi akademis mengenai fenomena LGBT atau Lesbian,
Gay, Biseksual dan Transgender telah semakin ramai. Hal tersebut dipicu oleh
banyaknya fenomena pemberitaan maupun aktivitas dari anggota LGBT sendiri.
Kemudian diangkatnya wacana atau sosok LGBT dalam media populer sehingga
masyarakat semakin familiar. Hal tersebut turut meramaikan pembahasan LGBT
sekarang ini.
Pada abad 18 dan 19 Masehi beberapa negara mengkategorikan aktivitas
homoseksual merupakan suatu tindak kriminalitas sebagai kejahatan sodomi.
Perilaku pada hubungan seks sesama jenis atau yang disebut homoseksual ini tidak
dapat diterima secara sosial dan masyarakat. Situasi dan kondisi ini membuat
komunitas dan kehidupan sosial homoseksual hidup secara rahasia dan tertutup agar
tidak diketahui oleh orang lain dan tidak dianggap dimasyarakat, beberapa orang
kemudian mulai memperjuangkan kaum homoseksual. Gerakan Free Love yang
membangkitkan kaum feminis dan kebebasan hidup juga turut memperjuangkan
kaum homoseksual kepada publik.
Di Indonesia sendiri memang belum ada data statistik pasti tentang jumlah
LGBT, dikarenakan tidak semua kalangan LGBT terbuka dan dengan mudah
mengakui orientasinya. Jumlah gay di Indonesia mencapai angka 20.000 orang,
sedangkan para ahli dan PBB menyebutkan peningkatan jumlah gay dari tahun
2010 diperkirakan 800 ribu menjadi 3 juta pada tahun 2012. Di Jakarta diperkirakan
terdapat sekitar 5 ribu gay dan di Jawa Timur terdapat 348 ribu gay dari 6 juta
penduduk Jawa Timur. Perkembangan jumlah tersebut juga diiringai dengan
semakin banyaknya organisasi-organisasi terkait komunitas tersebut. Gerakan yang
mendorong penerimaan keberadaan mereka juga semakin gencar di kampanyekan
di dunia. Saat ini beberapa kaum homoseksual sudah tidak malu untuk membuka
diri kepada masyarakat.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belalang yang telah dipaparkan sebelumnya disebutkan
bahwa kaum LGBT mulai menunjukkan dirinya ke permukanan dengan kata lain
mereka ingin membuat sebuah dorongan kepada masyarakat agar dapat menerima
keberadaan mereka. Sementara itu, di Indonesia sendiri merupakan negara yang
berlandaskan atas Pancasila. Pancasila merupakan tatanan kehidupan seluruh rakyat
Indonesia dimana di dalam Pancasila tersebut terdapat nilai keagamaan. Agama
jelas menentang keras keberadaan kaum minoritas ini.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat LGBT di negara NKRI serta membahas bagaimana solusi efektif yang akan
di lakukan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi masalah komunitas
LGBT yang sedang marak diperbincangkan.

1.4 Pelanggaran
LGBT adalah singkatan dari “lesbian, gay, biseksual, transgender” istilah
ini digunakan sejak tahun “ 1990-an menggantikan frasa “komunitas gay” karena
istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.
Berita :
Liputan6.com
4 Kasus LBGT di Indonesia yang disorot Dunia

Liputan6.com, Jakarta - Penggerebekan diduga pesta seks gay di Kelapa Gading,


Jakarta Utara, mengagetkan masyarakat Indonesia. Sebab, ada lebih dari 100 orang
yang ditangkap aparat. Foto-foto yang beredar liar dari lokasi kejadian
memperlihatkan tubuh-tubuh tersangka yang nyaris telanjang. Kasus tersebut
ternyata tidak hanya menjadi pemberitaan di Tanah Air. Beberapa media asing
menyorot tajam hal tersebut. Tak sedikit yang menerbitkan artikel bernada
menyayangkan sikap aparat.
Tak cuma pesta gay Kelapa Gading. Beberapa kasus tekait lesbian, gay, biseksual,
dan transgender (LGBT) yang terjadi di Indonesia juga disorot dunia.

Dirangkum dari beberapa sumber berikut 4 kasus LGBT Indonesia yang


mengejutkan dunia:

1. Pesta Gay Kelapa Gading

Gambar 1.1 Sejumlah orang yang ditangkap saat penggerebekan PT. Atlantis Jaya di
Ruko Kokan Permata Blok B 15-16 Kelapa Gading Rt15/RW 03 Kelapa Gading Barat,
Jakarta, Senin (22/5). (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Insiden penggerebekan 141 pria diduga homoseksual, di ruko yang diduga


sebagai lokasi pesta seks gay di Kelapa Gading, Jakarta Utara menjadi sorotan
dunia. Media asing dari beberapa benua turut menyoroti peristiwa tersebut. Dari
Asia, artikel berjudul 'Indonesian police arrest 141 men in Jakarta over 'gay party'
digunakan oleh media Singapura New Straits Times untuk melaporkan pesta
tersebut. Sementara dari Australia, ABC News, melaporkan insiden itu dengan
'Indonesia police arrest dozens in raid on Jakarta gay sauna'. "Setelah
penggerebekan di Jakarta pada Minggu malam, polisi merilis beberapa gambar laki-
laki bertelanjang dada yang ditahan polisi di situs berita lokal. Aktivis hak asasi
manusia mengkhawatirkan teman-teman dan keluarga yang mengenali," tulis media
Amerika Serikat New York Times dengan judul 'Indonesia Police Arrest 141 Men
Accused of Having Gay Sex Party' yang dikutip Senin (22/5/2017). Dalam artikel
berjudul 'Indonesian police arrest 141 men over 'gay sex party', BBC mengupas soal
pesta gay tersebut, termasuk biaya Rp 185 ribu yang harus dibayar para pengunjung
yang juga datang dari Singapura dan Inggris.

2. Hukum Cambuk Pasangan Gay di Aceh

Gambar 2.1 Kasus pasangan gay ini baru pertama kali ditemukan setelah Qanun Nomor
6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat berlaku. (Liputan6.com/Windy Phagta).

Terdakwa pasangan gay (liwath) berinisial MH (20) dan pasangannya, MT


(24), menjalani 80 kali hukuman cambuk di depan umum. Eksekusi hukuman
cambuk itu dilaksanakan pada Selasa (23/5/2017) di halaman Masjid Syuhada,
Lamgugob, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Pasangan sejenis itu didakwa
melanggar Pasal 63 ayat 1 juncto Pasal 1 angka 28 Qanun Nomor 6 Tahun 2014
mengenai hukum jinayah. Pasal itu berbunyi, "Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan perbuatan liwath diancam hukuman paling banyak 100 kali cambuk atau
denda paling banyak 1.000 gram emas murni atau penjara paling lama 100 bulan."
Kasat Pol PP dan WH Kota Banda Aceh, Yusnardi, menyatakan kasus liwath atau
hubungan sesama jenis itu baru pertama kali ditemukan setelah Qanun (Peraturan
Daerah di Aceh) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayah mulai berlaku. "Ya,
mungkin masyarakat di luar (Aceh) merasa asing (dengan peraturan Qanun Jinayah
di Aceh), karena memang perbuatan liwath ini di luar tidak terlalu diatur ya. Namun
karena kekhususan Aceh, dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Syariat Islam yang dengan rinci mengatur soal ini," ujar Yusnardi.
Kejadian ini disorot media asal Inggris BBC. Mereka menulis artikel
berjudul 'No place to hide for LGBT people in Indonesia's Aceh province' untuk
membahas kejadian tersebut.

3. Pernikahan Gay di Bali

Gambar 3.1 Pernikahan sejenis di Bali dan gay menjadi bahan perbincangan netizen dua
hari terakhir.

Pada September 2015, warga Bali dihebohkan dengan pernikahan pasangan


dua pria di sebuah hotel di daerah Ubud Kabupaten Gianyar, Bali. Pernikahan itu
dihadiri seorang pemangku (pemimpin upacara agama Hindu) dan dihadiri oleh
kedua orang tua salah satu mempelai pasangan sejenis itu. Ulah pasangan beda
warga negara ini membuat Gubernur Bali Made Mangku Pastika naik pitam. "Ndak
boleh itu, di mana itu. Menurut agama Hindu sangat dilarang itu. Makannya pingin
tahu dimana persisnya lalu kita tegur. Kita sampaikan ke Majelis Desa Pakraman
atau Majelis Desa Madya. Saya kira itu benar-benar satu aib lagi," tegas Made
Mangku, seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Selasa (15/9/2015).
Kontroversi tersebut mengundang pemberitaan dari media asing. Salah
satunya berasal dari Australia, News.com.au. Dalam satu artikelnya, media
menuliskan judul 'Controversy after gay marriage wedding in Bali' sebagai tajuk
pemberitaannya. Mereka menuliskan dari laporan yang mereka terima
kemungkinan besar pasangan itu berasal dari Amerika Serikat dan Indonesia.

4. Pesta Gay di Surabaya

Gambar 4.1 Kaum Gay dan Transgender Paling Berisiko HIV/AIDS?

Pada awal Mei masyarakat Surabaya dikejutkan dengan pesta gay yang
diduga dilakukan di dua kamar di Hotel Oval Surabaya. Pesta seks gay di Ruang
203 dan 314 itu digerebek jajaran unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA)
Polrestabes Surabaya, Minggu 30 April 2017. Dalam kejadian tersebut sebanyak 14
orang ditangkap. Satreskrim Polresta Surabaya bekerja sama dengan Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menggelar tes Infeksi Menular Seksual (IMS)
terhadap belasan peserta pesta itu. Dari hasil tes itu ditemukan fakta mengejutkan.
Di mana lima dari 14 orang peserta pesta seks gay itu positif mengidap Human
Immunodeficiency Virus (HIV). "Berdasarkan pemeriksaan dari lima di antara
empat belas peserta yang menggelar party itu dinyatakan positif HIV. Hasilnya
sungguh mengejutkan," kata Kasat Reskrim Polresta Surabaya, AKBP Shinto
Silitonga.
Peristiwa ini disorot oleh kantor berita Prancis AFP. Mereka menulis judul
pemberitaan Indonesian Men Facing 15 Years In Prison For 'Gay Party'. Mengutip
pernyataan Shinto dua orang yang diduga pelaksana pesta seks tersebut terancam
hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Di Indonesia pernikahan sejenis melanggar Pasal 1 Ayat 1 Undang Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam undang-undang itu disebutkan
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami-istri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyajian data


Diatas merupakan kutipan singkat berita 4 kasus LGBT di Indonesia yang
tersorot masuk berita negara-negara dunia. Maraknya pemberitaan atas mulai
muculnya komunitas minoritas LGBT kepada khalayak umum tanpa rasa malu,
mengunjuk rasakan aspirasi mereka tentang homoseksual adalah sebuah hak azasi
manusia. Berdasarkan kasuh diatas ada 4 masalah homoseksual yang terjadi di
Indonesia yang ikut di sorot oleh negara-negara tetangga. Berawal dari kasus
terbongkarnya pesta gay di kelapa gading yang mengungkap semua rasahia pesta
sex gay 1 tahun terakhir dengan biaya tarif yang menarik khususnya anak-anak
dibawah umur. Kemudian disusul berita yang beerdar bahwa terjadi pernikahan gay
di bali disertai resepsi yang sakral dan disaksikan kedua orangtua mempelai. Hal
ini sangat tabu dimasyarakat sehingga Gubernur Bali Made Mangku pastikan akan
diselidiki kebenaran berita ini, Karena hal tersebut tidak boleh dilaksanakan di bali
apalagi membawa agama hindu. Beralih dari semarak kabar tersebut, muncul
kembali berita yang mengejutkan bahwa terjadinya pesta Gay di Surabaya. Pada
pesta gay di Surabaya ini hampir sama dengan pesta gay di kelapa gading, cuman
yang membedakan bahwa pesta ini dilaksanakan di kamar eksekutif hotel yang
tediri dari 2 kamar. Pencetus nya adalah kelompok gay itu sendiri yang
menyebarkan undangan melalui media social.
Beranjak dari peristiwa seks homoseksual tersebut, di aceh juga terjadi
perlakuan homoseksual. Tepatnya pada tanggal 23 Mei 2017, dilaksanakannya
hukum cambuk terhadap pasangan gay di aceh dengan pukulan cambuk sebanyak
85 kali, lima algojo secara bergantian melakukan eksekusi.
2.2 Pembahasan (penyimpangan yang dilakukan, perbandingan terbalik
dengan nilai2 pancasila, uu, kpk)
Pada dasarnya dalam konteks negara hukum Indonesia, kita harus
menimbang segala perilaku bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa dalam
kacamata hukum. Artinya, antarwarga negara dapat saja berbeda pendapat dalam
suatu hal. Namun, hal tersebut harus dikembalikan pada kajian hukum untuk
mendapatkan ‘status yuridis’-nya: apakah dapat dibenarkan ataukah tidak. Taat
pada norma hukum positif (norma hukum yang sedang berlaku) adalah suatu
konsesi patriotisme yang paling utama sebagai sendi-sendi perilaku konstitusionalis
dalam bernegara. Sebab dari sanalah dapat keadilan, ketertiban umum, dan
kepastian hukum.
Bagi setiap warga negara Indonesia, isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender (LGBT) adalah hal yang tabu di masyarakat. LGBT saat ini lebih dari
sekadar sebuah identitas, tetapi juga merupakan campaign substance and cover atas
pelanggengan Same Sex Attraction (SSA). Perilaku LGBT dimulai dari suatu
preferensi homoseksual, kemudian mewujud dalam perbuatan homoseksual, lalu
pada akhirnya melekat dalam bentuk perjuangan untuk diterima sebagai perilaku
normal dalam membentuk institusi keluarga.
Preferensi homoseksual itu hadir dalam keyakinan atas aktualisasi diri,
pemikiran berisi pembenaran preferensi tersebut, dan keinginan yang mendorong
untuk merealisasikannya. Perbuatan homoseksual itu mewujud dalam hubungan
interpersonal sesama homoseksual. Selanjutnya, pembentukan keluarga LGBT
adalah fase paling mutakhir dalam melanggengkan kedua perilaku yang lainnya,
baik preferensinya maupun perbuatannya sebagai homoseksual.
Perilaku LGBT pada gilirannya akan mendorong hadirnya pemahaman
yang menyimpang tentang seksualitas. Dikatakan menyimpang karena tidak dapat
menyatukan antara keinginannya dengan prinsip-prinsip dasar kehidupan, sehingga
terjadi gangguan keberfungsian sosial. Faktanya, tidak ada satu pun agama, nilai
kemanusiaan, atau nilai kemanfaatan manapun yang membenarkan perilaku
demikian.
Oleh karenanya, perilaku seksual adalah hal yang diatur secara ketat dalam
suatu ikatan perkawinan. Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 merumuskannya
sebagai:
“Ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita dengan tujuan membentuk
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa“
Perilaku seksual hanya diwadahi dalam perkawinan yang merupakan
“ikatan lahir batin” yang bertujuan membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Ia bukan sekedar catatan sipil, tapi lebih dari itu adalah pengurusan
sebuah tatanan kemasyarakatan.
Mengutip permasalahan melebar ketika perilaku LGBT dihubungkan
dengan hak-hak lainnya sebagaimana rilis yang dimuat Komnas HAM pada 4
Februari 2016. Secara mutakhir, rilis Komnas HAM tersebut merujuk Peraturan
Menteri Sosial No. 8 Tahun 2012 tentang Pendataan dan Pengelolaan Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial. Dengan alasan pembelaan atas hak berkumpul dan hak atas rasa aman kaum
LGBT, Komnas HAM melayangkan “teguran” kepada para pejabat negara yang
dianggap memberikan pernyataan “naif”. Komnas HAM beranggapan bahwa
LGBT adalah komunitas yang diakui oleh negara. Mungkin, Komnas HAM lupa
bahwa konteks Peraturan Menteri bukan dalam preferensi pembelaan tapi
perlindungan. Dengan ini, kaum minoritas LGBT mulai berani menampakkan diri
ke permukaan, yang memuat unjuk rasa berupa stop bullying LGBT.
Adapun hal-hal yang mendasar dilarangnya LGBT di Indonesia :
1. Aktivitas LGBT telah diharamkan dalam Islam dan agama-agama lainnya,
walaupun hanya sekedar mengampanyekannya.

2. Aktivitas LGBT bertentangan dengam Pancasila sila 1 dan sila 2, UUD


1945 khususnya pasal 29 ayat (1) dan pasal 28 dan UU No 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan.

3. Aktifitas LGBT bertentangan dengan fatwa MUI Nomor 57 Tahun 2014


yaitu tentang Lesbian, Gay, Sodomi, dan Pencabulan. Dalam fatwa ini
dinyatakan bahwa homoseksual, baik lesbian maupun gay dan sodomi
hukumnya adalah haram. Dan merupakan bentuk kejahatan (jarimah) oleh
karena itu kapada pelakunya dapat dikenakan hukuman “hadd atau ta’zir”
oleh pihak berwenang. Dan, fatwa MUI tahun 2010 tentang transgender.

4. Aktivitas LGBT juga adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi
kesehatan dan dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular, seperti
HIV/AIDS.

2.3 Solusi (R.Ide)


Bagi setiap warga negara Indonesia, isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender (LGBT) dalam konteks yang paling sederhana, setidaknya dapat
dipetakan dalam tiga taraf logis dengan menjawab serangkaian pertanyaan.
Pertama, apakah perilaku LGBT dapat dibenarkan, Kedua, apakah norma hukum
Indonesia menerima pelanggara perilaku LGBT, Ketiga, bagaimana cara
penegakan hukum tersebut. Telah nyata bahwa wahyu Tuhan mengutuk perilaku
homoseksual. Juga tidak akan ada akal sehat yang membenarkannya, tidak akan ada
pandangan berwawasan kebangsaan yang akan membelanya. Di luar itu, cuma akal
dan pandangan yang bertekuk lutut di bawah hasrat pemenangan diri sendiri. Sebab,
satu-satunya nilai kemanusiaan dari perilaku seksual adalah pemeliharaan generasi.
Beberapa peristiwa tindak penyimpangan orientasi seksual dilakukan oleh
kalangan LGBT melalui praktik pornografi dan adopsi anak. Mereka menyebarkan
perilaku LGBT tersebut melalui media internet sehingga diharapkan menjadi
sesuatu yang lazim dan legal di tengah masyarakat. Semakin banyaknya pornografi
penyebaran LGBT tersebut jika tidak dicegah akan menimbulkan efek penyebaran
LGBT yang cepat. Melalui kamuflase adopsi anak, para pelaku LGBT juga leluasa
mempraktikkan perilaku LGBT. Untuk mencegah hal tersebut, negara telah
menetapkan pencegahan penyimpangan orientasi seksual dan menjelaskannya
dalam Undang-undang No. 44 tahun 2008 tentang pornografi dan telah
memasukkan istilah “persenggamaan yang menyimpang” sebagai salah satu unsur
pornografi. Dalam penjelasan pengertian istilah ini mencakup antara lain
“persenggamaan atau aktivitas seksual lainnya dengan mayat, binatang, oral seks,
anal seks, lesbian, dan homoseksual.” Dalam pencegahan penyimpangan LGBT
melalui praktik adopsi anak, negara juga telah mengantisipasi motif perbuatan
tersebut melalui Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang Adopsi yang
secara secara tegas menetapkan bahwa orang tua yang mengadopsi tidak boleh
pasangan homoseksual. Demikian pula adopsi oleh orang yang belum menikah
tidak diperkenankan.
Jadi, secara terang, perilaku LGBT sebagaimana halnya pemerkosaan,
perzinahan/ perselingkuhan, dan seks bebas sama sekali tidak mendapat tempat
dalam payung hukum Indonesia. Kesemuanya itu bukan hanya jahat kepada satu
atau dua orang, tetapi juga kejahatan bagi pemuliaan generasi. Perilaku tersebut
secara jelas menghilangkan satu-satunya nilai kemanusiaan dari perilaku seksual
yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa. Yang dimana Indonesia merupakan
negara yang berpedoman Pancasila, dan di dalam Pancasila sila I (pertama) memuat
bahwa masyarakat Indonesia wajib memeluk agamanya masing.
Bertalian dengan hukum dan landasan negara yang menolak tegas LGBT,
namun penyebaran LGBT akan tetap dapat terjadi jika diri dan lingkungan terdekat
termasuk keluarga menjadi pintu penyebaran LGBT. Disini keluarga berperan
dalam upaya pencegahan penularan perilaku LGBT dengan cara :
− Menuntun anak untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME
− Menanamkan rasa malu kepada anak
− Menanamkan kepada anak jiwa maskulinitas dan feminitas
− Menjauhkan anak-anak dari rangsangan seksual dengan upaya preventif,
yaitu pengawasan baik kedalam (internal) maupun keluar (eksternal).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tingkat pola pikir masyarakat Indonesia menjadi pusat ukur kemajuan negara.
Pola pikir yang baik diperoleh dari jasmani yang baik. Kesehatan jiwa dan mental
juga ikut mendukung. Penyimpangan perlakuan yang tidak wajar berupa adanya
rasa homoseksual bukan hetertoseksual sangat berpengaruh terhadap diri dan
lingkungan social. Kelainan ini biasanya terjadi karena beberapa faktor yang
biasanya dibawah tekanan social yang memicu perubahan kebutuhan biologisnya
dari heteroseksual kearah Heteroseksual. LGBT yang disingkat dari Lesbian, Gay,
Biseksual dan Transgender sudah menjadi sangat popular dan terbuka di dunia
disebabkan adanya Hak Asasi Manusia yang menopang berdirinya komunitas ini di
Indonesia.
Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila sebagai dasar negara.
Pancasila memuat nilai-nilai norma yang digali berdasarkan jadi diri bangsa dan
leluhur atas kesamaan latar belakang. Pancasila itu sendiri memuat 5 sila, yang
diamana sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa”. Berdasarkan sila
tersebut menandakan bahwa Indonesia adalah negara yang menjungjung tinggi
agama. Di dalam agama dinyatakan secara tegas bahwa LBGT adalah perbuatan
yang di haramkan artinya tidak untuk di kerjakan ummatnya karena dapat membuat
dosa besar. Hal inilah yang mendasari LGBT di larang di Indonesia, sebab LBGT
itu sendiri dapat merusak tatantan hukum dan dasar negara Indonesia yang telah
dibangun bersusah payah oleh the founding fathers Indonesia. Jika tidak di cegat
pergerakan komunitas ini, akan berdampak buruk terhadap generasi Indonesia, dan
jika Indonesia generasinya rusak maka rusak jugalah program pembangunan di
Indonesia.

3.2 Saran
Kaum Homoseksual LGBT (Lesbian. Gay, Biseksual dan Transgender) harus
lebih-lebih banyak mendekatkan diri kepada pencipta dan memagang teguh agama
yang dianut. Dan harus berfikir logis bahwa tidak ada keuntungan apapun yang
didapat dari kegiatan yang dilakukan kaum homoseksual dan LGBT, sebab itu
hanya menimbulkan dampak negative yang tak terhitung banyaknya baik dalam
kesehatan diri dan lingkungan social.
DAFTAR PUSTAKA

Suherry, Edward Mandala, dkk.2016. Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender


(LGBT) dalam Perspektif Masyarakat dan Agama. Jurnal Aristo. Vol.4 No.2.
Program Studi Ilmu Pemerintahan, STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang
Yudiyanto.2016. Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di
Indonesia Serta Upaya Pencegahannya. NIZHAM. Vol. 05 No. 01. STAIN
Jurai Siwo Metro Lampung
Pintobtang, Sompit., and Bualar, Theeraphong.2012. Gay Inmates and Sexual
Intimacy Behind Bars: Evidence from Thailand. Academic Research
International. Vol. 2, No. 1.
Nama, Nassr., Paul MacPhersonb dkk.2017. Mahasiswa kedokteran “persepsi
lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) diskriminasi lingkungan
belajar dan tingkat kenyamanan yang dilaporkan untuk merawat pasien
LGBT. Medical Education Online. vol. 22, 1368850

Anda mungkin juga menyukai