Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

HUJAN ASAM

DISUSUN OLEH :
Kelompok V
Saripahyani Siregar
Siti Hardiani Nasution
Sri Malem Tarigan
Tio Silvia Silitonga
Yolinda Br Ginting
Widya Rohmadhani Daulay

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
I. JUDUL PRAKTIKUM : Dampak Hujan Asam
II. TUJUAN :
1. Mampu menjelaskan pengertian hujan asam
2. Mampu menjelaskan mekanisme terjadinya hujan asam
3. Mampu menjelaskan solusi untuk mengatasi dampak hujan asam

III. TINJAUAN TEORITIS :

Air hujan normal memiliki pH sekitar 5,7. Hujan asam terjadi dengan pH
kurang dari 5,7. Dikarenakan larutnya karbondioksida dalam hujan menjadi asam
karbonik ditambah gas sulfur oksida dan nitrogen oksida. Gas-gas tersebut
merupakan limbah pembakaran minyak, batu bara, peleburan, dan industri lain.
Danau dan sungai memiliki daya buffer tertentu yang terbatas, sehingga jika pH
mencapai 5,0 atau kurang dapat menyebabkan kematian ikan dan organisme air
tertentu. Akibat lain jika hujan asam mencapai tanah maka logam-logam (terutama
alumunium) terlepas dari ikatan dalam senyawa di tanah. Logam tersebut bersifat
racun bagi organisme meskipun pada kadar yang rendah. (Anwar,1984)

Hampir semua proses pengasaman menyebabkan kerusakan lingkungan


berasal dari sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx) yang dilepaskan dalam
bentuk gas ketika bahan bakar fosil terutama batu bara dibakar. Oksida-oksida ini
berubah menjadi sulfit dan asam nitrat kemudian menjadi sulfat dan nitrat. Asam
larut dalam bentuk titik air dan akhirnya turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan.
Sebagian besar air alam, termasuk hujan dan salju mengandung asam karena
senyawa-senyawa yang terjadi secara alamia. (Silver and Ruth, 1992)

Sulfur dioksida(SO2) adalah pencemaran yang utama di atmosfer yang


bereaksi dengan pencemar lain membentuk senyawa yang dapat menyebabkan
hujan asam. Hujan asam dapat merusak pertanian dan peternakan. Konsentrasi
oksida terbesar berasal dari emisi pembakaran batu bara, kedua breasal dari emisi
proses industri. Oksida nitrogen (NOx) merupakan pencemaran utama yang paling
banyak dijumpai di udara. Jenis oksida bersama dengan hidrokarbon dapat
menimbulkan “ kabas fotokimia ”dan jika bereaksi dengan uap air di udara akan
mebentuk asam nitrat yang menyebabkan hujan asam. Sumber utama oksida
nitrogen (NOx) adalah kendaraan bermotor dan stasiun pembangkit energi dan
generator. (Tjasyon, 1999)

Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan masalah


urban kini mulai berubah, hal ini terjadi setelah adanya fakta turunnya hujan asam
dan pencemaran udara regional atau lintas batas lainnya. Atmosfer dapat
mengangkut berbagai zat pencemar ratusan kilometer jauhnya sebelum
menjatuhkannya kepermukaan bumi. Dalam perjalanan jarak jauh ini, atmosfer
bertindak sebagai reaktor kimia yang kompleks merubah zat pencemar setelah
berinteraksi dengan substansi lain, uap air dan energi matahari. Pada kondisi
tertentu sulfur oksida (SOX) dan nitrogen oksida (NOx) hasil pembakaran bahan
bakar fosil akan bereaksi dengan molekul-molekul uap air di atmosfer menjadi
asam sulfat (H2SO) dan asam nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun kepermukaan
bumi bersama air hujan yang dikenal dengan hujan asam. Hujan asam telah
menimbulkan masalah besar di daratan Eropa dan Amerika serta Negara Asia
termasuk Indonesia. Dampak negatif dari hujan asam selain rusakknya bangunan
dan berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam, juga terjadinya kerusakan
lingkungan terutama pengasaman (acidification) danau dan sungai. Ribuan danau
airnya telah bersifat asam sehingga tidak ada kehidupan akuatik, dikenal dengan
“danau mati”. Hujan asam telah melanda wilayah di Indonesia. Pemantauan hujan
asam yang dilakukan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) di tiga kota di
indonesia.apabila dibandingkan dengan nilai ambang batas pH yang masih
diijinkan bagi lingkungan hidup, maka tingkat keasaman air hujan dijakarta sudah
mendekati nilai kritis. Air hujan dengan pH 5.6 dapat menimbulkan kerusakan
berbagai jenis logam termasuk terjadinya perkaratan dan merusak tambak-tambak
ikan mengakibatkan hasil panen berkurang. (Achmad, 2004 )

Hujan secara alami bersifat asam dengan pH sedikit di bawah 6 dan


karbondioksida (CO2) di udara terbawa dan larut dalam air hujan membentuk asam
lemah. Jenis asam ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral
dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Air hujan dengan
pH<5,6 didefinisikan sebagai hujan asam. Hujan asam dapat disebabkan oleh
proses alam, misalnya emisi gas gunung api dan aktivitas manusia. Dalam tulisan
akan dibahas hujan asam akibat aktivitas manusia. Umumnya hujan asam
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit listrik, kendaraan
bermotor, dan pabrik pengolahan pupuk untuk pertanian (terutama amonia).

Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan
kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan jatuh kepermukaan bumi.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi
dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap
yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan
asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara akan
masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan yang lebih luas. Sering
terjadi hujan asam didaerah yang jauh dari lokasi sumbernya, daerah pegunungan
cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan ditempat
tersebut. (Bethy, 2010)

Masalah hujan asam terjadi di lapisan athmosfir rendah, yaitu troposfir.


Hujan asam berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem akuatik
dan material. Pembakaran bahan bakar, terutama bahan bakar fosil (BBF)
mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat. Asam itu dapat
dideposisikan dalam bentuk hujan pada hutan, tanaman pertanian, danau dan
gedung sehinggamenyebabkan kerusakan dan kematian organisme hidup. Asam
juga dicurigai mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan. bahan bakar
sebelum dibakar dan pilihan yang paling baik adalah mengikat dan mengubah zat
pencemar dari gas pembuangan yang berasal dari bahan bakar. Untuk mengurangi
kerugian itu diperlukan usaha untuk mengurangi pencemaraman udara dengan
mempunyai kadar belerang rendah, mengurangi kadar belerang dalam pembakaran
BBF dengan menghemat energi, seperti pengembangan transportasi umum.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Nama Alat Jumlah
Botol aqua kosong 6 buah
Beaker glass 1 buah
pH indikator 3 buah

B. Bahan
Nama Bahan Jumlah
Perasan air jeruk nipis 600 ml
Kapus batangan 3 buah
Air 100 ml
Cuka 25% 2 botol
Bunga kamboja 1 kuntum
Daun kamboja 1 buah
Kain kasa secukupnya

V. PROSEDUR KERJA

Kegiatan A
1. Mengisi botol pertama sebanyan 100 ml perasan air jeruk nipis.
2. Mengisi botol kedua sebanyak 100 ml cuka 25%.
3. Mengisi botol ketiga sebanyak 100 ml air.
4. Mengukur pH larutan I, II, dan III dengan menggunakan pH indikator.
5. Lalu memasukan sepotong kapur batangan dengan ukuran 5 cm kedalam
masing-masing botol.
6. Mengamati pada larutan manakah kapur batangan yang paling mudah larut
dan pada bagian larutan manakah kapur sulit larut.

Kegiatan B
1. Mengisi botol pertama sebanyak 300 ml perasan air jeruk nipis.
2. Mengisi botol kedua sebanyak 300 ml air.
3. Mengukur pH masing-masing larutan.
4. Lalu merendamkan 1 kuntum bunga kamboja pada masing-masing larutan.
5. Mengamati apa yang terjadi pada bunga tersebut setelah 24 jam catat
hasilnya.

Kegiatan C
1. Mengamati tanaman yang berdaun lebar.
2. Mengukur pH cuka dan air yang akan digunakan untuk mengolesi daun.
3. Lalu mengolesi cuka pada permukaan depan daun.
4. Mengolesi air pada permukaan belakang daun.
5. Mengamati apa yang terjadi pada daun tersebut setelah 24 jam catat
hasilnya.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel kegiatan A

Botol ke- Jenis Larutan pH larutan Kecepatan

I air jeruk nipis 2 4,8 cm/s

II cuka 3 4,8 cm/s

III air 7 4,9 cm/s

Table kegiatan B (kapur)

Botol ke- Jenis larutan pH larutan Keterangan

I Air jeruk nipis 2 Setelah 24 jam, kuntum bunga


yang ada pada larutan cuka
layu, berlahan kehilangan
warna (kuning pucat),
mengalami korosi pada
mahkota bunga dan larutan
cukanya jadi berwarna putih
keruh.

II Air 7 Setelah 24 jam, kuntum bunga


pada botol berisi air agak
mulai layu namun tak selayu
pada botol 1. Air masih tetap
bening.

Table kegiatan C (Daun)

Daun ke- Jenis larutan pH larutan keterangan

I Cuka 3

II Air 7

VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
IX. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah dampak hujan asam berdasarkan analisis percobaan yang
telah kamu lakukan ?
2. Apa akibat yang ditimbulkan dari terjadinya hujan asam ?
3. Bagaimana usahamu untuk mencegah terjadinya hujan asam ?
4. Jelaskan terjadinya hujan asam ?
X. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, J., S.I. Domarik, N. Hisyam, dan A.J. Whitten. 1984. Ekologi
Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Silver, C.S. and S.D. Ruth. 1992. One earth one future. The National
Academy Press, Washington.
Tjyasno,B. 1999. Klimatologi Umum. Institute Tekhnologi Bandung,
Bandung.
Achmad, R, 2004.kimia lingkungan. Yogyakarta : Penerbit CV.Andi.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai