Anda di halaman 1dari 14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Nama : Inggrid Patiung


NIM : 42160009
Dosen Pembimbing Klinik : dr. Arin Dwi Iswarini, Sp. THT-KL, M.Kes

I. IDENTITAS
Nama : An. A
Umur : 7 Tahun
Alamat :
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal periksa : 20 Desember 2017

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pilek berbau.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli THT RS Bethesda dengan keluhan sering pilek dan hidung
sebelah kiri berbau sejak 1 tahun. Orang tua pasien mengatakan ada benda yang
masuk ke hidung pasien saat pasien berusia 3 tahun (4 tahun lalu) yang dicurigai
adalah manik-manik dari gelang putus pasien. Saat kejadian tersebut, pasien
langsung dibawa ke RS lain dan dilakukan pemeriksaan. Namun di RS tersebut
menyatakan bahwa tidak ada benda yang menyumbat, sehingga tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut lagi. Memasuki tahun 2017 orang tua pasien mengatakan
pasien sering pilek, hidung berair dan ada bau tidak sedap dari hidung kiri pasien.
Saat ditanyakan mengenai nyeri, gatal dan sulit bernapas, pasien menyangkal hal
tersebut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Alergi : (-)
 Hipertensi : (-)
 Jantung : (-)
 Diabetes Mellitus : (-)
 Riwayat trauma kepala : (-)
 Keluhan serupa : (-)

0
d. Riwayat Pengobatan
 Riwayat Operasi : (-)
 Riwayat Mondok : (-)
 Riwayat Obat : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Baik
Vital Sign
Nadi : 120x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36oC
BB : 29kg

STATUS GENERALIS
Tidak dilakukan

STATUS LOKALIS
Keterangan Dextra Sinistra

TELINGA

Auricula Deformitas (-), benjolan/massa (-), lesi Deformitas (-), benjolan/massa (--),
kulit (-), hiperemis (-), discharge yang lesi kulit (-), hiperemis (-), discharge
keluar (-), nyeri tekan tragus (-), fistula yang keluar (-), nyeri tekan tragus
pre aurikula (-), nyeri tekan auricular (-), fistula pre aurikula (-), nyeri
(-) tekan auricular (-)

Meatus Akustikus Edema (-), furunkel (-), serumen (-), Edema (-), furunkel (-), serumen (-),
Externus corpus alineum (-) corpus alineum (-)

Membran Timpani Membran timpani utuh, hiperemis (-), Membran timpani utuh, hiperemis
retraksi (-), bulging (-) (-), retraksi (-), bulging (-)

Mastoid Edema (-), nyeri ketok (-) Edema (-), nyeri ketok (-)

1
Keterangan Dextra Sinistra

HIDUNG

Dorsum Nasi
Deformitas (-), krepitasi (-), bekas jejas (-)

Cavum Nasi Discharge (-) Discharge (+), massa (+)

Rhinoskopi Anterior

Vestibulum Nasi Discharge (-), edema (-), hiperemis (-)

Septum Nasi Deviasi septum (-), perforasi (-)

Meatus Nasi Inferior Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (+), discharge
discharge (-) (+)

Konka Inferior Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-), hipertrofi (-)
hipertrofi (-)

Meatus Nasi Media Hiperemis (-), discharge (-), polip Hiperemis (-), discharge (-), polip (-)
(-) dan telihat pucat , edema (-) dan terlihat pucat, edema (-)

Konka Media Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-), hipertrofi (-)

2
hipertrofi (-)

SINUS PARANASAL

Inspeksi Eritem (-), edema (-) Eritem (-), edema (-)

Perkusi Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)

Transluminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

CAVUM ORIS-TONSIL-FARING

Bibir Bibir sianosis dan kering (-), stomatitis (-)

Mukosa Oral Stomatitis (-), warna merah muda

Gusi dan Gigi Warna merah muda, karies dentis (-), ulkus (-)

Lingua Simetris, atrofi papil (-), lidah kotor (-), ulserasi (-)

Atap mulut Ulkus (-)

Dasar Mulut Ulkus (-)

Uvula Tidak ada deviasi pada uvula, hiperemis (-)

Tonsila Palatina T1, tonsil hiperemis (-), detritus T1, tonsil hiperemis (-), detritus
(-) (-)

Faring Hiperemis (-), discharge (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Lengkap + LED

3
CT Scan

4
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Nasal corpus alienum
2. Sinusitis
3. Rinolit
4. Polip Nasal

VI. DIAGNOSIS
Nasal Corpus Alienum

VII. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
Antibiotik : Ceftriaxone.
Antihistamin : Rhinofed.
Oxymetazoline.

5
b. Non Farmakologi
Pasien anak duduk dipangku, badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi agar
tegak dan tidak bergerak-gerak. Dengan rinoskopi anterior sekret diisap benda asing
akan tampak.
- Benda asing pipih : jepit fengan pinset dan tarik
- Bila benda asing bulat : masukkan alat pengait benda asing dan tepi bagian
atas rongga hidung sampai melewati benda asing tersebut, kemudian alat
pengait diturunkan dan ditarik keluar dan dengan demikian benda asing
ikut tertarik keluar.

VIII. PLANNING
 Motivasi pasien untuk kontrol bila terjadi kekambuhan.
 Rujuk ke Sp. THT untuk dilakukan tindakan operatif.

IX. EDUKASI
 Hindari anak dari benda-benda yang dapat masuk ke dalam hidung.
 Menjaga kebersihan.
 Meningkatkan daya tahan tubuh anak agar terhindar dari infeksi.

DASAR TEORI

A. Defenisi
Corpus alienum dapat diartikan sebagai benda asing berupa benda mati atau benda
hidup. Benda asing di dalam organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh, yang dalam keadaan

6
normal tidak ada. Biasanya anak kecil sering memasukan manik-manik atau potongan mainan,
karet penghapus dan sebagainya ke dalam hidung. Kadang-kadang ada lalat yang bertelur di
hidung, dan telurnya menetas menjadi larva. Keadaan ini disebut myasis hidung.

B. Anatomi Hidung

Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung. Piramid
hidung terdiri dari :
1. Pangkal hidung (bridge)
2. Dorsum nasi (dorsum=punggung)
3. Puncak hidung
4. Ala nasi (alae=sayap)
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kulit jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan atau menyempitkan lubabang hidung

7
Kerangka tulang hidung terdiri dari:
a. Tulang hidung
b. Prosesus frontatils
c. Prosesus nasalis

Sedangkan kerangka tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung


1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang di sebut kartilago ala mayor
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
4. Tepi anterior kartilago septum

Fungsi hidung adalah untuk :


1. Jalan napas
2. Alat pengatur kondisi udara (mengatur suhu dan kelembaban udara)
3. Penyaring udara
4. Sebagai indra penghidu (penciuman)
5. Untuk resonansi udara
6. Membantu proses bicara
7. Refleks nasal

C. Klasifikasi
Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing
endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda eksogen padat
terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang
(yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan
lain-lain.
Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia,
dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa sekret
kental, bekuan darah, nanah, krusta, perkejuan, membran difteri, bronkolit dan cairan amnion
yang dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.

8
D. Etiologi dan faktor predisposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas antara
lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal), kegagalan
mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme
dan epilepsi). Faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit neurologik, proses menelan yang belum
sempurna pada anak. Faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi
gigi molar pada anak yang berumur < 4 tahun). Faktor kejiwaan antara lain emosi dan gangguan
psikis. Ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, faktor kecerobohan (antara lain meletakkan
benda asing di dalam mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-
gesa, makan sambil bermain (pada anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak yang
gigi molarnya belum lengkap.

D. Epidemiologi
Semua kasus benda asing yang masuk ke dalam saluran napas dan saluran cerna yang
terjadi pada anak-anak, sepertiga dari benda asing yang teraspirasi tersangkut di saluran napas.
55% dari kasus benda asing di saluran napas terjadi pada anak berumur < 4 tahun. Pada tahun
2000 anak di bawah umur 4 tahun, insidens kematian mendadak akibat aspirasi atau tertelan
benda asing lebih tinggi. Bayi dibawah umur 1 tahun, gawat napas karena aspirasi benda asing
merupakan penyebab utama kematian (National Safety Council).
Kacang atau biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang berumur antara 2-4
tahun, karena belum mempunyai gigi molar yang lengkap dan belum dapat mengunyah makanan
dengan baik. Enam sampai delapan persen benda asing yang teraspirasi berupa plastik yang
sukar didiagnosis secara radiologik, karena bersifat non-iritatif serta radiolusen sehingga dapat
menetap di traktus trakeobronkial untuk periode yang lama. Benda asing di laring dan trakea
lebih sering terdapat pada bayi dengan usia < 1 tahun. Benda asing di hidung lebih sering terjadi
pada anak-anak, karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukan benda-benda yang
ditemukan dan dapat dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak
lain.
Benda asing di bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena bronkus utama
kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap

9
trakea dibandingkan dengan bronkus utama kiri. Benda asing di saluran napas dapat menjadi
penyebab berbagai penyakit paru, baik akut maupun kronis dan harus dianggap sebagai diagnosis
banding.

E. Patogenesis
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung menyebabkan edema
dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi dan dapat
berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate foreign bodies) menyebabkan reaksi
inflamasi dengan derajat bervariasi dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan
tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di
hidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena gerakannya.
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak di bawah
umur 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat benda atau makanan ada di dalam
mulut, anak tertawa atau menjerit sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan makanan atau
benda asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing tersebut terjepit di sfingter laring,
pasien batuk berulang-ulang (paroksismal), sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Bila benda
asing telah masuk ke dalam trakea atau bronkus kadang-kadang terjadi fase asimtomatik selama
24 jam atau lebih kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala yang tergantung pada
derajat sumbatan bronkus.
Benda asing organik seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik, mudah
untuk menjadi lunak dan mengembang jika terkena air serta dapat menyebabkan iritasi pada
mukosa. Mukosa bronkus menjadi edema dan meradang serta dapat pula terjadi jaringan
granulasi di sekitar benda asing, sehingga gejala sumbatan bronkus makin menghebat. Akibatnya
timbul gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk dan demam yang tidak terus-menerus
(irreguler).1,9,10
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan dan lebih mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya benda asing anorganik bersifat
radioopak.1,9,10 Benda asing yang terbuat dari metal seperti peniti dan jarum dapat masuk ke
dalam bronkus yang lebih distal dengan gejala batuk spasmodik. Benda asing yang lama berada
di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan sehingga menimbulkan komplikasi,

10
antara lain penyakit paru kronik supuratif, bronkiektasis, abses paru dan jaringan granulasi yang
menutupi benda asing.1,9,10

F. Diagnosis1
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakan berdasarkan anamnesis adanya
riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul choking (rasa tercekik) gejala, tanda, pemeriksaan fisik
dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang.
Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi
atas indikasi diagnostik dan terapi.
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda asing sering tidak
segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Perlu diketahui macam benda atau bahan yang
teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing tersebut.

G. Manifestasi klinis1,2,3
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing,
derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda asing yang
masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Selain
itu, biasanya pasien datang berobat dengan keluhan hidung kemasukan benda serta hidung teras
tersumbat, keluar sekret dan bau pada satu sisi hidung. Kadang demam dan sampai merusak
bentuk hidung.
Benda yang masuk melalui mulut dapat terhenti di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar
lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke laring, trakea dan bronkus.
Gejala yang timbul bervariasi dari tanpa gejala sampai kematian sebelum diberi pertolongan
akibat sumbatan total.
Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada
gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolith di sekitar benda asing. Gejala
yang paling sering ialah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau.
Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan, tampak
edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing
biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga disangka sinusitis. Dalam hal demikian bila akan
menghisap mukopus haruslah berhati-hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah

11
nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea dan bronkus. Benda asing seperti karet
busa sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.

H. Pemeriksaan penunjang1,2,3
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologik dan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak
dapat dibuat foto rontgen segera setelah kejadian, sedangkan benda asing radiolusen (seperti
kacang-kacangan) dibuatkan foto rontgen setelah 24 jam kemudian, karena sebelum 24 jam
kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru
tampak tanda atelektasis atau emfisema.
Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan lunak leher
dan pemeriksaan toraks postero-anterior dan lateral sangat penting pada aspirasi benda asing.
Pemeriksaan toraks lateral dilakukan dengan lengan di belakang punggung, leher dalam fleksi
dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan napas dari mulut sampai karina. Karena
benda asing di bronkus sering tersumbat di orifisium bronkus utama atau lobus, pemeriksaan
paru sangat membantu untuk menegakkan diagnosis.
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi serta adanya obstruksi parsial.
Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologik pada benda asing di saluran napas setelah 24
jam teraspirasi. Gambaran emfisema tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru yang
sehat pada saat ekspirasi (mediastinal shift) dan pelebaran interkostal.
Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pada
pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama
berada di bronkus.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan
keseimbangan asam basa serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.

I. Penatalaksanaan1,2,10
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi dengan cepat dan tepat perlu diketahui dengan
sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya benda tersebut. Secara prinsip benda asing di
saluran napas diatasi dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling

12
aman, dengan trauma yang minimum. Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang
datang ke ahli THT (Telinga, Hidung, Tenggorok) telah melalui fase akut, sehingga
pengangkatan harus dipersiapkan seoptimal mungkin baik dari segi alat maupun personal yang
telah terlatih.
Benda asing di hidung. Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan
memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung di bagian atas, menyusuri atap
kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke
depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan
cunam Nortman atau “wire loop”.
Tidaklah bijaksana mendorong benda asing dari hidung ke arah nasofaring dengan
maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat terus masuk ke laring
dan saluran napas bagian bawah yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan
keadaan yang gawat. Pemberian antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.

DAFTAR PUSTAKA

Hermani, Bambang, dkk. 2007. Disfoni. Dalam Buku Ajar Ilmu kesehatan THT-KL. Ed.6
Jakarta : FKUI.

Utama, Hendra. 2012. Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan leher. Edisi 7. FK UI

13

Anda mungkin juga menyukai