Anda di halaman 1dari 23

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat
KEPANITERAAN DASAR
STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: ....................
SMF ILMU KEBIDANAN
RUMAH SAKIT: BAYUKARTA

Nama : Aldesy Tanda tangan


Nim : 112017213
Dr. Pembimbing/Penguji: dr. Vinsensius Harry, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AM Nama suami : Tn. T
Umur : 31 tahun Umur : 37 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SMK
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda Suku/Bangsa : Sunda
Alamat : Perum Karawang Jaya Blok I No 02 RT 36/16 Gintung Kerta, Kecamatan
Klari, Kabupaten Karawang

I. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis Tanggal: 22 juni 2018 Jam: 13.05
1. Keluhan utama:
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian kiri bawah sejak 1 minggu SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian kiri bawah sejak 1 minggu, nyeri
muncul secara mendadak dan berlangsung terus menerus, nyeri bertambah bila
pasien beraktivitas terutama saat berjongkok, namun nyeri berkurang pada saat
pasien berbaring. Nyeri terasa seperti ditusuk – tusuk disertai pusing dan pegal
pada daerah pinggang. Pasien juga mengeluh terdapat perdarahan yang tidak
terlalu banyak dan tidak mengalir deras hanya berupa flek yang keluar dari jalan
lahir sejak 1 bulan SMRS. Flek berwarna kecoklatan dan tidak terdapat gumpalan
darah maupun jaringan yang keluar. Riwayat haid disangkal. Pasien mengatakan
tidak ada demam, mual, muntah dan tidak pingsan.

3. Riwayat Haid

1
Haid pertama umur : 12 tahun
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : 8 hari
4. Riwayat Perkawinan
Kawin: sudah
Kawin: 1 kali Dengan suami sekarang sudah: 11 tahun

5. Riwayat Obstetrik
GPA : G2P1A0
Usia Kehamilan : 8 minggu
Kehamilan ke :2
Komplikasi kehamilan terdahulu : tidak ada komplikasi
Abortus : tidak ada
HPHT : 16 april 2018
Persalinan ke-1 :
Riwayat kehamilan terdahulu tidak terdapat penyulit dan komplikasi baik ibu maupun bayi. Anak lahir
secara normal pervaginam, aterm. Anak pertama berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan saat
lahir 2500 gram lahir pada tahun 2008.

6. Riwayat Keluarga Berencana


(-) Pil KB (+) Suntikan (+) IUD (-) Susuk KB (-) Lain-lain

7. Hal-hal lain
Penyakit Dahulu
(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal
(-) Cacar air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat
(-) Batuk rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Perdarahan otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu
Lain-lain: (-) Operasi

2
(-) Kecelakaan

Riwayat Keluarga

Umur Penyebab
Hubungan Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan
(Tahun) Meninggal
Kakek - Laki-laki Sudah meninggal Sakit Tua
Nenek - Perempuan Sudah meninggal Sakit Tua
Ayah 65 tahun Laki-laki Sehat -

Ibu 62 tahun Perempuan Sehat -


Saudara 31 tahun Laki-laki Sehat -
Anak 10 tahun Laki-laki Sehat -

Adakah kerabat yang menderita :

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi 
Asma 
Tuberkulosis 
Artritis 
Rematisme 
Hipertensi 
Jantung 
Ginjal 
Lambung 

Riwayat Sosial dan Kebiasaan


Pola tidur : teratur
Pola makan : teratur 2-3x/hari, bervariasi
Riwayat merokok : tidak ada
Riwayat konsumsi alkohol : tidak ada
Riwayat penggunaan obat terlarang : tidak ada
Aktivitas seksual : aktif

II. PEMERIKSAAN JASMANI


Tanggal : 22 jumi 2018 Pukul : 15.00

3
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : baik
Suhu : 37° C
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Tinggi badan : 147 cm
Berat badan : 51,8 kg
Saturasi oksigen : 98 %
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : wajar
Alam perasaan: biasa
Proses pikir : wajar
Kepala
- Bentuk dan ukuran : Normosefali
- Rambut dan kulit kepala : Warna hitam, tidak ada lesi
Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Telinga : Normotia, membran timpani utuh
Hidung : Tidak ada septum deviasi, tidak ada napas cuping hidung
Bibir : Tidak sianosis
Mulut dan gigi : Mukosa lembab, tidak ada lesi, tidak ada karies dentis
Kulit
Warna : sawo matang Effloresensi : tidak ada
Jaringan parut : tidak ada Pigmentasi : normal
Pertumbuhan rambut : merata Pembuluh darah : normal, kolateral (-)
Suhu raba : merata Lembab / kering : lembab
Keringat : umum Turgor : normal
Lapisan lemak : sedang Ikterus : tidak ada
Lain-lain : tidak ada Edema : tidak ada

Kelenjar getah bening


Submandibula : tidak teraba membesar Leher : tidak teraba membesar
Supraklavikula: tidak teraba membesar Ketiak : tidak teraba membesar
Lipat paha : tidak teraba membesar

Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak ada kolateral
Buah dada : normal, areola lebih gelap, puting menonjol

Paru-paru

4
Depan Belakang
Kiri simetris saat statis dan dinamis simetris saat statis dan dinamis
Inspeksi
Kanan simetris saat statis dan dinamis simetris saat statis dan dinamis
Kiri sela iga normal, benjolan (-), sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal nyeri tekan (-), fremitus normal
Palpasi
Kanan sela iga normal, benjolan (-), sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal nyeri tekan (-), fremitus normal
Kiri Sonor Sonor
Perkusi Kanan Sonor Sonor
Auskult Kiri Suara vesikuler Suara vesikuler
asi Kanan Suara vesikuler Suara vesikuler

Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba pada sela iga 5, linea mid-clavicularis kiri
Batas atas : sela iga 2 linea parasternalis kiri
Perkusi Batas kanan: sela iga 4 linea sternalis kanan
Batas kiri : sela iga 4, 1 cm medial dari linea mid-clavicularis kiri
BJ I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-), keempat katup terdengar
Auskultasi
normal saat membuka dan menutup

Punggung
Tidak ada kelainan vertebrae seperti lordosis, kifosis dan skoliosis

Refleks
Kanan Kiri
Refleks Tendon (+) (+)
Bisep (+) (+)
Patela (+) (+)
Achilles (+) (+)
Reflek primitive Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Penimbunan lemak
Pada perut dan pinggul merata

Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas (-) Nyeri
Pertumbuhan rambut:
Kumis : (-)
Ketiak : normal
Pubis : normal
Betis : normal

2. Payudara

5
Ukuran payudara membesar, puting dan areola membesar dan menjadi lebih gelap.

3. Pemeriksaan perut
Inspeksi : Bentuk perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi, striae
gravidarum (-), linea nigra (-), massa (-), pembuluh darah kolateral (-)
Palpasi : Nyeri tekan pada simfisis
Auskultasi : reguler

III. PEMERIKSAAN GINEKOLOGIK


1. Inspeksi
Vulva
keadaan rambut pubis bersih, tidak ada ulkus dan pembengkakan
Discharge (darah)
ada
Labia majora dan minora
simetris, tidak ada luka, tidak bengkak, tidak ada penonjolan
Perineum
tidak ada pembengkakan, sikatriks/bekas episiotomi, tidak ada tumor

2. Dengan speculum : Keluar darah dari orifisium uretra eksterna

3. Pemeriksaan bimanual
Serviks teraba lunak
Nyeri goyang portio (+)
Cavum douglasi menonjol dan terdapat nyeri tekan

IV. LABORATORIUM
Laboraturium tanggal : 22 juni 2018 jam: 14.35

Hematologi Nilai Rujukan


- Hb : 9,1 g/dL 11.7 - 15.5
- Ht : 26,0 % 35.0 – 47.0
- Eritrosit : 3,09 juta/µL 3.80 – 5.20
- Trombosit : 304.000/µL 150 – 440
- Leukosit : 8.760 /mm3 3.60 – 11.00
- Glukosa sewaktu : 86 mg/dL <180
- Golongan Darah :O
- Rhesus :+
- Masa perdarahan : 2.00 menit 1.00 – 6.00
- Masa pembekuan :8.00 menit 4.00 – 15.00
- Hb post laparatomi :8,6 g/dL 11.7 – 15.5

6
-
Urinalisa

Tes kehamilan : positif

Kimia Klinik :

SGOT (AST) : 16 u/l <33


SGPT (ALT) : 11 u/l <32
Ureum : 13,8 mg/dl 16.6 – 48.5
Creatinin : 0,51 mg/dl 0.50 – 0.95

USG : free fluid (+), massa complex adnexa kiri

V. URAIAN MASALAH
Pasien wanita 31 tahun dengan G2P1A0, usia kehamilan 8 minggu datang dengan
keluhan nyeri perut bagian kiri bawah sejak 1 minggu, nyeri terasa seperti di tusuk – tusuk,
muncul secara mendadak dan berlangsung terus menerus. Nyeri disertai pusing dan pegal
pada daerah pinggang. Pasien juga mengeluh terdapat flek yang keluar dari jalan lahir sejak 1
bulan SMRS. Flek berwarna kecoklatan. Riwayat haid disangkal. Pasien mengatakan tidak
ada demam, mual.muntah dan tidak pingsan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma,
diabetes melitus, darah tinggi ataupun penyakit keturunan lainnya. Riwayat HPHT pasien 16
april 2018. Tekanan darah pasien 100/60, nadi 95 x/menit, suhu 37,8 oC, nafas 20 x/menit.
Hasi PF menunjukkan perut pasien membuncit dan terdapat nyeri tekan pada simfisis. Hasil
Laboratorium didapatkan Hb pasien 9,1 g/dL, Ht 26,0 %, eritrosit 4,24juta/ µL, Leukosit
8.760 /µL,Trombsit 304.000/µL, GDS 86 mg/dL serta bergolongan darah O dengan rhesus
(+). Pada pemeriksaan USG ditemukan gambaran free fluid (+), massa complex adnexa kiri,
endometrial line.

VI. DAFTAR MASALAH


Diagnosis:
Wanita 31 tahun G2P1A0 hamil 8 minggu dengan KET
Dasar diagnosis:
dari anamnesis didapatkan nyeri perut, pusing, perdarahan berupa flek.
dari pemeriksaan penunjang USG di dapatkan gambaran free fluid (+), massa complex
adnexa kiri, dan
VII. RENCANA PERMULAAN
a. Rencana diagnostic

7
 USG
 Kuldosentesis

b. Rencana terapi

 Observasi tanda-tanda vital dan tanda perdarahan


 IVFD RL
 Cek laboratorium: darah lengkap, cross match, CTBT, SGOT dan SGPT,
urInalisis
 Ceftriaxone inj
 Laparatomi eksplorasi

c. Rencana edukasi
Menjelaskan kondisi yang dialami oleh pasien dan menjaga agar pasien tetap tenang.

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka
Kehamilan Ektopik Terganggu

Anatomi

Organ Genitalia Interna

8
Vagina (Liang kemaluan/Liang Sanggama)

Vagina merupakan suatu penghubung antara introitus vagina dan uterus. Arahnya sejajar
dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium. Dinding depan dan belakang vagina
berdekatan satu sama lain, masing – masing panjangnya berkisar antara 6 – 8 cm dan 7 – 10
cm. bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat – lipat disebut rugae. Di tengah – tengahnya
ada bagian yang lebih keras, disebut kolumna rugarum. Lipatan – lipatan ini memungkinkan
vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Di
vagina tidak didapatkan kelenjar – kelenjar bersekresi. Pada perempuan yang pernah
melahirkan, kepingan epitel vagina kadang – kadang tertanam dalam jaringan ikat vagina
pada saat penjahitan robekan vagina dan membentuk kista, disebut kista inklusi vagina
(vaginal inclussion cyst), yang sebenarnya bukan kelenjar. Epitel vagina terdiri dari epitel
gepeng tidak bertanduk, di bawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak
pembuluh darah. Pada kehamilan terdapat hipervaskularisasi jaringan tersebut, sehingga
dinding vagina kelihatan kebiru – biruan, yang disebut livide. Bagian atas vagina berasal dari
duktus Mulleri, sedangkan bagian bawahnya dibentuk sinus urogenitalis.1

Uterus

Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng kearah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot
– otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm,
dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis anteversiofleksio ( serviks
ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke epan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri ). Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, dan
serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba Falloppii masuk
ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan bagian ini
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di corpus
uteri di sebut cavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis
uteri yang dinamakan portio, pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang
berada di atas vagina. Secara histologik dari dalam keluar, uterus terdiri atas : (1)
endometrium dikorpus uteri dan endoserviks diserviks uteri, (2) otot – otot polos, (3) lapisan
serosa, yakni peritoneum viserale.1

9
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar – kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah yang berkeluk – keluk. Endometrium meliputi seluruh kavum uteri dan
mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi. Ismus adalah
bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh peritoneum viserale yang mudah
sekali di geser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesikouterina. Ditempat yang
longgar inilah dinding uterus dibuka jika melakukan seksia sesarea transperitonealis
profunda. Dinding belakang uterus seluruhnya diliputi oleh peritoneum viserale yang di
bagian bawah membentuk suatu kantong yang disebut kavum Douglasi. Dalam klinik rongga
ini mempunyai arti penting. Kavum Douglasi akan menonjol jika terdapat cairan (darah atau
asites) atau tumor disitu. Uterus diberi darah oleh arteria Uterina kanan dan kiriyang terdiri
atas ramus asendens dan ramus desendens.2

Tuba Fallopii

Tuba Falloppii terdiri atas pars intersisialis, yaitu bagian yang terdapat pada dinding
uterus, pars ismika. Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampularis,
yaitu bagian yang terbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi;
infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai
fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya
menyalurkan telur ke dalam tuba.1

Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan
di kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium dihubungka dengan
uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Arteria ovarika berjalan menuju ovarium melalui
ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum).1

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum iatum. Sebagian besar ovarium
berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian kecil ovarium berada di
dalam ligamentum latum, disebut hilus ovarii. Pada bagian hilus ini masuk pembuluh darah
dan saraf ke ovarium. fipatanyang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum
dengan ovarium dinamakan mesovarium.1

Definisi

10
Kahamilan ektopik ialah suatu kehamilan dimana pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium cavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan
ektopik berada di saluran telur (tuba Falloppii) sedangkan 5% sisanya terdistribusi di
ovarium, serviks, dan rongga peritoneum. Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah
kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal dan
kehamilan abdominal primer atau sekunder. Kejadian kehamilan ektopik tidak sama di antara
senter pelayanan kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di
Indonesia kejadian sekitar 5 – 6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan
ektopik tersering karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya ke menuju
endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri
dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak
dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi
kehamilan ektopik terganggu.1

Kehamilan ektopik ada kehamilan dengan sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik yang menimbulkan abortus
atau ruptur sehingga mengakibatkan penurunan kondisi umum pasien disebut dengan
kehamilan ektopik terganggu (KET). Kasus KET merupakan kegawatdaruratan obstetrik
yang mengancam nyawa ibu dan janin.3

Etiologi

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadi hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium
menjadi penyebab kehamilan ektopik. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kehamilan
meliputi :1,2
a. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau
buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipolasia dan saluran tuba yang berkelok –
kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik. Juga
pada keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya
kehamilan ektopik. Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba
atau divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran
tuba, misalnya miom uteri atau tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk
dan patensi tuba, juga dapat menjadi etilogi kehamilan ektopik
b. Faktor abnormalitas dari zigot

11
Apabila zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan
tumbuh di saluran tuba.
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan
gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik.
e. Faktor lain
Termasuk di sini antara lain adalah pemakaian IUD di mana proses peradangan yang
dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik. Fakor umur penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga
sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.

Patofisiologi

Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk
proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami
beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu
medium yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat
mengalami beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini:1

 Hasil konsepsi mati dini atau diresorbsi


Pada implantasi pada kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak
mengeluh apa – apa, hanya haid terlambat untuk beberapa hari
 Abortus kedalam lumen tuba (abortus tubaria)
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh – pembuluh darah oleh vili
korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
dinding tersebut bersama – sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini
dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan yang

12
timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya di keluarkan dalam
lumen tuba dan kemudian di dorong oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis.
 Ruptur dinding tuba
Rupture tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya rupture pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan
yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur adalah penembusan vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Rupture dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal.
Dalam hal ini akan terjadi perdarahan pada rongga perut, kadang – kadang sedikit,
kadang – kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila
pseudokapsularis ikut pecah maka terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah
dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal. Bila pada
abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, rupture sekunder dapat terjadi. Dalam hal
ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah
dalam tuba. Kadang – kadang rupture terjadi di arah ligamentum itu. Jika janin hidup
terus, terdapat kehamilan intraligamenter. Pada rupture ke rongga perut seluruh janin
dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil
konsepsi dikeluarkan dari tuba. Perdarahan dapat berlangsung terus menerus sehingga
penderita akan cepat jatuh ke dalam keadaan anemia atau syok oleh karena
hemoragia. Darah tertampung pada rongga perut akan mengalir ke kavum Douglasi
yang makin lama makin banyak dan akhirnya dapat memenuhi rongga abdomen. Bila
penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin
bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan
masih kecil, dapat diresorbsi seluruhnya; bila besar kelak biasa diubah menjadi
lidopedion. 1,2

Gambaran Klinis

Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas. Apabila
kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba tempat lokasi nidasi
kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut
mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Inilah adalah pertanda khas
terjadinya kehamilan ektopik terganggu. Namun pada pasien diatas tidak terdapat tanda –
tanda syok maupun pingsan. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik

13
terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba – tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke
dalam syok. Rasa nyeri mula – mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke
dalam rongga perut rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut bawah.
Perdarahan pervaginam merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik
walaupun penderita sering menyebutkan tidak jelasnya ada amenorea, karena tanda dan
gejala kehamilan ektopik terganggu bisa langsung terjadi beberapa saat setelah nidasi pada
saluran tuba yang kemudian disusul dengan rupture tuba karena tidak bisa menampung
pertumbuhan mudigah selanjutnya. Lama amenorea tergantung pada kehidupan janin,
sehingga sangat bervariasi. Sebagian penderita yang tidak mengalami amenorea karena
kematian janin yang terjadi sebelum haid berikutnya.1,3

Pada kehamilan ektopik terganggung ditemukan pada pemeriksaan vaginal bahwa


usaha menggerakkan servgamiks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang disebut dengan nyeri
goyang (+) atau slinger pijin. Demikian pula pada kavum Douglasi menonjol dan nyeri pada
perabaan oleh karena terisi darah. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang
klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen
akut sampai gejala – gejala yang samar – sama, sehingga sukar membuat diagnosa. USG
dapat dilakukan secara perabdominal atau pevaginam. Umumnya kita akan mendapatkan
gambaran uterus yang tidak ada kantong gestasinya dan mendapatkan gambaran kantong
gestasi yang berisi mudigah di luar uterus. Apabila telah terjadi rupture maka bangunan
kantong gestasi sudah tidak jelas, tetapi akan mendapatkan gambaran massa hiperekoik yang
tidak beraturan, tidak berbatas tegas, dan di sekitarnya didapati cairan bebas (gambaran darah
intraabdominal).1

Gambaran USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia kehamilan,
ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus) serta banyak dan lama perdarahan
intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila
terlihat kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar cavum uteri.
Sebagian besar kehamilan ektopik tidak memberikan gejala yang spesifik. Uterus mungkin
besarnya normal atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi desidua. Cavum uteri
sering berisi cairan eksudat yang diproduksi oleh sel – sel desidua, yang pada pemeriksaan
terlihat sebagai struktur cincin anekoik yang di sebut kantong gestasi palsu

14
(pseudogestational sac) berbeda dengan kantong gestasi yang sebenarnya, kantong gestasi
palsu letaknya simetris di kavum uteri dan tidak menunjukkan struktur cincin ganda.
Seringkali dijumpai massa tumor di daerah adneksa, yang gambarannya sangat bervariasi.
Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan berisi mudigah, mungkin hanya
berupa massa ekogenik dengan batas ireguler, ataupun massa kompleks yang terdiri atas
sebagian ekogenik dan anekoik. Perdarahan intrabdomen yang terjadi akibat kehamilan
ektopik terganggu juga tidak memberikan gambaran yang spesifik, bergantung pada banyak
dan lamanya proses perdarahan. Gambarannya dapat berupa massa anekoik di kavum
Douglasi yang mungkin meluas sampai ke bagian atas rongga abdomen. Bila sudah terjadi
bekuan darah, gambaran berupa massa ekogenik yang tidak homogen.1,2

Diagnosis

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu
demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami oburtus tuba atau rupture
tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum
terganggu, penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat
digunakan ialah Ultrasonografi, laparoskopi, atau kuldoskopi.1

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami
kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bias sulit sekali. Untuk mempertajam
diagnosis, maka pada tiap perempuan dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada
umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat
ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi,
dan laparoskopi masih di perlukan Anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa
waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian
bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Pendarahan pervaginam terjadi setelah nyeri
perut bagian bawah.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama
bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pemeriksaan hemoglobin dan
hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak satu jam selama 3 kali berturut-turut.
Bila ada penurunan hemoglobin dan hematokrit dapat mendukung diagnosis kehamilan

15
ektopik terganggu. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya Ditemukan anemia; tetapi,
harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.1
Perhitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya pendarahan bila
leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat
diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada
keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi, tes negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi
dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan
menyebabkan tes negative.1
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu sering keliru dengan abortus insipiens atau
abortus inkompletus yang kemudian dilakukan kuretase. Bila hasil kuretase meragukan
jumlah sisa hasil konsepsinya, maka kita perlu curiga terjadinya kehamilan ektopik terganggu
yang gejala dan tandanya tidak khas. Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang
diagnosis kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat dikemukakan:
 Kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik;
 Hanya 12 sampai 19 % kerokan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi desidua;
 Perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas untuk kehamilan
ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan pendarahan terdiri atas
desidua tanpa vili korialis, hal itu dapat memperkuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
douglasi ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan
ektopik terganggu. Teknik kuldosentesis dapat dilaksanakan dengan urutan berikut.
 Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
 Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.
 Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks; dengan traksi
ke depan sehingga forniks posterior tampak.
 Jarum spiral no. 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglasi dan dengan semprit 10 ml
dilakukan pengisapan.
 Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan
diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:
- Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah
Ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk;

16
- Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa
Bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.1

Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan
ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium,tuba, kavum Douglasi, dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
dilakukan laparotomi.2

Pengelolaan Kehamilan Ektopik

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan


demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu; kondisi penderita saat
itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi
anatomic organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan
teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif
dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.1,2

Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.
Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah: (1) kehamilan di pars ampularis tuba belum
pecah; (2) diameter kantong gestasi < 4 cm; (3) perdarahan dalam rongga perut < 100 ml; (4)
tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/kg IV, dan faktor
sitrovorum 0,1 mg/kg IM, berselang – seling setiap hari selama 8 hari.1

Laporan follow up

17
22/6/18 (17.30)
S: kaki terasa baal
O: Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Somnolen
TD : 100/60 mmhg
N : 70 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,3
A: Post Laparatomi Eksplorasi Parsial Salpingektomi Sinistra dan evakuasi produk
konsepsi a/i kehamilan ektopik tuba sinistra
P: RL u/ 20 tpm, kaltrofen sup, inj rativol, terpacet

23/6/18 (06.00)
S: Nyeri pada luka operasi
O: Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
TD : 90/50 mmhg
N : 88 x/m
RR : 20 x/m
S : 36
Flatus (-), mobilisasi (-)
A: Post Laparatomi Eksplorasi parsial salpingektomi sinistra H1 (18.00)
P: Observasi KU dan TTV
RL 500 u/ 20 tpm
Mobilisasi bertahap

23/6/18 (14.00)
S : nyeri post SC, lemas
O: keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 90/50
N : 83

18
RR : 20
S : 36,3
Abdomen : verband tidak terlihat rembesan darah
Flatus (+), mobilisasi (+)
A : Post Laparatomi Eksplorasi parsial salpingektomi sinistra
P: Observasi KU dan TTV
RL 500 u/ 20 tpm
Inj. Rativol 1 amp
Inj. Trichodazol
Inj. Terpacef
Kaji rasa nyeri, edukasi tentang penanganan nyeri

23/6/18 (22.00)
S: Nyeri pada luka operasi masih terasa
O: Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran compos mentis
TD : 90/60
N : 83 x/m
RR : 20 x/m
S : 37
Abdomen : verband tidak terlihat rembesan darah
A: Post laparatomi eksplorasi parsial salpingektomi sinistra
P: Observasi KU dan TTV
RL 500 u/ 20 tpm
Mobilisasi bertahap

24/6/18 (06.00)
S: Nyeri pada luka operasi mulai berkurang
O: keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
TD : 100/60
N : 85

19
RR : 20 x/m
S : 36
Abdomen : verband tidak terlihat rembesan darah
A: Post Laparatomi Eksplorasi parsial salpingektomi sinistra
P: Observasi KU dan TTV
RL 500 u/ 20 tpm
Terfacet 1 gr
Rativol 1 amp
Mobilisasi

24/6/18 (14.00)
S: Nyeri pada luka operasi
O: TD : 120/70
N : 89
RR : 20
S : 36,8
Abdomen : verband tidak terlihat rembesan darah
A: Post Laparatomi Eksplorasi parsial salpingektomi sinistra
P: Observasi KU dan TTV
RL 500 u/ 20 tpm
Inj. Rativol 1 amp, inj. Tefacet 1 gr
24/6/18 (22.00)
S: Nyeri pada luka operasi
O: TD : 110/70
N : 88
RR : 20
S : 37,3
Abdomen : verband tidak terlihat rembesan darah
A: Post Laparatomi Eksplorasi parsial salpingektomi sinistra
P: Observasi KU dan TTV
RL 500 u/ 20 tpm
Inj. Rativol 1 amp
Mobilisasi aktif

20
25/6/18 (06.00)
S : Nyeri pada luka operasi berkuramg
O: keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80
N : 80
RR : 20
S : 36,4
Abdomen : verband tidak terlihat rembesan darah
Flatus (+), mobilisasi (+)
A: Post Laparatomi Eksplorasi parsial salpingektomi sinistra
P: RL 500 u/ 20 tpm
th/ oral Glutrop 1 x 1, nonemi 1 x 1 dan cester 1 x 1

Daftar Pustaka

21
1. Prawiroharjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo;2015.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
Williams. Edisi ke – 23. Jakarta : EGC;2012.
3. Tanto C, Kayika IPG. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Tanto C, Liwang F,
Hanifati S, Pradipta EA, penyunting. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta:
Media Aesculapius; 2014.h.424

Kehamilan ektopik saat ini adalah penyebab utama


kematian terkait kehamilan selama trimester pertama,
terhitung 10% dari semua kematian ibu.4
June, 2011 Philippine Journal of Obstetrics & Gynecology Volume 35 (No. 2) page 65

22
23

Anda mungkin juga menyukai