Sumarda Yastuty 0024
Sumarda Yastuty 0024
OLEH :
KELAS : A
1. Diare
Diare merupakan salah satu gangguan kesehatan yang umum terjadi dilingkungan kita. Diare
sering dianggap gangguan penyakit yang ringan, namun penanganan yang tidak tepat dan
atau terlambat dapat dan sering kali menimbulkan kematian. Diare dapat disebabkan oleh
berbagai jenis virus dan bakteri.
Diet merupakan prioritas utama dalam penanganan diare. Menghentikan konsumsi makanan
padat dan susu perlu dilakukan. Rehidrasi dan maintenance air dan elektrolit merupakan
terapi utama yang harus dilakukan hingga episode diare berakhir. Jika pasien kehilangan
banyak cairan, rehidrasi harus ditujukan untuk menggantikan air dan elektrolit untuk
komposisi tubuh normal. Sedangkan pada pasien yang tidak mengalami deplesi volume,
pemberian cairan bertujuan untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit.
Pemberian cairan parenteral perlu dilakukan untuk memasok air dan elektrolit jika pasien
mengalami muntah dan dehidrasi berat, selain untuk mencegah terjadinya hipernatremia.
Berbagai obat yang digunakan dalam terapi diare dimasukan dalam kategori berikut:
antimotilitas, adsorben, antisekretori, antibiotik, enzim dan mikroflora usus. Obat yang
digunakan ini tidak menyembuhkan, namun bersifat paliatif (meringankan)
1. Opiat dan derivatnya. Opiat dan derivatnya meringankan gejala diare dengan cara
menunda transit isi intraluminal atau dengan meningkatkan kapasitas usus, sehingga
memperpanjang waktu kontak dan penyerapan. Enkefalin, uatu zat opiat endogen, yang
mengatur gerakan fluida didalam mukosa dengan merangsang proses penyerapan.
Dampak buruk penggunaan opiat adalah adanya resiko ketergantungan dan kemungkinan
memperburuk diare akibat infeksi. Opiat umumnya bekerja melalui mekanisme sentral
dan perifer kecuali pada loperamid. Loperamid merupakan antisekretori yang bekerja
pada sistem perifer dengan menghambat pengikatan protein kalsium pada kalmodulin dan
mengendalikan sekresi klorida. Loperamid tersedia dalam sediaan kapsul 2 mg atau
larutan 1 mg/5 ml. Dosis lazim dewasa adalah 4 mg peroral pada awal pemakaian diikuti
2 mg setiap setelah devekasi hingga 16 mg perhari. Dephenoksilat adalah agen opiat lain
yang digunakan dalam penanganan diare. Tersedia dalam sediaan tablet 2,5 mg atau
larutan 2,5 mg/5 ml. Dosis pada orang dewasa 3 sampai 4 kali sehari 2,5-4 mg, dengan
maksimum dosis 20 mg perhari. Selain itu defoksin, suatu turunan defenoksilat juga
sering digunakan sebagai kombinasi dengan atropin. Dosis pemakaian pada dewasa
adalah 2 mg pada awal pemakaian selanjutnya 1 mg setiap setelah devekasi, dosis
maksimum 8 mg perhari.
TUGAS INDIVIDU
2. Jantung Koroner
Jantung Koroner adalah jenis penyakit yang banyak menyerang penduduk Indonesia.
Penyebab jantung koroner adalah penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan
dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat.
Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung
koroner. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan
aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris
(nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
3. Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore, 2003). Gastritis adalah
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung (Suyono, 2001). David
Ovedorf (2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa gaster akut atau kronik.
Pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada
mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002).
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis kronik
bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling berhubungan.
Gastritis kronik juga masih dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan
dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis
kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit lambung
bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung dilaksanakan berdasarkan
kehendak pasien. Prinsip diet diantaranya pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak
terlalu kenyang dan tidak boleh berpuasa. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung
cukup kalori dan protein (TKTP) namun kandungan lemak/minyak, khususnya yang jenuh
harus dikurangi. Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan mengandung serat
makanan yang halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak boleh mengandung bahan yang
merangsang, menimbulkan gas, bersifat asam, mengandung minyak/ lemak secara
berlebihan, dan yang bersifat melekat. Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas atau
dingin.
Beberapa makanan yang berpotensi menyebabkan gastritis antara lain garam, alkohol, rokok,
kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh hitam, teh hijau, beberapa minuman ringan
(soft drinks), dan coklat. Beberapa macam jenis obat juga dapat memicu terjadinya gastritis.
Garam dapat mengiritasi lapisan lambung. Beberapa penelitian menduga bahwa makanan
begaram meningkatkan resiko pertumbuhan infeksi Helicobacter pylori. Gastritis juga biasa
terjadi pada alkoholik. Perokok berat dan mengkonsumsi alkohol berlebihan diketahui
TUGAS INDIVIDU
menyebabkan gastritis akut. Makanan yang diketahui sebagai iritan, korosif, makanan yang
bersifat asam dan kopi juga dapat mengiritasi mukosa labung.
Tujuan pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah memberikan makanan cukup
untuk mempercepat perbaikan fungsi tanpa memperberat kerja hati. Syaratnya adalah sebagai
berikut :
1. Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan protein disesuaikan
dengan keadaan penderita.
2. Diet diberikan secara bertahap, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi pendeita.
3. Cukup vitamin dan mineral.
4. Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.
5. Mudah dicerna dan tidak merangsang.
6. Bahan makanan yang mengandung gas dihindari.
7. Bila berat badan berlebihan, harus diturunkan secara bertahap sesuai kebutuhan
penderita.
8. Bahan Makanan yang mengandung lemak dan kolesterol dihindari, seperti ayam dengan
kulit, kuning telur, jeroan, udang dan lain – lain.
Ada berbagai macam diet untuk penderita hepatitis, diet tersebut disesuaikan dengan kondisi
yang sedang dialami oleh pasien hepatitis.
Diet 1
Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut prekoma.
Biasanya diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat sederhana
misalnya sari buah, sirop, teh manis. Pemberian protein sebaiknya dihindarkan. Bila terjadi
penimbunan cairan atau sulit kencing maka pemberian cairan maksimum 1 liter perhari. Diet
ini sebaiknya diberikan lebih dari 3 hari.
Diet 2
Diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan mulai timbul nafsu makan.
Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung keadaan penderita. Asupan protein dibatasi
hingga 30 gram perhari, dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
Diet 3
TUGAS INDIVIDU
Untuk penderita yang nafsunya cukup baik. Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung
keadaan penderita. Kandungan protein bisa sampai 1 g/kg berat badan, lemak sedang dalam
bentuk yang mudah dicerna.
Diet 4
Untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik, dapat menerima protein dan tidak
menunjukan sirosis aktif. Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung kesanggupan
penderita. Kalori, kandungan protein dan hidrat arang tinggi, lemak, vitamin dan mineral
cukup.