BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manage yang artinya
mengendalikan, menangani, atau mengelola. Manajemen sendiri merupakan
bagian dari perpaduan ilmu dan seni yang lahir dari 3 komponen utama tersebut,
yaitu mengendalikan, menangani, dan mengelola. Manajemen sebagai ilmu
artinya manajemen memenuhi kriteria ilmu dan metode keilmuan yang
menekankan kepada konsep-konsep, teori, prinsip, dan teknik pengelolaan.
Manajemen sebagai seni artinya kemampuan pengelolaan sesuatu itu merupakan
seni menciptakan (kreatif), atau dapat dikatakan sebagai kreatifitas seseorang
(Herjito, 2001).
George R. Terry (1977) menyatakan manajemen adalah suatu proses yang
berbeda terdiri dari planning, organizing, actuacting, dan controlling yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan sumber
daya yang meliputi (man, material, machine, method, money, and markets) atau
lebih sering dikenal dengan istilah 6M. Keempat proses tersebut serta sumber
daya memiliki hubungan keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan (Herjito,
2001). Berikut merupakan sebuah ilustrasi gambar dari pengertian manajemen
menurut George R. Terry.
hanya digunakan manusia pada saat bekerja, namun dalam semua aspek
kehidupan manusia memerlukan suatu pengelolaan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan. Manajemen merupakan suatu ilmu yang dapat digabungkan dengan
ilmu disiplin lain, misalnya seperti manajemen kesehatan, manajemen rumah
sakit, manajemen puskesmas, manajemen sumber daya alam, manajemen bisnis,
dan lain-lain. Ilmu manajemen yang digabungkan dengan ilmu disiplin lainnya
pun memuat informasi mengenai inti dari setiap proses pengelolaan bidang
tersebut yang meliputi antara lain, yaitu planning, organizing, actuacting, and
controlling (Herjito, 2001).
B. Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkunganya dan yang lainnya. Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos
(habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antaramakhluk hidup dan
lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai satu
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik antara lain
suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi. Sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem. Dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukan kesatuan. Ekologi,
biologi, dan ilmu pengetahuan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat
tropik. Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim ialah dua wilayah dimana
ekolog (orang yang mempelajari ekologi) kini berfokus pada beberapa cabang
ilmu dari ekologi.
Ilmu ekologi manusia diperkenalkan pertama kalinya oleh Haeckel pada
tahun 1866 setelah melalui proses yang snagat panjang. Ilmu ekologi terlahir dari
ekologi biologi sebagai ilmu induknya dan dipadukan dengan perspektif sosio-
5
suksesi, dan konflik atas sumber daya yang ada sehingga menyebabkan suatu
kelompok berlomba-lomba untuk mengeksploitasi sumber daya alam tersebut,
entah untuk survive ataupun mencari keuntungan semata. Selain itu, budaya
merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dan sangat erat kaitannya dengan
kajian disiplin ilmu ekologi karena budaya merupakan hasil interaksi antara
manusia dan alam (cultural and ecological anthropology) (Dharmawan, 2007).
Sebagai sebuah bidang ilmu, ekologi manusia berkembang dari adanya
interaksi manusia dan budaya terhadap alam (Wakerka, 2016). Walaupun ilmu
ekologi manusia ini terbilang ‘baru’, namun sebenarnya ilmu ekologi manusia
sendiri bisa dikatakan telah ada di dunia ini sejak lama, yaitu sejak adanya
manusia di muka bumi ini. Ilmu ini sendiri mulai dikenal akibat adanya perubahan
yang terjadi pada lingkungan, akibat perilaku manusia (Dharmawan, 2007).
Bidang ilmu ekologi manusia dibutuhkan kehadirannya dalam dunia ilmu
pengetahuan, hal ini dikarenakan kemampuannya dalam memberikan landasan
teoritik dan konseptual yang berguna untuk memaknai dan mamahami fenomena
dan fakta hubungan interaksional manusia dalam serta perubahan sosial dan
ekologis yang terjadi di alam (Wakerka, 2016). Meningkatnya jumlah penduduk
serta aktivitas masyarakat, terutama di bidang industri menyebabkan terjadinya
pengerukan dan pemanfaatan sumber daya alam secara besar-besaran yang
akhirnya berdampak pada terjadinya penurunan jumlah dan kualitas sumber daya
alam. Perubahan ekologi yang terjadi antara manusia dan alam, yaitu pertukaran
energi antara kedua belah tidak dapat dihindari karena manusia memerlukan
sumber daya alam tersebut untuk tetap hidup. Adapun interaksi antara manusia
dan alam dapat dilihat dari gambar di bawah ini (Dharmawan, 2007).
7
Gambar 2.2. Pola pertukaran energi dari interaksi manusia dengan alam
Pada awalnya, proses penggunaan sumber daya alam ini masih dilakukan
manusia dalam batas yang wajar. Namun, setelah berkembangnya industri dengan
pesat dan keinginan manusia yang tidak pernah puas mengakibatkan terjadinya
penggunaan sumber daya alam yang berlebihan sehingga jumlah stok lebih besar
dibanding jumlah flow yang diambil. Akibat pola tersebut terus menerus
dilakukan, yaitu cenderung terus-menerus menggerus sumber daya alam secara
cepat tanpa memperhatikan stok yang dimiliki mengakibatkan menurunnya daya
dukung lingkungan (weakening the carrying capacity of the ecosphere) yang
mengarah pada terjadinya krisis ekologi (ecological crisis) yang berkepanjangan
(Dharmawan, 2007).
Adapun krisis ekologi yang nampak terjadi di muka bumi ini dapat dilihat
dari adanya beberapa kasus, yaitu seperti: (1) kelangkaan sumber pangan yang
mengakibatkan bencana kelaparan dan insiden gizi buruk yang makin meluas, (2)
kelangkaan sumber energi, pasca habisnya fossil-fuel energy yang makin serius,
(3) pemburukan kualitas kehidupan akibat polusi dan ledakan penduduk, (4) erosi,
banjir, dan tanah longsor akibat ekspansi kegiatan manusia, (5) biodeviristy loss
akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan (6) terjadinya
kriminalitas dan konflik sosial akibat tingginya kompetensi dalam pemanfaatan
sumber daya alam (Dharmawan, 2007).
Menurut Hawley (1950), ekologi manusia sebagaimana ekologi tumbuh-
tumbuhan dan hewan memperesentasikan penerapan khusus dari pandangan
8
umum pada sebuah kelas khusus dalam sebuah kehidupan. Hal ini meliputi dua
kesadaran kesatuan mendasar dari lingkungan hidup dan kesadaran bahwa ada
perbedaan dalam kesatuan tersebut. Manusia sebagaimana kita tahu tidak hanya
mendiami sebuah tempat dalam kehidupannya dia juga mengembangkan
komunitasnya untuk menjalin hubungan yang komunitas lain dalam lingkungan
yang lebih luas sehingga terbentuklah komunitas biotik yang lebih luas.
Steiner (2002) menyatakan bahwa ruang lingkup ekologi manusia meliputi :
1. Sekelompok hal yang saling terkait
2. Ciri-ciri yang integratif
3. Perancah tempat dan perubahan
Dengan demikian ruang lingkup ekologi manusia adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan tempat manusia
2. Persebaran komunitas dan populasi dunia
3. Proses adaptasi manusia dengan lingkungannya
4. Kesadaran kultural manusia atas lingkungannya
5. Interaksi manusia dan ligkungan di luar tempat tinggalnya yang asli
Manusia adalah salah satu mahluk hidup yang harus berinteraksi degan alam
lingkunganya. Dalam kehidupanya, manusia berhubungan, memanfaatkan,d an
didukung oleh lingkungan hidupnya, baik lingkungan dalam pengertian biofosik
maupun pengertian koknitif. Pengertian koknitif adalah pengertian hanya di dalam
angan-angan, seperti ekonomi, sosial, budaya, adat istiadat,dan bahasa yang satu
dengan yang lain saling berhubungan saling mendukung saling mempengaruhi
dan saling memanfaatkan atau istilah dari itu semuanya saling interaksi.
Sedangkan pengertian biofosik adalah keadaan senyatanya, sebagai dari alam
lingkungan. Pengaruh manusia terhadap lingkunganya semakin lama semakin
banyak dan beraneka ragam, antara lain:
1. Manusia Sebagai Komponen Lingkungan yang Dominan
Lingkungan hidup manusia terdiri atas lingkungan biotik dan lingkungan non
biotik. Artinya,lingkungan hidup manuasia tidak hanya ditentukan oleh benda
hidup, tetapi juga oleh hal-hal yang bersifat tidak hidup disamping budaya dan
perilakunya. Dalam kesatuan ekosistem kedudukan manusia adalah sebagai
bagian dari unsur lain yang erat berkaitan dan tergantung pula pada kelestarian
ekosistemnya, namun faktor manusia lebih dominan. Manusia harus dapat
9
Lebih jelas lagi seperti yang dikemukakan oleh Andrey Armour. Lingkungan
hidup sosial meliputi:
1) Bagaimana manusia hidup, bekerja, bermain, dan berkativitas keseharian.
2) Sikap mental masyarakat.
3) Bagaimana kelakuan tindak-tanduk masyarakat.
4) Gaya hidup masyarakat.
5) Bagaimana kesehatan masyarakat.
6) Bagaimana kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
7) Bagaimana pendidikan masyarakat.
8) Ritual dan kehidupan beragama masyarakat.
9) Sistem nilai, norma, prilaku, sanksi, budaya, adat-istiadat, kebiasaan
masyarakat, keyakinan.
10) Community, dilihat dari aspek-aspek struktur penduduk, kohesi (hubungan
erat atau kebersamaan), stabilitas sosial, estetika, dan infrastruktur yang
digunakan atau diakui sebagai fasilitas umat.
11) Kepindahan penduduk misalnya transmigrasi, pindah biasa dari satu tempat
ke tempat lainnya atau misah rumah dari orang tua atau mertua ke kontrakan
atau menempati rumah baru dan sebagainya.
teras. Jenis rumput yang ccok adalah rumput yang mempunyai sistem
perakaran rapat dan dapat dijadikan hijauan pakan ternak, misalnya rumput
gajah (Pennisetum purpureum), rumput BD (Brachiaria humidicola), rumput
pahit (Paspallum notatum), dan lain-lain.
2. Pertanaman lorong
Sistem ini merupakan sistem pertanian dimana tanaman semusim ditanam
pada lorong di antara barisan tanaman pagar yang ditata menurut garis kontur.
Jenis tanaman yang cocok untuk tanaman pagar adalah tanaman kacang-
kacangan (leguminosa), seperti Flemingia congesta, gamal (Gliricidia
sepium), lamtoro (Leucaena leucocephala), dan Calliandra callothirsus.
Jarak antar baris tanaan pagar bekisar antara 4 sampai 10 m. Semakin curam
lereng, jarak antar barisan tanaman pagar dibuat semakin dekat.
3. Pagar hidup
Pagar hidup adalah barisan tanaman perdu atau pohon yang ditanam pada
batas kebun. Bila kebun berada pada lahan yang berlererng curam, maka
pagar hidup akan membentuk jejaring yang bermanfaat bagi konservasi tanah.
Pangkasannya dapat digunakan sebagai sumber bahan organik atau sebagai
hijauan pakan ternak. Jenis tanaman yang dipakai untuk pagar sebaiknya yang
mudah ditanam dan mudah didapatkan bibitnya, misalnya gamal dengan stek,
turi, lamtoro dan kaliandra dengan biji. Untuk tanaman pagar jenis
leguminose perdu (lamtoro,gamal), ditanam dengan jarak antar batang ± 20
cm. Jarak yang rapat ini untuk menjaga agar tanam pagar tidak tumbuh terlalu
tinggi.
4. Sistem multistrata
Sistem multistrata adalah sistem pertanian dengan tajukk bertingkat, terdiri
dari tanaman tajuk tinggi (seperti mangga, kemiri), sedang (seperti lamtoro,
gamal, kopi), dan rendah (tanaman semusim, rumput) yang ditanam di dalam
satu kebun. Antara satu tanaman dengan yang lainnya diatur sedemikian rupa
sehingga tidak saling bersaing. Tanaman tertentu seperti kopi, coklat
memerlukan sedikit naungan pertumbuhan dan produksinya akan terganggu.
politik juga memegang peranan yang tidak kalah penting. Prinsip-prinsip ekologi
yang mendasari pengembangan agroforestri di antaranya adalah:
1. Menciptakan kondisi tanah agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman, terutama
dengan mengolah bahan organik dan memperbaiki kehidupan organisme
dalam tanah.
2. Optimalisasi ketersediaan hara dan menyeimbangkan aliran hara, terutama
melalui fiksasi nitrogen, pemompaan hara, daur ulang dan penggunaan
pupuk sebagai pelengkap.
3. Optimalisasi pemanfaatan radiasi matahari dan udara melalui pengelolaan
iklim-mikro, pengawetan air dan pengendalian erosi.
4. Menekan kerugian seminimal mungkin akibat serangan hama dan penyakit
dengan cara pencegahan dan pengendalian yang ramah lingkungan
5. Penerapan sistem pertanian terpadu dengan tingkat keragaman hayati
fungsional yang tinggi, dalam usaha mengeksploitasi komplementasi dan
sinergi sumber daya genetik dan sumber daya lainnya.
Ketiga hal ini merupakan kunci utama dalam upaya untuk meningkatkan
sistem agroforestri menjadi lebih baik lagi. Ketiga poin ini merupakan perpaduan
usaha antara pengetahuan lokal dan pengetahuan ilmiah agar diperoleh manfaat
yang maksimal, baik kepada masyarakat lokal dan para peneliti ilmiah. Dalam
rangka memperbaiki sistem agroforestri, ketiga pendekatan tersebut saling
berhubungan erat dan tidak bisa dilepas begitu saja, dan masing-masing
pendekatan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan.