Anda di halaman 1dari 1

LAILA RISMAWATI - 1720525320013

Jurnal Q1: Environmental International: Ambient air pollution exposure and risk of migraine :
Synergistic effect with high temperature
Oleh Hyewon Lee, Woojae Myung, Hae-Kwan Cheong, Seung-Muk Yi, Yun-Chul Hong, Sung-Il Cho, dan Ho
Kim
Metode : Data yang diambil dari NEDIS yaitu jumlah pasien yang mengunjungi ED untuk migrain dari
tahun 2008-2014, khususnya untuk wilayah Seoul. Parameter yang diuji adalah PM2,5, PM10, SO2, O3,
NO2, CO dari 27 titik lokasi yang dimonitoring oleh Seoul Research Institute of Public Health and
Environment. Untuk varibel meterologi, seperti temperatur ambien, kelembaban relatif, curah hujan,
kecepatan angin, dan tekanan udara diambil dari Korea Meteorological Administration (KMA). Data
dianalisis menggunakan T-test. Hasil : Dari 18,921 penderita migrain dari tahun 2008-2014 dan72%
dialami oleh wanita, golongan umur terbanyak yang menderita migrain adalah dibawah umur 40 tahun
(57%). Jumlah kunjungan terbanyak adalah di hari Minggu dan level polusi udara pada case period lebih
tinggi dibanding control period, yaitu (PM2,5 24,3 μg/m3, PM10 48 μg/m3, NO2 35,9 ppb, SO2 5,23 ppb,
O3 30,9 ppb, dan CO 0,65 ppm). Berdasarkan hasil analisis T-test, nilai PM2,5, PM10, NO2, dan CO (p
=0,049-0,001), diketahui ada hubungan antara konsentrasi keempat parameter ini dengan kejadian
migrain. Selain itu diketahui bahwa temperatur yang tinggi memiliki hubungan dengan migrain.

Jurnal Q2: International Journal of Environmental Research and Public Health: Summary of Long Term
Effect of Outdoor Air Pollution on Mortality and Morbidity: A 12-
Year Follow-Up Study for Metropolitan France
Oleh : Shreosi Sanyal, Thierry Rochereau, Cara Nicole Maesano, Laure Com-Ruelle, dan Isabella Annesi-
Maesano
Metode : Data diperoleh dari CHIMERE, CepiDc, dan survey nasional EPS. Hubungan antara lama pajanan
zat polutan dengan penyakit menggunakan teknik regresi Poisson. Kemudian dihitung relative risk (RR)
untuk mengetahui risiko kelompok terpajan dan tidak terpajan. Hasil : Berdasarkan hasil analisis,
diketahui bahwa PM2,5 dan PM10 memiliki efek yang signifikan pada kematian secara alami, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit sistem pernapasan dimana nilai RR-nya pada semua model dan semua
penyebab kematian melebihi angka 1. Sedangkan untuk NO2, memilki nilai RR >1 pada model 1 dan 2,
khususnya untuk semua penyebab kematian dan penyakit kardiovaskular. Nilai NO2 pada kematian
akibat penyakit pernapasan tidak ada hubungan karena nilai RR <1. Untuk O3 nilai RR >1 hanya terdapat
pada model 1 untuk penyebab semua kematian, dan untuk penyakit kardiovaskular dan sistem
pernafasan nilai RR ≤1.

Jurnal Q3: Toxicology and Industrial Health: Carbon monoxide exposure among police officers working
in a traffic dense region of Southern India
Oleh : AJ Nair, M Nandini, S Adappa, dan C Mahabala
Metode : Peneitian bersifat cross-sectional. Sampel pada kasus ini memiliki jenis kelamin dan kelompok
umur yang sama dengan subjek kontrol. Subjek yang memiliki penyakit jantung, PPOK, gagal jantung
kongestif, dan menggunakan nitrat dikeluarkan dari sampel. Sampel pada penelitian ini berjumlah 32
orang, yaitu 17 orang polisi lalu lintas dan 15 subjek kontrol yang bekerja di dalam ruangan. Setiap
sampel akan diambil darahnya untuk diuji kandungan COHb dalam darahnya dengan metode Ernst
Beutler dan Carol West. Uji statistik yang digunakan pada penetian ini adalah uji Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 13 petugas yang bekerja di lapangan memiliki konsentrasi COHb
>2,5% dalam darahnya, dan tidak ada satupun petugas yang bekerja di kantor memiliki konsentrasi COHb
>2,5% pada darahnya. Berdasarkan uji Mann-Whitney, diketahui nilai p < 0,001, yang berarti ada
perbedaan antara jumlah konsentrasi COHb pada darah pada dua subjek yang berbeda. Diantara 17
petugas lapangan, 10 orang memiliki kadar COHb <4% dan 7 orang lainnya memiliki COHb >4%. Pekerja
yang memiliki kandungan COHb >2,5% sering mengalami sakit kepala.

Anda mungkin juga menyukai