Anda di halaman 1dari 10

1.

Tanda dan gejala Hemotoraks

• Denyut jantung yang cepat

• Kecemasan

• Kegelisahan

• Kelelahan

• Kulit yang dingin dan berkeringat

• Kulit yang pucat

• Rasa sakit di dada

• Sesak nafas

2. Etiologi Hemotoraks
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darahintercostalatau arteri
mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera tumpul. Dislokasi fraktur dari
vertebrata torakal juga dapat menyebabkan hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan
tidak memerlukan intervensi operasi.
Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.Dapat juga terjadi pada pasien yang
memiliki:
 Sebuah cacat pembekuan darah
 Trauma tumpul dada
 Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
 Kanker paru-paru atau pleura
 Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru )
 Penempatan dari kateter vena sentral
 Operasi jantung
 Tuberkulosis
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc dalam rongga pleura.
Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemikataupembuluh darah pada
hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat
menyebabkan hipoksia.

7. Komplikasi Hemotoraks

Komplikasi dapat berupa :

1. Kegagalan pernafasan

2. Kematian

3. Fibrosis atau parut dari membran pleura

4. Syok

Klasifikasi hematothorax

1. Ringan (<300 cc), sedang (300-800 cc), berat (>800 cc)


2.2.3 Intervensi keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan
/ Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

1. Pola Nafas NOC: NIC:


tidak efektif
berhubungan  Respiratory status :  Membuka jalan napas
dengan : Ventilation
 Memposisikan pasien untuk
- Hiperventilasi  Respiratory status : mendaptkan ventilasi
Airway patency maksimal
- Penurunan
energi/kelelah  Vital sign Status  Mengeluarkan sekret dengan
an batuk efektif atau suction

- Perusakan/pel  Mengajarkan batuk efektif


emahan Setelah dilakukan
muskulo- tindakan  Auskultasi suara napas
skeletal keperawatan selama
………..pasien  Memonitor status respiratori
- Kelelahan otot menunjukkan daan oksigenasi
pernafasan keefektifan pola
nafas, dibuktikan  Terapi oksigen
- Hipoventilasi dengan kriteria hasil:
 Memebersihkan sekresi pada
sindrom
 Mendemonstrasikan mulut, hidung dan trakea
- Nyeri batuk efektif dan suara
 Memelihara kepatenan jalan
nafas yang bersih, tidak
- Kecemasan napas
ada sianosis dan dyspneu
- Disfungsi (mampu mengeluarkan  Memberikan suplemen
Neuromuskule sputum, mampu oksigen
r bernafas dg mudah,
tidakada pursed lips)  Memonitor aliran oksigen
- Obesitas
 Menunjukkan jalan  Memonitor kemampuan
- Injuri tulang nafas yang paten pasien dalam memelihara
belakang (klien tidak merasa oksigen
tercekik, irama
nafas, frekuensi  Mengobservasi tanda
pernafasan dalam terjadinya hipoventilasi
DS:
rentang normal,
tidak ada suara  Memonitor kecemasan pasien
- Dyspnea
nafas abnormal)  Mngajarkan pada pasoen dan
- Nafas pendek keluarga bagaimana
 Tanda Tanda vital
DO: dalam rentang menggunakan oksigen
normal (tekanan dirumah
- Penurunan darah, nadi,  Posisikan pasien untuk
tekanan pernafasan) memaksimalkan ventilasi
inspirasi/ekspi
rasi  Pasang mayo bila perlu

- Penurunan  Lakukan fisioterapi dada jika


pertukaran perlu
udara per
menit  Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
- Menggunakan
otot  Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan adanya suara tambahan
tambahan
 Berikan bronkodilator :
- Orthopnea
-…………………..
- Pernafasan
…………………….
pursed-lip
 Berikan pelembab udara Kassa
- Tahap
basah NaCl Lembab
ekspirasi
berlangsung  Atur intake untuk cairan
sangat lama mengoptimalkan
- Penurunan keseimbangan.
kapasitas vital  Monitor respirasi dan status
- Respirasi: < 11 O2
– 24 x /mnt
 Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea

 Pertahankan jalan nafas yang


paten

 Observasi adanya tanda tanda


hipoventilasi

 Monitor adanya kecemasan


pasien terhadap oksigenasi

 Monitor vital sign

 Informasikan pada pasien dan


keluarga tentang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas

 Ajarkan bagaimana batuk


efektif
 Monitor pola nafas

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Jalan Nafas tidak NOC: NIC: Bantuan ventilasi


efektif berhubungan
dengan:  Respiratory status : Aktivitas:
Ventilation
- Infeksi, disfungsi  Memelihara kepatenan jalan nafas
neuromuskular,  Respiratory status : Airway
patency  Memonitor eek
hiperplasia dinding
perubahan oksigenasi
bronkus, alergi jalan
nafas, asma, trauma  Aspiration Control
 Membantu bernafas
- Obstruksi jalan nafas :  Setelah dilakukan tindakan dalam
spasme jalan nafas, keperawatan selama
…………..pasien  Mengauskultasi suara
sekresi tertahan, nafas
banyaknya mukus, menunjukkan keefektifan
jalan nafas dibuktikan
adanya jalan nafas  Mengajarkan teknik
buatan, sekresi dengan kriteria hasil :
bernafas lewat mulut
bronkus, adanya
 Mendemonstrasikan batuk
eksudat di alveolus,  Mengajarkan teknik
efektif dan suara nafas
adanya benda asing di bernafas dengan baik
yang bersih, tidak ada
jalan nafas.
sianosis dan dyspneu  Memonitor kelemahan
(mampu mengeluarkan
DS: sputum, bernafas dengan otot respirasi
mudah, tidak ada pursed
- Dispneu lips)
DO:  Menunjukkan jalan nafas  Pastikan kebutuhan oral /
yang paten (klien tidak tracheal suctioning.
- Penurunan suara
merasa tercekik, irama
nafas  Berikan O2 ……l/mnt,
nafas, frekuensi
metode………
- Orthopneu pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara  Anjurkan pasien untuk istirahat
- Cyanosis nafas abnormal) dan napas dalam
- Kelainan suara nafas  Mampu  Posisikan pasien untuk
(rales, wheezing) mengidentifikasikan dan memaksimalkan ventilasi
mencegah faktor yang
- Kesulitan berbicara penyebab.  Lakukan fisioterapi dada jika
- Batuk, tidak efekotif perlu
 Saturasi O2 dalam batas
atau tidak ada normal  Keluarkan sekret dengan batuk
- Produksi sputum atau suction
 Foto thorak dalam batas
- Gelisah normal  Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
- Perubahan frekuensi
dan irama nafas  Berikan bronkodilator :

- ………………………

- ……………………….

- ………………………

 Monitor status hemodinamik

 Berikan pelembab udara Kassa


basah NaCl Lembab

 Berikan antibiotik :

…………………….

…………………….

 Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan
keseimbangan.

 Monitor respirasi dan status O2

 Pertahankan hidrasi yang


adekuat untuk mengencerkan
sekret

 Jelaskan pada pasien dan


keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction,
Inhalasi.
HEMATOTHORAX

Adanya darah di dalam rongga dada. sebanyak >20 cc/Kg BB /jam ( >1500 cc )

Patofisiologi dan Etiologi

1. Trauma tajam ataupun trauma tumpul

Hal ini bisa terjadi apabila trauma tumpul dapat menimbulkan fraktur tulang iga, sehingga
terjadi robekan pembuluh darah interkostalis dan juga menimbulkan robekan pada jaringan
paru.

2. Robekan aneurisma aorta.

3. Komplikasi karena pemberian obat antikoagulansia pada infark paru

4. Pada penderita dengan kelainan “haemorrhagic diathesis”.

5. Komplikasi pada operasi thoraks

Gejala Klinis

Gejala dan keluhan hemothorax tergantung dari berat ringannya trauma. Penderita bisa
mengeluh sesak napas, nyeri dada dan sampai shock serta anemia.

Diagnosa

1. Anamnesa

 Keluhan Sesak Nafas

 Adanya riwayat trauma pada dada atau sehabis tindakan pembedahan

2. Pemeriksaan fisik

Didapatkan tanda-tanda seperti pada efusi pleura :

 Pada hemithorax yang sakit pergerakan berkurang.

 Perkusi pada hemithorax yang sakit terdengar redup dan pada auskultasi, suara napas
terdengar berkurang atau hilang sama sekali.

3. X-ray Thorax
Terdapat gambaran radiologis seperti pada efusi pleura.

Gambar. Gambaran efusi pada posisi PA dan Lateral dekubitus.

Gambar. Gambaran seperti efusi pleura pada posisi

4. Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium cairan aspirasi didapatkan :

 Jumlah eritrosit 5 – 6000/mm3 ( a rosy tint)

 Etrirosit > 10.000/ mm3 (seroanguinous)


 Didapatkan pada efusi pleura hemoragis yang berasal dari komplikasi thorakosintesis,
cairan tersebut disentrifus supernatannya menjadi jernih. Sedangkan pada
hematothorax supernatannya tetap merah.

 Kadar Hb yang berasal dari rongga pleura > 1g/dL atau bila kadar Hb dari darah
hemothorax separuh dari harga Hb darah perifer.

Penatalaksanaan

Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan
terjadinya kegagalan pernapasan.
Kegagalan pernapasan disebabkan adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura menekan
jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi.
Maka pengobatan hemothorax sebagai berikut :

1. Pengosongan rongga pleura dari darah

Pemasangan WSD

2. Menghentikan perdarahan

Bila dengan pemasangan WSD darah tetap tidak berhenti maka dipertimbangkan untuk
thorakostomi.

3. Perbaikan Keadaan umum pasien.

Referensi

1. Baum GL. Textbook of Pulmonary Disease, Little Brown and Co Boston, 1974, p. 973 – 974.

2. Graham K. Crompton. Diagnosis and Management of Respiratory Disease. Blackwell Scientific


publications 1980.

3. Ingram RH. Disease of The Pleura, Mediastinum and Diaphragma, In : Harrison’s, Principles of
Internal Medicine, 10th edition,. Mc Graw Hill Book Co., Japan, p. 1582.

4. Pare JAP and Fraser RG. Synopsis of Disease of The Chest. W.B Saunders Co., Philadelphia, 1983,
p. 6833 – 6834.

Anda mungkin juga menyukai