ELEKTROFORESIS DNA
KELOMPOK 7
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. VIRUS
a. Pengertian Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasite obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam sel material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler
untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat
(DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lidip, glikoprotein atau kombinasi ketiganya.
Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat
bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya (4)
Virus merupakan parasit obligat intraseluler dimana dalam replikasinya
sangat bergantung pada system metabolisme sel inang. Ukuran virus sangat kecil
(ukuran virus 20-30 nm) sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan
tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Virus hanya bisa dilihat dengan
mikroskop elektron. Virus adalah agen infeksius ukuran kecil dan komposisi
sederhana yang dapat berkembang biak hanya dalam sel hidup dari hewan, tumbuhan,
atau bakteri (5)
b. Isolasi DNA
Asam nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit
mononukleotida, jika unit-unit pembangunnya deoksinukleotida maka asam nukleat
itu disebut deoksiribonukleat (DNA) dan jika terdiri dari unit-unit mononukleotida
disebut asam ribonukleat (RNA). Ekstraksi atau isolasi asam nukleat adalah salah
satu teknik dasar yang harus dikuasai dalam mempelajari teknik biologi molekular.
Ekstraksi atau isolasi asam nukleat dapat membuang dan memisahkan asam nukleat
dari komponen sel lainnya (protein, karbohidrat, lemak, dll) sehingga asam nukleat
yang diperoleh dapat dianalisis atau dimodifikasi lebih lanjut dengan teknik biologi
molekular lainnya. Ekstraksi asam nukleat ini berguna untuk meneliti bahan yang
bersifat mikro dengan alat-alat yang bersifat mikro (C et al., 2014).
Isolasi DNA merupakan salah satu teknik dasar dalam biologi molekuler yang
dapat dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang kompleks mengenai
informasi genetik yang dimiliki oleh suatu organisme. Informasi pada DNA disimpan
dalam bentuk basa nukleotida yaitu adenine (A), guanine (G), cytosine (C), dan timin
(T). Setiap sekuen basa nukleotida mengandung informasi genetik yang berperan
dalam perkembangan dan pengaturan organisme. Sebuah sel memiliki DNA yang
merupakan materi genetik dan bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan.Suatu
sel lengkap dari materi genetik (DNA) yang dimiliki oleh organisme dan terorganisasi
menjadi kromosom disebut sebagai genom. DNA dapat diisolasi, baik pada manusia,
tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme (6).
Isolasi DNA merupakan tahapan pekerjaan awal yang harus dilakukan dalam
berbagai pemeriksaan analisis DNA. Keberhasilan proses isolasi DNA seringkali
sangat menentukan hasil pekerjaan selanjutnya. Proses ekstraksi untuk mendapatkan
DNA berkualitas tinggi merupakan satu kaidah dasar yang harus dipenuhi dalam
analisis molekuler. Berbagai analisis biologi molekuler memerlukan hasil isolasi
DNA dengan tingkat kemurnian dan kualitas yang baik. DNA hasil isolasi harus
terbebas dari berbagai kontaminan seperti protein dan RNA yang dapat menggangu
berlangsungnya proses PCR. Oleh karena itu, metode isolasi DNA yang tepat sangat
diperlukan untuk mendapatkan DNA dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Kualitas DNA genom yang baik merupakan hal penting yang dibutuhkan dalam
aplikasi biologi molekuler. Aplikasi tersebut meliputi PCR (Polymerase Chain
Reaction), RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism), RAPD (Random
Amplified Polymorphic DNA), dan analisis molekuler yang lain. Berbagai teknik
ekstraksi DNA telah dikembangkan dari prinsip dasar sehingga saat ini muncul
berbagai teknik ekstraksi dan purifikasi DNA dalam bentuk kit yang prosesnya akan
lebih mudah, cepat, dan sederhana (7)
Elektroforesis gel merupakan salah satu teknik utama dalam biologi
molekular. Prinsip dasar teknik ini adalah bahwa DNA, RNA, atau protein dapat
dipisahkan oleh medan listrik. Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk
memisahkan sampel DNA berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik
molekulnya. Gel yang biasa digunakan antara lain agarose (8)
c. Elektroforesis
Manfaat elektroforesis gel antara lain untuk mengetahui ukuran fragmen DNA
dari produk PCR, memisahkan produk DNA dari hasil digesti yang berbeda ukuran,
kemudian di-sequencing, dan juga untuk pemurnian atau purifikasi DNA.
Marker adalah segmen DNA yang spesifik dan telah diketahui ukurannya.
Marker berfungsi untuk mengetahui ukuran DNA hasil apmlifikasi. Marker DNA
yang terdapat dalam gel elektroforesis berfungsi sebagai penanda posisi molekul
DNA yang bermigrasi untuk menentukan perkiraan ukuran basa-basanya (11)
DNA dapat ditentukan ukurannya dengan melakukan migrasi didalam gel agarose
atau gel poliakrilamid. Migrasi DNA didalam gel ini biasa disebut dengan
elektroforesis. DNA dalam gel agarosa dapat terlihat dengan penambahan red gel yang
akan berikatan dengan DNA dan akan bersifat fluorescens dibawah sinar UV.
Penambahan loading dye dilakukan bertujuan sebagai penanda pergerakan DNA dalam
gel agarose.(12)
METODE PRAKTIKUM
3.1.1 Waktu :
Kamis, 6 Desember 2018
Pukul : 14.00-16.50 WITA
3.1.2 Tempat :
Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
1. DNA Marker
2. Sampel Isolasi Jaringan
3. Sampel Isolasi Plasma
4. Ethidium Bromide (EtBr)
5. Gel Agarose
6. Loading Buffer (Loading dye)
7. Buffer Tri-Asetat-EDTA (TAE)
8. Akuades
3.3 CARA KERJA
3.3.1 Pembuatan Gel Agarose
1. Dibut TAE dengan kepekatan 1X dari buffer TAE 50X, dengan cara
memipet 20 mL TAE 50X dilarutkan dalam 980 mL akuades
2. 1,5 gram bubuk agarose dilarutkan pada 150 ml Buffer TAE 1X.
3. Campuran tersebut dilarutkan dengan cara dipanaskan.
4. Setelah semua terlarut kemudian didiamkan pada suhu ruang.
5. Gel Comb dipasang pada tangki elektroforesis.
6. Larutan agarose dituangkan pada tangki elektroforesis dan didinginkan
hingga mengeras.
7. Setelah gel tersebut mengeras, sisir dapat diambil dan gel agarose siap
untuk digunakan.
3.3.2 Elektroforesis
1. Gel Agarose direndam dengan Buffer TAE.
2. Disiapkan kertas parafilm, ditambahkan dengan 2µl gel stain diatasnya.
3. Ditambahkan 2µl loading dye dicampur dan 5µl produk DNA pada
parafilm yang telah tersedia dengan bantuan mikropipet, lalu
dicampurkan.
4. Campuran tersebut dituangkan ke sumur/well pada gel agarose
5. Sedangkan untuk 5µl DNA marker 100bp yang ditambahkan dengan 2 µl
gel stain dituangkan pada sumur/well pertama.
6. Tangki elektroforesis kemudian ditutup dan dihubungkan ke power
supply.
7. Power Supply ( 250mA, 100V) dinyalakan selama 45 menit.
2. Dinyalakan UV solo dengan cahaya putih, buka pintu dan letakkan gel di
atas permukaan transiluminator. Tutup pintu kembali.
5. Pada software, tekan Start Preview untuk melihat gel. Untuk mengubah
posisi gel, dimatikan lampu UV dan tur posisi gel kembali.
6. Sambil melihat tampilan gel pada LCD, diatur kcerahan dengan memutar
knob F-Stop dan diatur focus lensa.
10. Gambar preview yang dibesar atau dikecilkan akan menjadi hasil gambar
yang diambil, disimpan, dan dicetak.
11. Ditekan Capture Mode untuk mengatur waktu ekspose UV saat melihat
atau mengambil gambar. Auto exposure dapat diatur dan memilih : Best
Better Good Minimum.
12. Ditekan tombol Histogram untuk pengaturan gambar (terang atau gelap)
dan dapat menekan tombol Reset untuk mengembalikannya seperti semula.
Diubah Auto Adjust ON akan mengatur histogram secara otomatis
sehingga mendapatkan hasil yang ideal.
13. Ditekan Action untuk mengambil langkah Start Preview, Start Capture,
Do Nothing.
16. Gambar yang diambil akan tersimpan atau tercetak secara otomatis ataupun
dapat dilakukan manual dengan menekan tombol Save dan Print (otomatis
atau annual dapat diatur di setting). Gambar akan tersimpan dilokasi yang
telah diatur dalam setting.
18. Dimatikan alat dengan menekan tombol Power pada bagian kanan atas
touch screen dan dikelurkan gel setelah UV Solo TS selesai digunakan.
BAB IV
4.2PEMBAHASAN
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
2. Lestari P. Uji aktivitas pemotongan dna superkoil fraksi protein daun kucing-
kucingan (. 2008;
11. Biomedicine T. Modified gel preparation for distinct DNA fragment analysis
in agarose gel electrophoresis. 2010;27(2):351–4.
12. Sinaga J. Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis
Agarose. Nama Juwita Rika Nailuvar Sinaga. 2012;
13. Pakpahan SE. Pengujian Konsentrasi gel agarose 1% dan 1,2% pada
elektroforesis DNA Mycobacterium Tuberculosis. 2015;5:19–23. Available
from: http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melitus-penyebab-
kematian-nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-
posbindu.html
15. Agnes Rengga Indrati, Ida parwati N. Jurnal 4.Pdf. Vol. XL No 4, Korelasi
Nilai Anion Gap Dengan Nilai Base Excess Serta Peranan Kadar Klorida
Terhadap Anion Gap Pada Penderita Asidosis Metabolik. 2008.