Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

i.1. Latar Belakang


Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan
untuk mengenali perubahan fisiologik yang terkait dengan proses kehamilan. Perubahan tersebut
mencakup perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomic dan fisiologik
dalam kehamilan. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologik dalam kehamilan.
Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologik ini menjadi modal dasar dalam
mengenali kondisi patologik yang dapat mengganggu status kesehatan ibu ataupun bayi yang
dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas kesehatahn dapat
mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang optimal dari kehamilan
dan persalinan.1
Secara mayoritas kehamilan akan diterima oleh ibu sebagai hal yang harus dijalani.
Dengan demikian intervensi pada proses ini seharusnya diyakini member manfaat dan dapat
diterima oleh setiap ibu hamil. Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan
pengetahuan tentang fisiologi awal kehamilan. Pengenalan ini juga penting bagi penapisan
terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama kehamilan.1,2
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu atau seorang perempuan
yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil. Tanda-tanda tidak pasti atau terduga hamil adalah
perubahan anatomis dan fisiologik selain tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi dan
dikenali oleh pemeriksa. Tanda-tanda pasti kehamilan sendiri merupakan data atau kondisi yang
mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan
direkam oleh pemeriksa ( misalnya denyut jantung janin, gambaran sonogram janin, dan gerakan
janin).1
Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma laki-laki.
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium ) tidak dilepaskan sehingga
amenore atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan. Namun, hal ini tidak
dapat dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena amenore dapat juga terjadi pada beberapa
penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan factor-faktor lingkungan, malnutrisi dan (yang paling
sering) gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan pada
mereka yang ingin sekali hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil semu). Konsentrasi

1
tinggi estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada
payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit, dan pembesaran uterus. Adanya Chorionic
gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasar uji imunologik kehamilan. Korionik somatotropin
(Human Placental Lactogen /hPL) dengan muatan laktogenik akan merangsang pertumbuhan
kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai perubahan metabolic dan sebagainya.1,3

I,2. Tujuan
Fisiologi kehamilan merupakan perubahan yang secara mayoritas akan dialami oleh setiap
perempuan. Oleh karena itu, penekanan terhadap pemahaman tentang perubahan-perubahan yang
terjadi selama masa kehamilan akan membuat perempuan mengerti tentang apa saja perubahan-
perubahan yang akan terjadi selama kehamilan.

I.3. Harapan
Pengenalan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara fisiologis selama masa kehamilan
akan menjadi langkah awal yang baik untuk menanggulangi angka kematian janin di masa
depan. Oleh karena itu diharapkan setiap tenaga media khususnya dokter mampu mengenali dan
memahami tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi selama masa kehamilan guna
meningkatkan angka kesejahteraan perempuan dan janin menuju ke arah yang lebih baik.

2
Bab II. Tinjauan Pustaka

II. 1. Kehamilan1,2,3
Kehamilan adalah masa di mana terdapat janin di dalam rahim seorang perempuan. Masa
kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sperma laki-laki dengan sel
telur yang dihasilkan indung telur. Setelah pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa janin
dan tumbuh di dalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi
janin.
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan sendiri terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester ke satu berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke 28 hingga ke-40).
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relative
tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi
yang terkoordinasi diselingi dengan suatu periode relaksasi dan mencapai puncaknya menjelang
persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode post partum.
Untuk terjadinya suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri dari tiga bagian
yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus,
ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dan ekor. Dengan getaran
ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat. Ovum sendiri, setelah dikeluarkan oleh folikel
DeGraf matang di ovarium, maka folikel ini akan berubah menjadi korpus luteum yang berperan
dalam siklus menstruasi dan mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi.

3
II. 2. Pembuahan (fertilisasi)1,3,7

Pembuahan atau fertilisasi adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang biasanya
berlangsung di ampula tuba. Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan di sekitar
porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan
tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana spermatozoa dapat
memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi. Pada kondisi optimal, sperma memerlukan waktu
2-7 jam untuk bergerak melalui uterus menuju lokasi fertilisasi dalam saluran tuba fallopi.
Spermatozoa dapar bertahan 24-48 jam dalam saluran reproduksi wanita. Hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Selama kapasitasi,
selubung glikoprotein yang menempel pada membrane sel spermatozoa dilepaskan dan
menyebabkan perubahan pada permukaan membrane sperma dan mengadakan reorganisasi pada
membrane sperma tersebut. Kapasitasi ini akan memungkinkan terjadinya reaksi akrosom.
Reaksi akrosom ini akan melepaskan enzim proteolitik yang akan memungkinkan
spermatozoa untuk melewati korona radiate (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida pada
ovum. Kedua lapisan ini merupakan dua lapisan yang menutupi dan ,mencegah ovum mengalami
fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Penetrasi zona pellucida akan memungkinkan terjadinya
kontak antara spermatozoa dengan membrane oosit. Penetrasi ini akan mengakibatkan terjadinya
reaksi korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum akan berfusi dengan membrane plasma sel,
sehingga enzim di dalam granula-granula akan dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida.
Hal ini mengakibatkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu
materi yang keras dan susah ditembus oleh spermatozoa lainnya. Saat fusi antara sel membrane
sperma dengan sel telur sudah terjadi 3 peristiwa penting pada oosit, yaitu :
a. Depolarisasi membrane sel telur sehingga terjadi blockade primer terhadap polispermia
(spermatozoa lainnya susah masuk ke dalam sel telur). Hanya satu pronukleus pria yang
dapat berfusi dengan pronukleus wanita dan menjaga keadaan diploid dari zigot.
b. Reaksi kortikal, menyebabkan zona pelusida menjadi keras sehingga mencegah sperma
lain untuk berikatan dengan zona pelusida. Terjadi blockade sekunder terhadap
polispermia

4
c. Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeluarkan dari sel
telur sehingga memastikan bahwa pronukleus wanita bersifat haploid. Sekali lagi, hal ini
akan menjaga sifat diploid pada hasil konsepsi menyebabkan kegagalan proses
kehamilan.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membrane nukleusnya yang tinggal
hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah
sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa
ke dalam vitelus membangkitkan nucleus ovum yang masih dalam metaphase untuk proses
pembelahan selanjutnya. Sesudah anaphase kemudian timbul telofase, dan benda kutub kedua
akan menuju ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Inti
sel sperma kemudian akan masuk ke dalam sitoplasma sel telur dan mengadakan fusi materi
genetic. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan
genetic dari perempuan dan laki-laki. Dalam beberapa jam setelah terjadinya permbuahan, akan
terjadi pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum mengandung
banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-
pembelahan selanjutnya berjalan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang
sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium marula. Energi untuk pembelahan ini
diperoleh dari vitelus, hingga volume vitelus akan semakin berkurang dan terisi sepenuhnya oleh
morula. Dengan demikian, zona pelusida utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi
tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus sampai ke pars ismika
dan pars intersitisial tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kea rah kavum
uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Bila ovum
dibuahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin
yang dihasilkan sinsitiotrofoblas disekitar blastokis menjadi korpus luteumn kehamilan.
Progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum sangat diperlukan untuk menyiapkan
proses implantasi di dinding uterus dan proses kehamilan dalam trimester pertama sebelum
nantinya fungsi ini diambil alih oleh plasenta pada trimester kedua. Progesterone yang dihasilkan
dari korpus luteum juga menyebabkan peningkatan suhu tubuh basal yang terjadi setelah ovulasi
akan tetap bertahan.

5
II. 3. Nidasi (implantasi)1,3,4

Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga


amenore atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan. Pada hari keempat hasil
konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut blastokista. Suatu bentuk yang bagian luarnya
adalah trofoblas dan bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini akan
berkembang menjadi janin dan trofoblas berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian,
blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas sendiri akan
memproduksi hormone Chorionic gonadotropin (hCG) yang kan memastikan bahwa
endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio. Produksi hCG akan
meningkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. hCG inilah
yang khas untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Proses yang kompleks antara trofoblas
dan endometrium ini akan mengatur proses nidasi. Di satu sisi trofoblas mempunyai kemampuan
invasive yang kuatm di sisi lain endometrium akan mengontrol invasi trofoblas dengan
mensekresikan faktor-faktor yang aktif setempat (local) yaitu inhibitor sitokin dan protease.
Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan antara trofoblas dan
endometrium.
Blastokista dengan bagian yang mengandung massa inner cell dengan aktif akan mudah
masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-
kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada
luka desidua (tanda Hartman).
Pada umumnya blastokista masuk diendometrium dengan bagian mana massa inner cell
berlokasi. Dikemukakan bahwa inilah yang menyebabkan tali pusat berpangkal di sentral atau
para sentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium, maka akan
ditemukan tali pusat dengan insersio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau
belakang uterus, dekat pada area fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah disebut adanya
kehamilan. Setelah nidasi berhasil terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastokista. sel-sel yang
lebih kecil, yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac sedangkan sel-
sel yang lebih besar akan menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Ruang amnion ini
akan bertumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom sehingga dinding ruang amnion dan
embrio menjadi padat, dinamakan bodystalk yang menghubungkan embrio dan dinding trofoblas,

6
bodystalk ini akan berkembang menjadi tali pusat. Di dalam body stalk ini akan ditemukan
adanya jaringan lembek bernama selei Wharton, yang berfungsi melindungi 2 arteri umbilikasi
dan 1 vena umbilikalis yang berada di dalam tali pusat.

II. 4. Plasentasi1,4

Plasentasi adalah proses pembentukkan struktur dan jenis plasenta. Plasentasi ini
berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama, perkembangan
hasil konsepsi, trofoblas invasive melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah csinus intertrofoblastik yaitu ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-
pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini akan berjalan terus sehingga timbul
ruangan-ruangan interviller di mana vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara ruangan-
ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. Tiga minggu pasca fertilisasi sirkulasi darah
janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukkan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini
berakhir dilengkungan kapiler di dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan
darah maternal yang dipasok arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Villi korialis ini
akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yang disebut plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kea rah kavum uteri disebut desidua
kapsularis yang terletak natara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis disitu
plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis.
Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis dan
berpangkal pada korion. Sel-sel fibroblast mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi
pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian, akan terbentuk membrane korion. Selain itu, vili
korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di
sini korian disebut korion frondosum. Yang berhungan dengan desidua kapsularis kurang
mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh kea rah kavum uteri sehingga lambat-laun
menghilang; korion yang gundul ini disebut korion leave.
Darah janin dan ibu dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada
pencampuran darah antara janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat

7
dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut
lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkn, plasenta akan terlepas dari endometrium pada lapisan
nitabuch ini.

II.5. Selaput dan Cairan Amnion1,2,3


Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tapi kuat. Bagian dalam
selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ectoderm.
Bagian luar dari selaput ini merupakan jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm. Sel
mesenkim ini berfungsi menghasilkan kolagen sehingga selaput dapat menjadi lentur dan kuat.
Pecahnya ketuban ini erat kaitannya dengan kekuatan dari selaput. Sejak awal kehamilan, cairan
amnion telah dibentuk.
Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus penunjang
pertumbuhan. Fungsi cairan amnion ini juga pengting yaitu untuk menghambat bakteri karena
mengandung zat-zat seperti fosfat dan seng. Selaput plasenta yang meliputi permukaan plasenta
akan mendapatkan difusi dari pembuluh darah korion dipermukaan. Volume cairan amnion pada
kehamilan aterm rata-rata ialah 800 ml, cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis nya
1,008kg/m3. Setelah 20 minggu produksi cairan berasal dari urine janin. Sebelumnya cairan
amnion juga banyak berasal dari rembesan kulit, selaput amnion, dan plasenta. Janin juga dapat
meminum cairan amnion. Secara klinis, dairan annion ini bermanfaat untuk deteksi dini kelainan
klinis pada kondisi janin. Pada poli hidramnion (> 2 liter) mungkin berkaitan dengan diabetes
atau trisomi 18. Sebaliknya pada oligohidramnion berkaitan dengan trisomi 21 atau 13, atau
hipoksia janin. Setelah 38 minggu, volume cairan amnion akan berkurang, tetapi pada posterm
oligohidamnion hal ini akan menjadi penanda serius apalagi bila bercampur mekonium.

II. 6. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Perempuan hamil1,3

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respon terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hamper semua ini
akan kembali ke keadaan semula seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.1

8
Pemahaman tentang perubahan anatomi dan fisiologi selama kehamilan merupakan salah
satu tujuan dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mungkin dapat mengerti proses penyakit yang
terjadi selama kehamilan dan masa nifas tanpa disertai mengenai perubahan anatomi dan
fisiologi ini.

II. 6. 1. Sistem reproduksi


II.6.1.1 Uterus1,3,7
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar
biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan
semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus
mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan
berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan amnion rata-
rata pada pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter
atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi
miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan
elastic, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan
dinding uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar
1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi oleh hormone estrogendan sedikit oleh
progesterone. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dngan
kehamilan ektopik. Akan tetapi setelah kehamilan 12 minggulebih penambahan uterus
didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan tuba falopi, ovariuml, dan
ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apek fundus. Sementara pada akhit kehamilan
akan berada sedikit di atas pertengaha uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan otot-
otot uterus, di mana bagian uterus yang mengelilingi implantasi plasenta akan bertambah besar
lebih cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata.
Fenomena ini disebut tanda Piscaseck.

9
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah
avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus uterus akan
bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval. Ismus uteri pada
minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi
lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda hegar.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan
seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke
samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hamper menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus
akan berotasi kea rah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri
pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi segmen bawah uterus. Pad akhir
kehamilan otot-otot nuterus bagian atas akan berkontrksi sehingga segmen bawah uterus akan
melebar dan menipis. Batas antara segmen atasyang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut
dengan lingkaran retraksi fisiologis.
Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak teratur
dan umumnya tidak terasa nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Braxton hicks pada tahun
1872 sehingga disebut dengan kontraksi Braxton hicks. Kontraksi ini akan muncul tiba-tiba dan
sporadic, intensitasnya bervariasi antara 5-25 mmHg. Sampai bulan terakhir kehamilan biasanya
kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu sebelum persalinan. Hal ini
erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan gap junction di antara sel-sel
miometrium. Pada saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10 sampai 20 menit, dan pada akhir
kehamilan kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan
palsu.

II.6.1.2. Serviks1,3,9
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini
terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks. Bersamaan
dengan terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Berbeda kontras
dengan korpus, servik hanya memiliki 10-15% otot polos. Jaringan ikat serviks terutama kolagen
tipe 1 dan 3 dan sedikit tipe 4 pada membrane basalis. Diantara molekul-molekul kolagen itu,
berkatalasi glikosaminoglikan dan proteoglikan, terutama dermatan sulfat, asam hialuronat, dan

10
heparin sulfat. Juga ditemukan fibronektin dan elastin dianatara serabut kolagen. Rasio tertinggi
elastin terhadap kolagen terdapat pada ostium interna. Baik elastin maupun otot polos akan
makin berkurang jumlahnya mulai dari ostium interna ke ostium eksterna.
Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang mengalami
perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin dalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan.
Serviks didominasi oleh jaringan ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks
ekstraseluler terutama mengandung kolagen dengan elastin dan proteoglikan dan bagian sel yang
mengandung otot tidak sama sepanjang serviks yang semakin ke distal rasio ini semakin besar.
Pada perempuan yang tidak hamil berkas kolagen pada serviks terbungkus rapat dan tidak
beraturan. Selama kehamilan, kolagen secara aktif disintesis dan terus menerus diremodel oleh
kolagenase, yang disekresi oleh sel-sel servik dan neutrofil. Kolagen didegradasi oleh
kolagenaseintraseluler yang menyingkirkan struktur prokolagen yang tidak sempurna untuk
mencegah pembentukan kolagen yang lemah, dan kolagen ekstrasluler yang secara lambat akan
melemahkan mariks kolagen agar persalinan dapat berlangsung.
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat terbungkus.
Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel oto
polos dan jaringan elastic, serabut kolagen akan bersatu dengan arah parallel terhadap sesamanya
sehingga servik menjadi lunak disbanding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu
mempertahankan kehamilan.
Pada saat kehamilan mendekat aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi
kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dan keadaan yang relative dilusi dalam keadaan
menyebar (dispersi) dan ter-remodel menjadi serat. Dispersi ini meningkat oleh peningkatan
rasiio dekorin terhadap kolagen. Karena serabut terdispersi, konsentrasi air meningkat seperti
halnya asam hialuronat dan glikosaminoglikan. Asam hialuronat dihasilkan oleh fibroblast dan
memiliki afinitas yang tinggi terhadap molekul air. Penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut
ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks. Beberapa perubahaan ini berhubungan
dengan disperse yang terjadi lebih awal. Pada kehamilan dan mengakibatkan keadaan patologis
seperti serviks inkompeten.
Proses remodeling sangat kompleks dan melibatkan proses kaskade biokimia, interaksi
antara komponen intraseluler dengan matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks oleh

11
sel-sel inflamasi seperti neutrofil dan makrofaagproses remodeling ini berfungsi agar kehamilan
dapat bertahan sempai kehamilan aterm dan kemudian distruksi servik yang membuatny
aberdilatasi memfasilitasi persalinan.
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang
berikutnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat pada perubahan kompleks ini akan
mengakibatkan persalinapreterm, penundaaqn persalinan menjadi postterm dan bahkan gangguan
persalinan spontan.

II.6.1.3. Ovarium1,9
Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan folikel baru juga akan
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan diovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil
progesterone dalam jumlah yang relative minimal.
Relaksin, suatu hormone protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan
Insulin growth factor I & II, disekresikan oleh korpus luteumdesidua, plasenta dan hati. Aksi
biologi utamanya adalah dalam proses remodeling jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang
kemudian akan mengakomodasikan kehamilan dan keberhasilan proses persalinan. Perannya
belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui memiliki efek pada perubahan struktur
biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang berimplikai pada kehamilan preterm.

II.6.1.4. Vagina dan perineum1,3,9


Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan
otot-otot perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat warna keunguan yang dikenal
sebagai tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah
jringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. perubahan ini mengakibatkan
bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan
gambaran seperti paku sepatu.

12
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana sekresi akan berwarna
keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil darin peningkatan produksi asam
laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi lactobacillus acidophilus.

II.6. 2. Sistem Integumen (Kulit)1,9


Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan
nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemarahan seringkali ditemukan garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulis di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah
menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kang akan muncul dalam
ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma
gravidarum. Selain itu, areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.
Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah
persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang sama.
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah melanin pada daerah
epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum ketahui. Adanya peningkatan kadar serum
melanocycte stimulating hornon pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai
penyebabnya. Estrogen dan progesterone diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan
diduga menjadi factor pendorongnya.

II.6.3. Payudara1,9
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakn payudaranya menjadi lebih lunak.
Setelah itu kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih
terlihat. Puting payudara akan lebih besar kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu
cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormone prolaktin ditekan oleh prolacting inhibiting hormone. Setelah
persalinan kada progesterone dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progeteron
terhadap α-laktalbulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktos dan
pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih

13
besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar
dan enderung untuk menonjol keluar. Jika payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat
pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak empunyai hubungan dengan
banyaknya air susu yang akan dhasilkan.

II.6.4. Perubahan Metabolik1,6


Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya.
Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan
berat badan akan bertambah 12,5 kg. pada trimester ke-II dan ke-III pada perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan
dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan perminggu masing-masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal
fisiologis. Hal ini di sebabkan oleh turunnya osmolaritas dari sepuluh mOsm/kg yang diinduksi
oleh makin rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopressin. Fenomena ini mulai terjadi
pada awal kehamilan. Pada saat aterm lebih kurang 3,5 liter cairan berasal dari janin, plasenta,
dan cairan amnion. Sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah
ibu, uterus, dan payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 liter.

Table 5–1. Analysis of Weight Gain Based on Physiological Events during Pregnancy

Cumulative Increase in Weight (g) Up To:


Tissues and Fluids 10 Weeks 20 Weeks 30 Weeks 40 Weeks
Fetus 5 300 1,500 3,400
Placenta 20 170 430 650
Amnionic fluid 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Breasts 45 180 360 405
Blood 100 600 1,300 1,450
Extravascular fluid 0 30 80 1,480
Maternal stores (fat) 310 2,050 3,480 3,345
Total 650 40,00 8,500 12,500

14
Penambahan tekanan vena di bagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial vena
cava yang bermanifestasi pada adanya pitting edema di kaki dan tungkai terutama pada akhir
kehamilan. Penurunan tekanan osmotic koloid di interstisial juga akan menyebabkan edema pada
akhir kehamilan.
Hasil konsepsi uterus, dan darah ibu mempunyai kadar protein yang lebih tinggi
dibandingkan lemak dan karbohidrat. WHO menganjurkan asupan protein perhari pada ibu hamil
51 gram.
Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan
kadar insulin hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Konsentrasi lemak, lipoprotein,
dan apolipoprotein dalam plasma akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan
sebagian besar disentral yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi, sehingga cadangan
lemak itu akan berkurang. LDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke 36, sementara HDL
akan mencapai puncaknya pada minggu 25 berkurang sampai minggu ke-32 dan kemudian
menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesterone dan estrogen.
Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 gram kalsium yang sebagian besar akan
digunakan untuk pertumbuhan janin. Jumlah itu diperkirakan hanya 25% dari total kalsium ibu.
Penggunaan splemen kalsium untuk mencegah preeclampsia tidak terbukti dan tidak disarnkan
untuk menggunakannnya secara rutin selama kehamilan.
Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa
penelitian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Selama kehamilan kadar mineral ini akan menurun dalam plasma ibu oleh karena pengaruh
dilusi. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan mineral ini 7,3-11,3 mg/hari. Tetapi hanya pada
perempuan-perempuan berisiko yang dianjurkan mendapat suplemen mineral ini.
Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan dalam sintesis DNA (RNA).
Defisiensi asam folat selama kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan
defisiensi pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan menyebabkan neural tube
defect pada janin sehingga pada perempuan yang merencanakan kehamilan dianujurkan
mendapat asupan asam folat 0,4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu. Sementara itu, pada
ibu-ibu yang mempunyai riwayat anak dengan spina bifida dianjurkan mengkonsumsi asm folat
4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu.

15
II.6.5. Sistem Kardiovaskular1,10
Pada minggu kelima kardiak output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk
mengurangi resistensi vascular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung
antara minggu ke 10 dan ke 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi
peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan
resistensi vascular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vascular juga
akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesterone juga akan
menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vascular perifer.
Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi dan dilatasi untuk memfasilitasi perubahan
kardiak output, tetapi kontraktilitasnya tidak berubah. Bersamaan dengan perubahan posisi
diafragma apeks akan bergerak ke anterior dan ke kiri, sehingga pada pemeriksaan ekg akan
terjadi deviasi aksis kiri, depresi segmen ST, dan inverse atau pendataran gelombang T pada lead
III. Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta
bawah ketika berada dalam posisi terlentang. Penekanan vena cava inferior ini akan mengurangi
darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan kardiak outpu sehingga
akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine
dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan
pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester
terakhir posisi ginjal akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring.
Karena alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil dalam posisi terlentang pada akhir kehamilan.
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan dan
mencapai puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke-34 dengan perubahan kecil setelah minggu
tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi
progesterone dan estrogen pada ginjal yang diinisiasioleh jalur rennin angiotensin dan
aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.
Eritropoietin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30%, tetapi
tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma. Sehingga akan mengakibatkan hemodilusi
dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 gram/dL menjadi 12,5 g/dL dan pada 6%
perempuan bisa mencapai di bawah 11 g/dL. Ada kehamilan lanjut kadar hb di bawah 11 g/dL
itu merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi

16
daripada dengan hipovolemia. Jumlah zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan
dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga penambahan
asupan zat besi dan asamfolat dapat membantu mengembalikan kadar hb. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan lebih kurang 1000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari. Hipervolemia selama
kehamilan mempunyai fungsi berikut.
1. untuk menyesuaikan pembesaran uterus terhadap hipertrofi system vascular
2. untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek yang merusak dari arus balik vena dalam
posisi terlentang dan berdiri.
3. Untuk menjaga ibu dari efek kiehilangan darah yang banyak pada saat persalinan. Terjadi
suatu “autotranfusi” dari system vaskularisasi dengan mengompensasi kehilangan darah
500-600 ml pada persalinan per vaginam tunggal atau 1000 ml pada persalinan dengan
sectiosecarea atau persalinan pervaginam gemelli
Volume darah ini akan kembali seperti sedia kala pada 2-6 minggu setelah persalinan.
Selama kehamilan, jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000/µL
dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000/µL.
penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan
setelah melakukan latihan yang berat. Distribusi tipe sel juga akan mengalami perubahan.
Pada kehamilan, terutama trimester ke III terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit
CD8 T dan secara bersamaan penurunan limfosit dan monosit CD4 T. pada awal kehamilan
aktivitas leukosit alkalin fosfatase juga meningkat. Demikian juga dengan konsentrasi
penanda inflamasi seperti C-reaktif protein (CRP). Suatu reaktan serum akut dan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) juga akan meningkat karena peningkatan plasma. Globulin dan
fibrinogen.
Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan koagulasi intravascular dan fibrinolisis
sehingga menginduksi suatu keadaan hiperkoagulasi. Dengan pengecualian –pada factor XI
dan XIII. Semua konsentrasi plasma dari factor-faktor pembekuan darah dan fibrinogen akan
meningkat. Produksi platelet juga meningkat, tetapi karena adanya dilusi dan konsumsinya,
kadarnya juga akan menurun. Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah lebih
kurang 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik lebih kurang 4 cm selama kehamilan.
Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi volume

17
tidal, volume ventilasi permenit dan pengambilan oksigen permenit akan bertambah secra
signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37
dan akan kembali hamper seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan.

II.6.6.Sistem Digestivus1
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung, dan usus akan tergeser. Demikian juga
dengan yang lainnya seperti appendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan
yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktur digetivus dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga menimbulkan gejala berupa
pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esophagus bawah sebagai
akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus. Spingter esophagus bagian bawah.
Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai
akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa
menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan
berkurang secara spontan. Hemorrhoid juga merupakan satu hal yang sering terjadi sebagai
akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus.
Hati pada manusia tidak mengalami perubahan selama kehamilan baik secara anatomic maupun
morfologik. Pada fungsi hati kadar alkalin fosfatase akan meningkat hamper 2x lipat, sedangkian
serum aspartat transamin, alani transamin, γ-glutamil transferase, albumin, dan bilirubin akan
menurun.

II.6.7. Sistem Urinarius1,8


Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih, akan tertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin
tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin
sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate dan renal plasma flow juga akan meningkat.
Pada ekspresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air dalam jumlah yang
lebih banyak. Glukosuria juga merupakan suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adanya
diabetes mellitus juga harus diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan hematuria merupakan

18
suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai peningkatan creatinine clearance lebih
tinggi 30%.
Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih membesar dibandingkan
ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter kiri dilindungi kolon sigmoidn dan adanya tekanan
yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstro rotasi uterus. Ovarium kanan
dengan posisi melintang di atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai factor penyebabnya.
Penyebab lainnya diduga karena pengaruh progesterone.

II.6.8. System endokrin1,5,6


Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar lebih kurang 135% . akan
tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang
mengalami hipovisektomi, persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormone prolaktin akan
meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya
pada plasma akan menurun.hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yng menyusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat
dari hyperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Pengaturan konsentrasi kalsium sangat
berhubungan erat dengan magnesium, fosfat, hormone paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin.
Adanya gangguan pada salah satu factor itu akan menyebakan perubahan pada yang lainnya.
Konsentrasi plsma hormone paratiroid akan menurun pada trimester I dan kemudian akan
meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormone para tiroid ini adalah untuk
memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam
produksi peptide pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat hamil dan menyusui dianjurkan untuk
mendapat asupan vitamin D 10 µg atau 400 IU. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan
mengecil, sedangkan hormone androstenedion, testosterone, dioksikortikosteron, andosteron dan
kortisol akan meningkat. Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun.

II.6.9. Sistem muskuloskeletal1,9


Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat
kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke
belakang kea rah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat

19
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada
bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.

20
BAB III. KESIMPULAN

Kehamilan adalah masa di mana terdapat janin di dalam rahim seorang perempuan.
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga
amenore atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan. Pada hari keempat hasil
konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut blastokista. Setelah nidasi berhasil terjadi,
mulailah diferensiasi sel-sel blastokista. sel-sel yang lebih kecil, yang dekat pada ruang
eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac sedangkan sel-sel yang lebih besar akan menjadi
ectoderm dan membentuk ruang amnion. Dan seiring dengan perkembangannya fertilisasi dan
kelanjutan kehamilan, akan terjadi perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil.
Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Selama kehamilan uterus akan
beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Selain itu, satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Pada
ovarium, proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan folikel baru juga akan
ditunda. Lalu selama kehamilan akan terjadi peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat warna
keunguan yang dikenal sebagai tanda Chadwick. Pada kulit dinding perut juga akan terjadi
perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha yang dikenal dengan nama striae gravidarum. Setelah bulan pertama suatu
cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat keluar dari payudara, meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormone prolaktin ditekan oleh prolacting
inhibiting hormone. Dan akibat dari perubahan ini akan terjadi penyesuaian yang membawa
perubahan pada system metabolisme, system kardiovaskular, system urinarius, dan system
musculoskeletal.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2010. Halaman 296
2. Siswosudarmo R. Obstetri fisiologi. Bag. Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
UGM. Jogjakarta : Pustaka Cendekia. 2008.
3. Guyton A, Hall J. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC. 2007.
Halaman 1081-95.
4. Arnholdt H, Meisel F, Fandrey K, et al: Proliferation of villous trophoblast of the human
placenta in normal and abnormal pregnancies. Virchows Arch B Cell Pathol Incl Mol
Pathol 60:365, 1991 [PMID: 1683053]
5. Critchley HO, Kelly RW, Brenner RM, et al: The endocrinology of menstruation—a role
for the immune system. Clin Endocrinol (Oxf) 55:701, 2001 [PMID: 11895208]
6. Gant NF, Hutchinson HT, Siiteri PK, et al: Study of the metabolic clearance rate of
dehydroisoandrosterone sulfate in pregnancy. Am J Obstet Gynecol 111:555, 1971
[PMID: 4255314]
7. Mesiano S, Chen EC, Fitter JT, et al: Progesterone withdrawal and estrogen activation in
human parturition are coordinated by progesterone receptor A expression in the
myometrium. J Clin Endocrinol Metab 87:2924, 2002 [PMID: 12050275]
8. Wijma J, Weis Potters AE, de Wolf BT, et al: Anatomical and functional changes in the
lower urinary tract during pregnancy. Br J Obstet Gynaecol 108:726, 2001 [PMID:
11467699]
9. Cunningham F, leveno K, bloom S, Hauth J, Wenstrom K. Williams Obstetric. Vol I. Ed.
23. Alih bahasa Brahim U pendith. Jakarta : EGC. 2013 : Halaman
10. McLaughlin MK, Roberts JM: Hemodynamic changes. In Lindhemier ML, Roberts JM,
Cunningham FG (eds): Chesley's Hypertensive Diseases in Pregnancy, 2nd ed. Stamford,
CT, Appleton and Lange, 1999, p 69

22

Anda mungkin juga menyukai