Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Seleksi Subjek

Setelah mendapatkan izin penelitian dari kepala Balai Pelayanan dan

Penyantunan lanjut usia kecamatan Pagar Dewa kota Bengkulu, maka dilakukan

sosialisasi penelitian. Sosialisasi penelitian dilakukan di Balai Pelayanan dan

Penyantunan lanjut usia kecamatan Pagar Dewa kota Bengkulu. Subjek penelitian

dipilih dengan teknik consecutive sampling. Sebanyak 53 orang yang bersedia

menandatangani lembar informed consent dan diperiksa tekanan darahnya. Terdapat

34 orang yang menderita tekanan darah tinggi, setelah itu dilakukan wawancara untuk

menyingkirkan kriteria eksklusi. Didapatkan 10 orang calon subjek penelitian harus

di eksklusi dikarenakan riwayat merokok dan mengkonsumsi kopi, dan 3 orang

berusia dibawah 60 tahun. Setelah mendapatkan 21 subjek penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi, subjek penelitian diminta untuk diperiksa kembali tekanan darahnya

sebelum di intervensi, setelah didapatkan hasil tekanan darah pada masing-masing

subjek penelitian subjek dibagi menjadi dua kelompok (kelompok A dan kelompok

B) dengan metode randomisasi.

Subjek penelitian diberikan intervensi oleh bantuan mahasiswa tenaga medis

FKIK UNIB dan pengurus BPPLU (Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia)

kecamatan Pagar Dewa kota Bengkulu, kelompok A (11 orang) mendapatkan

perlakuan diberikan jus mentimun dan kelompok B (10 orang) mendapatkan

52
perlakuan diberikan air putih. Total subjek penelitian sebanyak 21 orang untuk kedua

perlakuan. Intervensi diberikan selama 7 hari dan dianalisis. Pengumpulan data

dilakukan melalui periode pra perlakuan, periode perlakuan, dan periode wash out.

Data yang diperoleh dimasukkan ke variabel masing-masing. Setelah itu data yang

ada akan diolah menggunakan sistem komputerisasi dengan aplikasi software

Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows versi 17.0 dan Microsoft

excel 2007.

Selama menjadi subjek, keluhan yang sering muncul berupa keluhan

subjektif dari subjek yaitu rasa hambar dan terdapat banyak busa pada jus mentimun.

Rasa hambar ini terjadi dikarenakan pada jus mentimun tidak terdapat tambahan rasa

apapun hanya air putih dan mentimun saja, sedangkan busa yang terdapat pada jus

mentimun dikarenakan proses blendernya.

53
Memperoleh persetujan penelitian oleh kepala Balai Pelayanan dan
Penyantunan Lanjut Usia kecamatan Pagar Dewa kota Bengkulu

Sosialisasi Penelitian

Sebanyak 53 orang mendaftar

34 orang yang menderita


tekanan darah tinggi

21 orang memenuhi kriteria inklusi

11 orang diberikan 10 orang diberikan


perlakuan minum jus perlakuan minum air
mentimun putih

Tidak ada yang drop out Tidak ada yang drop out

11 sampel hasil pengukuran 10 sampel hasil pengukuran


tekanan darah sebelum dan tekanan darah sebelum dan
sesudah perlakuan sesudah perlakuan

Data dianalisis : Total 21


subjek penelitian

Gambar 4.1. Tahapan Seleksi Subjek Penelitian


B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk menginterpretasi karakteristik subjek

penelitian yang terdiri dari umur, jenis kelamin, gejala penyakit hipertensi ,

54
riwayat penyakit dahulu, riwayat hipertensi di keluarga dan olahraga teratur

ke dalam bentuk frekuensi dan persentase.

Tabel 4.1 Sebaran Karakteristik Sampel Penelitian


Dua Kelompok Perlakuan (n=21)
Data Karakteristik Kelompok pemberian Kelompok
mentimun n(%) pemberian air putih
n(%)
Usia
60 2 (18,2%) -
62 - 1 (10,0%)
63 - 1 (10,0%)
65 1 (9,1%) 1 (10,0%)
66 - -
67 1 (9,1%) -
68 3 (27,3%) -
70 - 1 (10,0%)
71 2 (18,2%) 1 (10,0%)
75 1 (9,1%) 2 (20,0%)
77 - 1 (10,0%)
80 - 1 (10,0%)
84 1 (9,1%) -
85 - 1 (10,0%)
Jenis Kelamin
Perempuan 7 (63,6%) 7 (70,0%)
Laki-laki 4 (36,4%) 3 (30,0%)
Gejala Penyakit Hipertensi
Pusing 3 (27,3%) -
Pusing, berat di tengkuk, susah 3 (27,3%) 4 (40,0%)
tidur
Pusing, susah tidur 2 (18,2%) 6 (60,0%)
Tidak merasakan 3 (27,3%) -
gejala apapun
Riwayat Penyakit Dahulu
Ya - -
Tidak 11 (100,0%) 10 (100,0%)

55
Data Karakteristik Kelompok pemberian Kelompok
mentimun n(%) pemberian air putih
n(%)
Riwayat Hipertensi di
Keluarga
Ada 5 (45,5%) 4 (40,0%)
Tidak ada 6 (54,5%) 6 (60,0%)
Olahraga Teratur
Ya - -
Tidak 11 (100,0%) 10 (100,0%)
Ket : Nilai dalam n:jumlah, %: persentase

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan usia subjek penelitian terbanyak

adalah 68 tahun sebesar 3 orang (27,3%) pada kelompok pemberian jus

mentimun dan usia 75 tahun sebesar 2 orang (20,0%) pada kelompok

pemberian air putih. Pada kedua kelompok perlakuan di dapatkan jenis

kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, 7 orang (63,6%) pada

kelompok pemberian jus mentimun dan 7 orang (70,0%) %) pada kelompok

pemberian air putih. Gejala penyakit hipertensi yang paling banyak dirasakan

subjek penelitian pada kelompok pemberian jus mentimun adalah pusing,

berat di tengkuk, susah tidur sebesar 3 orang (27,3%) dan pada kelompok

pemberian air putih gejalanya pusing dan susah tidur sebesar 6 orang (60,0%).

Pada kedua kelompok perlakuan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit

dahulu yang berhubungan dengan penyakit hipertensi yang dialami subjek

penelitian sebesar 11 orang (100%) dan 10 orang (100%). Riwayat penyakit

hipertensi di keluarga subjek penelitian pada kelompok pemberian air putih

sebesar 6 orang (60,0%), sedangkan pada kelompok pemberian jus mentimun

56
tidak terdapat riwayat hipertensi di keluarga sebesar 6 orang (54,5%). Pada

pola hidup subjek penelitian yang didapatkan pada kedua kelompok perlakuan

seperti olahraga tidak teratur sebesar 11 orang (100,0%) pada kelompok

pemberian jus mentimun dan 10 orang (100,0%) pada kelompok pemberian

air putih.

2. Analisis Bivariat

a.

Sampel dalam penelitian ini adalah penghuni Balai Pelayanan dan

Penyantunan lanjut usia kecamatan Pagar Dewa kota Bengkulu yang telah

memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel penelitian adalah 25 orang, yang

masing-masing terbagi 13 orang kelompok perlakuan jus mentimun dan 12

orang kelompok perlakuan air putih.

Tabel 4.2 Tekanan Darah Sistolik pada Kedua Kelompok Perlakuan


Tekanan Darah pemberian jus pemberian air putih
mentimun
Sistolik Sebelum 160±13,54 150(160-140)

57
Sistolik Sesudah 154,6±16,64 150(160-150)
P 0,047 t 0,083w
Perubahan (Δ) -10(10−-20) 0,0(10,0-0,0)
Diastolik Sebelum 90(110-80) 90(100-80)
Diastolik Sesudah 80(100-70) 90(110-80)
P 0,008w 0,059w
Perubahan (Δ) -76,1±1,38 5,0(10−-10)
Ket: Data ditampilkan dalam mean ± standar deviasi atau median (maksimum-
minumum). w: hasil uji Wilcoxon. t: hasil uji t berpasangan. P: nilai signifikansi.

Hasil uji t berpasangan pada tabel 4.1 didapatkan tekanan darah

sistolik sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun terdapat penurunan

darah yang cukup bermakna dengan nilai p=0,047 (<0,05) dan hasil uji

wilcoxon tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah diberikan jus

mentimun terdapat penurunan darah yang bermakna dengan nilai p=0,008

(<0,05). Pada tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan air putih

setelah diujikan menggunakan uji wilcoxon tidak terdapat perbedaan yang

bermakna dengan nilai p=0,083 (>0,05) dan begitupula tekanan darah

diastolik sebelum dan sesudah diberikan air putih tidak terdapat perbedaan

yang bermakna dengan nilai p=0,059 (>0,05).

BAB V

PEMBAHASAN

58
A. Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh usia subjek penelitian berkisar antara 60-85

tahun. Subjek penelitian berjumlah 25 orang yang yang terdiri dari sebagian besar

jenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan Pada usia premenopause kadar

hormon estrogen mulai menurun sedikit demi sedikit akibatnya pembuluh darah

mulai mengalami kerusakan karena kadar HDL mulai berkurang, proses ini terus

berlanjut sesuai bertambahnya umur pada wanita secara alami. Rata-rata

menopause berada antara 50-51 tahun (Nurawalin, 2015). Gejala penyakit

hipertensi yang paling banyak dirasakan subjek penelitian pada kelompok

pemberian jus mentimun adalah pusing saja tanpa gejala yang lainnya sebesar 5

orang (20,0%) dan pada kelompok pemberian air putih gejala yang paling banyak

dirasakan adalah pusing dan susah tidur sebesar 8 orang (57,1%). Tidak terdapat

riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang pada kedua

kelompok subjek penelitian. Hal ini dikareakan kebanyakan lansia di BPPLU

(Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia) sudah mengalami kepikunan.

Riwayat Hipertensi di keluarga pada kelompok pemberian air putih sebesar 8

orang (57,1%), dan pada kelompok pemberian jus mentimun tidak terdapat

riwayat hipertensi di keluarga sebesar 7 orang (28,0%). Dari hasil terdapat

perbedaan antara riwayat hipertensi di keluarga pada kedua perlakuan

dikarenakan faktor usia yang membuat orang tua mengalami penurunan daya

ingat dikarenakan kemampuan tubuh untuk mendapatkan oksigen dalam aliran

59
darak ke sel-sel otak yang berkurang sehingga terjadi sedikit demi sedikit

kematian sel pada otak (Uliyah, et al, 2009). Semua subjek penelitian pada kedua

kelompok tidak memiliki riwayat berolahraga secara teratur. Kedua kelompok

perlakuan juga tidak memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol. Terdapat riwayat

merokok pada sebagian subjek penelitian pada perlakuan pemberian jus

mentimun sebesar 2 orang 2 (8,0%) dan kelompok perlakuan pemberian air putih

sebesar 2 orang 2 (14,3%) namun subjek mangaku sudah tidak merokok lagi

sekitar 1-4 tahun terakhir ini.

B. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Kedua Kelompok Perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian jus mentimun

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi lanjut usia di Balai

Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia kecamatan Pagar Dewa kota

Bengkulu. Hal ini terlihat dari perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan

sesudah perlakuan yang mengalami penurunan setelah diberikan 200 gram jus

mentimun satu kali sehari selama 7 hari. Begitupula perbedaan tekanan darah

diastolik sebelum dan sesudah perlakuan mengalami penurunan setelah

diberikan 200 gram jus mentimun satu kali sehari selama 7 hari.

60
160
158
156
154
152 Sebelum
150 Sesudah
148
146
144
Perlakuan Perlakuan
Pemberian Jus Pemberian Air
Mentimun Putih

Gambar 5.1 Diagram Perbedaan Tekanan Darah Sistolik


Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kedua Kelompok

Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada arteri yang paling tinggi atau tekanan

maksimum dalam arteri yang terjadi ketika ventrikel berkontraksi (Kartikasari, 2012).

Dari data diatas didapatkan penurunan tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 10

mmHg pada pemberian jus mentimun hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh lebalado (2014) yang mengatakan terdapat penurunan tekanan darah

sistolik sebesar 14,21 mmHg setelah pemberian jus mentimun selama 6 hari pada

lansia. Rerata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan diberikan 200

gram jus mentimun sekali sehari selama 7 hari, didapatkan nilai p=0,047 yang berarti

terdapat penurunan yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan diberikan

jus mentimun.

61
90 90 90
90
88
86
84 Sebelum
82 80 Sesudah
80
78
76
74
Pemberian Jus Mentimun Pemberian Air Putih

Gambar 5.2 Perbedaan Rerata Tekanan Darah Diastolik


Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kedua Kelompok

Tekanan darah diastolik adalah tekanan pada arteri yang paling rendah atau tekanan

minimum ketika ventrikel berelaksasi (Kartikasari, 2012). Dari data diatas didapatkan

penurunan tekanan darah diastolik rata-rata sebesar 10 mmHg pada pemberian jus

mentimun 200 gram jus mentimun sekali sehari selama 7 hari dengan nilai p= 0,008

yang berarti terdapat penurunan yang bermakna pada kelompok pemberian jus

mentimun. Sedangkan pada kelompok pemberian air putih tidak di dapatkan

penurunan tekanan darah sesudah perlakuan dengan nilai p= 0,059.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh lebalado (2014)

yang mengatakan terdapat penurunan tekanan darah diastolik sebesar 11,36 mmHg

setelah pemberian jus mentimun selama 6 hari pada lansia. Penurunan tekanan darah

sistolik dan diastolik yang terjadi dikarenakan kandungan kalium, magnesium dan air

62
yang bersifat diuretik yang terdapat dalam jus mentimun yang berfungsi menurunkan

sekresi aldosteron sehingga menyebabkan ekskresi natrium dan air serta reabsorbsi

kalium dimana kalium akan mengurangi sensitifitas norepinefrin dan angiotensin II,

meningkatkan natriuresis, memperbesar ukuran sel endothelial vaskuler, mengurangi

kekakuan pembuluh darah, dan mempertahankan fungsi sel endotelial dengan

meningkatkan produksi nitric oxide (NO) berpengaruh terhadap penurunan tekanan

darah sistolik maupun diastolic dan penigkatan ekskresi urin atau volume urin dengan

menghambat reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah (Lebalado, 2014).

Berbanding terbalik dengan data yang didapat dari perlakuan pemberian air

putih dengan rerata tekanan darah sistolik sebelum perlakuan yang tinggi namun

setelah diberikan perlakuan air putih selama 7 hari rerata tekanan darah sistolik dan

diastolik tetap bahkan ada beberapa yang menjadi lebih tinggi lagi, dengan nilai

p=0,083 untuk tekanan darah sistolik dan p=0,102 untuk tekanan darah diastolik. Hal

ini dikarenakan kandungan yang terdapat pada air putih terbanyak adalah Fluorida,

Besi, Mangan, Kalsium, Nitrat, Nitrit, Amonium, Klor, Selenium (BSN, 2006). Zat-

zat tersebut tidak mengandung zat yang dapat menurunkan tekanan darah, karena

tekanan darah pada subjek sebelum diberikan perlakuan sudah tinggi ditambah lagi

dengan riwayat sukar tidur dan konsumsi makanan seperti garam yang tidak

terkontrol membuat tekanan darah pada beberapa subjek ada yang meningkat namun

rata-rata tekanan darah subjek penelitian tetap.

63
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lebalado (2014) yang

mengambil sampel dari karyawan dan karyawati Bappeda Provinsi Jawa Tengah dan

Garuda Maintenance Facility – Aero Asia (GMF-AA) berjumlah 48 subjek penelitian

yang diberikan jus mentimun sebanyak 100 gram selama 7 hari dan terdapat

penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Kandungan yang terdapat dalam

mentimun yang dapat menurunkan tekanan darah seperti kalium, magnesium dan air

yang bersifat diuretik. Angka kecukupan kalium yang dianjurkan menurut AKG

(Angka Kecukupan Gizi) 2013 dan International Food Information Council

Foundation adalah 4700 mg. Menurut Lestari (2010), konsumsi kalium minimum

>2000 mg perhari. Berdasarkan data dari lampiran food record selama 7 hari di Balai

Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia kecamatan Pagar Dewa kota Bengkulu

diketahui bahwa sebagian besar makanan yang dikonsumsi dalam sehari adalah nasi;

lauk pauk (tempe, telur, tahu, ikan, ayam, daging); sayuran (bayam, sawi, katuk,

kangkung, kacang panjang, wortel, tomat, kentang); buah-buahan (semangka, pisang,

jeruk, pepaya); kue; susu (seminggu dua kali). Asupan kalium subjek dalam satu hari

dianalisis menggunakan program Nutrisurvey 2007, dan didapatkan rerata asupan

kalium dalam satu hari berkisar antara 2900-3600 mg yang kemudian ditambahkan

dengan pemberian jus mentimun 200 gram sekali sehari sehingga total rerata asupan

kalium subjek penelitian dalam sehari berkisar antara 3206-3906 mg. Angka ini

sudah mencukupi angka minimum konsumsi kalium dalam sehari.

64
B. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian

1. Kelebihan Penelitian

Beberapa kelebihan dari penelitian ini antara lain:

1. Pemberian terhadap kedua kelompok perlakuannya secara acak sehingga

peneliti tidak mengetahui perlakuan apa yang diberikan pada masing-

masing subjek penelitian.

2. Mentimun yang diambil untuk dibuat jus berasal dari satu jenis mentimun

jenis manggala

3. Peneliti sendiri yang membuat jus mentimun.

4. Dari segi pengambilan sampel penelitian ini cukup mudah dilakukan

karena subjek penelitian diambil hanya pada satu tempat.

2. Kekurangan Penelitian

Beberapa kekurangan yang ditemukan selama pelaksanaan penelitian ini antara

lain:.

1. Terkait penghitungan asupan makanan dalam food record, terdapat

beberapa kelemahan, seperti: penggunaan metode analisis dan pengolahan

data yang tidak tepat, keterbatasan konversi standar makanan, inkonsistensi

dalam penggunaan istilah makanan yang dicatat, maupun faktor luar seperti

keadaan lingkungan, proses pemasakan dan penyajian makanan.

2. Asupan garam dalam makanan tidak dapat dihitung secara teliti

dikarenakan tidak dilakukannya takaran yang pas oleh pembuat

makanannya.

65
3. Untuk kelemahan penelitian sendiri bisa datang dari akurasi alat

sphygmomanometer air raksa®, kepatuhan subjek penelitian dalam

mendapat perlakuan.

4. Keluhan yang sering timbul seperti rasa jus mentimun yang hambar dan

terdapat busa setelah diblender.

66
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok setelah

perlakuan pemberian jus mentimun (Cucumis sativus L) lebih rendah dari

kelompok perlakuan pemberian air putih.

2. Pada kelompok perlakuan pemberian jus mentimun (Cucumis sativus L),

terjadi penurunan tekanan darah yang bermakna setelah mengkonsumsi jus

mentimun, yaitu tekanan darah sistolik dengan nilai p=0,047 (<0,05) dan

tekanan darah diastolik dengan nilai p=0,008 (>0,05).

3. Adanya pengaruh pemberian 200 gram jus mentimun (Cucumis sativus L)

sekali sehari selama 7 hari terhadap tekanan darah tinggi pada lansia usia

60 tahun keatas.

B. Saran

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian dengan pembanding yang memiliki kemiripan

yang hampir sama untuk memperkecil bias.

2. Perlu adanya pengontrolan makanan pada subjek penelitian sebelum dan

sesudah perlakuan terkait peningkatan tekanan darahnya.

67
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrazak, Hatta M, Marliah A (2013). Pertumbuhan dan hasil tanaman


mentimun (Cucumis sativus L.) akibat perbedaan jarak tanam dan jumlah
benih per lubang tanam. Jurnal Agrista, 17(2): 55-56.

Amran Y, Febrianti, Irawanti L (2010). Pengaruh tambahan asupan kalium dari


diet terhadap penurunan hipertensi sistolik tingkat sedang pada lanjut usia.
Jurnal kesehatan masyarakat nasional, 5(3): 129

Andrea GY, Chasani S, Ismail A (2013). Korelasi derajat hipertensi dengan


stadium penyakit ginjal kronik di RSUD DR. KARIADI. Semarang:
Universitas Diponogoro. Karya Tulis Ilmiah.

Anggara FHD, Prayitno N (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


tekanan darah di puskesmas telaga murni cikarang barat tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5(1): 20-22.

Aisyah, Probosari E (2014). Pengaruh pemberian jus mentimun (Cucumis sativus


l) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi wanita usia
40-60 tahun. J Nutr Coll, 3(4): 819-820.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013). Riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) ection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
U.S: Department of health and human service, pp: 22-23.

Badan Standarisasi Nasional (2006). Air minum dalam kemasan. Jakarta: BSN

Dahlan S (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sambel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 39-40.

Fatimah A (2009). Pengaruh logoterapi terhadap hipertensi pada pasien lanjut


usia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tesis

Gleadle J (2007). At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:


Erlangga, pp: 79

68
Hairunisa (2014). Hubungan tingkat kepatuhan minum obat dan diet dengan
tekanan darah terkontrol pada penderita hipertensi lansia di wilayah kerja
puskesmas perumnas kecamatan pontianak barat. Pontianak: Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Skripsi.

Hanifah A (2010). Prevalensi hipertensi sebagai penyebab penyakit ginjal kronik


di unit hemodialisis RSUD H.Adam Malik tahun 2009. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas sumatera Utara. Karya Tulis Ilmiah.

Helmita L (2011). Penetapan kadar kalium dan natrium dalam mentimun


(Cucumuic sativus L) yang ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi
secara spektrofotometri serapan atom. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Skripsi.

Hernawati I (2006). Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga


Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Jakarta.

Jafar N (2010). Penatalaksanaan pengobatan farmakologi pada penderita


hipertensi. Semarang: Universitas Hasanudin. Skripsi, pp: 12

Karim F R (2010). Pemanfaatan mentimun (cucumis sativus linn) terhadap


penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun I desa Pulau
Sejuk Kecamatan Lima Puluh kabupaten Batu Bara. Medan: Universitas
Sumatera Utara. Skripsi.

Kartikasari N A (2012). Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa


kabongan kidul kabupaten rembang. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponogoro. Karya Tulis Ilmiah.

Kharisna D, Dewi W N, Lestari W (2012). Efektifitas konsumsi jus mentimun


terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Riau: Universitas
Riau, 2(2): 124-125.

Khomsan A (2009). Rahasia sehat dengan makanan berkhasiat. Jakarta: PT


Kompas Media Nusantara,pp: 167-168.

Lestari D (2010). Hubungan asupan kalium, kalsium, magnesium, dan natrium,


indeks massa tubuh, serta aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

69
wanita usia 30 – 40 tahun. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponogoro.

Lebalado PL, Mulyati T (2014). Pengaruh pemberian jus mentimun (Cucumis


sativus L.) terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
hipertensi. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. J Nutr Coll, pp: 397, 401, 402.

Lionakis N, Mendrinos D, Sanidas E, Favatas G, Georgopoulou M (2012).


Hypertension in the elderly. W J of Cardio, 4(5): 135-137.

Mehulli SA (2012). Gambaran persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit


hipertensi dan pengobatannya di RSU Kabanjahe. Medan: Universitas
Sumatera Utara. Skripsi

Novian A (2014). Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pasien


hipertensi. Unnes J of Pub H, 3(3): 3.

Nurawalin S (2015). Hubungan lama hipertensi dan tingkat kepatuhan minum


obat antihipertensi dengan gambaran ekokardiografi pasien hipertensi di
RSUD M. Yunus Bengkulu. Bengkulu: Universitas Bengkulu. Skripsi.

Paul A, et al (2013). Guideline for the management of high blood pressure in


Adults Report from the panel members appointed to the eight joint national
committee (JNC 8). American Medical Association.

Prakoso A, Agusman MM F, Sonhaji (2014). Pengaruh pemberian jus mentimun


terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di posyandu di
kabupaten demak. Prosiding konferensi nasional II ppni jawa tengah 2014.

Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI (2014). Infodatin Hipertensi.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi.pdf. Diakses Oktober 2015.

Rahajeng E, Tuminah S (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di


Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, pp: 581-582.

70
Rakhmawati S, Chasani S, Santoso (2013). Hubungan antara derajat hipertensi
pada pasien usia lanjut dengan komplikasi organ target di RSUD dr. Kariadi
Semarang periode 2008-2012. Semarang: Universitas Diponogoro.

Rukmana R (1994). Bududaya mentimun. Yogyakarta: Kanisius, pp: 11-12,17-22.

Rubatzky VE, Yamaguchi M (1999). Sayuran dunia 3 prinsip, produksi, dan gizi
Edisi 2. Bandung: ITB Bandung, pp: 60-64.
Uliyah M, Aisyah S, Rahmina Y (2009). Hubungan usia dengan penurunan daya
ingat pada lansia dip anti social tresna werdha budi sejahtera landasan ulin
kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Surabaya: Universitas
Muhamadiyah.

Widyanigrum S (2012). Hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian


hipertensi pada lansia. Surabaya: Universitas Jember. Skripsi, pp: 19-20.

World Health Organisation (2013). A global brief on hypertension-silent killer,


global public health crisis. Geneva: World Health Organisation, pp: 17-19.

Yogiantoro M (2009). Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo Aru W, Setiyohadi B,


Alwi I, K Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi V. Jakarta Pusat: InternaPublishing, pp: 1080-1083.

71

Anda mungkin juga menyukai