Anda di halaman 1dari 18

PEMBERDAYAAN NELAYAN

(Studi Sosiologis Terhadap Pengentasan Kemiskinan Komunitas Nelayan di


Kelurahan Lette Kecamatan Mariso Kota Makassar)

FISHERMEN EMPOWERMENT
(Study of Communities against Poverty alleviation sociological Fishermen in the
Village District of Mariso Lette Makassar)

Muhammad Rafii Syam1

ABSTRAK

Nelayan selalu berada pada taraf kemiskinan padahal nelayan sudah menangkap
ikan secara rutin, akan tetapi nelayan masih tetap pada keadaan ketidakberdayaan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (i) Mengapa nelayan masih berada
pada ketidakberdayaan di kelurahan Lette kecamatan Mariso kota Makassar? (ii)
Bagaimana bentuk-bentuk ketidakberdayaan komunitas nelayan di kelurahan
Lette kecamatan Mariso Kota Makassar? (iii) Pemodelan sosial bagaimanakah
yang sebaiknya dilakukan supaya nelayan dapat keluar dari kemiskinan?
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lette Kecamatan Mariso Kota Makassar.
Jenis penelitian ini kualitatif. Penentuan informan dilakukan secara sengaja
(Purposive Sampling). Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa masalah ketidak berdayaan yang terjadi pada
komunitas nelayan di kelurahan Lette Kecamatan Mariso kota Makassar
disebabkan oleh faktor kultur berupa sikap hidup yang pasrah terhadap nasib
(fatalis) serta pola hidup yang konsumtif. Kemudian faktor struktur berupa adanya
ketidak seimbangan akses ekonomi, banyaknya aturan pemerintah yang
membebani nelayan dan kurang optimalnya peranan dari lembaga ekonomi.
Bentuk ketidakberdayaan yang terjadi pada nelayan di kelurahan Lette dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan
struktural. Pemodelan sosial untuk mengatasi kemiskinan di Kelurahan Lette ialah
dengan cara mendirikan koperasi yang khusus untuk menabung (koperasi
simpan), bukan koperasi simpan pinjam dengan demikian nelayan bisa mengatur
keuangannya lebih baik, selain itu sistem yang diterapkan dalam koperasi tersebut
ialah koperasi memberikan sebuah kapal kepada nelayan dengan cara setiap
nelayan harus menyisihkan sebagian penghasilannya kepada koperasi dengan
jangka beberapa tahun agar nelayan tersebu tidak bergantung lagi pada pemilik
modal dengan menyewa kapal setiap harinya dan nelayan di kelurahan Lette
Kecamatan Mariso Kota Makassar bisa keluar dari status pengelola menjadi status
pemilik.
Kata Kunci: pemberdayaan, nelayan, pengentasan kemiskinan

1
Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan sosiologi Universitas Negeri Makassar
angkatan 2013
MUHAMMAD RAFII SYAM. 2015. Fishermen’s Empowerment (Sociological
Studies of Poverty Reduction on Fishermen Community at Lette Sub-District of
Mariso District in Makassar City). (Advised by Arlin Adam and Ali Hanafi).

ABSTRACT

This research explored fishermen’s empowerment and method of poverty


reduction on fishermen community where as fishermen continuously spotted in
poverty category, hence fishermen result of fishery is routine. However, fishermen
still in powerlessness. Problem formulation in this research are (i) Why fishermen
still in powerlessness position at Lette Sub-District of Mariso District in Makassar
City? (ii) What are the forms of powerlessness of fishermen community at Lette
Sub-District of Mariso District in Makassar City? (iii) Which social modelling
should be applied to help fishermen out of poverty?
This research conducted at Lette Sub-District of Mariso District in
Makassar City and classified as qualitative research. Sampling technique using
purposive sampling. Data collecting technique consists of observation, in-depth
interview, and documentation.
Result of the research shows that powerlessness occurred in fishermen community
at Lette Sub-District of Mariso District in Makassar City caused by cultural factor
in terms of resignation attitude and consumptive life style. Else, structural factor
in terms of imbalance of economy access, too many government rules that burden
fishermen and the role of economy institution is less optimal. Form of
powerlessness which occurred to fishermen at Lette Sub-District of Mariso
District in Makassar City can be categorized into two groups, which are cultural
poverty and structural poverty. Social modelling to overcome poverty at Lette
Sub-District of Mariso District in Makassar City is by establishing particular
cooperation that serve deposit only, not deposit and withdraw so fishermen can
manage the finance better. Other than that, system applied in the cooperation is by
providing a boat to fishermen and fishermen required to give some amount of
their income to cooperation for numbers of years, therefore fishermen are no
longer depend on capital owner by renting the boat on daily basis. Fishermen at
Lette Sub-District of Mariso District in Makassar City would be able to escalate
from operator to the owner.

Keywords: empowerment, fishermen, poverty alleviation


A. PENDAHULUAN hingga kini belum mampu
ditanggulangi. Ketidakmampuan
Indonesia adalah negara
setiap pemerintah kota di Indonesia
kepulauan atau archipelagostate.
dalam menanggulangi masalah
Sebagai bangsa kepulauan terbesar,
kemiskinan ini, disebabkan karena
Indonesia memiliki sektor maritim
pemodelan sosial yang ditawarkan
yang luas yang dikembangkan
belum mampu menjawab atau
dengan baik sehingga dapat
menyentuh akar persoalan
membantu negara untuk mencapai
kemiskinan itu.
tujuan ekonomi, sosial, dan politik.
Ketidakberdayaan merupakan
(Gultom, 2007:1) sebagai negara
salah satu masalah sosial (social
kepulauan terbesar di dunia dan tentu
problem) yang amat serius dan
saja dengan wilayah perairan yang
tumbuh disetiap dimensi serta sendi-
jauh lebih luas dari daratannya
sendi kehidupan dalam masyarakat,
mengandung potensi sumberdaya
tidak terkecuali di kota Makassar,
ikan yang sangat besar. Para nelayan
dimana masalah ketidakberdayaan
menjadikan setiap pesisir atau pulau-
dapat dijumpai terutama pada
pulau kecil yang dekat dengan
komunitas marginal kota yang dalam
pemusatan sumberdaya ikan sebagai
hal ini adalah komunitas nelayan.
pangkalan-pangkalan mereka untuk
Fenomena di atas merupakan
beraksi. Dengan berbagai peralatan
fenomena yang multidementional
memburu ikan, dari yang paling
dan belum terselesaikan, maka
tradisional sampai yang paling
pemerintah kota telah mencanangkan
modern, mereka memburu ikan ke
kebijakan di dalam Rencana
mana pun ikan itu pergi.
Pembangunan Jangka Menengah
Namun pada kenyataanya, masih
Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014
banyak terdapat nelayan yang masih
dimana dalam RKP diprioritaskan
berada dalam garis kemiskinan, yang
Sebelas Prioritas Nasional yang
membuthkan pemberdayaan.
bertujuan untuk sejumlah tantangan
Ketidakberdayaan merupakan
yang dihadapi oleh bangsa dan
persoalan yang dihadapi seluruh
negara di masa mendatang.
daerah perkotaan di Indonesia yang
Dalam RKP tahun 2014 garis kemiskinan, termasuk
dinyatakan bahwa kebijakan komunitas nelayan miskin di kota
pemerintah lebih diarahkan pada Makassar.
upaya pemantapan dan Program pemberdayaan yang
pengembangan berbagai regulasi dan telah banyak dilakukan selama ini
program yang memiliki dampak luas sebagai upaya mensejahterakan
terhadap penghormatan, nelayan baik dari pemerintah
perlindungan dan pemenuhan hak maupun lembaga-lembaga non
dasar masyarakat miskin. Sebagai pemerintah nampak masih belum
salah satu implementasinya, optimal pengaruhnya terhadap
kebijakan penanggulangan peningkatan kesejahteraan nelayan
kemiskinan difokuskan pada seperti yang diharapkan. Komunitas
perwujudan keadilan dan kesetaraan nelayan di Kelurahan Lette masih
gender serta pengembangan wilayah tinggal di lingkungan dengan tingkat
melalui percepatan pembangunan kepadatan yang tinggi, bahkan masih
perkotaan, dan percepatan banyak dari mereka yang tinggal di
pembangunan kawasan pesisir. pesisir pantai dengan kondisi rumah
Berkaitan dengan hal di atas, yang sangat sederhana. Sebenarnya
penggalakan program dari di Kelurahan Lette telah disediakan
pemerintah kota Makassar dalam pemukiman yang memadai bagi
pemeberdayaan pengentasan nelayan, namun masyarakat nelayan
kemiskinan terus dilaksanakan, Lette enggan unuk pindah ke tempat
seperti pemberian bantuan kucuran yang telah disediakan. Kesulitan
dana bergulir, bantuan beras miskin, yang masih mendera komunitas
subsidi BBM serta program nelayan menunjukan bahwa dari
pemberdayaan masyarakat miskin berbagai program pembangunan
wilayah perkotaan. Namun, berbagai yang ada, ternyata kurang efektif
program dari pemerintah tersebut, memberdayakan komunitas nelayan
ternyata belum juga mampu Hasil pendataan yang dilakukan
mengangkat tingkat kehidupan yang oleh pemerintah kota Makassar,
lebih baik masyarakat miskin dari menyebutkan bahwa jumlah warga
miskin terbanyak ke dua ada di tetapi lebih disebabkan oleh adanya
kecamatan Mariso, setelah sebuah struktur yang timpang
kecamatan Ujung Tanah yang kemudian dilegitimasi dengan suatu
menempati urutan pertama. Adapun peraturan, sehingga membuat para
jumlah penduduk miskin atau nelayan tetap berada pada
dikategorikan sebagai keluarga lingkarankemiskinan secara
belum sejahtera di kecamatan Mariso struktural.
sebanyak 4.690 KK. Terkhusus Kenyataan kehidupan sosial
untuk kelurahan Lette kecamatan ekonomi yang tergolong miskin
Mariso, jumlah penduduk tersebut di atas, sesuai dengan hasil
miskinsebesar 780 KK dan sebagian observasi awal yang terlihat, dimana
besar diantaranya bermata pada pagi hari dapat ditemui pada
pencaharian sebagai nelayan (BPS nelayan yang telah giat bekerja untuk
Kota Makassar 2011). turun ke laut guna menangkap ikan.
Melimpahnya potensi hayati Selain itu, ada pula diantara mereka
yang dikandung oleh laut di sekitar yang mengangkut hasil
tempat komunitas nelayan tangkapannya dengan memakai
bermukim, seyogyanya dapat sepeda menuju tempat pelelangan
menjadi suatu asset besar bagi ikan untuk memasarkan langsung.
nelayan setempat dalam upaya Kondisi ini menujukkan bahwa, ada
memperbaiki taraf hidup mereka satu struktur atau sistem yang
secara ekonomi. Namun, membuat sekian banyak nelayan
kenyataannya sampai saat ini menjadi terpinggirkan secara
kehidupan nelayan tetap saja masih ekonomi.
berada dalam ketidakmampuan Tidak dapat dipungkiri, bahwa
secara finansial dan belum sejahtera. citra nelayan utamanya nelayan
Sehubungan dengan itu, komunitas kecil/tradisional masih sangat identik
nelayan berada dalam lingkaran dengan kemiskinan. Nelayan bahkan
kemiskinan bukan karena kesalahan disebut sebagai masyarakat termiskin
atau perilaku nelayan itu sendiri dari kelompok masyarakat lainnya.
misalnya mereka malas bekerja, Lebih lanjut, Winahyu dan Santiasih
(dalam Kusnadi, 2000) mempertegas rendah. Tidak sedikit anak nelayan
bahwa dibandingkan dengan sektor yang harus berhenti sebelum lulus
pertanian sekalipun, nelayan, sekolah dasar atau tidak melanjutkan
khususnya nelayan buruh dan kecil pendidikannya ke tingkat yang lebih
atau nelayan tradisional, dapat tinggi. Umumnya mereka disuruh
digolongkan sebagai lapisan sosial bekerja untuk membantu orang tua
yang paling miskin. dalam mencari nafkah agar dapat
Ketidakberdayaan yang dialami memenuhi kebutuhan dasar
oleh komunitas nelayan di kelurahan keluarganya yakni kebutuhan pangan
Lette, sesungguhnya juga tidak untuk dapat bertahan hidup.
terlepas dari pengaruh atau budaya Berhubung dengan masalah
yang ada di sekitar tempat tinggal kehidupan nelayan tersebut di atas,
mereka. Terlepas dari sadar atau pun menunjukkan adanya benang merah
tidak sadar, budaya atau kebiasaan bahwa ketidakberdayaan dapat
hidup seperti sikap malas dan pasrah disebabkan oleh faktor-faktor buatan
terhadap nasib telah menjadi bagian manusia seperti adanya distribusi
dari mentalitas, sehingga secara pendapatan yang tidak merata,
psikologis, individu dari komunitas kebijakan dari pemerintah yang tidak
nelayan akhirnya merasa kurang adil dan cenderung menguntungkan
bahkan tidak memiliki motivasi dan kelompok masyarakat tertentu, juga
etos kerja yang tinggi sebagai upaya dari sikap hidup mereka atau
untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok masyarakat yang
hidupnya. disebabkan oleh faktor budaya
Akibat dari sikap hidup di atas, mereka seperti sikap malas, dan
pada akhirnya menyebabkan tingkat pasrah terhadap nasib.
pendapatan dari seorang nelayan Berdasarkan uraian tentang
tidak menentu bahkan terkadang fenomena ketidakberdayaan yang
nihil, sehingga pada saat tingkat terjadi pada masyarakat peisisr di
pendapatan dari nelayan rendah, kecamatan Mariso kelurahan Lette
maka sangat logis bila tingkat menjadi landasan utama sebagai titik
pendidikan anak-anaknya pun tolak penulis sehingga tertarik untuk
meneliti dan mengkaji masalah komunitas agar mampu menguasai
kemiskinan pada masyarakat nelayan (berkuasa atas) kehidupannya”.
dengan judul ”Pemberdayaan Pada intinya pemberdayaan
Nelayan (Studi Sosiologis Terhadap adalah membantu klien untuk
Pengentasan Kemiskinan Komunitas memperoleh daya untuk mengambil
Nelayan di Kelurahan Lette keputusan dan menentukan tindakan
Kecamatan Mariso Kota Makassar)” yang akan dilakukan terkait dengan
B. TINJAUAN PUSTAKA diri mereka termasuk mengurangi
1. Pemberdayaan dan Kemiskinan hambatan pribadi dan sosial. Hal ini
Pengertian pemberdayaan dalam dilakukan untuk meningkatkan
arti sempit, yang berkaitan dengan kemampuan dan rasa percaya diri
sistem pengajaran antara lain untuk menggunakan daya yang
dikemukakan oleh Merriam Webster dimiliki antara lain dengan transfer
dan Oxford English Dictionary kata daya dari lingkunganya (Prijono dan
”empower” (dalam Suharto, 2005: 3) Pranaka, 1996: 2-8)
mengandung dua arti. Pengertian Kemiskinan merupakan
pertama adalah to give power of fenomena sosial yang menjadi atribut
authority dan pengertian kedua di negara-negara dunia ketiga.
berarti to give ability to or enable. Fenomena ini juga merupakan
Dalam pengertian pertama diartikan gambaran kebalikan dari kondisi
sebagai memberi kekuasaan, yang dialami oleh negara-negara
mengalihkan kekuasaan, atau maju. Menurut Sumodiningrat (1989:
mendelegasikan otoritas ke pihak 26), bahwa kemiskinan merupakan
lain. Menurut Rappaport dalam suatu problema yang bersifat
Suharto (2005: 59) “Pemberdayaan multidimensional, dalam arti
menunjuk pada usaha realokasi berkaitan dengan aspek sosial,
sumber daya melalui pengubahan ekonomi, budaya, politik dan aspek
struktur sosial. Pemberdayaan adalah lainnya. Sedangkan Kartasasmita
suatu cara yang diarahkan kepada (1997: 24) mengatakan bahwa
masyarakat, organisasi atau kemiskinan merupakan masalah
dalam pembangunan yang ditandai
dengan pengangguran dan seseorang atau sekelompok orang.
keterbelakangan, yang kemudian Akibat dari kekurangan harta atau
meningkat menjadi ketimpangan. benda tersebut maka seseorang atau
Kemiskinan merupakan masalah sekelompok orang itu merasa kurang
kemanusiaan yang telah lama mampu membiayai kebutuhan-
diperbincangkan karena berkaitan kebutuhan hidupnya sebagaimana
dengan tingkat kesejahteraan layaknya. Kekurangmampuan
masyarakat dan upaya tersebut mungkin hanya pada tingkat
penanganannya. Menurut Kamus kebutuhan-kebutuhan budaya (adat,
Umum Bahasa Indonesia (1993), upacara-upacara, moral dan etika),
miskin berarti tidak memiliki harta atau pada tingkat pemenuhan
benda; serba kekurangan. Dengan kebutuhan-kebutuhan sosial
demikian kemiskinan adalah keadaan (pendidikan, berkomunikasi dan
dimana terjadi kekurangan hal-hal berinteraksi dengan sesama) atau
yang biasa untuk dipunyai pada tingkat pemenuhan kebutuhan-
(kebutuhan primer) seperti makanan, kebutuhan yang mendasar (makan,
pakaian, tempat berlindung dan air minum, berpakaian, bertempat
minum, hal-hal ini sangat tinggal atau rumah, kesehatan dan
berhubngan erat dengan kualitas sebagainya).
hidup. Disamping itu, kemiskinan Dengan kondisi serba
kadang juga berarti tidak adanya kekurangan tersebut, kemiskinan pun
akses terhadap pendidikan dan terserap ke dalam dan mempengaruhi
pekerjaan yang mampu mengatasi hampir keseluruhan dari aspek-aspek
masalah kemiskinan dan kehidupan manusia. Kemiskinan
mendapatkan kehormatan yang layak yang diderita oleh sekelompok orang
sebagai warga negara. bahkan sebuah masyarakat,
Suparlan (1994: 18), menghasilkan suatu keadaan dimana
mengungkapkan bahwa kemiskinan warga masyarakat yang bersangkutan
dinyatakan sebagai suatu keadaan merasa tidak miskin bila berada dan
kekurangan harta atau benda hidup diantara sesamanya. Karena
berharga yang diderita oleh berbagai kegiatan yang dilakukan
dalam kehidupan para warga berkaitan erat dengan standar hidup
kelompok tersebut dirasakan sebagai yang absolut dari bagian masyarakat
suatu hal yang biasa (sebagai tertentu, sedangkan ketimpangan
fenomena biasa dalam kehidupan mengacu pada standar hidup relatif
keseharian mereka). Pada kondisi dari seluruh masyarakat. Pada tingkat
seperti itu, tidak ada yang diacu ketimpangan yang maksimum,
untuk dipamerkan, sehingga diantara kekayaan dimiliki oleh satu orang
mereka tidak ada perasaan saling saja dan tingkat kemiskinan sangat
berbeda, yang dapat menimbulkan tinggi (Kuncoro, 1997: 26). Dari
perasaan malu. Dalam keadaan uraian tersebut, kemiskinan dapat
demikian, maka kemiskinan didefinisikan sebagai
terwujud dalam berbagai cara-cara ketidakmampuan untuk memenuhi
mereka memenuhi kebutuhan- standar hidup minimum.
kebutuhan mereka untuk dapat a. Faktor Penyebab Kemiskinan
hidup. Di kalangan masyarakat/ Perspektif Struktural
kelompok yang berada dalam kondisi Penganut paham strukturalis
miskin seperti itu, berkembang suatu umumnya menyatakan bahwa
pedoman bagi kehidupan mereka kemiskinan adalah struktur sosial
yang diyakini kebenaran dan yang tidak adil dan ulah kelas sosial
kegunaannya yang dilandasi oleh yang berkuasa yang seringkali
kemiskinan yang mereka derita karena kekuasaan dan kekayaan yang
bersama. Pedoman atau kiat-kiat dimiliknya itu kemudian
untuk menghadapi fenomena miskin mengeksploitasi masyarakat.
seperti itu kemudian melahirkan Kemiskinan yang terjadi karena
model-model adaptasi mereka struktur yang tidak adil inilah yang
menghadapi kemiskinan. selanjutnya disebut sebagai
Pada dasarnya, kemiskinan kemiskinan struktural. Jadi, masalah
berbeda dengan ketimpangan kemiskinan dilihat sebagai dampak
distribusi pendapatan (inequality). dari sistem ekonomi yang
Perbedaan ini sangat perlu mengutamakan akumulasi kapital
ditekankan dimana kemiskinan
dan produk-produk teknologi manusia yang kurang atau tidak
modern. mendukung pembangunan. Hal ini
Perspektif struktural menurut ditandai dengan sifat yang lazim
Rahmat (1987: 27) adalah pandangan disebut a strong feeling of
kaum radikal yang tidak mengubris marginality seperti: sikap parokial,
soal culture of poverty. Mereka apatisme, fatalisme atau pasrah pada
menekankan bahwa ketertinggalan nasib, boros, tergantung dan inferior.
yang terjadi karena bekerjanya Pendekatan kultural yang dipakai
struktur yang memiskinkan. Hal dalam menjelaskan masalah
tersebut bila mengacu pada teori- pembangunan kemudian dikenal
teori Marxis tentang eksploitasi dan dengan nama teori modernisasi
alienasi, maka dapat ditarik suatu Inti dari pendekatan kultural
benang merah bahwa nelayan miskin ialah kesediaan untuk
bukan sepenuhnya disebabkan oleh mempertimbangkan perubahan, suatu
ketidakmampuan dari pihak nelayan sikap yang mutlak berhubungan
tersebut, melainkan orang-orang dengan individualisme dan
(nelayan) tersbut miskin, karena rasionalisme. Salah satu pendekatan
memang dilestarikan untuk miskin. kultural ialah teori etos kerja, yang
b. Faktor Penyebab Kemiskinan oleh Toffler (dalam Rahmat, 1987:
Perspektif Kultural 72) mengomentari bahwa: ethos
Perspektif kultural menurut which means both character and
Rahmat (1987: 24) adalah sentiment of the community - what
merupakan pandangan kaum we might call culture. Artinya etos
konservatif. Kaum konservatif itu bisa watak atau juga perasaan
memandang kemiskinan tidak yang dimiliki oleh suatu masyarakat
bermula dari struktur sosial tetapi tertentu. Jika kita membicarakan
berasal dari karakteristik khas orang- etos, maka senantiasa dikaitkan
orang miskin itu sendiri. dengan masalah kebudayaan.
Perspektif kultural mendekati Kebudayaan sendiri tidak hanya
masalah kemiskinan menekankan mencakup pola tingkah laku. Disisi
pada penyebab dari tingkah laku lain, Kartodirdjo (1993: 172)
menyatakan bahwa etos itu tersebut karena adanya kesamaan
menunjuk kepada seluruh proses interest atau values.
“pembiasaan” yang menghasilkan Nelayan adalah suatu komunitas
pola atau pelembagaan nilai dan yang mana mata pencaharian
terwujud sebagai sikap, watak, dan utamanya adalah menangkap ikan,
mentalitas. baik di laut, selat, teluk, danau
2. Komunitas Nelayan maupun sungai dengan
Menurut Wenger (2002: 4) menggunakan perahu atau kapal dan
Komunitas adalah sebuah berburu atau menggunakan
kelompok sosial dari beberapa perangkap. Mereka umumnya tinggal
organisme yang berbagi lingkungan, atau menetap di daerah pesisir pantai
umumnya memiliki ketertarikan dan dan membentuk suatu komunitas
habitat yang sama. Dalam yang disebut dengan komunitas
komunitas manusia, individu- nelayan.
individu di dalamnya dapat memiliki Komunitas nelayan adalah suatu
maksud, kepercayaan, sumber daya, kelompok yang mana mata
preferensi, kebutuhan, risiko, pencaharian utamanya adalah
kegemaran dan sejumlah kondisi lain menangkap ikan, baik di laut, selat,
yang serupa. Komunitas berasal teluk, danau maupun sungai dengan
dari bahasa Latin communitas yang menggunakan perahu atau kapal dan
berarti "kesamaan", kemudian dapat berburu atau menggunakan
diturunkan dari communis yang perangkap. Mereka adalah orang-
berarti "sama, publik, dibagi oleh orang yang begitu gigih dan akrab
semua atau banyak" dengan kehidupan di laut yang
Sedangkan menurut Kertajaya sifatnya keras. Pengetahuan
(2008: 26) Arti Komunitas adalah tradisionalnya tentang ekologi
sekelompok orang yang saling peduli kelautan, merupakan bagian dari
satu sama lain lebih dari yang kehidupan mereka yang sifatnya
seharusnya, dimana dalam sebuah turun temurun. Para nelayan ini
komunitas terjadi relasi pribadi yang sangat percaya betapa pun kuatnya
erat antar para anggota komunitas tantangan itu, laut tetap menawarkan
berbagai kemungkinan serta dengan purvosive sampling yaitu
memberikan peluang dalam mencari menentukan calon informan yang
nafkah untuk memperolehnya dan memenuhi keriteria sebagai berikut:
mereka berjuang dengan penuh Berprofesi sebagai nelayan, Telah
keyakinan, keuletan dan ketabahan menikah atau berumah tangga dan
serta penggunaan teknologi yang Berada di lokasi pada saat
sederhana. berlangsungnya penelitian
C. METODE PENELITIAN Selanjutnya informan kunci
yang ditentukan dalam penelitian ini
Jenis penelitian yang digunakan
adalah kepala kelurahan Lette, tokoh
peneliti adalah penelitian jenis
masyarakat dan orang-orang yang
deskriptif. yaitu penelitian yang
dianggap berkompeten dengan
menggambarkan atau melukiskan
kehidupan nelayan di daerah/lokasi
situasi tertentu berdasarkan data
penelitian.
yang diperoleh secara terperinci
a. Tehnik Pengumpulan Data
sesuai permasalahan yang ditetapkan
Adapun tehnik pengumpulan
dalam penelitian ini.
data yang digunakan. Observasi atau
Selanjutnya pendekatan yang
pengamatan adalah kegiatan
digunakan dalam penelitian ini
keseharian manusia dengan
adalah pendekatan kualitatif.
menggunakan panca indra mata
Dikatakan pendekatan kualitatif
sebagai alat bantu utamanya selain
karena pada penelitian ini akan
pancaindra lainnya seperti telinga,
mendeskripsikan pemikiran-
penciuman, mulut, dan kulit. Karena
pemikiran, pendapat dan perilaku
itu, observasi adalah kemampuan
yang tampak dari subjek dan objek
seseorang untuk menggunakan
penelitian ini. Bogdan dan Tylor
pengamatannya melalui hasil kerja
(dalam Moleong, 2010: 4)
pancaindra mata serta dibantu
Jadi penelitian ini dilakukan di
dengan pancaindra lainnya (Bungin,
Kecamatan Sikur yang difokuskan
2007: 115).
pada nelayan di Kelurahan Lette
Penelitian peneliti menggunakan
Kecamatan Mariso Kota Makassar
Observasi non-partisipan. Yang
Penentuan informan dilakukan
dimaksud dengan observasi non- Untuk memeperoleh keabsahan
partisipan adalah dimana peneliti data yang valid diperlukan beberapa
tidak terlibat langsung dengan teknik diantara: Teknik perpanjangan
aktifitas orang-orang yang diteliti, pengamatan, meningkatkan
jadi si penyelidik berlaku sebagai ketekunan (persistent observation)
penonton (Sugyono, 2011:145) triangulasi, teknik pemeriksaan
Teknik wawancara (interview) sejawat, dan teknik kelengkapan
dapat diartikan sebagai cara yang refrensi`
dipergunakan untuk mendapatkan
D. HASIL PENELITIAN DAN
informasi (data) dari responden
PEMBAHASAN
dengan cara bertanya langsung
1. Hasil Penelitian dan pembahsan
secara bertatap muka (face to face)
a. Faktor Penyebebab Ketidak
(Suyanto dan Sutinah, 2005: 69).
Berdayaan Nelayan
b. Teknik Analisa Data
Berdasar pada data hasil
Menurut Miles dan Huberman
penelitian di lapangan, sudah dapat
(1984) analisis data terdiri dari tiga
dipastikan bahwa kemiskinan dan
alur kegiatan yang terjadi secara
ketimpangan sosial dalam komunitas
bersamaan yaitu: reduksi data,
nelayan di kelurahan Lette, salah
penyajian data, dan penarikan
satunya disebabkan oleh adanya
kesimpulan/diverifikasi
nilai-nilai, sikap hidup serta
c. Teknik Keabsahan Data
pandangan hidup yang mendominasi
Dalam melakukan penganalisaan
dalam menjalani kehidupan sehari-
data perlu mengingat kreadibilitas
hari mereka. Apek-apsek tersebut,
keabsahan data yang berfungsiuntuk
tentu saja merupakan sesuatu yang
membuktikan bahwa apa yang
abstrak atau dapat dikatakan unsur
diamati oleh peneliti sesuai denagan
internal dari kehidupan masyarakat
dunia kenyataan atau kata lain
nelayan yang bersangkutan. Atau
informasi yang dikumpulkan oleh
dengan kata lain, masalah
peneliti sesuai dengan nilai
kemiskinan yang dialami oleh
kebenaran.
komunitas nelayan di kelurahan
Lette memiliki relevansi dengan kata lain berada pada mentalitas yang
budaya yang ada di lingkungan terbangun baik dalam diri individu,
tempat tinggal mereka sendiri. keluarga dan masyarakat secara luas.
Berkaitan dengan hal di atas, Pada tingkat individual bisa
dari data-data primer yang dikatakan bahwa kemiskinan yang
dikumpulkan saat berada di lokasi terjadi pada dirinya bersumber dari
penelitian menunjukkan bahwa perasaan yang kuat akan
ketidak berdayaan komunitas kemarginalan seperti bersikap pasrah
nelayan di kelurahan Lette akan nasib, dan boros. Kemudian
kecamatan Mariso dari ketidak pada tingkat keluarga, ditandai
berdayaan perspektif kultural dan dengan jumlah keluarga yang relatif
struktural. Adapaun dari perspektif besar. Dan pada tingkat masyarakat
kultural disebabkan oleh persoalan ditunjukkan dengan tidak
sikap dari individu atau bahkan terintegrasinya individu-individu
kelompok secara luas akibat dari dalam masyarakat miskin dalam
adanya pemahaman konservatif sebuah institusi sosial
terhadap nilai-nilai budaya yang ada kemasyarakatan secara efektif
di dalam lingkungan tempat tinggal sehingga sangat sulit terintegrasi
mereka. dalam merubah nasib diri secara
b. Pola hubungan horizontal dan bersama-sama.
vertikal membentuk ketidak Bentuk kemiskinan yang kedua
berdayaan nelayan dalam penelitian ini adalah
Secara substansial, perspektif kemiskinan struktural. Kemiskinan
kultural dalam memandang masalah ini terbentuk, disebabkan oleh faktor-
kemiskinan dilandaskan pada faktor buatan manusia seperti
kelemahan diri yang dalam hal ini kebijakan ekonomi yang tidak adil,
berupa keinginan untuk mau distribusi aset produksi yang tidak
menerima hal-hal baru dan merata, korupsi kolusidan tatanan
perubahan yang sedang terjadi dalam ekonomi dunia yang cenderung
suatu keadaan tertentu termasuk menguntungkan kelompok
rendahnya etos kerja atau dengan masyarakat tertentu, serta aturan
pemerintah yang sehingga merugikan pelaksanaannya tidak mencoba
nelayan. membentuk kelompok-kelompok
c. Pemberdayaan Nelayan sebagai target di luar komunitas nelayan
Pemodelan Sosial. yang sudah sekian lama ada,
Pertama, sejak awal harus misalnya dengan cara mendirikan
disadari bahwa upaya pemberdayaan koperasi yang khusus untuk
nelayan miskin tidak mungkin menabung bukan koperasi simpan
dilakukan hanya dengan cara pinjam dengan demikian nelayan
mentransplantasikan teknologi akan bisa mengatur keuangannya,
modern kepada kelompok nelayan selain itu sistem yang diterapkan
tradisional itu secara top-down. dalam koperasi tersebut dengan cara
Pemberdayaan komunitas nelayan pemberian hadiah ketika
mempertimbangkan dan bahkan pengambilan hasil tabungan nelayan
harus bertumpu kepada keberadaan dengan cara memberikan perahu
pranata sosial-budaya di masing- kepada nelayan.
masing komunitas lokal nelayan Kedua, apapun bantuan yang
tradisional. Dalam proses diberikan kepada komunitas nelayan
pembentukan kelompok usaha tidak berorientasi pada kepentingan
bersama di kalangan nelayan miskin, jangka pendek, sekedar menekankan
misalnya akan jauh lebih efektif dan pada kepentingan penguliran dana
berkelanjutan jika bertumpu kepada atau efisiensi pengembalian dana,
potensi sosial-budaya masyarakat tetapi harus lebih berorientasi pada
setempat. Di kalangan nelayan pemupukkan investasi sosial yang
miskin, studi ini menemukan bahwa berjangka panjang dan bersifat
komunitasnelayan yang berkembang strategis.
di Kelurahan Lette umumnya bersifat E. PENUTUP
sederhana dan personal. Program 1. Kesimpulan
apapun yang digulirkan atas nama Dari hasil penelitian ini, maka
program pemberdayaan komunitas dapat disimpulkan sebagai berikut:
nelayan, khususnya nelayan miskin a. Masalah ketidak berdayaan yang
alangkah bijak jika dalam terjadi pada komunitas nelayan
di kelurahan Lette disebabkan memberikan perahu kepada
oleh faktor kultur berupa sikap nelayan
hidup yang pasrah terhadap 2. Saran
nasib (fatalis) serta pola Dalam rangka mengatasi
hidupyang konsumtif. Kemudian permasalahan kemiskinan yang
faktor struktur berupa adanya terjadi pada komunitas nelayan di
ketidak seimbangan akses kelurahan Lette kecamatan Mariso
ekonomi, banyaknya aturan kota Makassar maka perlu dilakukan
pemerintah yang membebani langkah-langkah sebagai berikut:
nelayan dan kurang optimalnya a. Pemerintah dalam melihat
peranan dari lembaga ekonomi. persoalan ketidak berdayaan
b. Bentuk ketidakberdayaan yang nelayan di kelurahan Lette
terjadi pada nelayan di kecamatan Mariso kota Makassar,
kelurahan Lette dapat harus memperhatikan perspektif
dikelompokkan ke dalam dua aspek aktor/pelaku kemiskinan.
kategori yaitu kemiskinan Artinya pemerintah tidak melihat
kultural dan kemiskinan nelayan hanya sebagai korban
struktural. kemiskinan yang pasif, tetapi
c. Pemodelan sosial untuk nelayan utamanya nelayan kecil
mengatasi kemiskinan di adalah orang-orang yang memiliki
Kelurahan Lette ialah dengan suatu kemampuan yang dapat
cara mendirikan koperasi yang digunakan untuk memperbaiki
khusus untuk menabung bukan kondisi kehidupannya
koperasi simpan pinjam dengan b. Sebagai program yang harus
demikian nelayan akan bisa dilakukan pemerintah agar
mengatur keuangannya, selain masyarakat bisa keluar dari
itu sistem yang diterapkan dalam ketidak berdayaan ialah dengan
koperasi tersebut dengan cara cara membentuk sebuah koperasi
pemberian hadiah ketika yang berorientasi pada tabungan
pengambilan hasil tabungan nelayan, ketika tempo waktu yang
nelayan dengan cara
sudah disediakan misalnya 2 Kartodirdjo. 1993. Kemiskinan
Dunia Ketiga. Jakarta: Pustaka
tahun maka nelayan dapat perahu.
Cisendo.

Kusnadi. 2000. Strategi


DAFTAR PUSTAKA
Pembangunan dan Kemiskinan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Alfian. 1980. Kemiskinan Struktural:
Suatu Bunga Rampai. Jakarta:
Kertajaya, Hermawan. 2008. Arti
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan
komunitas. Jakarta: Gramedia
HIPIS.
Pustaka Utama
Ambar, Teguh S. 2004. Kemitraan
Kuncoro. 1997. Pemberdayaan,
dan Model-model
Konsep dan Implementasi.
Pemberdayaan, Yogyakarta:
Jakarta: CSIS.
Gava Media.
Moleong, Lexy, J. 2001. Metodologi
Bengen, D., G. 2001. Pengelolaan
Penelitian Kualitatif. Cetakan
Sumberdaya Wilayah Pesisir
Ke-13. Bandung: Remaja
Secara Terpadu, Berkelanjutan
Rosdakarya.
dan Berbasis Masyarakat.
Jakarta: Pustaka Cisendo.
Prijono, Onny S. dan Pranarka
A.M.W. (ed.). 1996.
Biro, Pusat, Statistik. 1992.
Pemberdayaan: Konsep,
Kemiskinan dan Pemerataan
Kebijakan dan Implementasi.
Pendapatan di Indonesia 1976-
Jakarta: Centre for Strategic and
1990. Jakarta: BPS.
International Studies (CSIS).
Direktorat Jenderal Perikanan. 2002.
Program Pascasarjana UNM. 2012.
Buku Statistik Perikanan
Pedoman Penyusunan Tesis/
Indonesia.
Disertasi. Makassar: Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Gultom, E. 2007. Refungsionalisasi
Makassar.
Pengaturan Pelabuhan untuk
Meningkatkan Ekonomi
Rahmat. 1987. Upaya Pengentasan
Nasional. Jakarta: PT Raja
Kemiskinan. Jakarta: Pustaka
Grafindo Persada
Cisendo.
Kartasasmita, Ginanjar. 1997.
Sajogyo. 1996. Menanggulangi
Pemberdayaan Masyarakat:
Kemiskinan. Fakultas Pertanian
Sebuah Tinjauan Administrasi.
IPB. Bogor: IPB.
Pidato Pengukuhan Jabatan
Guru Besar. Malang: Universitas
Salim, E. 1984. Perencanaan
Brawijaya.
Pembangunan dan Pemerataan
Pendapatan. Jakarta: Yayasan
Idayu.
Pemberdayaan Masyarakat.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: alfabeta. Wenger, Etienne et al. 2002.
Cultivating Communities of
Satria. 2002. Pengantar Sosiologi Practice. Harvard Business
Masyarakat Pesisir. Jakarta: School Press
Pustaka Cisendo.
BPS Kota Makassar 2011
Sigit, H. 1993. Masalah Perhitungan
Distribusi Pendapatan di Tribun Timur Makassar edisi 1
Indonesia. Jakarta: Prisma. September 2014.

Suharto. 2005. Membangun http://www.bps.go.id. Diakses


Masyarakat Memberdayakan tanggal 22 September 2014.
Rakyat: Kajian Strategi
Pembangunan Kesejahteraan http://www.djpb.kkp.go.id/. Diakses
Sosial dan Pekerjaan Sosial. tanggal 29 November 2014.
Jakarta: Rafika Aditama
http://rocana.kemenperin.go.id/.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Diakses tanggal 3 Desember
Suatu Pengantar. Jakarta: PT. 2014.
Raja Grafindo.

Soemardjan, Selo. 1980. Perubahan


Sosial di Yogyakarta.
Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.

Sudarso. 2008. Tekanan Kemiskinan


Struktural Komunitas Nelayan
Tradisional di Perkotaan.
Surabaya: FISIP-Universitas
Airlangga Press.

Sumodiningrat, Gunawan. 1989.


Membangun Perekonomian
Rakyat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Suparlan, Parsudi. 1994. Kemiskinan


di Perkotaan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Usman, Sunyoto. 2004.


Pembangunan dan

Anda mungkin juga menyukai