Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


KELAS 2B S1 ILMU KEPERAWATAN
1. Aji Maulana
2. Dede Rispriyanto
3. Gilang Siwi Widodo
4. Milatun Nafidah
5. Neneng Vitriyah
6. Sea Paradise
MATA KULIAH : KD II
DOSEN PEMBIMBING : DENI IRAWAN S.Kep.,Ns

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI


Jl. Cut Nyak Dien Kalisapu slawi Kab. Tegal
Telp.(0283) 6197570,6197571
TAHUN 2014 / 2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Saya sangat menyadari keterbatasan dan ilmu pengetahuan yang ada, sehingga hasil
makalah ini perlu adanya pengkajian dan pengembangan lagi. Demi kesempurnaan penelitian
selanjutnya, maka saya mengharapkan kritik dan saran pembaca.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menambah wawasan.

Tegal , Oktober 2014

Penulis,

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………... i
KATA PENGANTAR…………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH…………………. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………..……… 1
1.3 TUJUAN PENULISAN……………………………... 2
1.4 MANFAAT PENULISAN…………………………... 2
BAB II KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI……………………………………………. 3
2.2 ETIOLOGI…………………………………………... 4
2.3 MANIFESTASI KLINIS……………………………. 4
2.4 PATOFISIOLOGI…………………………………… 4
2.5 PATHWAYS………………………………………… 8
2.6 KOMPLIKASI………………………………………… 9
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG……………………… 9
2.8 PENATALAKSANAAN……………………………… 10
2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ……………. 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………………………. 17
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN………………………………………. 28
4.2 SARAN………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 29

BAB I
PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses
penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita
bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah
besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi.sirosis
didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture
hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien
yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis
menempati urutan ke tujuh penyebab kematian.Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini.Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawatan penyakit dalam.Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari
pada perempuan.dengan perbandingan 2 – 4 : 1

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi sirosis hepatis ?
2. Apa saja etioogi sirosis hepatis ?
3. Bagaimana Manifestasi klinik sirosis hepatis ?
4. Bagaimana patofisiologi sirosis hepatis ?
5. Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada sirosis hepatis ?
6. Bagaimana Pentalaksanaan pada sirosis hepatis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis ?
1.3 TUJUAN
Tujuan secara umum : mengerti tentang sirosis hepatis dan memahami apa yang harus di
lakukan seorang perawat untuk menangani sirosis hepatis .
Tujuan secara khusus : mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, kompikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan sirosis hepatis, dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan sirosis hepatis.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Mengetahui tentang definisi sirosis hepatis.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit sirosis hepatis.
3. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus sirosis hepatis yang dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

BAB II
KONSEP TEORI

2.1 DEFINISI SIROSIS HEPATIS


Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regenerative (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare,
2001).
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan menahun
pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan regenerasi sel hati sehingga
Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif mansjoer, FKUI1999 )
Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1. Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu.
Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus
biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru.
Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas
saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.

2.2 ETIOLOGI SIROSIS HEPATIS


Menurut FKUI 1999, penyebab sirosis hepatis antara lain:

1. Malnutrisi
2. Alkohol
3. Virus hepatis
4. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
5. Zat toksik

2.3 MANIFESTASI KLINIS SIROSIS HEPATIS


1. Pembesaran hati
2. Varises gastrointestinal
3. Edema
4. Obstruksi portal dan asites
5. Defisiensi vitamin dan anemia
6. Kemunduran mental
7. Mual, muntah, anoreksia dan berat badan turun
8. Diare
9. Kelemahan otot dan perasaan cepat lelah

2.4 PATOFISIOLOGI SIROSIS HATI


Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.Sirosis
terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras.Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan
asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang
berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang
ditimbulkannya.Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki
kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang
tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida,
naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak
daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang
sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh
lemak.Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui
palpasi.Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru
saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni).
Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba
benjol-benjol (noduler).
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan
sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan
berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan
pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan
traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif
yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan
demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung
menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami
penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites.
Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial
menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi
terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan pemintasan
(shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih
rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah
abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi
pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah
merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi
pembuluh darah ini akan membentuk varises atau temoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi
akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan.
Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan
tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis
ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus.
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium.
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yan tidak memadai
(terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai,
khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis
kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan
gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala
anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat
yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan
koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis
hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu
serta tempat, dan pola bicara.
2.5 PATHWAYS
2.6 KOMPLIKASI SIROSIS HEPATIS
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Hipertensi portal menimbulkan varises esopagus, dimana suatu saat akan pecah, sehingga timbul
perdarahan yang masip.
3. Koma Hepatikum.
4. Ulkus Peptikum
5. Karsinoma hepatosellural

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormalterdapat adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan
kadar albumin serum, peninggian kadar globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan
indirek), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan trombositopenia, penurunan enzim
kolinesterse, sertapeninggian SGOT dan SGPT.
2. Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin)
3. Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme protein)
4. Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi jaringan)
5. PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor pembekuan)
6. Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan radiologis
tak dapat menyimpulkanUltrasound, skan CT atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar,
derajat obstruksi dan aliran darah hepatik.
7. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah
terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).
8. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi (USG),
pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises esofagus,
pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta sumber pendarahan,
pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, angografi, dan endoscopic retrograde
chlangiopancreatography (ERCP).

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
2. Diit rendah protein ( diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein , 2.000 kalori ). Bila ada asites
diberikan diet rendah garam II ( 600-800mg ) atau III ( 1.000-2.000 mg ). Bila proses tidak aktif,
diperlukan diet tinggi kalori ( 2.000-3.000 kalori ) dan tinggi protein ( 80 – 125 g/ hari )
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik, diusahakan memakan obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik
4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang
dan glukosa
5. Roboransia, vitamin B kompleks, dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol.

2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor
pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan
makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita.Pola penggunaan alkohol
yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.Yang juga harus
dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama melakukan
aktivitas rekreasi.Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat hepatotoksik atau dengan
obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap
orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan
atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani.Di samping
itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat memberikan petunjuk
tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat meteorismus (kembung),
perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan
berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma,
transferin, serta kadar kreatinin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
2. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
3. Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan dan
asites.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anoreksia.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
6. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
7. Ansietas
8. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
9. Diare
10. Ketidakmampuan koping keluarga
11. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
12. Resiko perdarahan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil yang di
erawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
: peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.
1. Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein 1. Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi 1. Melaporkan penin
2. Berikan suplemen vitamin (A, B proses penyembuhan. dan kesehatan pasi
kompleks, C dan K) 2. Memberikan nutrien tambahan. 2. Merencanakan ak
3. Motivasi pasien untuk melakukan latihan memberikan kesem
yang diselingi istirahat 3. Menghemat tenaga pasien sambil mendorong yang cukup.
4. Motivasi dan bantu pasien untuk pasien untuk melakukan latihan dalam batas 3. Meningkatkan akt
melakukan latihan dengan periode waktu toleransi pasien. bersamaan dengan
yang ditingkatkan secara bertahap 4. Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan kekuatan.
percaya diri 4. Memperlihatkan a
yang adekuat dan
alkohol dari diet.
rawatan : gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
: memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema.
1. Batasi natrium seperti yang diresepkan. 1. Meminimalkan pembentukan 1. Memperlihatkan t
2. Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit. edema. normal pada ekstre
3. Balik dan ubah posisi pasien dengan sering. 2. Jaringan dan kulit yang tubun.
4. Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan edematus mengganggu suplai 2. Tidak memperliha
setiap hari. nutrien dan sangat rentan kulit.
5. Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas terhadap tekanan serta trauma. 3. Memperlihatkan j
edematus. 3. Meminimalkan tekanan yang normal tanpa gejal
6. Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus lama dan meningkatkan perubahan warna a
dan tonjolan tulang lainnya. mobilisasi edema. suhu di daerah ton
4. Memungkinkan perkiraan 4. Mengubah posisi d
status cairan dan pemantauan
terhadap adanya retensi serta
kehilangan cairan dengan cara
yang paling baik.
5. Meningkatkan mobilisasi
edema.
6. Melindungi tonjolan tulang dan
meminimalkan trauma jika
dilakukan dengan benar.
rawatan : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan gastrointestinal.
: Perbaikan status nutrisi.
1. Motivasi pasien untuk makan1. Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan 1. Memperlihatkan asu
makanan dan suplemen gangguan gastrointestinal. tinggi kalori, tinggi p
makanan. 2. Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh jumlah memadai.
2. Tawarkan makan makanan penderita anoreksia. 2. Mengenali makanan
dengan porsi sedikit tapi 3. Meningkatkan selera makan dan rasa sehat. yang bergizi dan dip
sering. 4. Menghilangkan makanan dengan “kalori kosong” dan diet.
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil yang di
3. Hidangkan makanan yang menghindari iritasi lambung oleh alkohol. 3. Bertambah berat tan
menimbulkan selera dan 5. Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera memperlihatkan pen
menarik dalam penyajiannya. makan. dan pembentukan as
4. Pantang alkohol. 6. Dapat mengurangi frekuensi mual. 4. Mengenali dasar pem
5. Pelihara higiene oral sebelum7. Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pasien harus makan s
makan. pada perut yang mengurangi selera makan dan keinginan sering.
6. Pasang ice collar untuk terhadap makanan. 5. Melaporkan peningk
mengatasi mual. 8. Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi dan rasa sehat.
7. Berikan obat yang rasa tidakenak serta distensi pada abdomen. 6. Menyisihkan alkoho
diresepkan untuk mengatasi 9. Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius. 7. Turut serta dalam up
mual, muntah, diare atau higiene oral sebelum
konstipasi. menghadapi mual.
8. Motivasi peningkatan asupan 8. Menggunakna obat k
cairan dan latihan jika pasien gastrointestinal seper
melaporkan konstipasi. diresepkan.
9. Amati gejala yang 9. Melaporkan fungsi g
membuktikan adanya yang normal dengan
perdarahan gastrointestinal. teratur.
10. Mengenali geja
dilaporkan: melena,
nyata.
rawatan : Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta
asites.
: Peningkatan rasa kenyamanan.
1. Pertahankan tirah baring 1. Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati, 1. Mempertahankan tir
ketika pasien mengalami Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri mengurangi aktivitas
gangguan rasa nyaman pada serta gangguan rasa nyaman pada abdomen. terasa.
abdomen. 2. Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut 2. Menggunakan antipa
2. Berikan antipasmodik dan kemunduran keadaan pasien dan untuk mengevaluasi sedatif sesuai indikas
sedatif seperti yang intervensi. diberikan.
diresepkan. 3. Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut. 3. Melaporkan pengura
3. Kurangi asupan natrium dan dan gangguan rasa n
cairan jika diinstruksikan. abdomen.
4. Melaporkan rasa nye
rasa nyaman jika tera
5. Mengurangi asupan
sesuai kebutuhan hin
diinstruksikan untuk
6. Merasakan penguran
7. Memperlihatkan pen
nyeri.
8. Memperlihatkan pen
perut dan perubahan
sesuai.
rawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil yang di
: Pemulihan kepada volume cairan yang normal.
1. Batasi asupan natrium dan 1. Meminimalkan pembentukan asites dan edema. 1. Mengikuti diet renda
cairan jika diinstruksikan. 2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan pembatasan cairan se
2. Berikan diuretik, suplemen mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yang diinstruksikan.
kalium dan protein seperti normal. 2. Menggunakan diure
yang dipreskripsikan. 3. Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan. kalium dan protein s
3. Catat asupan dan haluaran 4. Memantau perubahan pada pembentukan asites dan tanpa mengalami efe
cairan. penumpukan cairan. 3. Memperlihatkan pen
4. Ukur dan catat lingkar perut 5. Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam urine.
setiap hari. menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan. 4. Memperlihatkan pen
5. Jelaskan rasional pembatasan perut.
natrium dan cairan. 5. Mengidentifikasi ras
natrium dan cairan.
rawatan : Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembang
aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
: Perbaikan status pernapasan.
1. Tinggalkan bagian kepala tempat 1. Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan 1. Mengalami perbai
tidur. memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru pernapasan.
2. Hemat tenaga pasien. yang maksimal. 2. Melaporkan pengu
3. Ubah posisi dengan interval. 2. Mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien. sesak napas.
4. Bantu pasien dalam menjalani 3. Meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi3. Melaporkan penin
parasentesis atau torakosentesis. pada semua bagian paru). rasa sehat.
4. Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk 4. Memperlihatkan f
mengeluarkan cairan dari rongga toraks) merupakan yang normal (12-1
tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien terdengarnya suara
agar bekerja sama dalam menjalani prosedur ini dengan tambahan.
meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman. 5. Memperlihatkan p
toraks yang penuh
pernapasan dangka
6. Memperlihatkan g
normal.
7. Tidak mengalami
atau sianosis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SIROSIS HEPATIS
KASUS
Seorang laki laki dewasa (55 tahun) datang dengan keluhan perut kembung, rasa tidak
enak, spider navi (+), asites (+), klien mengatakan malas untuk makan, klien waktu remaja sering
mengonsumsi alcohol dalam jangka waktu yang lama, lab : SGOT 48, SGPT 52, total protein 9,1
, hasil USG didapatkan pembesaran hepar dan limpa.

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. M
b. Tempat dan tanggal lahir : Klaten, 14 Maret 1969
c. Pendidikan terakhir : SD
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Menikah
f. Tinggi Badan / Berat Badan : 155 cm/43 kg
: Composmentis tampak lemah
: Tinggi, kulit sawo matang
: Jl. Prayan No. 14, Jetis, Karang Nongko, Klaten
j. Orang terdekat yang mudah dihubungi :Ny. D
k. Hubungan dengan klien : Istri klien
l. Tanggal masuk RS : 23 April 2014
m. Diagnosa medis : Sirosis Hepatis
n. No. RM : 99.10.10
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh perutnya kembung dan rasa tidak enak.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit klien merasakan perutnya kembung. Klien
menganggap kembungnya hanya karena masuk angin biasa, sehingga hanya diatasi dengan
meminum jamu antimasuk angin dan diolesi dengan minyak kayu putih. Dua hari berikutnya
perutnya dirasakan semakin tidak enak. Klien diperiksa ke puskesmas terdekat dan dirujuk ke
RSU untuk dirawat. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 23 April 2014 didapatkan adanya
asites, permukaan perut tampak tidak rata dan membesar, terdapat spider navi, ada nyeri tekan di
bagian hati dan limpa. Klien juga mengatakan napsu makannya menurun.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan sewaktu remaja sering mengonsumsi alkohol dalam jangka waktu yang
lama.
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ayah klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis sewaktu masih hidup.
6. RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal permanent dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang tinggal di
rumah sebanyak 4 orang, dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup, kebersihan dan
kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup,keadaan kamar mandi cukup baik tidak terlalu tinggi dan
tidak licin.
7. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Sebelum sakit klien beraktivitas dengan normal. Klien tidak mengetahui penyakit yang diderita
klien. Klien menganggap kembung yang dirasakan hanya sekedar kembung biasa. Klien hanya
pergi ke puskesmas terdekat saat sakit.
- Selama sakit klien mengurangi aktivitas, klien tidak menyukai keadaannya dan berharap cepat
sembuh.
b. Pola aktifitas dan latihan
- Sebelum sakit klien bekerja diperusahaan swasta. Klien jarang melakukan kegiatan olah raga.
- Selama sakit klien lebih banyak istirahat.
c. Pola nutrisi dan metabolik
- Sebelum sakit pasien makan 3 x/sehari dengan porsi 1 kali makan habis, minum air teh atau
putih 1000 cc/hari.
- Selama sakit pasien makan 3x/hari dengan pola makan habis ½ porsi habis dan minum air putih
700 cc/hari.
d. Pola eliminasi
- Sebelum sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsentrasi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan. BAK 900 – 1000 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
- Selama sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan BAK 600 - 800 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
e. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari dan kadang tidur siang selama 1 jam.
- Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun. Tidur siang 1-2 jam.
f. Pola kognitif persepsi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Pasien mengatakan ada kembung
diperut dan akan terasa nyeri jika perut ditekan.
g. Pola sensori visual
- Test tajam tumpul: dapat membedakan antara tajam dan tumpul
- Test panas dingin : dapat membedakan antara panas dan dingin
h. Pola toleransi dan koping terhadap stress
Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya.
i. Persepsi diri / konsep diri
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.Klien berharap dapat sembuh
dan dapat menjalankan aktifitasnya dengan normal.
j. Pola seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin pria dan sudah menikah mempunyai 2 anak.
k. Pola nilai dan keyakinan
- Sebelum sakit klien selalu menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim (shalat 5 waktu).
Klien kurang mengetahui akan penyakitnya namun klien percaya bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan.
- Selama sakit klien melaksanakan shalat 3 – 4 waktu dan sering berdoa
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Survey umum
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda – tanda vital
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36,50C
4. Antropometri
- TB : 155 cm
- BB : 43 kg
- IMT : 17,8

b. Kulit, rambut dan kuku


1. Kulit : Warna sawo matang, tekstur kasar, kering, turgor kembali dalam 4 detik, terdapat spider navi di
perut, kulit agak kekuningan
2. Rambut : Hitam kemerahan, kasar, penyebaran merata, tampak pendek dan lurus, dan bersih.
3. Kuku : warna transparan, bentuk cembung 160, dapat kembali dalam ± 1 detik setelah ditekan, tekstur
halusdan tidak ada kotoran.
c. Kepala dan leher
1. Kepala : Bentuk bulat lonjong, posisi tegak lurus dengan bahu, tidak ada benjolan dan lesi, dan bersih
2. Mata : sklera ikterik
3. Telinga : Simetris, serumen tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran
4. Hidung : Simetris ka/ki, bersih, tidak ada gangguan penciuman
5. Mulut : Gigi utuh, kebersihan cukup baik, mukosa mulut kering, caries tidak ada
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar teroid, kekakuan leher tidak ada
d. Toraks dan paru-paru
1. Toraks : Simetris ki/ka, RR 24 x/menit, irama teratur dan tidak ada suara tambahan
2. Jantung
I : denyut jantung normal, tidak ada dorongan, ictus cordis tidak tampak

P : tidak ada pulsasi, ictus cordis teraba di midklavikula intercosta 5


- P : ukuran dan bentuk jantung dalam batas normal
- A : terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal

3. Paru – paru
- I : Simetris
- P : Fremitus kanan / kiri : normal kanan/kiri
- P : Sonor ka/ki
- A : vesikuler ka/ki
e. Abdomen
- I : Bentuk asimetris
- A : Bising usus 13x/menit
- P : Hati dan limfe teraba, nyeri tekan (+)
- P : Hipertimpani
netalia : Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter
ctum dan anus : Klien mengatakan tidak ada hemoroid
tremitas
- Atas : tangan kiri dan tangan kanan dapat digerakan kesegala arah
- Bawah : Ke dua kaki dapat digerakan kesegala arah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN JUMLAH NORMAL
SGOT 48u/L 3-45 u/L
SGPT 52u/L 0-35 u/L
Protein 9,1 g/dL 6,3 - 7,9 g/dL
Kalium 5,63 mEg/l 3,6 – 5,6 mEq/l
Natrium 146 meq/l 137 – 145 mEq/l
Klorida 109 mEg/l 98 – 107 Eq/l
USG Terdapat hematomegali dan splenomegali
B. ANALISA DATA
No Tgl/Jam Data Problem
1 23 April 2-14/08.30KlDS : Kelebihan volume cairan
WIB - Klien mengeluh perutnya terasa kembung.
DO:
- Asites (+)
- Perut tampak membesar
- Ka 5,63 mEg/l (normalnya : 3,6 – 5,6 mEq/l), Na 146 meq/l
(normalnya : 137 – 145 mEq/l), Cl 109 mEg/l (normalnya : 98 – 107
Eq/l)
2 23 April 2-14/08.30 DS : Nyeri
- P : nyeri karena perut membesar
WIB
- Q : seperti ditekan
- R : nyeri pada daerah perut kanan atas
- S:5
- T : saat ditekan pada daerah perut atas
DO :
-Klien tampak menyeringai saat ditekan pada daerah perut
-Perut klien tampak membesar
-Pemeriksaan USG didapat hepatomegali dan splenomegali
3 23 April 2-14/08.30 DS : Ketidakseimbangan nutrisi
WIB - Klien mengatakan napsu makan menurun kurang dari kebutuhan
- Klien mengatakan makan habis ½ porsi tubuh (00002)
DO :
- BB sebelum sakit 45 kg, selama sakit 43 kg
- TB 155 kg
- IMT 17,8 (kurus)
- Klien tampak lemah
- Makan habis ½ porsi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pembentukan asites
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar dan limpa
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
DX
1 Setelah dilakukan - asites (-) - Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali. - Tekanan darah yang
tindakan asuhan - ukuran perut normal berhubungan dengan
keperawatan - Ka 5,3 mEg/l (normalnya : 3,6- Atasi natrium dan air: diet TKRP RG - Meminimalkan reten
selama 3 x 24 jam – 5,6 mEq/l), Na 143 meq/l dan minum ± 700 cc/24 jam. area ekstravaskular.
pada pasien (normalnya : 137 – 145 mEq/l), cairan untuk mempe
dengan kaelebihan Cl 105 mEg/l (normalnya : 98 – pengenceran hiponat
volume cairan 107 Eq/l) - Kolaborasi therapi diuretik. - Mengontrol asites
dapat teratasi
2 Setelah dilakukan Pain Control Pain Management
tindakan asuhan -mampu mengontrol nyeri (tahu- Lakukan pengkajian nyeri secara - Untuk menentukan
keperawatan penyebab nyeri, mampu komprehensif (lokasi, karakteristik, sesuai dan keefektifa
selama 3 x 24 jam menggunakan teknik durasi, frekuensi, kualitas, intensitas yang diberikan
pada pasien farmakologi untuk mengurangi nyeri dan faktor presipitasi.
dengan nyeri, mencari bantuan) - Ajarkan teknik nonfarmakologi - Untuk mengurangi r
pembengkakan Pain Level (relaksasi dengan napas dalam)
hati dan limpa - Melaporkan bahwa nyeri - Kolaborasi dengan dokter untuk - Untuk mengurangi n
dapat teratasi berkurang (3) pemberian obat analgetik
-tidak menunjukan ekspresi - Observasi reaksi nonverbal dari - Membantu dalam m
wajah menahan nyeri ketidaknyamanan derajat ketidaknyam
Comfort Level
-menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
3 Setelah dilakukan Nutritional Status Nutrition Theraphy (1120)
tindakan asuhan - Adanya peningkatan berat - Berikan suplemen nutrisi -
Suplemen nutrisi m
keperawatan badan (45 kg) mendapatkan zat nut
selama 3 x 24 jam - Berat badan ideal sesuai dengan kebutuhan tu
pada pasien dengan tinggi badan - Berikan makanan kesukaan pasien - Menambah nafsu m
dengan - napsu makan meningkat ( dengan pertimbangan ahli gizi dengan tetap memen
ketidakseimbangan habis 1 porsi) nutrisi tubuh.
nutrisi kurang dari Nutritional status : energy - Berikan makanan dengan porsi sedikit - Untuk memberikan
kebutuhan tubuh (1007) tapi sering pasien sesering mun
dapat teratasi - Klien tampak segar - Berikan informasi tentang kebutuhan - Untuk mengetahui p
nutrisi untuk tubuh kebutuhan nutrisi ba
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. M Hari.Tanggal : 25 April 2014
Jam : 10.00 WIB

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
1. Klien mengatakan perutnya masih terasa kembung
1. Klien mengeluh perutnya terasa 2. Klien mengatakan masih terasa nyeri ketika perut kanan diteka
kembung. dapat melakukan teknik dapas dalam secara mandiri
2. Kien mengatakan nyeri karena perut 3. Klien mengatakan napsu makan mulai meningkat dan bisa men
membesar, terasa seperti ditekan, nyeri
menyebar pada daerah perut kanan atas O:
dengan skala 5 dan terasa saat ditekan 1. Asites (+)
pada daerah perut atas 2. Klien masih tampak menyeringai, klien sudah dapat melakuka
3. Klien mengatakan napsu makan secara mandiri
menurun dan makan habis ½ porsi 3. BB 44 kg, TB 155 cm, IMT 18,3, klien makan habis ¾ porsi

A:
DO : 1. kelebihan volume caian (+)
2. nyeri (+)
1. Asites (+), perut tampak besar, Ka 5,633. ketidakseimbangan nutrisi kurang dati kebutuhan tubuh (+)
mEg/l (normalnya : 3,6 – 5,6 mEq/l),
Na 146 meq/l (normalnya : 137 – 145
mEq/l), Cl 109 mEg/l (normalnya : 98 P:
– 107 Eq/l) 1. Anjurkan klien untuk membatasi minum 700 cc/hari
2. Klien tampak menyeringai saat ditekan2. Anjurkan pasien melakukan teknik napas dalam
pada daerah perut dan tampak 3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, anjurkan paien untu
membesar, terdapat hepatomegali dan
splenomegaly
3. BB sebelum dan selama sakit :
45kg/43kg, TB 155 cm, IMT 17,8
(kurus), Klien tampak lemah, Makan
habis ½ porsi

DIAGNOSA
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
pembentukan asites TTD PERAWAT
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan
hepar dan limpa
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
TINDAKAN
1.1 Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali.
1.2 Batasi natrium dan air: diet TKRP RG dan
minum ± 700 cc/24 jam.
1.3 Kolaborasi therapi diuretik.
2.1 Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
presipitasi.
2.2 Mengajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi
dengan napas dalam)
2.3 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat analgetik
3.1 Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi bagi tubuh
3.2 Memberikan makanan kesukaan pasien dengan
pertimbangan ahli gizi
3.3 Memberikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering
3.4 Memberikan suplemen nutrisi

RTL :
1.1awasi tekanan darahs etiap 3 jam
1.2kolaborasi pemberian terapi diuretic
2.1 ulangi pengkajian nyeri secara komprehensif
2.2 kolborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik
3.1 berikan suplemen nutrisi yang bisa menambah
napsu makan pasien
BAB IV
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Saluran pencernaan adalah bagian tubuh yang sering mendapat keluhan saat mengonsumsi
makanan.Saluran cerna ini berfungsi untuk menyerap nutrisi dalam makanan dan mengeluarkan
bagian makanan yang tak diserap dari tubuh. Saat saluran cerna tidak bekerja dengan optimal,
maka akan terjadi gangguan pada system pencernaan.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorik arsitek yang normal
oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi itu dapat berukuran kecil
(mikronocular ) dan besar (makronocular) sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intra
hepatic, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati yang secara
bertahap ( price dan Wilson 2002 )

3.2 SARAN
1. Dengan mengetahui gejala-gejala awal sirosis hepatis kita dapat mengantisipasi dari awal jka terjadi tanda-tanda
gangguan system pencernaan pada pasien ataupun orang terdekat kita.
2. Dengan mengetahui penyebab-penyebab sirosis hepatis maka kita dapat mencegah lebih awal sebelum terjadinya
penyakit yang lebih parah.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan
keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Http://lolapitriyani.wordpress.com/2014/03/15/makalah-cirrohiss-hepatis-atau-sirosis-hati/

Anda mungkin juga menyukai