TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Saat ini gangguan jiwa didefinisikan dan ditangani sebagai masalah
medis. Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa
yang menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam
melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa atau mental illenes adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan
orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya
terhadap dirinya sendiri-sendiri (Budiman, 2010).
Sedangkan menurut (Maramis, 2010), gangguan jiwa adalah
gangguan alam: cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi
(affective), tindakan (psychomotor). Gangguan jiwa merupakan kumpulan
dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan
fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua
golongan yaitu : gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa).
Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting
diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung,
gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria,
rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
Gangguan Jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan
baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah
mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Yosep,
2009). Gangguan Jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah
lainnya, hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang
ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa
atau lebih kita kenal sebagai gila (Budiman, 2010).
2. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan jiwa
terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan
(somatogenik), dilingkungan social (sosiogenik), ataupun psikis
(psikogenik), (Maramis, 2010). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan
badan ataupun gangguan jiwa.
2) Demensia
Demansia diklasifikasikan sebagai gangguan medis dan
kejiwaan, demensia terkait dengan hilangnya fungsi otak.
Demensia melibatkan masalah progresif dengan memori,
perilaku, belajar, dan komunikasi yang mengganggu fungsi
sehari-hari dan kualitas hidup. Ada dua jenis demensia, yaitu :
a) Kerusakan kognitif reversible
Sering dikaitkan dengan obat-obatan, resep atau lainnya,
endokrin, kekurangan gizi, tumor, dan infeksi.
b) Kerusakan kognitif ireversibel
Alzheimer dan vaskular demensia merupakan kerusakan
kognitif ireversibel yang paling umum. Alzheimer memiliki
resiko meliputi usia, genetika, kerusakan otak, sindroma
down. Demensia vaskular melibatkan kerusakan kognitif
yang permanen akibat penyakit serebrovaskuler. Tingkat
keparahan dan durasi gangguan tergantung pada penyakit
serebrovaskular dan respon individu terhadap pengobatan.
b.Gangguan Jiwa Neurotik
Gangguan kepribadian dan gangguan jiwa yang lainnya
merupakan suatu ekspresi dari ketegangan dan konflik dalam jiwanya,
namun umumnya penderita tidak menyadari bahwa ada hubungan
antara gejala-gejala yang dirasakan dengan konflik emosinya.
Gangguan ini tanpa ditandai kehilangan intrapsikis atau peristiwa
kehidupan yang menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-
gejala obsesi, fobia, dan kompulsif.
1) Depresi
Depresi merupakan penyakit jiwa akibat dysphoria (merasa
sedih), tak berdaya, putus asa, mudah tersinggung, gelisah atau
kombinasi dari karakteristik ini. Penderita depresi sering
mengalami kesulitan dengan memori, konsentrasi, atau mudah
terganggu dan juga sering mengalami delusi atau halusinasi.
Ketika seseorang dalam keadaan depresi ada penurunan
signifikan dalam personal hygiene dan mengganggu kebersihan
mulut.
c. Gangguan jiwa fungsional
Gangguan jiwa fungsional tanpa kerusakan struktural dan
kondisi biologis yang diketahui jelas sebagai penyebab kinerja yang
buruk.
d.Gangguan jiwa organic
Gangguan jiwa organik adalah kesehatan yang buruk
diakibatkan oleh suatu penyebab spesifik yang mengakibatkan
perubahan struktural di otak, biasanya terkait dengan kinerja kognitif
atau demensia.
e. Gangguan retardasi mental
Gangguan retardasi mental adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti dan tidak lengkap yang terutama
ditandai oleh rendahnya keterampilan yang berpengaruh pada semua
tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif (daya ingat, daya pikir,
daya belajar), bahasa, motorik, dan sosial.
C. KONDISI FISIK
Kondisi fisik adalah kapasitas seseorang untuk melakukan kerja fisik
dengan kemampuan bertingkat. Kondisi fisik dapat diukur secara kuantitatif dan
kualitatif. Mengembangkan atau meningkatkan kondisi fisik berarti
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik (physical abilities)
Pasien. Kemampuan fisik mencakup dua komponen, yaitu komponen kesegaran
jasmani (physical fitness) dan komponen kesegaran gerak (motor fitness).
Kesegaran jasmani terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan
kardiovaskular, dan fleksibilitas. Sedangkan komponen kesegaran gerak atau
motorik terdiri dari kecepatan, koordinasi, kelincahan, daya ledak otot, dan
keseimbangan. Komponen kesegaran gerak atau dapat dilatih. Kemampuan
motorik pada awal latihan secara umum sama, komponen-komponen tersebut
menjadi semakin spesifik dengan dilakukannya latihan. Sudah banyak tes yang
dapat menguji komponenkomponennya.
Komponen-komponen kondisi fisik bila diuraikan adalah sebagai
berikut:
1. Kekuatan otot, yaitu kemampuan untuk memindahkan bagian tubuh
dengan cepat bersamaan dengan melakukan kerja otot secara
maksimal.
2. Daya tahan otot, yaitu kemampuan untuk mengkontraksikan otot
secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban
tertentu.
3. Daya tahan kardiovaskular, yaitu kemampuan sistem jantung, paru,
dan peredaran darah untuk menjalankan kerja terus-menerus secara
efektif.
4. Fleksibilitas, yaitu efektifitas dalam penyesuaian bentuk tubuh
untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas.
5. Kecepatan, yaitu kemampuan untuk memindahkan tubuh atau
bagian tubuh dengan cepat. Terdapat banyak cabang olahraga yang
bergantung pada kecepatan untuk dapat mengalahkan lawan.
Sebagai contoh, pemain sepak bola harus berlari cepat ke arah bola
untuk menerima operan.
6. Koordinasi, yaitu kemampuan untuk melakukan bermacam-macam
gerakan berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif dan
terintegrasi. Sebagai contoh, koordinasi tangan-mata untuk
menggiring bola basket menggunakan tangan dan mata secara
bersamaan.
7. Kelincahan, yaitu kemampuan melakukan gerakan yang konstan dan
cepat, kemudian mengubah arah gerakan tanpa kehilangan
keseimbangan. Sebagai contoh, mengubah arah gerakan untuk
memukul bola tenis.
8. Daya ledak otot, yaitu kemampuan untuk menggunakan otot dengan
kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu singkat.
9. Keseimbangan, yaitu kemampuan kontrol dan stabilisasi tubuh saat
berdiri diam atau saat bergerak. Sebagai contoh, in-line skating.
D. Kelincahan
Kelincahan atau agilitas termasuk dalam komponen kesegaran motorik.
Kelincahan atau agilitas adalah kemampuan untuk bergerak cepat, mengerem
atau berhenti, mengubah arah gerakan, kemudian melanjutkan gerakan dengan
cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Peningkatan kelincahan membutuhkan
kekuatan tubuh dan kontrol tubuh yang baik. Kemampuan mengantisipasi,
mengenali, dan bereaksi terhadap stimulus, serta melakukan gerakan eksplosif
juga sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan kelincahan
Kelincahan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. memulai gerakan seluruh tubuh, perubahan arah, ataupun percepatan
atau pengurangan kecepatan dengan segera
2. Gerakan yang dilakukan adalah secara tiba-tiba
3. Mencakup komponen fisik dan kognitif, seperti menyadari adanya
stimulus, reaksi terhadap stimulus, atau melakukan eksekusi
terhadap respons fisik.
Kelincahan merupakan komponen yang penting dalam olahraga, terutama
olahraga yang membutuhkan koordinasi gerak. Latihan kelincahan tidak terlepas
dari latihan fisik secara keseluruhan, latihan kelincahan dilakukan dengan
memberikan stres fisik yang teratur, sistematik, dan berkesinambungan sedemikian
rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan kerja teratur.
Latihan kelincahan mempunyai bentuk latihan yang cepat dengan intensitas tinggi
sehingga dapat memperbaiki kemampuan fungsional. Bentuk latihan untuk
mengembangkan kelincahan adalah bentukbentuk latihan yang mengharuskan
seseorang untuk bergerak cepat dan mengubah arah dengan tangkas. Dalam
melakukan aktivitas tersebut juga tidak boleh kehilangan keseimbangan dan harus
sadar akan posisi tubuhnya.
Dalam latihan kelincahan unsur-unsur kecepatan, fleksibilitas, dan
perubahan arah harus ada dalam latihan. Sesuai dengan gerakan yang cepat untuk
mengubah arah maka latihan anaerobik dapat menambah kelincahan.
1. Komponen Kelincahan
Terdapat dua komponen dalam kelincahan, yaitu kualitas fisik
dan komponen kognitif.
Tabel 2. Interpretasi Hasil Hexagonal Obstacle Test untuk Usia 16-19 Tahun
(dalam detik)
Pada setiap kali tes dilakukan, Pasien diberi kesempatan untuk melakukan
percobaan, diberi waktu sekitar 3 menit untuk istirahat di antara tiap percobaan.
Sedangkan di antara tiap tes diberi waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan
selama minimal 10 menit.
C. Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep