Anda di halaman 1dari 2

14-05-2017 1/2 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id

KATARAK SEBABKAN 50% KEBUTAAN


DIPUBLIKASIKAN PADA : SABTU, 09 JANUARI 2016 00:00:00, DIBACA : 12.035 KALI

Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia


dan di dunia. Dari semua kebutaan pada masyaraka, lebih dari 50% disebabkan oleh
katarak. Padahal katarak dapat disembuhkan melalui operasi dengan biaya yang tidak
terlalu mahal dan sudah dijamin oleh BPJS. Jadi yang terpenting adalah kesadaran dan
kemauan dari masyarakat akan pentingnya kesehatan mata sehingga mau memeriksakan
kesehatan matanya ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, kata Menkes Nila F.
Moeloek pada acara Bakti Sosial Operasi Katarak dalam rangka Hari Ulang Tahun Indosiar
ke 21 dan KORBRIMOB Polri ke 70, bekerja sama dengan Perdami di Depok, Jawa Barat
(9/1).

Katarak merupakan proses degeneratif yang sangat dipengaruhi oleh faktor usia, oleh
karena itu kasus ini akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah lanjut usia.
Walaupun katarak juga dapat diderita oleh bayi dan anak, yang disebabkan oleh proses
dalam kandungan seperti infeksi dan malnutrisi selama usia anak-anak, namun kasus ini
sangat jarang dijumpai.

Menkes menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit. Hal ini juga
diperkuat dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional bagi masyarakat miskin termasuk untuk operasi katarak. Pelayanan Kesehatan Mata
diselenggarakan mulai dari pelayanan kesehatan primer di Puskesmas dan pelayanan rujukan di Rumah Sakit. Di samping itu kita juga memiliki Balai Kesehatan
Mata Masyarakat (BKMM) di 10 provinsi yang juga dapat melayani operasi katarak, terangnya.

Di Indonesia hasil survei kebutaan dengan menggunakan metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang baru dilakukan di 3 provinsi (NTB,
Jabar dan Sulsel) tahun 2013 -2014 didapatkan prevalensi kebutaan pada masyarakat usia > 50 tahun rata-rata di 3 provinsi tersebut adalah 3,2 % dengan
penyebab utama adalah katarak (71%).

Diperkirakan setiap tahun kasus baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk atau kira-kira 250.000 orang/tahun. Sementara itu
kemampuan kita untuk melakukan operasi katarak setiap tahun diperkirakan baru mencapai 180.000/tahun sehingga setiap tahun selalu bertambah backlog
katarak sebesar lebih kurang 70.000. Jika kita tidak segera mengatasi backlog katarak ini maka angka kebutaan di Indonesia semakin lama akan semakin tinggi,
tegas Menkes.

Besarnya backlog katarak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata masih terbatas

1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2/2 14-05-2017

terutama di daerah-daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dan SDM kesehatan yang memadai termasuk
keberadaan dokter spesialis mata.

Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan dan Rencana Aksi Nasional untuk
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Upaya ini sejalan dengan komitmen global Vision 2020: The Right to Sight yang dicanangkan oleh WHO,
bahwa pada tahun 2020 diharapkan setiap penduduk mempunyai hak untuk dapat melihat secara optimal.

Pada tahun ini Indonesia juga telah membentuk Komite Mata Nasional untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. Komite Mata ini merupakan
wadah koordinasi antara semua pihak yang terkait dalam upaya kesehatan mata baik dari unsur Pemerintah, swasta dan masyarakat. Komite ini diharapkan dapat
membantu Pemerintah dalam upaya untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan sampai ke daerah-daerah.

Pada kesempatan tersebut Menkes menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang terlibat dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan bakti
sosial operasi katarak pada hari ini. Bakti sosial operasi katarak yang dilakukan serentak di 21 kota ini tentu akan memberi dampak yang besar terhadap upaya
penurunan kebutaan. Semoga kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga upaya pemberantasan buta katarak di Indonesia dapat segera
kita wujudkan, tuturnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui nomor hotline <kode lokal> 1500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021)52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 2 - Printed @ 14-05-2017 11:05

Anda mungkin juga menyukai