Anda di halaman 1dari 3

DERMATOFITOSIS

No. Dokumen : 242/SOP-PKMTMORI/11/2018


S
. No. Revisi .:
O Tanggal Terbit.: 8 Maret 2018
P
Halaman .: 1/2

UPT Puskesmas Muslim A. Gafar, SKM


Talagamori Nip.197502051997031007

1. Pengertian Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat


mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku. Penularan terjadi
melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber penularan dapat
berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur zoofilik) atau
dari tanah (jamurgeofilik).
Klasifikasi dermatofitosis
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
2. Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
3. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut
bagian bawah.
4. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan.
5. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki.
6. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di
atas. Bila terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea imbrikata.
2. Tujuan
Sebagai acuan petugas dalam penanganan Dermatofitosis
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Talagamori Nomor tentang Rencana Layanan
Medis
4. Referensi KMK RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan - ATK
bahan - Stetoskop
- Tensimeter
- Penlight
6. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pasien
2. Petugas mengidentifikasi pasien
3. Petugas melakukan anamnesa keluhan seperti keluhan bercak merah
bersisik yang gatal.
4. Petugas menanyakan faktor risiko, adanya riwayat kontak dengan orang
yang mengalami dermatofitosis.
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, kemudian ditemukan lesi
berbentuk infiltrate eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang
lebih aktif dari pada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Dimana
lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus
(glabrosa) dan kuku.
6. Pemeriksaan penunjang dengan mikroskopis menggunakan KOH, akan
ditemukan hifa panjang dan artrospora
7. Dokter menegakkan diagnosa klinis dermatofitosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang.
8. Petugas melakukan penanganana meliputi:
1) Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk / pakaian secara
bersamaan harus dihindari.
2) Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:
Antifungal topical seperti krim klotrimazol, mikonazol,
atauterbinafin yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2
minggu kemudian untuk mencegah rekurensi.
3) Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi
topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
a. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk
orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak- anak atau
10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
b. Golonganazol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol:
100 mg / hari atau Terbinafin: 250 mg / hari Pengobatan diberikan
selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan.
9. Petugas melakukan konseling dan edukasi:
1. Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit.
2. Edukasi pasien dan keluarga juga untuk menjaga hygiene tubuh,
namun penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya.
10. Petugas melakukan rujukan , jika:
1. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
2. Terdapat imunodefisiensi.
3. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
7. Diagram Alir
Melakukan Melakukanpeme
Anamnesa Pemeriksaan Fisik riksaan
penunjang

Menegakkan diagnosa
klinis

Menegakkan
diagnosa banding

Menegakkan
komplikasi

8. Hal – hal yang -


perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Loket pendaftaran
2. Ruang rekam medik
3. Farmasi
10. Dokumen Rekam Medik.
Terkait
11. Rekaman
Historis

Anda mungkin juga menyukai