Anda di halaman 1dari 7

BPJS KETENAGAKERJAAN

Apa itu BPJS Ketenagakerjaan?


BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada
Presiden dimana BPJS Ketenagakerjaan memberikan perlindungan kepada seluruh pekerja
Indonesia baik sektor formal maupun informal dan orang asing yang bekerja di Indonesia
sekurang-kurangnya 6 bulan. Perlindungan yang diberikan berupa : Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP).

Bagaimana dengan status kepesertaan dari program


Jamsostek setelah PT. Jamsostek berubah menjadi
BPJS Ketenagakerjaan?
Bagi perusahaan dan pekerja mandiri yang sudah menjadi peserta program Jamsostek untuk
program JHT, JKK dan JK, kepesertaannya tidak mengalami perubahan dan tidak perlu
melakukan registrasi ulang. Bagi perusahaan dan pekerja mandiri yang menjadi peserta program
JPK perlu melakukan pendaftaran ulang ke BPJS Kesehatan (dulunya PT Askes).

Apa program yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?


Apakah program PT. Jamsostek juga berlaku di BPJS
Ketenagakerjaan?
Menurut UU No.24 tahun 2011, BPJS Ketenagakerjaan akan tetap melaksanakan program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT). Selama
belum ada peraturan baru yang mengatur tentang prosedur dan persyaratan menjadi peserta
program BPJS Ketenagakerjaan dan sebelum BPJS beroperasi secara penuh pada 1 Juli 2015,
maka prosedur dan manfaat tersebut masih sama dengan yang berlaku di PT. Jamsostek.

Berikut adalah program yang dapat dinikmati di BPJS Ketenagakerjaan :

a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

b. Jaminan Kematian (JK)

c. Jaminan Hari Tua (JHT)

d. Jaminan Pensiun (JP) – berlaku mulai Juli 2015

Apa saja manfaat yang bisa didapat dari Jaminan


Kecelakaan Kerja (JKK)?
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah
atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya
dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha
sebagaimana tercantum pada iuran.

1. Biaya Transport (Maksimum)

 Darat/sungai/danau Rp 750.000,-

 Laut Rp 1.000.000,-

 Udara Rp 2.000.000,-

2. Sementara tidak mampu bekerja

 Empat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulan

 Empat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulan

 Seterusnya 50% x upah sebulan

3. Biaya Pengobatan/Perawatan

 Rp 20.000.000,- (maksimum) dan Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,- (Maksimum)

4. Santunan Cacat

a. Sebagian-tetap : % tabel x 80 bulan upah

b. Total-tetap:

 Sekaligus: 70% x 80 bulan upah

 Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan*

5. Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah

6. Santunan Kematian

 Sekaligus 60% x 80 bulan upah

 Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan*

 Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*

7. Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang
ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum Pemerintah dan ditambah 40% dari harga tersebut,
serta biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp 2.000.000,-

 Prothese/alat penganti anggota badan


 Alat bantu/orthose (kursi roda)

8. Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya perawatan sama
dengan poin ke-2 dan ke-3.

Berapa Iuran untuk program Jaminan Kecelakaan


Kerja (JKK)? Dan siapa yang membayarkan?
Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran
berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.

Kelompok I = Premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan

Kelompok II = Premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan

Kelompok III = Premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan

Kelompok IV = Premi sebesar 1,27% x upah kerja sebulan

Kelompok V = Premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan.

Bagaimana dengan tata cara pengajuan Jaminan


Kecelakaan Kerja (JKK)?
Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form BPJS Ketenagakerjaan 3
(laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada BPJS Keteneagakerjaan tidak lebih dari 2
x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan

1. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat,
pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada
BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan
sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan menghitung dan
membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli
waris.

2. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran


jaminan disertai bukti-bukti:

 Fotokopi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan

 Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS Ketenagakerjaan 3b
atau 3c

 Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

Apa saja manfaat yang bisa didapat dari Jaminan


Kematian (JK)?
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan
yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Program ini memberikan manfaat kepada
keluarga tenaga kerja seperti:

 Santunan Kematian : Rp 14.200.000,-

 Biaya Pemakaman : Rp 2.000.000,-

 Santunan Berkala : Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)

Siapa yang menanggung iuran untuk program


Jaminan Kematian (JK)?
Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan
kematian yang diberikan adalah Rp. 12.000.000 terdiri dari Rp. 10.000.000 santunan kematian
dan Rp. 2.000.000 biaya pemakaman dan santunan berkala.

Bagaimana dengan tata cara


pengajuan Jaminan Kematian (JK)?
Pengusaha/keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4
kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti:

1. Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan

2. Surat keterangan kematian dari Rumah sakit/Kepolisian/Kelurahan

3. Salinan/Copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang masih
berlaku

4. Identitas ahli waris (photo copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga)

5. Surat Keterangan Ahli Waris dari Lurah/Kepala Desa setempat

6. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila pengambilan JKM ini
dikuasakan)

Apa saja manfaat yang bisa didapat dari Jaminan Hari


Tua (JHT)?
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja
karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua.
Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan
pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah
dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

 Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

 Berhenti bekerja yang telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun dan masa tunggu 1
bulan

 Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Siapa yang menanggung iuran untuk


program Jaminan Hari Tua (JHT)?
Iuran Program Jaminan Hari Tua:

• Ditanggung Perusahaan = 3,7%

• Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

a. Premi jaminan hari tua (JHT) yang dibayar pemberi kerja tidak dimasukkan sebagai
penghasilan karyawan (tidak menambah penghasilan bruto karyawan). Pengenaan pajaknya
akan dilakukan pada saat karyawan yang bersangkutan menerima Jaminan Hari Tua dari PT.
Jamsostek.

b. Premi jaminan hari tua yang dibayar sendiri oleh karyawan merupakan pengurang
penghasilan bruto bagi karyawan dalam perhitungan PPh karyawan tersebut.

Bagaimana dengan tata cara pengajuan Jaminan Hari


Tua (JHT)?
1. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan formulir 5 BPJS
Ketenagakerjaan kepada kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan:

 Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan asli

 Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi)

 Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan Pengadilan


Hubungan Industrial

 Kartu Keluarga (KK)

 Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

 Photocopy Paspor

 Photocopy VISA
 Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan

 Photocopy Kartu keluarga

 Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan

 Surat pernyataan belum bekerja lagi

 Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri
Sipil/POLRI/ABRI

2. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total dilampiri
dengan Surat Keterangan Dokter

3. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah Republik
Indonesia dilampiri dengan:

4. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia 55
thn dilampiri:

5. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan
sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa
tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja,
dilampiri dengan:

6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut BPJS Ketenagakerjaan


melakukan pembayaran JHT

Dengan berubahnya PT. Jamsostek menjadi BPJS


Ketenagakerjaan, bagaimana dengan program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang dulunya
adalah program dari PT. Jamsostek?
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran
Jaminan Sosial, pengelolaan JPK yang diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero) baik
program, kepesertaan maupun aset dan liabilitasnya diserahkan kepada BPJS Kesehatan
selambat-lambatnya pada tanggal 1 Januari 2014.

Program dan manfaat apa saja yang dapat dinikmati


oleh peserta ketika BPJS Ketenagakerjaan mulai
beroperasi penuh?
Selain tiga program yang selama ini telah dinikmati yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), BPJS Ketenagakerjaan juga akan
memberikan perlindungan hari tua berupa Jaminan Pensiun ketika tenaga kerja tersebut
memasuki usia pensiun atau meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap atau pindah
secara permanen ke luar negeri.

Apakah Kartu Peserta Jamsostek yang dimiliki


peserta masih dapat digunakan di BPJS
Ketenagakerjaan?
Kartu Peserta Jamsostek masih dapat digunakan di BPJS Ketenagakerjaan tanpa mengurangi
fungsinya sehingga tidak perlu dilakukan penggantian/pencetakan ulang. Pada saatnya nanti,
BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap akan mengganti Kartu Peserta Jamsostek tersebut
dengan Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Apa yang harus dilakukan tenaga kerja bila tidak


didaftarkan oleh perusahaannya sebagai peserta
BPJS Ketenagakerjaan?
Tenaga kerja dapat melaporkan hal tersebut ke Disnaker setempat atau Kantor BPJS
Ketenagakerjaan terdekat.

Sumber

Departemen Kesehatan RI

Situs Resmi BPJS Kesehatan

Situs Resmi BPJS Ketenagakerjaan

Jaminan Sosial Indonesia

Liputan 6

Anda mungkin juga menyukai