Anda di halaman 1dari 4

Table of Contents

No. Title Page


1 Blunt Force Injury of The Eye That Cause Blindness -
2 Cardiac tamponade Due to Spontaneous Rupture of Aorta -
3 Myocardial Rupture As a Cause of Sudden Death -
4 Infanticide Using Umbilical Cord Snare on Neck Accompanied with Blunt Force -
Injury on Head
5 Diatoms Examination For Suspected of Drowning Victims -
6 Publication of Research Results Formula Milk Contaminated Enterobacter -
sakazakii (Judging from Legal and Ethical Aspects of Research)
7 Mengapa Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Melegalkan Aborsi Pada -
Kehamilan Akibat Perkosaan?
8 Autopsy Services Unit Cost Analysis with Dual Distribution Method -
Vol. 14 - No. 3 / 2012-07
TOC : , and page : -

Mengapa Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Melegalkan Aborsi Pada Kehamilan Akibat Perkosaan?

Mengapa Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Melegalkan Aborsi Pada Kehamilan Akibat Perkosaan?

Author :
Warih Wilianto | warihwforensicua@yahoo.co.id
dosen FK Unair

Abstract

Abstrak

Sebelum disahkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, ketentuan mengenai aborsi diatur dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992. Di mana dalam ketentuan UU kesehatan memuat tentang aborsi yang dilakukan
atas indikasi kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan bayi lahir cacat sehinga sulit hidup di luar kandungan.
banyak perdebatan mengenai abortus yang dilakukan oleh korban perkosaan. Hal itu dikarenakan tidak terdapat pasal
yang secara jelas mengatur mengenai aborsi terhadap korban perkosaan. Selama ini banyak pandangan yang
menafsirkan bahwa aborsi terhadap korban perkosaan disamakan dengan indikasi medis sehingga aborsi boleh
dilakukan karena timbulnya gangguan psikis pada ibu juga dapat mengancam nyawa sang ibu. Namun di pihak lain ada
juga yang memandang bahwa abortus terhadap korban perkosaan adalah aborsi kriminalis karena memang tidak
menbahayakan nyawa sang ibu.

Kemungkinan terbesar timbulnya permasalahan tersebut berakar dari konflik keyakinan bahwa fetus memiliki hak untuk
hidup dan para perempuan memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Perkembangan konflik yang tidak kunjung
mendapatkan titik temu mengakibatkan munculnya penganut paham pro-life dan pro-choice

Dengan disahkannya revisi undang-undang kesehatan maka legalisasi aborsi terhadap korban perkosaan telah termuat
dengan jelas di dalam Pasal 75 ayat 2 UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

Tulisan ini berusaha menjelaskan alasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 membolehkan aborsi pada janin dari
kehamilan akibat perkosaan.

Keyword : Abortus, Kehamilan, akibat, perkosaan, legal,

Daftar Pustaka :
1. Adi, Priharto, (2010). Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana Malpraktik
Kedokteran. . Semarang : Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
2. Geisler, Norman L, (2007). Etika Kristen. Pilihan dan Isu. Malang : Literatur SAAT
3. Herkutanto, (0000). Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat. Volume: 57, Nomor: 2. Jakarta : Majalah
Kedokteran Indonesia,
4. Hoediyanto, (2010). Aborsi dalam Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Edisi Ketujuh. surabaya :
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
5. Kuntari, Titik, (2012). Aborsi. Sleman-Yogyakarta : FK-UII

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai