Anda di halaman 1dari 15

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI

TERHADAP TERTANGGUNG

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUTHI’AH FINISYAPUTRI

NPM : B1A115027

MATA KULIAH : HUKUM ASURANSI

DOSEN PENGAJAR : Edi Hermansyah,.S.H,.M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI
TERHADAP TERTANGGUNG” sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum
Asuransi.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mencoba untuk membuat sesuai


dengan aturan dan keinginan yang telah ditugaskan, dan penulis mencoba
untuk mengumpulkan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, apabila di dalam pembuatan maupun isi dari makalah ini belum
sesuai dengan yang diharapkan penulis meminta maaf, untuk itu kritik da
saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya jauh dari kata kesalahan. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 13 mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar belakang ..................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4

1. Pelaksanaan Tanggung Jawab perusahaan asuransi terhadap


tertanggung yang ikut dalam asuransi risiko penerbangan jika terjadi
kecelakaan .......................................................................... 4
2. Cara klaim yang bisa dilakukan oleh pihak ahli waris tertanggung jika
polis/bukti keikutsertaan dibawa oleh tertanggung ................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................... 10

Kesimpulan ............................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari
ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar
laut, sungai dan danau. Untuk memudahkan hubungan atau interaksi
antara masyarakat di satu pulau dengan pulau lainnya, maka
masyarakat membutuhkan suatu sarana transportasi. Mengingat
bahwa transportasi berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi.1
Salah satu sarana transportasi yang semakin berkembang
dewasa ini adalah sarana transportasi udara. Dengan semakin
modernnya zaman dan tingkat kesibukan yang tinggi maka
masyarakat membutuhkan suatu sarana transportasi yang dapat
memenuhi keamanan dan kenyamanan. transportasi melalui udara
menjadi salah satu pilihan karena masyarakat akan memperoleh
efisiensi waktu.
Namun demikian, Sarana transportasi udara yang cukup
canggih sekarang ini tidaklah menutup kemungkinan akan terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan sebab kegiatan ini
sarat dengan risiko yang cukup besar, misalnya kerusakan pesawat
udara maupun kecelakaan pesawat udara. Disamping itu, selama
dalam perjalanan situasi dan kondisi alam juga sangat mempengaruhi
kelancaran pengangkutan udara yang tentu saja hal tersebut diluar
jangkauan manusia untuk mengantisipasinya.2
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
cara mengalihkan risiko (transfer of risk) kepada perusahaan asuransi
dengan mengadakan perjanjian asuransi. Asuransi berperan

1 Abdulkadir Muhammad, 1998. Hukum Pengangkutan Niaga. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm.7
2 Ibid, hlm.8.

1
memberikan suatu jaminan terhadap segala kemungkinan terjadinya
suatu kerugian di luar kemampuan manusia sendiri, karena
kemungkinan kerugian tersebut disebabkan oleh hal-hal di luar
kemampuannya serta tidak bisa ditanggulangi sendiri.3
Selain asuransi wajib yang dikelola oleh pihak PT. Jasa Raharja,
tersedia juga asuransi sukarela apabila seseorang ingin memberikan
santunan yang lebih dari santunan wajib kepada keluarga bila terjadi
musibah kecelakaan, maka beberapa perusahaan Asuransi yang
bergerak di bidang asuransi kerugian/umum maupun di bidang
asuransi jiwa baik yang yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara
maupun swasta menyediakan asuransi kecelakaan diri (personal
Accident) terhadap risiko penerbangan. Pemasaran asuransi ini
dilakukan di area bandara atas seizin otoritas Bandara setempat.
Asuransi ini memberikan proteksi kepada tertanggung selama dalam
penerbangan, dimulai sejak penumpang berada di ruang tunggu
pemberangkatan, selama penerbangan dan berakhir di ruang tunggu
bandara tujuan.
Dalam praktik bisnis asuransi tersebut, saat seseorang membeli
kupon tidak ada seorangpun yang mengetahui kecuali petugas
counter dan pihak tertanggung sendiri. Polis/bukti keikutsertaan
asuransi tersebut pun juga dibawa oleh penumpang/tertanggung. PT.
Angkasa Pura I (Persero) sebagai pengelola Jasa Kebandarudaraan
tidak melakukan pengawasan terhadap penjualan asuransi ini dengan
tidak mendapatkan laporan nama dan nomor polis tertanggung yang
ikut dalam asuransi ini
Di sini kemudian akan muncul kemungkinan pihak asuransi
dapat saja menyalahgunakan keadaan dengan tidak melaksanakan
tanggung jawabnya jika terjadi kecelakaan yang menyebabkan
tertanggung meninggal dunia maupun luka-luka dengan tidak

3Man Suparaman Sastrawidjaja, 2003, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
PT. alumni, Bandung, Hlm. 9

2
membayarkan santunan atau mungkin saja membayarkan tapi tidak
sesuai dengan harga pertanggungan yang diperjanjikan. Berdasarkan
ketentuan pasal 255 Ayat (1) KUH Dagang dapat diketahui bahwa
polis mempunyai arti yang besar bagi tertanggung, Tanpa polis,
pembuktian oleh pihak ahli waris tertanggung korban kecelakaan
pesawat yang ikut atau menjadi peserta asuransi risiko penerbangan
akan menjadi sulit dan terbatas. Hal tersebut mungkin saja terjadi
kecuali jika perusahaan asuransi yang memasarkan Produk asuransi
risiko penerbangan benar-benar memiliki komitmen teguh untuk
menjamin hak-hak tertanggung dan ahli warisnya jika terjadi musibah
kecelakaan
Asuransi sebagai suatu perjanjian harus mengedepankan
Prinsip itikad baik sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 Ayat (3)
KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik oleh para pihak yang mengadakan
perjanjian. Penanggung sebagi pihak yang menerima pengalihan risiko
dari tertanggung dengan mendapat premi memiliki kewajiban untuk
memberikan suatu penggantian atau manfaat kepada tertanggung
apabila yang diperjanjikan terjadi, sebagaimana yang di atur dalam
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejauh mana pelaksanaan tanggung jawab perusahaan
asuransi terhadap tertanggung yang ikut dalam asuransi risiko
penerbangan jika terjadi kecelakaan?
2. Bagaimana cara klaim yang bisa dilakukan oleh pihak ahli waris
tertanggung jika polis/bukti keikutsertaan asuransi dibawa oleh
tertanggung?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Tanggung jawab perusahaan asuransi


terhadap tertanggung yang ikut dalam asuransi risiko
penerbangan jika terjadi kecelakaan.
Jasindo pelangi merupakan produk asuransi kecelakaan diri
(personal Accident) terhadap risiko penerbangan yang ditawarkan
oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) yang biasa disebut
Jasindo. Asuransi ini memberikan proteksi dalam penerbangan
tertanggung. Dimulai sejak tertanggung berada di ruang tunggu
pemberangkatan, Selama penerbangan, dan Berakhir diruang bandara
tujuan. Jasindo pelangi memberikan jaminan atas risiko yang
timbul akibat kecelakaan seperti kematian, cacat tetap sebagian atau
seluruh tubuh serta biaya perawatan/pengobatan yang tertanggung
perlukan sesuai dengan ketentuan jaminan yang terdapat dalam
polis.
Dalam praktik bisnis asuransi risiko penerbangan ini, ketika
tertanggung membeli kupon asuransi dengan harga premi tertentu,
yang mengetahui bahwa tertanggung ikut dalam pertanggungan
asuransi ini hanya pihak asuransi dan pihak tertanggung sendiri.
Polis/bukti keikutsertaan dalam asuransi tersebut juga dibawa oleh
penumpang/tertanggung dalam penerbangan. Pihak asuransi hanya
menyarankan agar tertanggung mengirimkan sms pemberitahuan
nomor polis kepada pihak keluarga sehingga nantinya keluarga bisa
mengajukan klaim jika terjadi kecelakaan pesawat yang menyebabkan
tertanggung meninggal atau luka-luka.
Di sini kemudian akan muncul kemungkinan pihak asuransi
dapat saja menyalahgunakan keadaan dengan tidak melaksanakan
tanggung jawabnya jika terjadi kecelakaan dengan tidak

4
membayarkan santunan/ganti kerugian atau mungkin saja
membayarkan tapi tidak sesuai dengan harga pertanggungan yang
diperjanjikan, karena berdasarkan ketentuan pasal 255 Ayat (1) KUH
Dagang dapat diketahui bahwa polis mempunyai arti yang besar bagi
tertanggung, Tanpa polis, pembuktian oleh pihak ahli waris
tertanggung akan menjadi sulit dan terbatas.
PT. Angkasa Pura I (Persero) sebagai pengelola jasa
kebandarudaraan juga tidak melakukan pengawasan terhadap
penjualan asuransi risiko penerbangan ini di bandara, tidak
mendapatkan laporan nama dan nomor polis tertanggung yang ikut
dalam asuransi tersebut serta tidak melakukan pengawasan terhadap
pembayaran santunan dari perusahaan asuransi ke pihak
tertanggung/ahli warisnya jika terjadi kecelakaan. PT. Angkasa Pura I
(Persero) hanya mendapat laporan jumlah kupon yang terjual dari
pihak perusahaan/agen asuransi setiap sebulan sekali, biasanya di
akhir bulan. Hal ini berkaitan dengan pembagian keuntungan antara
perusahaan asuransi/agen asuransi dengan pihak Angkasa Pura.
Tanggung jawab PT. Asuransi jasa Indonesia (Persero) kepada
tertanggung diperjelas dengan pemberian santunan atau ganti
kerugian apabila terjadi kecelakaan pesawat udara yang
mengakibatkan kematian. Dalam ketentuan polis asuransi, tanggung
jawab pihak asuransi terhadap tertanggung mensyaratkan bahwa
penumpang yang meninggal dunia karena kecelakaan pesawat
diberikan santunan sesuai harga pertanggungan meninggal dunia.
Besarnya harga pertanggungan disesuaikan dengan besarnya premi
yang dibayarkan oleh tertanggung. Harga premi Rp. 5.000,- dengan
harga pertanggungan maksimal Rp. 50.000.000,-, Harga premi Rp.
10.000,- dengan harga pertanggunganmaksimal Rp. 100.000.000,-
,Harga premi Rp. 25.000,- dengan harga pertanggungan maksimal
Rp. 250.000.000,- dan harga premi Rp. 50.000,- dengan harga
pertanggungan maksimal Rp. 500.000.000,- .

5
2. Cara Klaim yang bisa dilakukan oleh pihak ahli waris
tertanggung jika polis/bukti keikutsertaan asuransi dibawa
oleh tertanggung.
Selain PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero), PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Bumida) juga telah memasarkan
produk asuransi risiko penerbangan yang menjamin dan memberikan
santunan akibat kecelakaan penerbangan yang mengakibatkan
kematian. Risiko yang dijamin hanya risiko meninggalnya
tertanggung, risiko cacat tetap dan luka-luka yang diakibatkan
kecelakaan tidak masuk dalam tanggungan. Meninggal dunia karena
kecelakaan saat mengikuti penerbangan komersial dibayarkan 100%
uang pertanggungan.
Polis/bukti keikutsertaan asuransi penumpang pesawat dari PT.
Asuransi Umum Bumiputera muda 1967 dibawa oleh tertanggung
dalam penerbangan dan apabila terjadi kecelakan pesawat yang
ditumpangi tertanggung, yang menyebabkan tertanggung meninggal
dunia maka pihak asuransi akan menghubungi pihak keluarga korban
dari nomor telepon ahli waris tertanggung yang telah didata dalam
polis asuransi. dalam melakukan bisnis asuransi penumpang pesawat
di bandara, pihak perusahaan/agen asuransi yang melakukan
penjualan kupon asuransi penumpang pesawat dari PT. Asuransi
Umum Bumiputera muda 1967, tidak memberikan laporan berupa
nama dan nomor polis tertanggung setiap kali ada pembelian kupon
asuransi ini kepada pihak Angkasa Pura. Hal ini dibenarkan juga oleh
PT. Angkasa Pura I (Persero).
ada Tiga bidang usaha PT. Angkasa Pura I (Persero) yaitu
Aeronautika Air Traffic Services (ATS), Aeronautika Non-Air Traffic
Services, dan Non-Aeronautika mencakup pelayanan-pelayanan
sebagai berikut:

6
a. Jasa Pelayanan Aeronautika Air Traffic Services (ATS) sebagai
pelayanan jasa navigasi penerbangan meliputi produk Pelayanan
Jasa Penerbangan (PJP) yang terdiri atas Route Charge Domestik
dan Internasional, serta Overflying (Internasional).
b. Jasa Pelayanan Aeronautika Non-ATS sebagai pelayanan jasa
kebandarudaraan meliputi produk Pelayanan Jasa Pendaratan,
Penempatan dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), Pelayanan
Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) serta Pelayanan Jasa
Garbarata (Aviobridge).
c. Produk Non-Aeronautika meliputi Jasa Pemakaian Counter, sewa-
sewa (sewa ruang dan sewa lahan), konsesi terhadap usaha-usaha
di bandar udara, parkir kendaraan dan pas, sewa ruang reklame,
pengelolaan VIP Lounge, serta pengelolaan terminal kargo.
Sedangkan bisnis penjualan produk asuransi risiko
penerbangan di area bandara tidak termasuk dalam tiga kategori
bidang usaha di atas. Bisnis ini hanya merupakan kegiatan penunjang
pengusahaan bandar udara yang memberikan keuntungan (Profit)
bagi Angkasa Pura. Meskipun demikian, Jika terjadi kecelakaan
pesawat yang mengakibatkan meninggalnya tertanggung maka pihak
perusahaan asuransi akan melaksanakan tanggung jawabnya dengan
memberikan santunan kepada ahli waris tertanggung sesuai dengan
uang pertanggungan yang tercantum dalam kupon/polis asuransi
yang dibeli tertanggung.
Sebenarnya polis di dalam asuransi bukanlah merupakan syarat
mutlak untuk adanya perjanjian asuransi, hal ini sudah jelas dalam
pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat perjanjian, akan tetapi
janganlah keterangan itu menimbulkan kesan bahwa polis tidak perlu
lagi. Polis tetap mempunyai arti yang besar bagi pihak
tertanggung/ahli warisnya, sebab polis merupakan alat bukti
sempurna tentang apa yang mereka perjanjikan. Dalam perjanjian
asuransi, tanpa polis pembuktian akan menjadi sulit dan terbatas

7
sebagaimana ketentuan pasal 255 Ayat (1) KUH Dagang. Polis
menjadi dasar bagi tertanggung/ahli waris tertanggung untuk
mengajukan klaim atau tuntutan ganti kerugian dan bagi penanggung
menjadi dasar untuk mengetahui sampai dimana dia harus
bertanggung jawab terhadap peristiwa yang menimbulkan kerugian
tersebut.4
Meskipun polis atau bukti keikutsertaan asuransi risiko
penerbangan dibawa oleh tertanggung dalam penerbangan, pihak
keluarga yang mengetahui bahwa anggota keluarganya menjadi
korban kecelakaan pesawat ikut dalam asuransi risiko penerbangan,
tetap bisa mengajukan klaim kepada pihak asuransi cukup dengan
bukti sms pemberitahuan nomor polis yang diperoleh dari
tertanggung. Pihak asuransi kemudian akan mencocokkan nama dan
nomor polis korban tersebut dengan data yang dimilikinya. Tanpa
laporan atau pemberitahuan dari pihak keluarga pun, PT. Asuransi
Jasa Indonesia (Persero) dan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 secara proaktif mendata dan menghubungi ahli waris untuk
segera melengkapi Prosedur atau syarat pengajuan klaim yang
diminta perusahaan asuransi, kemudian akan membayarkan
santunan/ganti kerugiaan. Pihak keluarga dapat mengajukan klaim
dengan menghubungi PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 terdekat.

Pengajuan klaim dapat dilayani di seluruh Kantor Cabang PT.


Jasa Indonesia (Persero) diseluruh Indonesia, dengan melengkapi
persyaratan dokumen untuk mengajukan klaim.

Pihak ahli waris tertanggung yang mengetahui bahwa


keluarganya ikut atau menjadi peserta asuransi ini diharapkan

4 Asha Dayan. 2009. tanggung jawab PT. Axa Financial Indonesia terhadap tertanggung
yang menderita sakit karena kesengajaan. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Malang. Hlm. 54.

8
melakukan Pemberitahuan kecelakaan paling lambat 3 x 24 jam
kepada Kantor PT. Asuransi Jasa Indonesia (Pesero) terdekat dengan
batas pengajuan klaim yakni selama 60 hari setelah kecelakaan
pesawat udara.

Pihak ahli waris akan diminta untuk melengkapi persyaratan


pengajuan klaim yang diminta oleh Pihak Jasindo. Jika telah sampai
pada batas waktu yang ditetapkan tetapi pihak ahli waris belum juga
melengkapi persyaratan pengajuan klaim, tidak berarti pembayaran
santunan atau ganti kerugian tersebut tidak akan dibayar. Pihak
Jasindo tetap proaktif menghubungi pihak keluarga/ahli waris baik via
telepon atau dengan mendatangi langsung rumah korban dan
meminta agar persyaratan pengajuan klaimnya segera dilengkapi
sehingga pihak Ahli waris tertanggung bisa memperoleh pembayaran
santunan sesuai dengan harga pertanggungan yang diperjanjikan.

Pemberitahuan kecelakaan paling lambat 2 x 24 jam oleh ahli


waris dan batas pengajuan klaim yakni selama 30 hari setelah
kecelakaan pesawat jika telah lewat pada batas waktu yang
ditentukan, pihak ahli waris belum juga melengkapi persyaratan
pengajuan klaim yang diminta maka pihak perusahaan asuransi akan
tetap bijaksana dalam menyikapinya, pihak perusahaan akan tetap
proaktif menghubungi pihak keluarga/ahli waris agar segera mungkin
melengkapi persyaratan pengajuan klaim yang diminta pihak asuransi.

9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT. Asuransi Umum


Bumiputera Muda 1967 sebagai perusahaan asuransi yang
memasarkan produk asuransi risiko penerbangan, memiliki komitmen
dan itikad baik untuk menjamin hak-hak tertanggung/ahli warisnya
jika terjadi kecelakaan yang menyebabkan tertanggung meninggal
atau luka-luka. Pihak perusahaan secara proaktif mendata dan
menghubungi keluarga/ahli waris tertanggung, kemudian memberikan
santunan/ganti kerugian sesuai dengan harga pertanggungan yang
diperjanjikan meskipun polis/bukti keikutsertaan asuransi risiko
penerbangan dibawa oleh tertanggung dalam penerbangan dan PT.
Angkasa Pura I Sebagai pengelola Jasa Kebandarudaraan tidak
melakukan pengawasan terhadap bisnis ini di bandara.
2. Polis mempunyai arti yang besar bagi tertanggung sebagaimana
ketentuan pasal 255 Ayat (1) KUH Dagang. Tanpa polis, pembuktian
oleh pihak ahli waris tertanggung akan menjadi sulit dan terbatas.
Tetapi meskipun tanpa bukti polis, pihak keluarga/ahli waris tetap bisa
mengajukan klaim kepada pihak asuransi cukup dengan bukti sms
pemberitahuan nomor polis dari tertanggung. Pihak asuransi
kemudian akan mencocokkan nama dan nomor polis korban tersebut
dengan data yang dimilikinya. Tanpa laporan atau pemberitahuan dari
pihak keluarga pun, PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 secara proaktif menghubungi
ahli waris.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Celini Tri Siwi K. 2009. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta :


sinar Grafika.

 Ganie, Junaedy. 2011. Hukum Asuransi Indonesia. Sinar Grafika:


Jakarta.

 Hartono, Sri Rejeki. 1985, Asuransi dan Hukum Asuransi. IKIP


Semarang Press: Semarang

 -------------------------. 2008, Hukum Asuransi dan Perusahaan


Asuransi. Sinar Grafika: Jakarta.

 Kasmir. 2008, Bank dan lembaga Keuangan Lainnya. RajaGrafindo


Persada: Jakarta.

 Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Asuransi Indonesia. PT Citra


Aditya Bakti: Bandung.

 --------------------------------. 1998. Hukum Pengangkutan Niaga. Citra


Aditya Bakti: Bandung.

 Purwosutjipto, H.M.N 1996, Pengertian Pokok Hukum dagang


Indonesia 6(Hukum Pertanggungan). Djambatan; Jakarta.

 Sastrawidjaja, Man Suparman. 2003. Aspek-Aspek Hukum Asuransi


dan Surat Berharga. Alumni: Bandung.

11
 Suparman Sastrawidjaja dan Endang. 1993. Hukum Asuransi,
Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito,. PT. Alumni: Bandung.

 CST Kansil. 1996. Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang


Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta.

 Radiks Purba., 1992, Memahami Asuransi di Indonesia. Seri Umum


Nomor 10. PT Pustaka Binaman Pressindo: Bandung.

 Mashudi & Moch. Chidir., 1998, Hukum Asuransi. Mandar Maju :


Bandung.

 Kursus Asuransi Tingkat B Kerugian, 2006, Asuransi General Accident,


Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Jakarta.

 Prof. Abdulkadir Muhammad,SH. Hukum Asuransi Indonesia , PT Citra


Aditya Bakti, Bandung 2006.

12

Anda mungkin juga menyukai