Anda di halaman 1dari 19

15

Hanif Hajjaj Miftah Fathan


1102017101

SASBEL
HIPOKSIA
1.1 DEFINISI HIPOKSIA
Dorland : Penurunan suplai oksigen dalam jarinagn sampai di bawah tingkat fisiologis
meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai.
Webster : kekurangan kadar oksigen yang mencapai jaringan pada tubuh.
Stedman : Penurunan tingkat oksigen di bawah normal pada gas yang terinspirasi, darah
di arteri, atau jaringan, kependekan dari anoxia.
Ganong (Fisiologi ) : Kekurangan O2 di tingkat jaringan.

Ethel Slonane : Hipoksia adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar
oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ.

1.2 JENIS HIPOKSIA

Secara tradisional, hipoksia dibagi dalam empat jenis, yaitu:


1. Hipoksia Hipoksik, yaitu apabila Po2 darah arteri berkurang
2. Hipoksia Anemik, yaitu bila Po2 darah arteri normal tetapi jumlah
hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut o2 berkurang.
3. Hipoksia Stagnan atau iskemik, bila aliran darah menuju jaringan sangat
rendah sehingga tidak cukup O2 diantarkan ke jaringan, meskipun Po2
rendahdan konsentrasi hemoglobin normal.
4. Hipoksia Hitotoksik, bila jumlah O2 yang dihantarkan ke jaringan
memadai, tetapi oleh karena kerja suatu agen toksik, sel jaringan tidak
mampu menggunakan O2 yang diantarkan.
Jenis-jenis hipoksia dilihat dari tingkatanya ada dua hipoksia, yaitu :
1. Hipoksia Fulminan. Hipoksia ini terjadi dimana pernafasan menjadi sangat
cepat dikarenakan paru-paru menghirup udara tanpa adanya oksigen.
8

Biasanya orang yang mengalami ini akan pingsan setelah beberapa saat
kemudian.

2. Hipoksia Akut. Hipoksia ini terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan
karbon monoksida. Misalnya terjadi pada seorang pendaki gunung yang tiba-tiba
panik tak kala udara belerang datang menyergap. Udara bersih akan tergantikan
oleh gas beracun, dan akhirnya paru-paru tidak sanggup untuk menyaring udara
tersebut kemudian mengalami jatuh pingsan mendadak.

1.3 PENYEBAB HIPOKSIA

Hipoksia disebabkan oleh kelainan pada fungsi dan struktur pernapasan dan sirkulasi darah
Anda. Beberapa kondisi dapat menyebabkan hipoksia, seperti:

 Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK)


 Emfisema
 Bronkitis
 Edema paru (cairan di paru-paru)
 Anemia (rendahnya jumlah sel darah merah yang membawa oksigen)
 Keracunan sianida

Hipoksia juga diakibatkan dari serangan asma yang parah. Selama serangan asma
berlangsung, jalur pernapasan Anda menyempit secara signifikan, membuatnya sangat sulit
untuk mendapatkan cukup udara ke dalam paru-paru Anda.

Kadang-kadang, obat yang Anda minum dapat menyebabkan hipoksia, seperti obat nyeri
dosis tinggi dan obat lain yang menahan napas.

1.4 GEJALA HIPOKSIA

Gejala hipoksia yang dialami bermacam-macam dan bersifat individual/berbeda-beda


masing2 individu. Gejala terdiri dari gejala subjektif/yang dirasakan sendiri oleh individu
tersebut dan gejala objektif/gejala yang diamati oleh orang lain dan tidak dirasakan/disadari
oleh individunya.

Gejala subjektif terdiri dari:


 Sensasi kekurangan udara / haus akan udara
 Ketakutan/panik
 Nyeri Kepala dan pusing
 Fatique/kelelahan
 Nausea/mual
 Blurred vision dan tunnel vision/ penglihatan menjadi buram dan menyempit
seperti masuk dalam terowongan.
 Parestesi dan baal/kebas
 Euforia/ kegembiraan yang abnormal/berlebihan.
 Overconfident

Gejala objektif terdiri dari:

 Bagian tubuh terutama tangan,kaki dan wajah menjadi kebiruan


 Kehilangan koordinasi gerakan dari otot
 Mental confusion dan poor judgement
 Unconsciousness/kehilangan kesadaran

1.5 MEKANISME

Mula-mula hipoksia menyebabkan fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP oleh mitokondria.
Penurunan ATP merangsang fruktokinase dan fosforilasi, menyebabkan glikolisis aerobic. Glikogen
dapat menyusut, asam laktat dan fosfat anogranik terbentuk sehingga menurunkan pH intrasel.

Pada saat istirahat rata-rata laki-laki dewasa membutuhkan kira-kira 225-250 ml oksigen
permenit, dan meningkat sampai 10 kali saat beraktifitas. Jaringan akan mengalami hipoksia apabila
aliran oksigen tidak kuat dalam memenuhi kebutuhan metabolism jaringan, hal ini dapat terjadi kira-
kira 4-6 menit setelah ventilasi spontan berhenti.

Berdasarkan mekanismenya, penyebab hipoksia jaringan dibagi dalam 3 kategori:

1. Hipoksemia arteri
2. Berkurangnya aliran oksigen karena adanya kegagalan transport tanpa adanya hipoksemia
arteri.
3. Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan

Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang, atau jika penggunaan berlebihan di jaringan maka
metabolism akan berubah dari aerobic ke metabolism untuk menyediakan energy yang cukup untuk
metabolism. Apabila ada ketidak seimbangan akan mengakibatkan produksi asam laktat berlebihan
menimbulkan asidosis dengan cepat, metabolism seluler terganggu dan mengakibatkan kematian
sel.

Pemeliharaan okseginasi jaringan tergantung pada 3 sistem organ:

1. System kardiovaskular
2. Hematologi
3. Respirasi

Walaupun pada hipoksema biasanya berhubungan dengan rendahnya PaO2 yang merupakan
gangguan fungsi paru, namun kegagalan pengangkutan oksigen dapat disebabkan oleh kelainan
system kardiovaskular atau system hematologi.

1.6 PENANGANAN & PENCEGAHAN


Ada beberapa cara untuk menangani Hipoksia,yaitu:
a.Terapi Oksigen (O2)
Terapi oksigen merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam
mempertahankan okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan
utama pemberian oksigen adalah untuk mengatasi keadaan Hipoksemia
sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, dan untuk menurunkan kerja nafas
dan menurunkan kerja miokard. Syarat-syarat pemberian oksigen meliputi :
Konsentrasi oksigen udara inspirasi dapat terkontrol, Tidak terjadi
penumpukan CO2, mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah,efisien dan
ekonomis, dan nyaman untuk pasien. Metode-metode yang digunakan dalam
terapi oksigen:
Kateter nasal, merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikanoksigen secara kontinu
dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. Keuntungannya adalah pemberian
oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga
dipakai sebagai kateter penghisap. Kerugiannya adalah tidak dapat memberikan konsentrasi
oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal,
dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih
dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah
tersumbat.

1. Kanula nasal, merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan


oksigen kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi oksigen sama
dengan kateter nasal. Keuntungannya adalah pemberian oksigen stabil dengan
volume tidal dan laju pernafasan teratur,mudah memasukkan kanul disbanding
kateter, klien bebas makan,bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
nyaman. Kerugiannya adalah tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih
dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas
karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
2. Sungkup muka sederhana, merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau
selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Keuntungannya
adalah konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugiannya
adalah tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing, merupakan suatu tehnik
pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran
8 – 12 L/mnt. Keuntungannya adalah konsentrasi oksigen lebih tinggi dari
sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugiannya
adalah tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing, merupakan tehinik
pemberian oksigen dengan Konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran
8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungannya adalah konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%,
tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugiannya adalah kantong oksigen bisa
terlipat.
b. Terapi Oksigen Hiperba

Suatu bentuk terapi dengan memberikan 100% oksigen kepada pasien dalam suatu hyperbaric
chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal.

b. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat karbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi
HCO3 di urin merangsang pernapasan, meningkatkan PCO2 dan mengurangi
pembentukan cairan serebrospinal.

Pencegahan Hipoksia

1. Jangan menggunakan helikopter ketika menuju dataran tinggi dan usahakan


jalan ke puncak mulai dari ketinggian dibawah 3000m.
2. Hindari merokok, minum alkohol, obat anti depresan karena dapat
memperlambat laju pernafasan.

1.6 3. Menjaga asupan nutrisi, terutama zat besi, folat, vitamin B-12 dan B-6

1.7 resiko klinis


OKSIGEN

2.1 PERAN OKSIGEN DALAM TUBUH

Sistem transport O2 dapat dibagi menjadi 2:


1. 1,5% O2 terlarut di plasma
2. 98,5% O2 berikatan dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin
Jumlah maksimum oksigen yang dapat bergabung dengan hemoglobin
darah, untuk orang normal mengandung sekitar 15 gram hemoglobin dalam
setiap 100 mililiter darah dantiap gram hemoglobin dapat berikatan dengan
maksimal 1.34 mililiter oksigen (1.39 mililiterbila hemoglobin secar kimiawi
bersifat murni, tetapi ini dikurangi dengan yang tidak murni seperti
methemoglobin).
Sedangkan jumlah total oksigen yang terikat dengan hemoglobin
didalam darah arteri normal, dengan kejenuhan normal 97 persen, adalah kira-
kira 19.4mililiter tiap 100 mililiter darah. Waktu melewati kapiler jaringan,
jumlah ini berkurang, rata-rata menjadi 14.4 mililiter (PO2, 40 mmHg,
hemoglobin tersaturasi 75%), dengan demikianpada keadaan normal, kira-kira
5 mililiter oksigen ditranpor kejaringan oleh setiap 100 mililiter darah.
Dengan tingginya tekanan parsial O2 (PO2) di darah dibanding di
jaringan, maka O2 akan ditranspor dari darah ke jaringan. Faktor yang dapat
mempengaruhi transpor O2 selain PO2 adalah pH, PCO2, suhu, & 2,3 BPG.
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi afinitas O2.Transpor oksigen
merupakan bagian dari proses eksternal respirasi, yaitu pertukaran gas antara
atmosfir dan paru-paru, pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara paru-
paru dan darah, transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan
pertukaran gas antara darah dan sel.
Normalnya, sekitar 97% oksigen ditranspor dari paru-paru ke jaringan
terikat dengan hemoglobin dan sisanya 3% terlarut dalam plasma. Untuk
9

memonitor oksegenasi dalam jaringan digunakan beberapa parameter seperti


oxygen delevery (DO2), oxygen Content (CaO2) , tekanan parsial oksigen,
saturasi oksigen, dan oxygen consumption (VO2). Terapi oksigen harus segera
diberikan pada keadaan-keadaan hipoksemia atau yang dicurigai hipoksemia,
Evaluasi terapi oksigen dapat dilakukan dengan pemeriksaan fungsi sistem
kardiopulmoner dan analisa gas darah. (J Med Nus. 2006;26 : 134-140)
Transpor O2 dariparu ke jaringan diuraikan menjadi 4 parameter, yaitu:
a. Konsentrasi O2 di dalam darah
b. Kecepatan pengantaran/pengiriman (delivery) O2 di darah arteri
c. Kecepatan pengambilan (uptake) O2 dari kapiler darah ke jaringan
d. Fraksi O2 di kapiler darah yang masuk ke jaringan.
Oksigen tidak mudah larut di dalam air. Sekitar 93% plasma adalah air
sehingga untuk memudahkan oksigenisasi darah diperlukan molekul khusus
pengikat oksigen, yaitu hemoglobin. Konsentrasi oksigen (O2) dalam darah,
juga disebut kandungan O2 (O2content), merupakan gabungan O2 yang terikat
pada hemoglobin dan O2 yang terlarutdalam plasma.
Konsentrasi O2 yang terikat pada hemoglobin (HbO2) ditentukan oleh
variabel pada persamaan –> HbO2 = 1.34 x Hbx SO2Hb adalah konsentrasi
hemoglobin dalam darah dan biasa dinyatakan dalam gram per100 militer
(g/dL). Angka 1,34 adalah kapasitas pengikatan oksigen oleh
hemoglobin.(dinyatakan dalam mL O2 per gram Hb). SO2 adalah rasio
hemoglobin yang mengikatoksigen terhadap jumlah total hemoglobin dalam
darah (SO2 = HbO2/total Hb), juga disebutsaturasi O2 dari hemoglobin. HbO2
dinyatakan dengan satuan yang sama dengan Hb (g/dL).
Mekanisme transport oksigen terdiri dari tiga tahap:
1. Sistem pernapasan yang membawa O2 udara sampi alveoli, kemudian difusi
masuk ke dalam darah.
2. Sistem sirkulasi yang membawa darah berisi O2 kejaringan.
3. Sistem O2-Hb dalam eritrosit dan transpor ke jaringan.
10

Berdasarkan sistem reaksi kesetimbangan pengikatan oksigen oleh


hemoglobin: Hb(aq) + O2 (aq) ↔ HbO2 (aq)

Respirasi Sel
Respirasi sel adalah proses sel memperoleh energi dalam bentuk ATP, dari
reaksi terkendali hidrogen dengan oksigen, untuk membentuk air . Proses respirasi
berlangsung di dalam matriks mitokondria melalui suatu rangkaian reaksi yang disebut
rantai pernapasan. Respirasi sel merupakan jalur-jalur katabolik respirasi aerob dan
anaerob yang menguraikan molekul organik untuk menghasilkan ATP.

a. Respirasi Aerob
Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang
mengubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O, dan menghasilkan
energi sebesar 38 ATP. Pada pernapasan ini, pembebasan energi menggunakan
oksigen bebas dari udara. Pada tumbuhan, oksigen yang dibutuhkan diperoleh
dari udara melalui mulut daun dan lentisel. Zat organik terutama karbohidrat
dipecahkan. Dalam respirasi aerob, glukosa dioksidasi oleh oksigen, dan reaksi
kimianya dapat digambarkan sebagai berikut:
matahari

C6H12O6+ 6 H2O + 6 O2 →6 CO2 + 12 H2O + 675 kal


klorofil
11

Dalam kenyataan, reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan reaksi yang terjadi
dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi i tu dapat dibedakan menjadi tiga tahapan, yaitu:
glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron

1. Glikolisis
Glikolisis adalah jalur utama dari metabolism glukosa yang melibatkan
fruktosa, galaktosa dan karbohidrat lain dalam makanan.reaksi glikolisis
terletak di sitoplasma.pada tahap ini terjadi pengubahan senyawa glukosa dari
6 atom c menjadi 2 senyawa asam piruvat dengan 3 atom c serta NADH dan
ATP. Glikolisis yang terjadi atas 10 reaksi dapat disimpulkan dalam 2 tahap :
a. Reaksi penambahan gugus fosfat, pada tahap ini digunakan 2 molekul
ATP
b. Gliseraldehid 3 fosfat diubah menjadi asam piruvat selain itu dihasilkan
4 molekul ATP dan 2 molekut NADH.
Asam piruvat yang dihasilkan akan memasuki mitokondria untuk melakukan siklus Krebs. Namun
sebelum memasuki siklus Krebs, asam piruvat (3C) ini diubah terlebih dahulu menjadi asetil koA (2C)
di dalam matriks mitokondria melalui proses dekarboksilasi oksidatif. Senyawa selain glukosa,
misalnya fruktosa, manosa, galaktosa, dan lemak dapat pula mengalami metabolisme melalui jalur
glikolisis dengan bantuan enzim-enzim tertentu.

1. Siklus Krebs
Dua molekul asam piruvat hasil dari glikolisis ditransportasikan dari sitoplasma
kedalam mitokondria, tempat terjadinya siklus krebs. Akan tetapi, asam piruvat
sendiri tidak akan memasuki reaksi siklus krebs. Asam piruvat tersebut akan memasuki
asetil-KoA. Tahap pengubahan asam piruvat menjadi asetil koA ini disebut tahap
transis
13

Pada siklus Krebs dihasilkan energi dalam bentuk ATP dan molekul pembawa
hidrogen, yaitu : NADH dan FADH2. Hidrogen yang terdapat dalam NADH dan FADH2
tersebut akan dibawa ke sistem transpor elektron. Seluruh tahapan reaksi dalam
siklus Krebs terjadi di dalam mitokondria. Dalam siklus ini, asetil koA dioksidasi secara
sempurna menjadi CO2 beberapa bakteri asam laktat. Pada otot, proses ini dapat
menyediakan energi yang dibutuhkan secara cepat. Glukosa akan dipecah menjadi 2
molekul asam piruvat melalui glikolisis, membentuk 2 ATP dan 2 NADH. NADH diubah
kembali menjadi NAD+ Saat pembentukan asam laktat dari asam piruvat. Fermentasi
asam laktat tidak menghasilkan CO2.
Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa, disamping itu
juga terdapat fruktosa, galaktosa, dan manosa. Hasil akhirnya adalah alkohol,
karbondioksida, dan energi. Alkohol bersifat racun bagi sel-sel ragi. Sel-sel ragi hanya
tahan terhadap alkohol pada kadar 9-18%. Lebih tinggi dari kadar tersebut, proses
alkoholisasi (pembuatan alkohol) terhenti. Hal tersebut merupakan suatu kendala
pada industri pembuatan alkohol. Oleh karena glukosa tidak terurai lengkap menjadi
air dan karbon dioksida, maka energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingk an
respirasi aerobik. Pada respirasi aerobik dihasilkan 675kal, sedangkan pada respirasi
anaerobik hanya dihasilkan 21 kal. seperti reaksi dibawah ini:

C6H12O6—– > 2 C2H5OH + 2 CO2+ 21 kal.

Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan.


Bahkan, bakteri anaerobik seperti Clostridium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat
hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka
dalam atau tertutup sehingga memberi kemungkinan bakteri Clostridium tersebut
tumbuh subur karena dalam lingkungan anaerob.

2. Transpor Elektron
Transpor elektron adalah serangkaian reaksi pemindahan elektron melalui
proses reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Tahap ini terjadi pada ruang inter membran
dari mitokondria hidrogen yang terdapat pada molekul NADH serta FADH2 ditranspor
dalam serangkaian reaksi redoks yang melibatkan enzim, sitokrom, quinon,
pirodoksin, dan flavoprotein. Pada akhir transport elektron, oksigen akan
mengoksidasi elektron dan ion H menghasilkan air (H20). Transport elektron terjadi
pada membran dalam mitokondria.

b. Respirasi Anaerob

Respirasi anaerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang memecah


glukosa secara tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Pada manusia, respirasi
anaerob menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan rasa lelah, sedangkan
pada tumbuhan, ragi, reaksi ini menghasilkan CO2 dan alkohol. Respirasi anaerob
hanya menghasilkan sedikit energi, yaitu 2ATP.

Fermentasi adalah proses metabolisme yang menghasilkan energi dari gula


dan molekul organik lain serta tidak memerlukan oksigen. Fermentasi alkohol
merupakan proses respirasi anaerob, yang tidak memerlukan oksigen setelah glukosa
diubah menjadi asam piruvat, melalui proses glikolisis pada bakteri asam piruvat dapat
diubah menjadi produk fermentasi. Contohnya, jika membuat tape, singkong yang
telah ditaburi dengan ragi tersebut disimpan dalam ruang tertutup yang tidak atau
sedikit mengandung udara. Misalnya setelah singkong beragi tersebut ditaruh dalam
panci, kemudian panci tersebut dibungkus rapat dengan kain agar kondisinya menjadi
anaerob. Terdapat 2 fermentasi penting yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam
laktat.

 Fermentasi alkohol ,beberapa organism seperti khamir melakukan fermentasi


alkohol. Organisme ini mengubah glukosa melalui fermentasi menjadi alkohol. Pada
fermentasi alkohol asam piruvat diubah menjadi etanol melalui pembebasan CO2 dari
asam piruvat kemudian diubah menjadi asetil dehidan selanjutnya reaksi reduksi
asetil dehida oleh NADH menjadi etanol .
 Fermentasi asam laktat , fermentasi ini dimulai dengan tahap glikolisis fermentasi
asam laktat dilakukan oleh sel otot dan beberapa sel lainnya serta
20

3 HEMOGLOBIN

3.1 PERAN HEMOGLOBIN DALAM TRANSPOR OKSIGEN

Peran utama dari hemoglobin adalah untuk membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan mengembalikan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Ini adalah
membawa komponen oksigen dari sel darah merah. Oksigen mengikat hemoglobin
dengan afiniitas tinggi dalam lingkungan yang kaya oksigen dan meninggalkan
hemoglobin dalam lingkungan dimana tidak cukup oksigen.

Fungsi hemoglobin selain transportasi oksigen:

1. Hb sebagai transduser molekul panas melalui siklus oksigenasi-deoksigenasi


2. Hb sebagai modulator metabolisme eritrosit
3. Oksidasi Hb sebagai onset dari penuaan eritrosit
4. Hemoblobin dan implikasinya dalam perlawanan geneting untuk malaria
5. Aktivitas enzimatik hemoglobin dan interaksi dengan obat-obatan
Hemoglobin dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru
untuk dikeluarkan dari tubuh sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada didalam
Hb (junita,2001).

Menurut Depkes RI , fungsi Hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan tubuh


2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh
untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru- paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah seseorang
kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb yang
disebut dengan anemia

b. Mekanisme Hemoglobin
Hemoglobin mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin, kemudian
dibawa keseluruhtubuh melalui sistem peredaran darah. Mekanisme pengikatan
oksigen oleh hemoglobin merupakan reaksi kesetimbangan:
Hb + O2 → HbO2

Reaksi pengikatan oksigen oleh Hb terjadi dalam paru-paru. Reaksi tersebut


berjalan ke arah kanan karena konsentrasi oksigen bertambah. Ketika oksigen
mula beredar ke dalam jaringan tubuh, konsentrasi oksigen akan berkurang karena
digunakan untuk proses pembakaran. Dengan demikian
21

,
12

reaksi didalam jaringan berjalan ke arah kiri. Reaksi kesetimbangan dalam


peredaran darah ini dapat menjelaskan alasan mengapa mengisap gas karbon
monoksida(CO) yang beracun dapat mengganggu kesehatan.
19
18

Anda mungkin juga menyukai