Anda di halaman 1dari 14

Biosaintifika 7 (1)

(2015)

Biosaintif
ka
Journal of Biology & Biology
Education

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosain
tifika

Kualitas Hasil Fermentasi Pada Pembuatan Pakan


Ternak
Ruminansia Berbahan Baku Eceng Gondok (Eichornia
crassipes)

The Quality of Fermented Ruminant Feed Made from


Common Water Hya- cinth (Eichornia crassipes)

Herlina Fitrihidajati, Evie Ratnasari, Isnawati, Gatot Soeparno

DOI: 10.15294/biosaintifka.v7i1.3535

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas


Negeri Surabaya, Indonesia

History Article Abstr


Received December ak
2014 Eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solm) merupakan gulma perairan
Approved February yang mengganggu ekosistem. Eceng gondok mengandung protein dan serat
2015 kasar yang tinggi. Kandungan serat kasar sulit dicerna, oleh karena itu, eceng
Published March 2015 gondok perlu diolah menjadi pakan ternak rendah serat kasar dengan cara
fermentasi. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kualitas hasil
Keywords: fermentasi eceng gondok pada berbagai lama waktu fermentasi dan
the quality of konsentrasi bioaktivator. Jenis penelitian yang digunakan adalah
fermentation eksperimental dengan 2 perlakuan yaitu konsentrasi bioaktivator dan lama
result; animal feed; fermentasi. Variasi konsentrasi ragi tempe sebagai bioaktivator meliputi
0 g/kg (V0), 14 g/kg (V1), 17,5 g/kg (V23), 21 g/kg (V3) dan 24,5 g/kg (V4).
ruminant, water
Variasi lama fermentasi yaitu 5 hari (L5) dan 10 hari (L10). Selanjutnya,
hyacinth. proses fermentasi untuk setiap per- lakuan adalah 10 kg Eceng gondok
dengan 5 kali ulangan keseluruhan sampela berjumlah 50. Parameter yang
diukur meliputi kadar protein, serat kasar dan kandungan energi, serta struk-
tur fisik. Hasil analisis menggunakan Anava dua arah menunjukkan bahwa
perlakuan V1L5 (14 g/kg dengan waktu fermentasi 5 hari) menghasilkan
kandungan protein kasar 11,09%, kadar serat kasar 21,16% serta kandungan
energi 1064,27 Kcal/kg menunjukkan kualitas ter- baik. Hasil fermentasi eceng
gondok secara fisik berstruktur remahan, berwarna coklat kehi- taman, dan
berbau khas tempe. Berdasarkan hasil tersebut disarankan untuk mengolah
eceng gondok menjadi pakan ternak dengan melakukan fermentasi
menggunakan ragi tempe 14g/ kg berat basah eceng gondok selama 5 hari

Abstr
act
Water hyacinth (Eichornia crassipes (Mart.) Solm) is an aquatic weed that
disrupts the ecosystems. Water hyacinth contains high protein and fiber.
However, the content of crude fiber is difficult to be digested; therefore,
water hyacinth needs to be transformed into low crude fiber animal feed by
fermentation pro- cesses. The purpose of this study was to describe the
quality of fermented hyacinth on various duration of fermentation and
various concentration of bioactivator. The study was an experimental study
with two treatments, i.e. variation of bioactivator concentration and
fermentation duration. The concentration of bioactivator (yeast of tempe)
were 0 g/kg (V0), 14 g/kg (V1), 17.5 g/kg (V23), 21 g/kg (V3) and 24.5 g/kg
(V4), whereas the duration of fermentation were 5 days (L5) and 10 days
(L10). The fermentation process for each treatment was 10 kg Hyacinth with
5 replications; hence the total number of samples was 50. Parameters
measured in this study included the levels of protein, crude fiber, energy
content and physical structure. The results of the analysis using two-way
ANOVA showed that the best quality was resulted from the V1L5 treatment
(14 g/kg and the duration of fermentation was 5 days), namely 11.09% crude
protein, 21.16% crude fiber content and energy content of 1064.27 Kcal/kg.
The physical structure of fermented hyacinth were crumbs, blackish brown,
and it had the distinctive smell of tempe. Based on these results it is advised
to process water hyacinth into animal feed by fermentation using yeast of
tempe
14g/kg wet weight of water
hyacinth for 5 days.


Author Correspondence: p-ISSN 2085-
Jalan Ketintang, Surabaya, Jawa Timur 60231, 191X
Indonesia
e-ISSN 2338-
E-mail: herlinafitrihidajati@yahoo.com
7610
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)

6
3
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)
P rendah karena menge- tahui bagian batang
E banyak kualitas hasil dan
N mengandung serat fermentasi eceng
D kasar (16,79%) gondok pada
Untuk berbagai
A
mengubah eceng konsentrasi
H
gondok menjadi bioaktivator dan
U lama fermentasi.
bahan pakan yang
L bernilai gizi baik
U dan mudah M
A dicerna, maka E
N salah satu cara T
yang dapat ditem- O
Eceng puh adalah D
gondok menggunakan E
merupakan gulma teknologi
liar yang banyak fermentasi. Jenis
terdapat di badan- Penelitian yang penelitian adalah
badan perairan telah dilakukan eksperimental
yang oleh Fitrihidajati den- gan dua
keberadaannya & Ratnasari (2005) faktor perlakuan
dapat bahwa berbagai
menimbulkan efek pemanfaatan konsentrasi
nega- tif yang mikro- bia yang bioaktivator
serius pada terdapat dalam berupa ragi tempe
ekosistem Effective dan lama fermen-
perairan. Banyak Microorganism tasi. Konsentrasi
usaha yang telah (EM4) dapat ragi tempe yang
dilakukan untuk mempercepat digunakan
memanfaat- kan dekomposisi meliputi: 0 g/kg
gulma perairan ini, limbah Blotong (V0), 14 g/kg (V1),
antara lain adalah yang berupa serat 17,5 g/kg (V23),
usaha menjadi pupuk 21 g/kg (V3) dan
menggunakan organ- ik. 24,5 g/kg (V4)
eceng gondok Demikian pula selama
sebagai pakan ter- hasil penelitian 5 hari (L5) dan 10
nak unggas, yang lain oleh hari (L10). Setiap
seperti itik Isnawati (2008), perlakuan dibuat
(Wahyono et al. telah berhasil dengan
2005) ser- ta mengembangkan menggunakan
sebagai pakan probiotik yang bahan baku eceng
ikan nila merah dapat digunakan gondok sejumlah
(Muchtaromah et untuk mendegra- 10 kg dengan 5
al. 2009). gasi materi-materi ulangan sehing- ga
Eceng yang berasal dari
gondok jumlah sampel 50.
tumbuhan. Pakan hasil
memang Isnawati (2010)
sangat fermentasi dari
dan Pamungkas & berbagai
potensial Khasani 2010 juga
untuk pakan perlakuan lalu
telah berhasil dianalisis kadar
hewan, karena mencoba
kandungan protein, serat
memfermentasi kasar, kandungan
protein- nya yang pak- an ternak dari
tinggi (11,2%) energi serta
limbah pertanian struktur fisik.
namun satu dan diimplemen-
kelemahan eceng Bahan –
tasikan pada bahan yang
gondok ialah ruminansia.
merupakan bahan digunakan ialah
Tujuan eceng gondok
pakan yang penelitian ini6 yang
ketercernaannya 4 diambil
adalah untuk
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)
daunnya dengan tempe sesuai khas tempe
berat 800 kg, tetes dengan perlakuan. seperti pada
tebu (molase) Eceng gondok siap Gambar 1.
konsentrasi 100% fermentasi Berdasarkan
sebanyak 4 liter, dimasukkan ke- hasil analisis
serbuk tong- kol dalam keranjang proksimat di atas
jagung 200 kg, kotak yang telah memperlihatkan
ragi tempe 15,4 dilapisi daun bahwa pada
kg, air untuk pisang pada dasarnya semua
mengukus, dan bagian samping perlakuan
daun pisang. dan bawahnya, menghasilkan
Proses serta menutup pakan yang layak
fermentasi eceng bagian atasnya. untuk diberikan
gondok menggu- Fermentasi pada hewan uji
nakan 5 dilakukan selama 5 coba. Tetapi apa-
konsentrasi ragi hari dan 10 hari bila dibandingkan
tempe, yakni 0 dengan dilakukan perlakuan yang
g/kg, 14 g/kg, 17,5 pengecekan setiap menghasilkan
g/kg, 21 g/kg dan hari terhadap suhu pakan terbaik
24,5 g/kg. Kelima untuk me- berdasarkan
konsentrasi maksimalkan kriteria kandungan
tersebut diberi pertumbuhan ragi protein kasar
kode secara tempe. Setelah tertinggi, serat
berturut- turut fermentasi bahan kasar terendah
V0L5, V1L5, V2L5, kembali dikering- dan energi
V3L5, dan V4L5 anginkan sampai tertinggi ialah
den- gan lama menjadi remah. perlakuan pada
fermentasi 5 hari Analisis data V1L5.
serta V0L10, dilakukan dengan Pakan eceng
V1L10, V2L10, menggu- nakan gondok yang
V3L10, dan V4L10. analisis statistik difermentasi
Masing-masing Anava dua arah dengan
perlakuan diulang (Two Way Annova) penambahan ragi
sebanyak 5 kali. dengan tempe pada
Sebelum di- membandingkan berbagai
lakukan proses hasil fermen- tasi konsentrasi
fermentasi, eceng pada setiap mempunyai nilai
gondok dicacah perlakuan gizi yang rela- tif
terlebih dahulu. terhadap lebih baik jika
Setelah dicacah, kandungan gizi dibandingkan
eceng gondok eceng gondok. dengan pakan
dikering-anginkan Analisis dilanjutkan eceng gondok
selama 7 hari, dengan uji beda yang pada proses
kemudian di- Duncan. fermentasinya
campur dengan
bahan tambahan HASIL
(10 kg eceng DAN
gondok + 2,5 kg, PEMB
serbuk tongkol AHAS
jagung + 50 cc AN
molase), kemudian
dikukus selama 20 Hasil
menit. Setelah fermentasi eceng
dikukus, bahan gondok berstruk-
campuran tur remah,
didinginkan berwarna coklat
sampai suhu kehitaman,
ruangan (± 27°C), dengan aroma
kemudian dit- 6
cenderung berbau 5
ambahkan ragi
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)

Gambar 1. Hasil Fermentasi Eceng Gondok Berbentuk Remahan

6
6
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)
tidak komponen menunjukkan han eceng gondok
menggunakan ragi tersebut (Tirajoh bahwa jenis yang dikeringkan
tempe 2003). Hal serupa karbohidrat yang tanpa me- lalui
(kontrol/V1L5). Hal juga dilaporkan tidak tercerna oleh proses fermentasi
ini disebabkan oleh Zaman (2013) mikroorganisme ini memiliki kadar
pada ragi tempe bahwa ragi tempe ban- yak yang serat kasar yang
terkandung dapat digunakan tetap utuh belum tinggi yakni
sejumlah untuk terdegradasi. Dada antara 22-31%.
mikroorganisme mempercepat (2002) melaporkan Serat kasar yang
dari kelompok proses fermentasi bahwa pakan tinggi ini
selu- lolitik, dan meningkatkan dengan tamba- menunjukkan
amilolitik, kandun- gan gizi kandungan
proteolitik dan kiambang selulosa yang
lipolitik. Ke- (Salvinia molesta). tinggi.
lompok selulolitik Proses de- gradasi Pendegradasian
akan tetap terjadi pada selulosa memang
mendegradasi bahan baku yang relatif sulit karena
selulosa menjadi tidak ditambah biasanya
komponen ragi tempe, karena mikroorganisme ti-
penyusunnya yaitu pada bahan dak dapat
glukosa (Isnawati tersebut sudah mencerna titik-titik
2010), kelompok terdapat percabangan pada
amilolitik akan mikroflora yang molekul besar
men- guraikan menjadi penghu- (Lehninger 1982).
komponen amilum ni alamiah. Berdasarkan
yang terdapat Adapun jenis-jenis hasil penelitian,
pada bahan baku mikroflora yang perlakuan V1L5
pakan menjadi terdapat pada ragi menghasilkan
glukosa, tempe adalah pakan fermentasi
komponen protein Rhizopus oligospo- eceng gon- dok
akan diuraikan rus, Rhizopus yang kandungan
menjadi peptide oryzae, Rhizopus gizinya relatif lebih
yang lebih stolonifer, dan Rhi- tinggi
sederhana oleh zopus arrhizus dibandingkan
organisme (Fardiaz 1992). dengan perlakuan
proteolitik. Se- Ragi tempe yang lainnya. Hal ini
dangkan ditambahkan itu dapat terjadi
komponen lemak sendiri juga karena tercipta
akan menjadi tambahan kondisi berimbang
disederhanakan gizi pada pakan antara jumlah
oleh kelompok yang dibuat, mikroorganisme
lipolitik (Antonius utamanya sumber yang mendegra-
2009; Rai et al. protein. dasi dengan bahan
2010). Proses Perbedaan yang didegradasi.
penguraian akan yang menonjol Apabila jumlah
lebih cepat antara pakan mikroorganisme
dengan fermentasi eceng yang
penambahan ragi gondok yang mendegradasi se-
tempe ditambah ragi nyawa kimia
dibandingkan tempe dan tanpa kompleks sedikit,
fermentasi tanpa penambahan ragi maka jumlah gizi
penambahan ragi tempe adalah atau bahan yang
tempe karena bahwa pada pakan terdegradasi juga
mikroorganisme eceng gondok hanya sedikit.
yang terkandung tanpa penam- Senyawa kimia
dalam ragi tempe bahan ragi tempe kompleks masih
menjadi agen kadar serat terlalu banyak
pendegradasi kasarnya tinggi. yang tersisa tidak
komponen- Hal ini6 terdegradasi,
7
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)
sehingga nilai dibandingkan den-
gizinya juga turun. gan lama
Pada penambahan fermentasi 10 hari,
ragi tem- pe yang dan kandungan
terlalu banyak en- ergi pakan
juga akan hasil fermentasi
menghasilkan eceng gondok
proses perubahan dengan
bahan kompleks
menjadi bah- an
sederhana yang
siap pakai juga
cepat. Jumlah
mikroorganisme
yang terdapat di
dalamnya juga
banyak, maka
sebagian bahan
hasil degradasi
bahan itu akan
digunakan kembali
oleh mikro-
organisme itu
untuk
mempertahankan
hidupnya dan
tumbuh. Hal ini
disebabkan karena
pertum- buhan
mikroorganisme
itu cepat dan
menunjuk- kan
kurva yang
eksponensial
(Pelczar & Chan
1986).
Berdasarkan hal
inilah mengapa
penam- bahan ragi
tempe yang lebih
banyak (V2, V3
dan V4)
menghasilkan
pakan yang nilai
gizinya rela- tif
lebih sedikit.
Apabila
dicermati maka
ternyata lama
fermentasi
mempengaruhi
nilai gizi pakan
yang dihasilkan.
Sebagai gambaran
dapat dikemuka-
kan hasil
perhitungan
protein kasar pada
lama fermentasi 5 6
8
hari lebih tinggi
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)

Gambar 2. Histogram perbandingan kadar protein kasar (A), serat kasar (B), dan
kandungan energi pada pakan hasil fermentasi eceng gondok (C).

6
9
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)

7
0
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)
lama fermentasi 5 hari lebih tinggi sik berstruktur remahan, berwarna coklat
dibandingkan dengan lama fermentasi kehi- taman, dan berbau khas tempe.
10 hari. Hal ini disebab- kan semakin Hasil analisis proksimat, diketahui bahwa
lama waktu fermentasi yang kita berikan perlakuan V1 (14g/ kg) mengandung
semakin panjang kesempatan bagi mi- kandungan gizi terbaik yaitu memiliki
kroorganisme untuk mendegradasi kandungan protein kasar yang paling
bahan yang terdapat di dalamnya. tinggi yakni 11,09% dan kadar serat
Sebagaimana kita ketahui bahwa proses kasar yang relatif rendah (21,16%) dan
pendegradasian itu merupakan proses kandungan energi
enzimatik yang memerlukan waktu 1064,27
relatif lama (Isnawati 2010; Lestari et al. kcal/kg.
2005). Dalam hal ini seharusnya dengan
waktu fermentasi yang lebih lama DAFTAR
kualitas hasilnya lebih baik tetapi ke- PUSTAKA
nyataanya tidak demikian. Hal tersebut
disebab- kan karena jumlah ragi yang Amit, K. R., Thiyam, G., Bhaskar, N., Suresh,
diberikan konsen- trasinya sama antara P. V., Sakhare, P. Z., Halami, P. &
fermentasi 5 hari dengan Mahendrakar, N. S. (2010). Utilization
10 hari, sehingga degradasi telah of Tannery Fleshing: Optimization of
tercapai saat 5 hari. Demikian pula Condition For Fermenting Delimed
volume bahan baku sama se- mentara Tannery Fleshings Using Entercoccus
Faecium Hab01 by Response Surface
waktu 10 hari lebih lama. Zakaria et al.
Methodol- ogy. Bioresour Technol, 101,
(2013) juga menemukan bahwa lama
1885–89.
penyimpa- nan jerami pada yang Antonius. (2009). Potensi Jerami Padi Hasil
ditambahkan inokulan ka- pang tidak Fermen-
memberikan efek yang nyata terhadap tasi Probion sebagai Bahan Pakan
kadar proteinnya. dalam Ran- sum Sapi Simmental.
Hal yang penting dalam penelitian Seminar Nasional Teknolo- gi
fermen- tasi eceng gondok untuk pakan Peternakan dan Veteriner, 240-245.
ruminansia ini adalah bahwa pada Dada, S. A. (2002). The Utilization of Water
Hyacinth
dasarnya semua perlakuan (Eichornia crassipes) by West
menghasilkan pakan yang aman untuk African Dwarf
dikon- sumsi hewan uji, karena tidak (WAD) Growing Goats. Afr. J. Biomed.
mengadung zat-zat yang Res, 4,
membahayakan. Sebelumnya, Marlina & 147-
Askar (2001) menyebutkan bahwa eceng 149.
gondok dapat digunakan sebagai pakan Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I.
tambahan yang baik untuk ternak non Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Fitrihidajati, H. & Ratnasari, E. (2005).
ruminansia. Kandungan protein kasar
Pemanfaatan limbah blotong sebagai
yang terdapat pada pakan hasil pupuk organik dengan penambahan
fermentasi eceng gondok pada semua Effektive Microorganism (EM4).
perlakuan telah memenuhi kebutuhan Laporan Penelitian. Surabaya: Lemlit
dasar domba untuk hidup. Sebagai Unesa.
pedoman kasar, jumlah protein kasar Guntoro, S. (2002). Membudidayakan
minimum yang diperlukan Domba Bali. Bo-
domba
untuk gor:
Kanisius
Isnawati. (2008). Pembuatan probiotik dan
peman- faatannya pada dekomposisi
berbahan tum- buhan. Laporan
Penelitian. Surabaya: Lemlit Unesa.
hidup pokok sebesar 8% dari bahan kering. Dom- . (2010). Pengaruh
pemberian berbagai bio-
ba yang sedang tumbuh atau laktasi menyatakan bahwa per- tumbuhan
memerlukan ternak dikontrol oleh konsumsi nutrisi
protein kasar sejumlah 11% dari bahan khususnya konsumsi energi.
kering Berdasarkan pembahasan dapat
(Guntoro 2002). diketahui bahwa eceng gondok dapat
Pakan yang nilai gizinya tinggi pasti dimanfaatkan seb- agai pakan
dapat memicu pertambahan berat badan7 tambahan. Proses fermentasi seperti
lebih cepat. McDonald et al (2002)1 yang telah digunakan pada pakan-pakan
Herlina Fitrihidajati, et al. / Biosaintifika 7 (1)
(2015)
alterna- tif lainnya yakni menggunakan aktivator dan lama fermentasi
ragi tempe seb- agai agen fermentasi Amoniasi ter- hadap peningkatan
(Amit et al. 2010). Dengan demikian kandungan Protein kasar (PK) dan
mempunyai potensi sebagai pakan penurunan serat kasar (SK) Limbah
tambahan untuk ruminansia lainnya. pertanian untuk pakan ternak domba.
Laporan Penelitian. Surabaya: Lemlit
Unesa.
SIMPULAN Lehninger, A. L. (1982). Principle of
Biochemistry. New
Hasil fermentasi eceng gondok York: Worth Publisher
secara fi- Inc.
Lestari, C. M. S., Wahyuni, H. I., & Susandari,
L. (2005). Budidaya Kelinci
Menggunakan Pakan Limbah Industri
Pertanian dan Bahan Pakan
Konvensional. Lokakarya Nasional dan
Peluang Pengembangan Usaha
Agribisnis Kelinci, 55-60.
Marlina, N., & Askar, S. (2001). Nilai Gizi
Eceng
Gondok dan Pemanfaatan sebagai
Pakan Ter- nak Non Ruminansia. Temu
Teknis Non Peneliti
200
1.
Mc. Donald, P. R. A., Edwards, Greenhalgh,
J. D.
F., & Morgan, C. A. (2002). Animal
Nutrition. Sixth Edition. London: Pretice Hall.
Gosport . Muchtaromah. B., Susilowati, R., &
Kusumastuti. A. (2009). Pemanfaatan
Tepung Hasil Fermen-
tasi Eceng Gondok (Eichornia
crassipes) sebagai

7
2
Campuran Tirajoh, S. (2003). mendasi Paket Padi. Jurnal
Pakan Ikan Fermentasi Jerami Teknologi Agripet, 13(1),
untuk Padi Sebagai Pertanian 22-25.
Meningkatkan Pakan Spesifik Lokasi
Berat Badan Alternatif Papua.
dan Daya Ternak Sapi. Jayapura:
Cerna Protein Prosiding Balitbang
Ikan Nila Reko- Daerah Papua,
Merah pp.
(Oreochormis 54-55.
sp.). Artikel. Wahyono, F.,
Saintek. UIN Nasoetion, M.
Malang. H., Mangisah,
Pamungkas, W., & I., & Sumarsih,
Khasani, I. S. (2005).
(2010). Uji Kandungan
Pendahu- Asam Amino
luan: dan Kecernaan
Efektivitas Nutrien Eceng
Bacillus sp. Gondok Terfer-
Untuk mentasi
Peningka- tan Aspergillus
Nilai Nutrisi niger Serta
Bungkil Kelapa Penggunaanny
Sawit Melalui a dalam
Fermentasi. Ransum Itik
Prosiding Tegal. Laporan
Forum Inovasi Akhir Peneli-
Teknologi tian Dosen
Akuakultur, Muda.
769-744. Semarang:
Pelczar, J. & Chan, Universitas
E. C. S. (1986). Dipo- negoro.
Dasar-dasar Mik- Zaman, Q. (2013).
robiologi. Jilid Pengaruh
1. Jakarta: Kiambang
Universitas (Salivia mo-
Indonesia lesta) yang
P Difermentasi
r dengan Ragi
e Tempe
s sebagai
s Suplemen
Rai, A. K., Hathwar, Pakan
Swapna, C., terhadap
Bijinu, B., & Peningkatan
Bhas- kar, N. Biomassa
(2010). Ayam
Application of Pedaging.
Fermentation Skripsi.
Technique For Surabaya:
Effective Universitas
Recovery of Negeri
(After) Surabaya
Valuable Zakaria, Y., Novita,
Biomolecules C. I., &
From Animal Samadi.
and Fish (2013). Efekti-
Processing vitas
Waste. Journal Fermentasi
Central Food dengan
Techno- Sumber
logical Substrat yang
Research Berbeda
Institute terhadap
(CFTRI), 1-14. Kualitas Jerami

Anda mungkin juga menyukai