Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MATA KULIAH ETIKA PROFESI

“PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS”

Dosen : Sofie, SE, Ak, Msi

Disusun Oleh :
Muti'ah Indah Novita (023001706501)
Maria Lumban Gaol (023001716504)
Antonius Fernando Parsaoran Situmorang (023001806503)

PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2018
DAFTAR ISI

I. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis ..................................................................... 4


A. Pendekatan filosofi ........................................................................................................... 4
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi ........................................................ 4
b. Deontologi ....................................................................................................................... 5
c. Virtue Ethics (Etika Kebajikan) ........................................................................................... 5
d. Sniff Test dan Aturan Praktis Umum: Tes Awal Etikalitas Sebuah Keputusan .............. 5
B. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan-Perangkat Komprehensif untuk Menilai
Keputusan dan Tindakan ................................................................................................................ 6
a. Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan ........................................................... 7
b. Penilaian Dampak Yang Tidak Dapat Dikuantifikasi Keadilan diantara pemangku
kepentingan ................................................................................................................................. 7
c. Hak Pemangku Kepentingan ................................................................................................ 8
d. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan: Pendekatan Tradisional Pengambilan
Keputusan ................................................................................................................................... 8
e. Pendekatan Standar Moral Tradisional ................................................................................ 9
C. Pendekatan Pastin Tradisional........................................................................................ 10
a. Memperluas dan Memadukan Pendekatan Tradisional ................................................. 11
b. Memodifikasi Pendekatan Tradisional, Analisis Dampak Pemangku Kepentingan ...... 11
c. Penilaian Etis Motivasi dan Perilaku ................................................................................. 11
D. Permasalahan Lainnya Dalam Pengambilan Keputusan Etis ......................................... 12
a. Langkah-langkah menuju sebuah keputusan Etis .......................................................... 13
E. Analisis Biaya Manfaat .................................................................................................. 15
a. Kekurangan Data Akuntansi Tradisional ....................................................................... 16
b. Teknik Analisis Biaya-Manfaat ..................................................................................... 16
c. Tingkat Diskon ................................................................................................................... 16
d. Pengukuran Biaya Dan Manfaat .................................................................................... 17
e. Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat.......................................................................... 17
f. Pilihan Yang Tersedia ........................................................................................................ 18
g. Kendala-Kendala ........................................................................................................... 18
h. Isu Yang Tidak Terselesaikan ........................................................................................ 18
i. Abm Disini Untuk Tetap Dipakai ...................................................................................... 18
F. Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah ..................................................................... 19
G. Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder ........................................................ 20
H. Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir ........................................................... 20
I. Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir .................................. 20
J. KESIMPULAN .............................................................................................................. 21

3
PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

I. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis


Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka
ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta
persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini
dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan
pertimbangan etis dengan menyediakan:

1. Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus


dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
2. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan-faktor yang
relevan ke dalam tindakan praktis.

Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas


keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat:

a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya;
b. hak dan kewajiban yang terkena dampak;
c. keadilan yang terlibat;
d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

A. Pendekatan filosofi
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan
manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip
bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu
memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga
keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar
daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari
manfaat parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis,
profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus
pada hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga Teleological.

4
b. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada
kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan
dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada
pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional,
direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah
konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk
perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan
apa pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk
membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

c. Virtue Ethics (Etika Kebajikan)


Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau
tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan
kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter
moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan. Kebajikan adalah karakter yang
membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi manusia yang
bermoral.

d. Sniff Test dan Aturan Praktis Umum: Tes Awal Etikalitas Sebuah
Keputusan
Pendekatan filosofis memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis
dan bantuan yang berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan
profesioanl tidak menyadari bagaimana dan mengapa demikian.Sniff Test untuk
pengambilan keputusan Etis:

- Akankah saya merasa nyaman jika tindakan atau Keputusan ini muncul di
halaman depan surat kabar nasional besok pagi?
- Akankah saya bangga dengan keputusan ini?
- Akankah ibu saya bangga dengan keputusan ini?
- Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan misi dan kode etik
perusahaan?
- Apakah hal ini terasa benar bagi saya?

5
Pendekatan dan Kriteria Pembuatan Keputusan Etis

Menguntungkan?
Konsekuensi, Utilitas
Manfaat > Biaya
Risiko disesuaikan

Tugas fidusia
Tugas,Hak,Keadilan Hak-hak individu
Keadilan, Legalitas

Karakter
Harapan Kebajikan Integritas,
Keberanian, Proses

B. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan-Perangkat Komprehensif


untuk Menilai Keputusan dan Tindakan
Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan yang
diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan mengevaluasi
hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional didasarkan pada
dampak keputusan terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang
saham. Biasanya, dampak ini diukur dari keuntungan atau kerugian yang terjadi,
karena keuntungan telah menjadi ukuran keberadaan yang ingin dimaksimalkan
oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini sekarang berubah dalam dua jalan.
Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin memaksimalkan hanya
keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu sempit. Kedua, hak dan
tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti pekerja,
konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah yang mempunyai
kepentingan dalam keluaran keputusan, atau didalam perusahaan itu sendiri,
statusnya diakui dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan modern
sekarang akuntabel terhadap pemegang saham dan kelompok non-pemegang
saham, yang keduanya menjadi pemangku kepentingan, kepada siapa respon
perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan dalam jangka waktu
lebih dari setahun memerlukan hubungan yang harmonis dengan kelompok
pemangku kepentingan dan kepentingannya.

6
a. Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan
Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok
pemangku kepentingan kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar,
yaitu :
1. Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari
keputusan
2. Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam
keuntungan (manfaat) dan beban
3. Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku
kepentingan, termasuk para pembuat keputusan
4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-
baiknya

Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan
tersebut gagal untuk memberikan manfaat, tidak adil, atau mengganggu hak para
pemangku kepentingan.

b. Penilaian Dampak Yang Tidak Dapat Dikuantifikasi Keadilan


diantara pemangku kepentingan
Kepedulian atas perlakuan yang adil telah menjadi perhatian masyarakat
baru-baru ini mengenai isu-isu seperti diskriminasi terhadap perempuan dan hal
lainnya yang menyangkut perekrutan, promosi dan pembayaran. Akibatnya,
keputusan akan dianggap tidak etis kecuali jika dipandang wajar oleh semua
pemangku kepentingan. Keadilan bukan merupakan konsep mutlak. Hal ini
dibuktikan dengan distribusi yang relatif atas manfaat dan beban yang
dihasilkan dari sebuah keputusan. Sebagai contoh keputusan untuk
meningkatkan pajak, pajak dapat memberatkan bagi golongan yang
berpendapatan tinggi tetapi dianggap relatif adil dalam hal kapasitas mereka
untuk membayar pajak tersebut. Oleh karena itu kewajaran dan perspektif
diperlukan untuk menilai kesetaraan secara akurat.

7
c. Hak Pemangku Kepentingan
Sebuah keputusan hanya akan dianggap etis jika dampaknya tidak
mengganggu hak para pemangku kepentingan dan hak si pembuat keputusan. Hak
pemangku kepentingan antara lain: kehidupan, kesehatan dan keselamatan,
perlakuan adil, penggunaan hati nurani, harga diri dan privat serta kebebasan bicara.
Beberapa hak ini telah dilindungi undang-undang dan peraturan hukum, sedangkan
yang lain ditegakkan melalui hukum umum atau melalui sanksi publik bagi yang
melanggar.

d. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan: Pendekatan Tradisional


Pengambilan Keputusan
Pendekatan 5 Pertanyaan Tradisional
Apakah Keputusan Itu? Interes Pemangku Kepentingan yang
diperiksa
1. menguntungkan? Pemegang saham-biasanya jangka
pendek
2. sah dimata hukum? Masyarakat luas-hak yang dapat
ditegakkan oleh hukum
3. adil? Keadilan bagi semua
4. benar? Hak-hak lain bagi semua
5. mendukung pembangunan Hak khusus
berkelanjutan lebih lanjut?

Jika respon negatif muncul dari satu atau lebih pertanyaan yang diajukan,
maka pengambil keputusan dapat mencoba untuk merevisi tindakan yang diusulkan
untuk menghapus atau mengurangi jawaban negatif itu.

8
e. Pendekatan Standar Moral Tradisional
Standar Moral Pertanyaan dari Keputusan yang diusulkan
Utilitarian:
Memaksimalkan Apakah tindakan tersebut memaksimalkan
keuntungan bersih bagi manfaat sosial dan meminimalkan luka sosial?
masyarakat
Hak-hak Individu:
Dihormati dan dilindungi Apakah tindakan tersebut konsisten dengan hak
setiap orang?
Keadilan:
Distribusi manfaat dan Apakah tindakan tersebut membawa kita pada
beban yang adil sebuah distribusi yang adil dari manfaat dan
beban?

Dari tabel di atas terlihat bahwa kepuasan prinsip utilitarian dinilai melalui
pertanyaan yang berfokus pada analisis biaya manfaat atau analisis risiko-manfaat,
bukan hanya dilihat dari keuntungan. Selain itu, pemeriksaan tentang bagaimana
keputusan yang diusulkan dapat menghormati hak-hak individu terlihat dari
dampaknya terhadap keputusan mengenai hak-hak setiap pemangku kepentingan.
Pendekatan standar moral tradisional tidak secara khusus memberikan kajian yang
mendalam tentang motivasi bagi keputusan yang terlibat, kebijakan atau karakter
yang diharapkan.

9
C. Pendekatan Pastin Tradisional
Aspek Kunci Tujuan Pemeriksaan Untuk:
Etika aturan Menjelaskan sebuah organisasi atau aturan dan nilai-nilai
dasar individu
Etika titik akhir Menentukan manfaat bersih yang paling baik untuk
semua pihak
Etika peraturan Menetukan batasan-batasan yang harus dipertimbangkan
seseorang atau organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip
etis
Etika kontrak Menentukan cara bagaimana memindahkan batasan-
sosial batasan demi menghapuskan kekhawatiran atau konflik

Pendekatan Pastin Tradisional, yaitu: Etika aturan dasar yang digunakan untuk
menangkap gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar
atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang
diharapkan. Jika keputusan dianggap menyinggung nilai-nilai ini, kemungkinan
akan terjadi kekecewaan atau balas dendam. Namun, hal ini dapat menyebabkan
pemberhentian atau pemutusan kerja seorang pegawai yang bertindak tanpa
memahami dengan baik aturan dasar etika organisasi. Pastin mengusulkan agar
dilakukan pemeriksaan terhadap keputusan atau tindakan masa lalu. Pendekatan ini
disebut rekayasa balik sebuah keputusan untuk melihat bagaimana dan mengapa
keputusan tersebut dibuat.

Etika titik akhir menampilkan konsep utilitarianisme dan menggambarkan


kesulitan fokus analisis jangka pendek.
Aturan etika digunakan untuk menunujukkan nilai aturan yang muncul
akibat penggunaan prinsip-prinsip etis yang valid terhadap dilema etika. Dalam hal
ini prinsip-prinsip etika yang valid melibatkan penghormatan dan perlindungan
hak-hak individu dan prinsip-prinsip seperti “Perlakukanlah orang lain
sebagaimana anda ingin diperlakukan”.
Etika kontrak sosial yang disatukan dengan konsep kejujuran. Pastin
menunjukkan bahwa perumusan keputusan yang diusulkan kedalam kontrak
imajiner akan sangat membantu karena memungkinkan para pengambil keputusan

10
untuk bertukar tempat dengan pemangku kepentingan yang akan terkena dampak.
Dengan tindakan ini dapat dilihat apakah dampaknya cukup wajar untuk
dimasukkan kedalam kontrak.

a. Memperluas dan Memadukan Pendekatan Tradisional


Hal ini dilakukan karena masalah etika yang muncul mungkin tidak sesuai
dengan salah satu pendekatan. Oleh karena itu, dapat dikombinasikan satu
pendekatan dengan yang lainnya.

b. Memodifikasi Pendekatan Tradisional, Analisis Dampak


Pemangku Kepentingan
Mengapa mempertimbangkan Harapan Motivasi dan Perilaku?

Suatu analisis etika yang komperehensif harus melebihi pendekatan


tradisional Tucker, Velasques dan Pastin untuk menggabungkan penilaian tentang
motivasi, kebajikan dan karakter yang terlibat dalam perbandingan dengan apa yang
diharapkan oleh para pemangku kepentingan. Motivasi yang didasarkan pada
kepentingan pribadi dapat menghasilkan keputusan yang tidak etis ketika pedoman
diri atau pengawasan eksternal tidak memadai. Pengawas eksternal tidak mungkin
menangkap semua keputusan perusahaan sebelum pelaksanaan keputusan tersebut.
Oleh karena itu penting bagi karyawan untuk memahami motivasi pembuatan
keputusan dari perspektif pemangku kepentingan. Akibatnya, para pembuat
keputusan harus mempertimbangkan motivasi dan perilaku yang diharapkan oleh
para pemangku kepentingan.

c. Penilaian Etis Motivasi dan Perilaku


Proses penilaian dampak pemangku kepentingan menawarkan kesempatan
untuk menilai motivasi yang mendasari keputusan atau tindakan yang diusulkan.
Apakah motivasi pengambil keputusan cenderung etis atau tidak.

11
Pendekatan Komprehensif untuk EDM

Pertimbangan Uraian
Konsekuensialisme Keputusan yang diusulkan akan
menghasilkan keuntungan lebih besar dari
biaya
Hak-hak, tugas atau deontologi Keputusan yang diusulkan tidak
menyinggung hak para pemangku
kepentingan, termasuk pengambil keputusan
Kejujuran/kesetaraan atau Keadilan Disribusi manfaat dan beban harus adil
Harapan kebajikan atau Etika Motivasi untuk keputusan harus
kebijakan mencerminkan ekspektasi kebajikan

Keempat pertimbangan harus dipenuhi agar sebuah keputusan dianggap


etis. Kesimpulannya, dalam rangka untuk memastikan analisis EDM yang
komprehensif, penilaian motivasi, kebajikan dan sifat karakter yang diharapkan
harus ditambahkan pada pendekatan tradisional sehingga menghasilkan 5
pertanyaan modifikasi atau pendekatan lainnya yang dimodifikasi.

D. Permasalahan Lainnya Dalam Pengambilan Keputusan Etis


1. Masalah Bersama
Masalah bersama mengacu pada kesenjangan atau mengetahui penggunaan
aset atau sumber daya yang dimiliki bersama secara berlebihan.
2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
Terkadang direktur, eksekutif atau akuntan professional akan mengalami
kelumpuhan keputusan akibat kompleksitas analisis atau ketidakmampuan
untuk menentukan pilihan maksimal karena alasan ketidakpastian, kendala
waktu dan sebab lainnya.
3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis
Diantaranya yaitu:
 Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis
 Salah menafsirkan harapan masyarakat. Banyak eksekutif salah
mengira bahwa tindakan tidak etis dapat diterima karena:
- Ini dunia dimana anjing makan anjing

12
- Semua orang melakukannya
- Jika saya tidak melakukannya, orang lain akan
melakukannya
- Saya bebas dari beban tanggung jawab karena itu perintah
atasan

 Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada


pemegang saham

 Berfokus hanya pada legalitas

 Batas keberimbangan (fokus pengambil keputusan harusnya pada


keadilan untuk semua pemangku kepentingan)

 Batas untuk meneliti hak (meneliti dampak pada keseluruhan hak


semua kelompok pemangku kepentingan)

 Konflik kepentingan

 Keterkaitan diantara pemangku kepentingan

 Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku


kepentingan.

 Kegagalan untuk membuat peringkat kepentingan tertentu dari para


pemangku kepentingan

 Mengacuhkan kekayaan, keadilan atau hak.

 Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi untuk keputusan.

 Kegagalan untuk mempertimbangkan kebajikan yang diharapkan


untuk ditunjukkan

a. Langkah-langkah menuju sebuah keputusan Etis


1. Identifikasi fakta dan semua kelompok pemangku kepentingan serta
kepentingan yang mungkin akan terpengaruh.
2. Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan mereka.
3. Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepentingan
pihak yang berkepentingan

13
Tujuh langkah menuju sebuah keputusan etis menurut American
Accounting Association (1993) yaitu:

1. Tentukan fakta-apa, siapa, dimana, kapan dan bagaimana


2. Menetapkan isu etis
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan dan nilai-nilai
4. Tentukan alternative
5. Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul
keputusan yang jelas
6. Menilai konsekuensi
7. Membuat keputusan anda.

14
E. Analisis Biaya Manfaat
Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa
keputusan bisnis sering kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan
mudah menggunakan analisis akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-
kelompok kepentingan khusus dengan cepat menunjukkan bahwa banyak biaya
yang dihasilkan dari keputusan bisnis tidak tercermin dalam (atau yang diluar)
laporan perusahaan. Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung oleh pihak lain,
bukan oleh perusahaan yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika
kemudian, eksekutif perusahaan mencari teknik analisis yang memperhitungkan
biaya dan manfaat eksternal tersebut ketika mereka berunding tentang kebijakan
perusahaan. Tak pelak lagi mereka mereka meminta kepada akuntan mereka untuk
mengembangkan analisis biaya-manfaat yang diperlukan untuk melengkapi proyek
tingkat pengembalian yang biasa dilakukan.

Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:

a. Menentukan proyek apa yang harus dilakukan


b. Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek

Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:

1. Organisasi sektor swasta


 dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.
 Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat
 Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan
publikEvaluasi alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau
kampanye kepentingan umum
 Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya
nyawa, mata, tungkai dan lain-lain.
 Perhitungan waktu luang.
2. Organisasi sektor publik
Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya
untuk:
 Program kesehatan
 Program pendidikan

15
 Fasilitas rekreasi
 Proyek konservasi
 Proyek-proyek perbaikan transportasi
 Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi

a. Kekurangan Data Akuntansi Tradisional


Adapun kekurangan data akuntansi tradisional jika dibandingkan dengan
analisis biaya manfaat memiliki kelemahan yaitu

1. Hal ini berfokus pada tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan
masa depan dalam pengambilan keputusan.
2. Tidak memperhitungkan factor-faktor eksternal.
3. Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau
tanpa biaya.
4. Fokusnya jauh lebih sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan
pemegang saham, bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau
masyarakat).

b. Teknik Analisis Biaya-Manfaat


Daripada menggunakan keterangan normal seperti “pendapatan”, “beban”,
dan “laba bersih”, terminology yang dipakai dalam ABM adalah “keuntungan”,
“biaya”, dan “kelebihan manfaat atas biaya”. Konsep ABM tentang manfaat dan
biaya lebih luas dari pendapatan dan biaya, karena meraka memperhitungkan nilai-
nilai eksternal masa depan sampai sekarang. Proyek harus dilakukan jika
manfaatnya melebihi biaya atau rasio keuntungan/ biaya lebih besar dari satu.

c. Tingkat Diskon
Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk
kegunaan lain. Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan
menghitung biaya kesempatan yang dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal
marginal setelah pajak yang hilang dari investasi lain atau harga konsumen akan
bersedia membayar penundaan konsumsi mereka. Hasil studi ABM biasanya
didiskontokan pada tingkat marginal rata-rata tertimbang berdasarkan proyeksi
sumber-sumber pembiayaan yang digunakan.

16
d. Pengukuran Biaya Dan Manfaat
Meskipun terdapat masalah dalam memilih tingkat potongan yang tepat, ini
merupakan masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi
dan mengukur biaya tahunan masa depan dan keuntungan (itu sendiri).

Sayangnya, banyak biaya dan manfaat tidak dapat ditentukan secara langsung, dan
pengganti atau cara tidak langsung harus digunakan untuk memperkirakan nilai
yang terlibat, meskipun diakui hamper tidak mungkin menangkap semua
karakteristik dari niali pengganti.

e. Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat


Beberapa akuntan berpendapat bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh
dari misi tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi
argument ini tidak melihat kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah
digunakan sebelum tahun 1844, keunggulan anggaran biaya manfaat dalam
mengatur keputusan pemerintah. Selain itu kecenderungan yang jelas adalah bahwa
tehnik anggaran biaya manfaat akan dipakai di sector swasta untuk memberikan
focus dalam pengambilan keputusan program-progam perusahaan yang berdampak
pada masyarakat.

Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan peran pokok dalam


menyediakan data untuk keputusan di sector swasta dan jika posisi ini harus
dipertahankan itu adalah kepentingan terbaik akuntan untuk mengenal dengan baik
tehnik ABM dan kekurangannya. Selain itu akuntan sering terlibat langsung dengan
keputusan ABM di sector public, mereka akan membuat keputusan yang kurang
terampil atau untuk menantang proposal spesifik ABM secara efektif, kecuali
mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alas an kami menekankan pentingnya
saran informasi akan menjadi lebih jelas ketika berbagai kekurangan dan keseriusan
ABM dipahami. Kekurangan dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori yaitu:

 Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).


 Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.
 Masalah yang tidak dapat diatasi oleh ABM.

Adapun kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparerdan


pengguna ABM maka penting jika proyek-proyek saling terpisah satu sama lain.
Jika sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup

17
semua aspek proyek. Selain itu proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum
dan sesuai dengan administrasi. Kadang-kadang kendala anggaran dihapus dan
pembuat keputusan diberitahu untuk menghabiskan anggaran yang telah ditetapkan
tanpa memperhatikan biaya kesempatan dari uang yang dibelanjakan.

f. Pilihan Yang Tersedia


Pilihan yang banyak dan jika tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi
ABM sampai di titik dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada
metode yang bisa mencegah biasdan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan
pertama kali harus memahami apa saja potensi masalahnya. Sangat penting bahwa
biaya kesempatan yang akurat diperkirakan untuk uang yang dipergunakan untuk
membiayai setiap proyek ABM.Bias dapat masuk ke dalam ABM melalui pilihan
buruk sebagai pengganti dan metode yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai
masyarakat

g. Kendala-Kendala
Sehubungan dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan
olepreparer dan pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah satu
sama lain, atau jika sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM
harus mencakup semua aspek proyek. Selain itu, proyek yang dterima memenuhi
persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi.

h. Isu Yang Tidak Terselesaikan


Pengambil keputusan ABM harus menyadari bahwa ada banyak isu yang
tidak pernah dapat sepenuhnya diselesaikan dengan tehnik ABM. ABM tidak
memperhitungkan masalah ekuitas, seperti kelayakan dari menghukum satu
kelompok atas keuntungan kelompok lain.

i. Abm Disini Untuk Tetap Dipakai


Akuntansi tradisional tetap berharga, tetapi dalam masyarakat maju,
organisasi harus menyadari dan memperhitungkan dampak eksternal mereka.
Pemerintah sudah membuat pilihan social bagi kita semua berdasarkan analisis
biaya manfaat. Oleh karena itu, akuntan disarankan untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang analisis biaya-manfaat beserta kekurangannya, atau

18
jika tidak mereka akan kehilangan tempat mereka sebagai tangan kanan dari
pengambil keputusan.

F. Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah


Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan
kepentingan para pemilik atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan
pendekatan secara tradisional. Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi
menjadi dua cara, pertama asumsi bahwa seluruh stakeholder hanya ingin
meaksimalkan keutungan jangka pendek. Kedua, hak dan kewajiban dari beberapa
kelompok non-shareholder seperti karyawan, konsumen atau klien, supplier,
kreditor, tokoh masyrakat dan pemerintah memiliki kepentingan dari hasil
keputusan yang dibuat dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan
dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan kelompok
Shareholder dan kelompok diluar shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi
pembentuk dari sebuah stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika
kehilangan salah satu unsure stakeholder atau biasa disebut primary stakeholder.
Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat berpotensi secara penuh,
dan mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan.
Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada keuntungan
jangka panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan karena perusahaan
yang modern mencari shareholders yang terdiri dari perorangan maupun institusi
yang tertarik pada keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis
diterapkan.
Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal melalui
kegiatan perusahaan mereka, mereka juga memutuskna bagaimana untuk memilih
wakil-wakil mereka, serta bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka
memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup atas perlindungan terhadap
lingkungan. Mereka juga memberikankompensasi dan nilai lebih terhadap kegiatan
HAM pada suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.

19
G. Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder
Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder
dan menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan
keputusan yang dapat mengakomodir kepentingan mereka Suatu keputusan
sebaiknya mempertimbangkan pendistribusian yang adil antara keuntungan dan
beban.
Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak
Stakeholder, termasuk hak dalam membuat keputusan:
• Well-offnes : Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan
daripada Biaya
• Fairness : Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan antara
keuntungan dan biaya.
• Right : Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak Stakeholder.

H. Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir


Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para
pemegang saham dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan
dan kesehatan suatu perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan dapat merubah
inventory di harga yang lebih tinggi.

I. Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir


Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut. hal ini merupakan
petunjuk yang berasal dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari
keuntungan dan biaya yang menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya
adalah keputusan untuk menaikan pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi
melihat secara adil sesuai dengan kapasitas mereka untuk membayar pajak. alasan
dan perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran dengan teliti.

20
J. KESIMPULAN
Dari peristwa Ford pinto yang kita pelajari dapat kita ambil sebuah
kesimpulan, bahwa setiap kegiatan produksi haruslah mengikuti etika profesi,
karena apabila kegitan etika profesi tidak dilakukan dengan baik maka akan
menimbulkan keriguan yang sifatnya membahayakan, bagi masyarakat, khususnya
konsumen pengguna dari hasil produksi mobil Ford pinto, Peristiwa gagal produk
Ford pinto tidak sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor, selain dari faktor
adanya tindakan yang tidak sesuai dengan etika profesi juga ada faktor lain, seperti
pertimbangan teknis dalam hal desain produk, dimana pada waktu itu desain produk
yang dibuat tidaklah sesuai dengan desain safety yang baik, sehingga
mengakibatkan, output produk yang yang tidak layak untuk dipasarkan.

Hal teknis yang terjadi pada Ford pinto sendiri seperti yang sudah dijelaskan
bahwa adanya kesalahan, desain dari penerapan pengaplikasian bahan bakar gas
didalam pengoperasian mobil tersebut yang ternyata sangat menghawatirkan karena
pipa atau saluran ke mesin, menggunakan pipa logam yang tidak fleksibel dan juga
rawan bocor sehingga mengakibatkan dengan mudahnya terjadi kebakaran apabila
terjadi benturan, dan juga dalam sistem elektroniknya, mobil ini bersifat paralel
sehingga apa bila terjadi kerusakan atau putus terhadap salah satu saja sirkuitnya,
maka akan berakibat seluruh transmisi elektronik yang ternyata sudah didesain
otomatis menjadi mati, dalam hal ini sistem lock terhadap pintu mobil bekerja
otomatis saat mobil dioperasikan, menjadi mati atau tidak berfungsi apabila
sirkuitnya ada yang terputus.

Hubunganya dengan peristiwa tragedi Ford pinto, saat terjadi kecelakaan


terhadap mobil yang mengakibatkan tabung gas bahan bakar mobil meledak, sirkuit
dalam sistem elektroniknya akan mati secara keseluruhan karena sifatnya paralel,
sehingga menyebabkan sistem lock atau kunci otomatis yang ada pada menjadi
tidak dapat matikan, atau dirubah untuk membuka pintu mobil sehingga
menyebabkan penumpan terjebak didalam mobil, yang dalam keadaan terbakar,
dapat kita bayangkan yang terjadi terhadapa para penumpang yang ada didalam
mobil, penumpang dapat terluka bahkan meninggal karena terbakar.

21
Solusi yang dapat ditawarkan untuk produk Ford pinto tentunya adalah
solusi perbaikan desain, dengan mempertimbangkan etika profesi yang menjunjung
tinggi keselamatan konsumen sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, mungkin
langkah awal dari perbaikan desain sendiri yaitu memperbaiki sistem tabung gas
yang ada beserta saluran-saluran pipanya, sebaiknya dibuat dari bahan yang
fleksibel, untuk pendektesian keselamatan alangkah baiknya mobil ini juga
menggunakan sistem pemadaman api yang berupa tabung nitrogen cair yang
diletakan disekitar tabung gas sebagai langkah antisipasi awal, bahkan mungkin ada
solusi lain yang mungkin bermanfaat untuk tabung gas memberikan sistem
pendingin radiator dan juga sirkulasi udara. Untuk sistem elektronik yang ada
alangkah baiknya jika sistem elektronik dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk bagian
pengapian atau transmisi, dan juga untuk bagian sistem sirkuit mobil dengan catatan
untuk sirkuit mobil diberi perlindungan dari kebakaran sehingga aman saat terjadi
kejadian seperti tragedi Ford pinto.

Seluruh kejadian yang ada sangat erat sekali kaitanya denagn etika profesi
dimana pada saat itu yang didahulukan hanyalah profit, karena teknologi baru
mungkin dilirik (mobil berbahan bakar gas), tanpa memikirkan prosedur desain
yang matang dan juga aman bagi konsumen yang menggunakan, sebenarnya hal
seperti ini tidak hanya menimbulkan kerugian bagi konsumen namun juga kerugian
yang besar dialami pula oleh Ford oleh karena itu alangkah baiknya sebuah
prosedur keteknikan dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak
menyababkan kejadian buruk yang akan tertulis didalam sejarah.

22

Anda mungkin juga menyukai