Anda di halaman 1dari 6

DINAS PENDIDIKAN KABUAPTEN BOGOR

SMK NEGERI 1 CIBINONG


KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
JL. Karadenan No.7 (0251) 8663846 Cibinong-Bogor
E-Mail : smkmotipk@cbn.net.id Fax(0251) 665558

LAPORAN TUGAS
PELAJARAN AGAMA KRISTEN

”Fungsi dan Peranan Agama Kristen ditengah Masyarakat”

Nama : Maria Lumban Gaol


Kelas : 10 TKJ 1
SUMBER :
http://yanedijagau.net/kegiatan-eksternal/9-agama-kristen-menumbuh-
kembangkan-nasionalisme-di-indonesia.html

Agama Kristen Menumbuh-kembangkan


Nasionalisme di Indonesia
  

Kecintaan orang Kristen terhadap bangsa Indonesia


 
Belakangan ini rasa kebangsaan orang Indonesia telah luntur. Pendapat tersebut sering
disampaikan baik oleh para tokoh masyarakat maupun warga biasa. Lalu apa yang mesti kita buat
sebagai tanggung jawab orang Kristen (gereja) agar nasionalisme itu makin berkobar. 
Penting disebutkan dalam tulisan ini  kutipan pendapat seorang tokoh Kristen yang bernama
Johanes Leimena--Ia pernah menjadi Wakil Perdana Menteri pada masa Presiden Soekarno,
Leimena  mengatakan
“Dalam hal kecintaan, kesetiaan, ketaatan kepada dan pengorbanan bagi tanah air, bangsa dan
negara, orang Kristen tidak dan tidak boleh kurang daparipada orang lain, bahkan ia harus
menjadi teladan bagi orang lain sebagai pecinta tanah air, warga negara yang bertanggung
jawab dan nasionalis sejati.”
 
Pada masa sekarang bukan soal mudah melaksanakan apa yang dikatakan oleh Leimena.
Membicarakan nasionalisme untuk kaum muda Kristen Indonesia saja bukan sesuatu yang mereka
anggap menarik. Kaum muda masa kini banyak macam dan ragam memandang nasionalisme.
Sewaktu pertandingan bulutangkis memperebutkan Piala Thomas dan Uber berlangsung sengit,
Kaum muda Kristen Indonesia menggebu-nggebu membela pemain tim Indonesia. Pada konteks
ini Nasionalisme atau rasa kebangsaan mereka bangkit karena ada pertandingan Olahraga
antarnegara.
Rupa-rupanya olahraga mampu mengobarkan semangat nasionalisme, bukan saja bagi orang muda
tetapi juga orang tua. Bahkan lantaran olaraga bulutangkis ini juga warga masyarakat Indonesia
mampu melupakan sejenak tentang identitas sukubangsa dan agama sang pebulutangkis tersebut,
dalam benak masyarakat bahwa atlit bulutangkis adalah wakil bangsa Indonesia.,
 
Namun rasa nasionalisme akan mendapat tantangan luar biasa (baca: disingkirkan) sewaktu
dobrakan modal uang asing yang begitu besar menggerakan ekonomi Indonesia. Pada konteks ini
profesionalisme ekonomi akan berhadap-hadapan dengan nasionalisme. Ambilah contoh Satelindo
dan BUMN lainnya terjual ke luar negeri, bukan lagi dimiliki oleh anak negeri, bukan juga milik
orang Kristen, bukan juga milik agama yang lainnya, dimanakah nasionalisme pada kasus ini?
 
Kembali kepada pokok pembicaraan mengenai peran dan fungsi agama Kristen dalam
membangkitkan nasionalisme. Sudah diketahui bersama bahwa Gereja telah menjadi institusi
rohani bagi orang Kristen. Melalui gereja juga orang Kristen diajarkan dan dibina imannya sesuai
ajaran Alkitab. Sudah sepantasnya melalui gereja dapat diupayakan membangun nasionalisme
orang Kristen.
 
Yesus sebagai sosok yang inti dalam ajaran iman Kristen bukanlah bermaksud mendirikan sebuah
negara di dunia. Ia mengajak orang bertobat karena kerajaan Allah sudah dekat. Nilai-nilai yang
dibawa Yesus itulah menjadi nilai-nilai Kristen, 
Nilai-nilai Kristen mestinya menjadi inspirasi bagi hukum di masyarakat, patut diberi penekanan
disini pada kata inspirasi agar pemaknaan nilai-nilai Kristen itu bukanlah diartikan sebagai hukum
publik.
Internalisasi nilai-nilai Kristen juga dapat digunakan dalam membangkitkan nasonalisme umat
warga gereja.
Demikian juga nilai-nilai Kristen diharapkan menjadi inspirasi bagi upaya menumbuhkembangkan
nasionalisme di Indonesia.

Membangkitkan nasionalisme Indonesia


melalui agama Kristen
 
 
Sekilas Sejarah Relasi Kristen dengan Negara, Persaingan Gereja dan Negara
 
Seperti yang disebut di atas bahwa Yesus tidak berniat mendirikan sebuah negara dan bangsa,
dengan demikian orang Kristen juga tidak berniat mendirikan negara Kristen.
Perlu dikemukakan disini bahwa Kristen memiliki pengalaman campur aduk negara agama
(gereja) pada abad ke IV pada masa Kaisar konstatinus di Roma. Pada masa Kaisar ini gereja
terinstitusi dan segala tata cara negara dan pemerintahan di Kristenkan. Selanjutnya norma-noma
yang berkembang di Masyarakat juga ikut menjadi “Kristen”. Bahkan syariat Kristen diberlakukan
dalam aturan publik. Sejarah mencatat bahwa masa gelap ini menimbulkan kerancuan dan
kekalutan.
 
Setelah masa Konstatinus, terlihat bahwa gereja dan negara “bersaing” merebut kehidupan publik.
Ada saatnya gereja menjadi “gereja negara”. Pada peristiwa ini negara mendominasi gereja.
Dengan demikian negara berhak campur tangan dalam urusan gereja dan bergereja.
Situasi tersebut berlangsung sampai zaman pertengahan, namun pada masa aufklarung
(pencerahan) kesalahan relasi antara gereja dengan negara  telah diperbaiki. Pendek kata dapat
disebut disini bahwa negara-negara Demokrasi yang eksis di Eropa dan Amerika merupakan
koreksi relasi dan negara. Singkat Kata gereja (agama) dan Negara memisahkan diri.
Sampai tiba saatnya waktu itu Eropa berkembang masa “reformasi” melalui seorang tokoh yang
bernama Martin Luther yang tidak segan-segan menuntut pemisahan antara negara dan agama.
 
Relasi Gereja dan Negara di Indonesia
Seperti yang disebutkan di atas bahwa hubungan negara dan agama (gereja) selalu mempersoalkan
tentang “bagaimana sesungguhnya relasi negara dan agama di Indonesia?”.
Pertanyaan tersebut tidak akan pernah dijawab dengan tuntas, Ketua Umum PGI Andreas
Yewangoe mengatakan
“Saya sendiri berpandangan bahwa selama persoaan-persoalan ideologis (relasi agama negara)  ini
belum tuntas, kita akan terus mengalami persoalan-persoalan yang bersifat ideologis pada masa
mendatang. Alhasil, kita tidak akan pernah bisa maju dengan dengan berbagai persoalan mendasar
kebutuhan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan umum dan menegakkan keadilan di
dalam masyarakat”.
 
 Dengan demikian tidak diperkenankan juga negara berdasarkan agama. Untung saja Pancasila
sudah ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia. Orang Kristen sangat bersyukur bahwa Indonesia
bukanlah negara yang berdasarkan agama.
Sekalipun agama terpisah dari negara, namun nilai-nilai agama itu sisip menyisip dalam kehidupan
bernegara demikian juga halnya dengan berbangsa Indonesia.
Selaras dengan itu orang Kristen juga sangat menjunjung tinggi  nasionalisme, terlebih lagi dengan
Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia.
 
Warga Kristen yang baik mestinya sadar bahwa gereja hidup ditengah bangsa yang majemuk.
Kebudayaan indonesia yang beragam karena sukubangsa yang tersebar luas dari Sabang sampai
Merauke.
 
Mengingat negara Indonesia kita bukanlah negara agama namun tidak dapat disangkal bahwa
kehidupan beragama kita tidak dapat begitu saja dilepaskan dari suasana politis negara yang
sedang terjadi sekarang. Perlulah dicari suatu corak yang menjembatani agama dan negara itu agar
agama tidak melakukan legalisme agama dalam bernegara. Sungguh sangat disayangkan manakala
bernegara dan berbangsa jatuh dalam legalisme agama, bilamana keadaan ini terjadi dari situlah
awal mula nasionalisme bernegara di Indonesia akan makin memudar.

 
Nasionalisme Hari Ini, Menjadi Orang Kristen Indonesia yang bertanggung Jawab
 
Pertanyaan orang Kristen dalam konteks tulisan ini adalah, Apakah nasionalisme menjadi berkat
atau beban? Semestinya nasionalisme itu menjadi sesuatu yang disyukuri, dengan begitu
nasionalisme, menjadi ber-Indonesia adalah sesuatu yang danggap berkat bagi orang Kristen.
Nasionalisme di Indonesia pada masa orde baru seakan hanya milik negara saja padahal yang ideal
mestinya nasionalisme menjadi milik semua orang.
Menurut Leimena
“Umat Kristen memiliki kewarganegaraan ganda, yaitu sebagai waga kerajan surga dan Warga
Negara Indonesia.” Kenyataan ini paradoksal kata Johanes Leimena namun tetap dapat
diselaraskan.
 
Selanjutnya perlu juga Nasionalisme hari ini bagi kaum muda Kristen mesti dikaji ulang.
Bagaimana mengkaji ulang nasionalisme orang muda Kristen? Langkah awal mencari
nasionalisme itu adalah mengupayakan wajah Kristen Indonesia ---untuk membedakannya dengan
Kritsten Eropa yang pernah menjadi penjajah bangsa kita.
Kemudian orang-orang yang beragama Kristen melalui gereja dapat mempelopori reinventing
nation Indonesia (menemukan kembali kebangsaan Indonesia).  Pencarian itu bukan saja hanya
meromantisir satu abad kebangkitan nasional dan merayakan 80 tahun sumpah pemuda, namun
lebih dari itu yakni mengupayakan konsep nasionalisme yang mampu menjawab perubahan global
dan lokal Indonesia yang makin cepat.
 
Puluhan tahun yang lalu Mochtar Lubis mengatakan bahwa “Orang Indonesia  adalah orang yang
tidak bertangung jawab dan hipokrit”
Pernyataan Lubis sangat kontroversial, namun terdapat fakta yang tak dapat disangkal, kehidupan
pemerintahan, negara dan bangsa Indonesia penuh dengan Korupsi Kolusi  dan Nepotisme (KKN).
Dengan demikian terbukti persis penyataan Lubis.
Kaitan KKN  dengan Nasionalisme tentu saja sangat terkait erat, mereka yang melakukan KKN
sebenarnya mereka yang tidak punya nasionalisme Indonesia.
Pada hari-hari satu Abd Kebangkitan Nasional ini perlu kita garisbawahi bahwa KKN akan
menggerogoti nasionalisme Indonesia secara cepat.
Wajah Indonesia penuh guratan luka oleh sikap KKN yang jauh dari bertanggung jawab. 
 
Saya merasakan pendidikan formal sekolah yang saya tempuh sewaktu SD,SMP dan SMA melalui
Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) telah nyata-
nyata jauh dari menghasilkan orang-orang yang bertanggung jawab.
Fakta tersebut menceritakan bahwa pendidikan formal saja tidak mampu menyiapkan seperangkat
konsep agar membentuk anak didik menjadi bertanggung jawab. Semestinya ada jalan lain yang
mendukung agar generasi  muda sekarang lebih bertanggung jawab yaitu melalui fungsi dan peran
lembaga agama.
 
Tuhan para pemeluk agama bukanlah Tuhan yang menyukai KKN. Melalui agama dan pesan
moral yang disampaikan adalah jelas bahwa pemeluk agama mesti bertanggung jawab.
Implementasi tanggung jawab itu tercermin dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
yang anti KKN.
 
Pemeluk agama di Indonesia adalah Individu-individu yang hidup dalam keluarga, melalui
keluarga inilah mestinya agama memberikan pembelajaran tentang nasionalisme. Melalui 
keluarga juga diperkenalkan tentang kehidupan indonesia yang majemuk.
 
Agama kristen selama ini melalui gereja telah mengembangkan nasionalisme dalam bentuk
perayaan (celebration) dan kontekstualisasi nasionalisme pada kehidupan bergereja.
Perayaan hari raya agama kristen di Indonesia juga disisipkan nilai dan pemaknaan nasionalisme.
Setidaknya pada hari kemerdekaan 17 Agustus, kemudian pada acara natal gereja juga sering
dikumandangkan lagu-lagu spirit nasionalisme. Orang kristen relatif suka menyanyi dan mencintai
seni, bahkan agama kristen telah mendorong seni untuk kepujian Tuhan sembari membangkitkan
nasionalisme. Telah banyak ditulis syair nyanyian rohani yang berkumandang pada ibadah hari
minggu, lagu yang sering dinyanyikan berjudul “Majulah Indonesiaku”
Orang kristen sebenarnya terlalu sering memikirkan negara dan bangsa, namun sebaliknya
tampaknya Negara dan Bangsa jarang berpikir tentang orang kristen, terlebih lagi  pada saat ini
BBM naik harga, orang kristen yang miskin dan menderita luput dari perhatian negara.

Anda mungkin juga menyukai