2. EPIDEMIOLOGI
Addison’s Disease adalah penyakit yang jarang terjadi, dapat timbul pada berbagai
kelompok umur. Secara Internasional prevalensi Addison’s Disease diperkirakan
terjadi sekitar 1 pada 100.000 jiwa. Yaitu sekitar 40-60 kasus per juta penduduk USA,
Inggris raya dan Denmark, 80 per 1juta dan meningkat pada penduduk German dan
144 per satu juta penduduk Norway. Pada Negara berkembang 75-90% kasus
dikarenakan autoimmune aderonolytis. (Galasko, 2014)
Lebih dari 70% kasus Addison’s Disease disebabkan oleh kerusakan autoimun pada
korteks adrenal. Insufisiensi adrenal kronik dapat disebabkan oleh tuberculosis, infeksi
jamur, metastase adrenal, dan sarcoma kaposi atau infeksi lain yang berhubungan
dengan AIDS. (Galasko, 2014)
4. ETIOPATHOGENESIS
Addison’s Disease atau insufisiensi adrenokortikal dapat disebabkan oleh berbagai
sebab, termasuk kerusakan autoimun kelenjar adrenal atau defisiensi bawaan enzim
enzim yang dibutuhkan untuk sintesa kortikosteroid. (Galasko, 2014)
Pada pasien dengan penyakit adrenal primer peningkatan level ACTH precursor
hormone menstimulasi melanosit, sehingga menghasilkan hiperpigmentasi pada kulit
dan permukaan mukosa. (Kumar, Abbas and Aster, 2015)
5. IMUNOPATHOGENESIS
Pada keadaan normal Corticotropin-Releasing Hormon (CRH) dilepaskan neuron
peptidergi di hipotalamus. Corticotropin-Releasing Hormon (CRH) merangsang sel-sel
sekretori dari kelenjar pituitary untuk melepaskan Adenocorticotropin (ACTH).
Adenocorticotropin (ACTH) merangsang korteks adrenal untuk memproduksi
glukokortikoid (kortisol) yang selanjutnya akan disekresi ke dalam sirkulasi. Ketika
glukokortikoid (kortisol) mencapai konsentrasi tertentu dalam darah, maka hormon ini
akan memberi sinyal kepada pituitary anterior untuk menghentikan produksi
Adenocorticotropin ( ACTH). (Ghom, 2010)
6. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Subjektif
Permulaan Addison’s Disease biasanya tersembunyi, dengan manifestasi awal meliputi
kelemahan dan kelelahan progresif, dan juga berkurangnya nafsu makan, dan
penurunan berat badan adalah ciri awal kondisi ini, terjadi penurunan tekanan darah
dan hipotensi postural. Peningkatan stimulasi melanosit oleh ACTH menghasilkan
hiperpigmentasi, pigmentasi intraoral biasanya terjadi lebih dulu dibandingkan
pigmentasi pada kulit. Perasaan sensitif yang berlebihan, dan depresi sring
dihubungkan dengan penyakit ini. Melalui gangguan mood, motivasi dan tingkah laku.
(Galasko, 2014)
Pemeriksaan Objektif
Tanda klinis
Ada hiperpigmentasi kulit serupa dengan (warna cokelat karena berjemur). Intraoral,
macula melanotik multiple terjadi pada gingiva, mukosa bukal, dan bibir meliputi
lemah, kehilangan berat badan, mual dan muntah, serta hipotensi. (Lewis and Jordan,
2012).
Gambaran Klinis Addison’s disease terjadi hiperpigmentasi pada kulit dan mukosa.
Hiperpigmentasi dapat terjadi pada lipatan telapak tangan, kaki, lutut, siku, ketiak, dan
mukosa bukal, gingiva. (Ghom, 2010)
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi oral menunjukkan adanya peningkatan melanin padalapisan sel basal. Diagnosis
dibuat berdasarkan kadar kortisol dalam serum yang rendah dan kenaikan ACTH.
Perubahan serum nonspesifik yang lain meliputi rendah sodium, klorid, bikarbonat,
dan glukosa natrium. Serum kortisol < 100nmol/liter pada 9 jam didiagnosa sebagai
defisisensi.(Galasko, 2014)(Glick, 2015)(Brooke and Monson, 2017)
Jika secara klinis dicurigai penyebab nya adalah karena TB, radiografi dada dan
abdomen sebaiknya dilakukan, CT scan pada adrenal dibutuhkan hanya jika terjadi
metstase suatu proses infiltrasi atau jika dicurigai TB. (Brooke and Monson, 2017)
7. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding pada addison’s disease meliputi pigmentasi fisiologis dan
pigmentasi akibat pemakaian obat-obatan. Cara membedakannya adalah dengan
melakukan tes laboratorium untuk mengevaluasi serum kortisol dan jumlah elektrolit.
(Glick, 2015)
Hyperpituitarism, Addison disease dapat dibedakan dari hyperpituitarism dengan test
urine selain itu diagnose banding penyakit ini adalah dengan Peutz-Jegher syndrome,
Albright syndrome dan von Recklinghausen’s disease dimana penyebaran makula yang
lebih luas. (Ghom, 2010)
8. PERAWATAN KOMPREHENSIF
Addison’s Disease ini memerlukan perawatan yang terus menerus dengan
glukokortikosteroid. Tidak ada perawatan spesifik yang diperlukan untuk pigmentasi
oral.(Lewis and Jordan, 2012)
Ghom, anil G. (2010) Textbook of oral medicine. second. Jaypee Brothers Medical
Ltd.
Glick, M. (2015) Burket’s Oral Medicine 12th ed. 12th edn, People’s Medical
Kumar, V., Abbas, A. K. and Aster, J. C. (2015) robbin’s basic pathology. 9th edn.
Lewis, M. and Jordan, R. (2012) A colour handbook of oral medicine. Available at:
http://www.lavoisier.fr/livre/notice.asp?id=RSKWOLAXO23OWF.