Anda di halaman 1dari 85

PERBANDINGAN KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE- 8 DAN

PARAMETER KLINIS PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS


DENGAN DAN TANPA DIABETES MELLITUS TIPE 2

TESIS

Miftha Chairina Lubis


147160013

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PERIODONSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERBANDINGAN KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE- 8 DAN
PARAMETER KLINIS PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS
DENGAN DAN TANPA DIABETES MELLITUS TIPE 2

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk memperoleh Gelar Spesialis Periodonsia
Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Miftha Chairina Lubis


147160013

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PERIODONSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Tesis: PERBANDINGAN KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE- 8 DAN
PARAMETER KLINIS PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS
DENGAN DAN TANPA DIABETES MELLITUS TIPE 2

Nama Mahasiswa : Miftha Chairina Lubis


NIM : 147160013
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia

Disetujui Oleh :
Pembimbing:

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) Prof. Dr. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD, KEMD (K)., FINASIM
NIP. 19710702 199601 2 001 NIP. 19551222 198502 1 001

Diketahui Oleh :

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K)
NIP. 19650214 199203 2 004 NIP. 19710702 199601 2 001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tanggal Lulus :

Telah diuji

Pada Tanggal: 18 September 2018

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua: Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K)
Anggota : 1. Prof. Dr. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD, KEMD (K)., FINASIM
2. Dr.drg. Ameta Primasari, MDSc, M.Kes
3. Zulkarnain, drg., M.Kes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERBANDINGAN KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE- 8
DAN PARAMETER KLINIS PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS
DENGAN DAN TANPA DIABETES MELLITUS TIPE 2

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,

Miftha Chairina Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Miftha Chairina Lubis
NIM : 147160013
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia
Departemen : Periodonsia
Fakultas : Kedokteran Gigi
Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui dan memberikan kepada Universitas


Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Rotalty Fee Right) atas
karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBANDINGAN KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE- 8 DAN PARAMETER
KLINIS PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS DENGAN DAN TANPA DIABETES
MELLITUS TIPE 2
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan
Yang membuat pernyataan,

Miftha Chairina Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Perbandingan Kadar Matriks Metalloproteinase 8 (MMP-8) dan Parameter Klinis pada


Pasien Periodontitis Kronis dengan dan tanpa Diabetes Mellitus Tipe 2

Pendahuluan: Diabetes Mellitus dapat memodulasi kerusakan jaringan periodontal dengan


menyebabkan terganggunya fungsi polimorfonuklear leukosit, deregulasi produksi sitokin, dan
pembentukan advanced glycation end products (AGEs) yang dapat menginduksi pembentukan
matriks metalloproteinase (MMP). Matriks metalloproteinase, terutama MMP-8 merupakan
kolagenase utama pada proses penghancuran kolagen jaringan periodontal pada saliva dan
cairan sulkus gingiva. Tingginya kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pada
pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2 telah dilaporkan dalam berbagai
penelitian dan memiliki potensi menjadi alat bantu diagnostik periodontal.
Tujuan : Untuk mengetahui perbandingan kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus gingiva
pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2.
Metode : Jumlah subjek penelitian 63 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien
periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 dan pasien periodontitis kronis tanpa DM. Sampel
saliva dan cairan sulkus gingiva diambil dari seluruh subjek penelitian. Parameter klinis yang
diukur adalah OHIS (Oral Hygine Index Simplified), PBI (Papillary Bleeding Index), indeks
gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Kadar MMP-8 pada saliva dan cairan
sulkus gingiva dideteksi dengan Human MMP-8 immunoassay kit dengan metode ELISA.
Hasil: Kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis dengan DM
Tipe 2 lebih tinggi secara signifikan dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa DM Tipe
2 (p<0.05). Rerata parameter klinis pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan pada pasien periodontitis kronis tanpa DM Tipe 2 (p<0.05).
Terdapat korelasi yang signifikan antara kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus gingiva
dengan kedalaman poket dan kehilangan perekatan pasien periodontitis kronis tanpa DM Tipe
2 (p<0.05). Korelasi yang signifikan juga dijumpai antara kadar MMP-8 saliva dan cairan
sulkus gingiva dengan indeks gingiva, kedalaman poket, kehilangan perlekatan, pada pasien
periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 (p<0.05).
Kesimpulan : Kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus gingiva dan parameter klinis pada
pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 lebih tinggi dibandingkan pasien periodontitis
kronis tanpa DM.

Kata kunci : periodontitis-kronis, matriks- metalloproteinase 8, DM Tipe 2

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Comparison of Matrix Metalloproteinase 8 Levels and Clinical Parameters in Chronic


Periodontitis Patients with and without Type 2 Diabetes Mellitus

Introduction: Diabetes Mellitus may modulate periodontal tissue destruction by causing


polymorphonuclear leukocyte dysfunction, deregulation in cytokine production, and the
formation of advanced glycation end products (AGEs) inducing the formation of matrix
metalloproteinase (MMP). Matrix metalloproteinases, especially MMP-8 is the major
collagenases in the process of periodontal collagen destruction in gingival crevicular fluid and
saliva. High levels of salivary and gingival crevicular fluid (GCF) MMP-8 in chronic
periodontitis patients with and without Type 2 DM has been reported in various studies and
showed as potential marker for periodontal diagnostic. The aim of this study was to compare
levels of salivary and GCF MMP-8 in chronic periodontitis patients with and without type 2
DM.
Methods: Saliva and GCF samples were obtained from 63 subjects who were divided into two
groups: chronic periodontitis patients with Type 2 DM and chronic periodontitis patients
without DM. Salivary and gingival crevicular fluid samples were taken from all study
subjects. Full mouth clinical measurements, including OHIS (Oral Hygiene Index Simplified),
PBI (Papillary Bleeding Index), gingival index, pocket depth and attachment loss were
recorded. Salivary and GCF MMP-8 levels were determined by a standard enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA).
Results: MMP-8 levels of saliva and GCF in chronic periodontitis patients with type 2
diabetes mellitus were significantly higher than in chronic periodontitis patients without Type
2 DM (p <0.05). The mean clinical parameters of chronic periodontitis patients with Type 2
diabetes were significantly higher than those in chronic periodontitis patients without Type 2
DM (p <0.05). There was a significant correlation between MMP-8 levels of salivary and
gingival crevicular fluid with pocket depth and loss of attachment in chronic periodontitis
patients without Type 2 DM (p <0.05). A significant correlation was also found between
MMP-8 levels of gingival crevicular fluid and gingival index, pocket depth, loss of attachment
in chronic periodontitis patients with Type 2 DM (p <0.05).
Conclusion: MMP-8 levels of saliva, GCF and clinical parameters in chronic periodontitis
patients with Type 2 DM were higher than in chronic periodontitis patients without DM.

Keywords: chronic-periodontitis, matrix-metalloproteinase 8, DM Type 2

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan ridho Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tesis di Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Periodonsia di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orangtua
tercinta ayahanda dr. Muhammad Hatta Lubis, SpPD dan ibunda drg. Nina Silviani Nasution,
keempat kakanda Tapi Endang Lubis, Yoanita Lubis, Nursyamsiah Lubis, Nizli Lubis serta
orang terdekat Budi Ashsiddiq yang senantiasa menyayangi, mendoakan, mendukung penulis
sehigga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai.
Dalam penulisan tesis ini, penulis juga banyak mendapatkan bimbingan, bantuan,
motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati serta
penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen
pembimbing tesis yang telah memberikan perhatian, motivasi dan menyediakan waktu, pikiran
serta tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Prof.Dr.dr.Dharma Lindarto, SpPD, K-EMD, FINASIM selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, pikiran serta tenaga untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K) selaku Ketua Departemen Periodonsia
yang telah banyak memberikan dukungan, saran dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Zulkarnain, drg., M.Kes dan Dr.Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes selaku tim
penguji tesis yang telah menyediakan waktu, pikiran serta tenaga untuk mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Rini Octavia Nasution, drg., SH., M.Kes., Sp.Perio selaku dosen pembimbing
akademik yang telah mendukung, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini
dan selama masa studi.
7. Seluruh staf pengajar di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan saran dalam menyelesaikan tesis
ini, Krisna Murthy P, drg., Sp.Perio, Martina Amalia, drg.,Sp.Perio, dan Armia Syahputra,
drg.,Sp.Perio.
7. Amangboru Saidina Hamzah Dalimunthe, drg., Sp.Perio (K) dan bou Derliana yang
telah banyak memberikan arahan, motivasi, dan dukungan moril selama proses penulisan tesis
dan masa studi.
8. Karin Tika Fitria, drg yang telah banyak memberikan dukungan moril dan banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Pegawai Departemen Periodonsia Kak Imelda Lubis, AMKG, Kak Febriana
Hasibuan, dan Kak Nor Afifah, S.Kom yang telah banyak membantu dan mendukung penulis
selama masa studi.
10. Seluruh staf dan pegawai RSUP-H Adam Malik dan Laboratorium Terpadu FK
USU yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
11. Terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Jevin F. Tandian, Dorlina
RV Siahaan, Darius Ongko, Winda Dwi Astuti, Widi, Wilson atas persahabatan, dukungan,
masukan dan semangat yang telah diberikan selama penelitian dan menjalani studi serta
seluruh teman-teman PPDGS Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akhirnya terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mohon maaf
apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan tesis ini dan berharap
semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,
pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, September 2018


Penulis

Miftha Chairina Lubis


NIM. 147160013

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Keterangan Pribadi
Nama : Miftha Chairina Lubis
Alamat Tempat Tinggal : Jl. Setiabudi Komplek Tasbih 1 Blok A No.36 A
Medan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No. Kontak : 081396333106
Nama Ayah : H. Muhammad Hatta Lubis, dr., SpPD
Nama Ibu : Hj. Nina Silviani Nasution, drg
Pekerjaan : Dokter Gigi

Pendidikan Formal
Sekolah Dasar : SD Negeri 15 Padangsidimpuan
Sekolah Menengah Pertama : SLTP Negeri 1 Padangsidimpuan
Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Plus Matauli Pandan
Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Sumatera Utara
Pendidikan Spesialis : Spesialis Periodonsia
Universitas Sumatera Utara

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Hipotesis ..................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................ ................ 5
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ ........ 5
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................ ....... 5
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
1.5.1 Manfaat terhadap Masyarakat ........................................................ 5
1.5.2 Manfaat terhadap Peneliti ............................................................. 6
1.5.3 Manfaat terhadap Institusi ............................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Periodontitis Kronis .................................................................................... 7
2.1.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis.............................................. 7
2.1.2 Klasifikasi Periodontitis Kronis ........................................................ 8
2.1.3 Etiologi dan Patogenesis Periodontitis Kronis ................................. 9
2.2 Diabetes Mellitus ........................................................................................ 11
2.2.1 DM Tipe 2 ........................................................................................ 12
2.3 Hubungan Periodontitis dan DM ................................................................ 14
2.3.1 Pengaruh DM terhadap jaringan periodontal ..................................... 15
2.3.1.1 Pengaruh terhadap mikroflora ............................................... 15

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.1.2 Advanced Glycation End Products (AGEs ............................ 16
2.3.1.3 Pengaruh terhadap respon host....................................... ....... 16
2.3.1.3.1 PMNs ...................................................................... 16
2.3.1.3.2 Monosit, makrofag, sitokin .................................... 16
2.3.1.4 Pengaruh terhadap metabolisme kolagen ............................. 17
2.4 Matriks Metalloproteinase-8 .................................................................. 19
2.5 Saliva dan Cairan sulkus gingiva (CSG) sebagai Biomaker Penyakit
Periodontal .................................................................................................. 21
2.6 Indeks Periodontal ...................................................................................... 24
2.6.1 Simplified Oral Hygiene Index .................................................. ....... 24
2.6.2 Indeks Gingiva........................................................................ ........... 25
2.6.3 Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi............................................. 25
2.7 Kerangka Teori ........................................................................................... 26
2.8 Kerangka Konsep........................................................................................ 27

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 28
3.2.1 Tempat Penelitian ............................................................................. 28
3.2.2 Waktu Penelitian............................................................................... 28
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 28
3.3.1 Populasi ............................................................................................ 28
3.3.2 Sampel .............................................................................................. 28
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................................... 29
3.5 Besar Sampel .............................................................................................. 29
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 30
3.7 Definisi Operasional ................................................................................... 31
3.8 Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 33
3.8.1 Bahan Penelitian ............................................................................... 33
3.8.2 Alat Penelitian .................................................................................. 33

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.9 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 37
3.9.1 Pemilihan Pasien Periodontitis Kronis ............................................. 37
3.9.2 Pemilihan Pasien Periodontitis Kronis dengan DM ......................... 37
3.9.3 Proses pengumpulan Saliva .............................................................. 37
3.9.4 Proses pengumpulan Cairan Sulkus Gingiva................................... 37
3.9.5 Pemeriksaan kadar MMP-8 .............................................................. 38
3.10 Skema Alur Penelitian......................................................... ..................... 40
3.11 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 41

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Karakteristik Subjek Penelitian .................................................................. 42
4.2 Uji Perbedaan.............................................................................................. 43
4.3 Uji Korelasi ................................................................................................. 45

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian .................................................................. 47
5.2 Analisis perbedaan kadar MMP-8 dan parameter klinis pada pasien
periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2 ..................................... 48
5.2.1 Analisis perbedaan parameter klinis pada pasien periodontitis
kronis dengan dan tanpa DM ............................................................ 48
5.2.2 Analisis perbedaan Kadar MMP-8 pada pasien periodontitis
kronis dengan dan tanpa DM ............................................................ 49
5.3 Hubungan kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva dengan
parameter klinis.......................................................................................... 51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 54
6.2 Saran ........................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 55

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambaran klinis dan radiografi periodontitis kronis ............... 8


Gambar 2. Ilustrasi skematik patogenesis periodontitis ............................ 11
Gambar 3. Mekanisme terjadinya peningkatan kerentanan periodonttis
pada penderita DM ................................................................... 14
Gambar 4. Kondisi periodontal pada penderita DM ................................. 19
Gambar 5. Pengambilan cairan sulkus gingiva menggunakan paper strip . 22
Gambar 6. Pengambilan cairan sulkus gingiva menggunakan Micropipet 23
Gambar 7. Pemeriksaan kadar MMP-8 ...................................................... 39

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Indeks Debris .......................................................................... 24


Tabel 2. Kriteria Indeks Kalkulus ....................................................................... 24
Tabel 3. Skor Kebersihan Gigi dan mulut........................................................... 24
Tabel 4. Kriteria Indeks Gingiva ......................................................................... 25
Tabel 5. Skor Indeks Gingiva ............................................................................. 25
Tabel 6. Kriteria IPPD ........................................................................................ 25
Tabel 7. Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................ 42
Tabel 8. Parameter klinis pada pasien periodontitis kronis dengan dan
tanpa DM Tipe 2 ................................................................................... 43
Tabel 9. Kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien
periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2 ............................... 44
Tabel 10. Perbandingan kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus
gingiva pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2 ...... 44
Tabel 11. Korelasi antara parameter klinis dengan kadar MMP-8
pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis
kronis tanpa DM tipe 2 ......................................................................... 45
Tabel 12. Korelasi antara parameter klinis dengan kadar MMP-8 pada
saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis
dengan DM Tipe 2 ................................................................................. 46

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Penjelasan kepada Subjek Penelitian


Lampiran 2. Lembaran Persetujuan Subjek Penelitian
Lampiran 3. Lembaran Pemeriksaan Pasien
Lampiran 5. Surat Persetujuan Komite Etik
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian di Laboratorium Terpadu
FK USU
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN

MMP = Matriks Metalloproteinase


MMP-8 = Matriks Metalloproteinase 8
POC = Point-of-care
DM = Diabetes Mellitus
PMN = Polimorfonuklear leukosit
AGEs = Advanced glycation end product
RAGEs = Receptor advanced glycation end products
IL-6 = Interleukin-6
IL-1 = Interleukin-1
TNF- = Tumor Necrosis Factor 
PGE2 = Prostaglandin E2
ELISA = Enzyme-linked immunosorbent
TIMPs = Tissue inhibitor matrix metalloproteinase
CAL = Clinical Attachment Level
PD = Probing Depth
CSG = Cairan Sulkus Gingiva
OHI = Oral Hygiene Index
DI = Debris Indeks
CI = Kalkulus Indeks
IPPD = Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi
PBI = Papillary Bleeding Index
KGD = Kadar Gula Darah
ECM = Extracelullar matrix

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Periodontitis kronis merupakan suatu penyakit inflamasi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan ikat dan tulang yang mendukung gigi disertai migrasi epitel
penyatu ke apikal yang akhirnya berpotensi menyebabkan kehilangan gigi.1 Inflamasi
pada jaringan pendukung gigi diinduksi oleh mikroorganisme atau kelompok
mikroorganisme spesifik yang dapat menstimulasi respon imun-inflamatori host.2,3
Ketidakseimbangan interaksi antara patogen periodontal dan respon imun host
menyebabkan kadar sitokin proinflamatori yang berlebih dan kerusakan jaringan
periodontal dan tulang alveolar. 4
Prevalensi penyakit ini terus meningkat sejalan dengan usia. Pada usia >50
tahun sebesar 40% dan pada pasien usia > 65 tahun menunjukkan kerusakan
periodontal hampir 50%. Begitu pula dengan keparahannya meningkat sejalan dengan
usia, > 30% pasien menderita periodontitis parah pada usia > 40 tahun. 2 Selain itu,
berbagai penelitian menunjukkan terjadinya kerusakan jaringan periodontal dan
tingkat keparahannya dipengaruhi masalah sistemik diantaranya adalah Diabetes
Mellitus.5,6
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu gangguan metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya sekresi atau aktivitas insulin
maupun keduanya yang terlibat dalam berbagai komplikasi oral dan sistemik.6,7
Komplikasi oral DM diantaranya adalah xerostomia, burning mouth, gangguan
penyembuhan luka, dan peningkatan terjadinya periodontitis. 8 Penelitian oleh Susanto
dkk (2010) pada populasi di Indonesia dijumpai adanya peningkatan prevalensi dan
keparahan periodontitis pada penderita DM tipe 2 dibandingkan pasien yang sehat.10
Prevalensi DM di Indonesia adalah sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk yang
berusia lebih dari 15 tahun. Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makasar
dan kota-kota lain di Indonesia membuktikan adanya peningkatan prevalensi dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

tahun ke tahun. Pada tahun 2020, diperkirakan 7 juta dari 178 juta penduduk berusia
diatas 20 tahun menderita penyakit DM.10
Kondisi DM dapat memodulasi kerusakan jaringan periodontal dengan
menyebabkan terganggunya fungsi polimorfonuklear leukosit (PMN), perubahan
sintesis kolagen dan glikosaminoglikan, perubahan vaskularisasi, deregulasi produksi
sitokin, dan pembentukan advanced glycation end products (AGEs).3,5-7 Perubahan-
perubahan tersebut berkontribusi terhadap kerusakan jaringan periodontal dengan
menginduksi pelepasan sitokin yang dapat meningkatkan pembentukan matriks
metalloproteinase (MMPs).5
Perkembangan dalam ilmu biologi molekuler telah mengarah pada biomarker
cairan oral yang mempunyai potensi menjadi alat bantu point-of-care (POC) untuk
keperluan diagnostik periodontal. Diantaranya adalah matriks metalloproteinase
(MMPs), terutama MMP-8 yang telah dilaporkan dalam berbaagai penelitian dapat
menjadi POC periodontal yang menjanjikan untuk menilai aktivitas penyakit sistemik
dan oral yang terdapat pada saliva.11
Saliva mudah didapat dengan metode non invasif, tidak membutuhkan
peralatan khusus, dan mengandung marker lokal dan sistemik.5 Perubahan kualitatif
dan kuantatif cairan oral memiliki potensi diagnostik dan prognostik terutama pada
periodontitis kronis. Saliva digunakan untuk menggambarkan sampel dalam level
pasien sedangkan cairan sulkus gingiva untuk analisis sisi yang spesifik. 1
Diantara biomarker derivat sel host, matriks metalloproteinase (MMPs) dapat
menggambarkan calcium-dependent, yang merupakan protease yang mengandung
zinc yang berperan baik dalam proses fisiologis untuk remodelling jaringan maupun
proses patologis.9 MMPs dapat terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit dan
kondisi karena merupakan anti inflamasi dan berperan terhadap kerusakan jaringan. 13
Kadar dan aktifitas MMPs pada jaringan biasanya dalam kadar rendah tetapi dapat
meningkat secara signifikan pada berbagai kondisi patologis yang menyebabkan
kerusakan jaringan seperti penyakit inflamasi, tumor dan metastasis. 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) merupakan MMP kolagenolitik utama


pada gingiva dan cairan oral (80% pada cairan sulkus gingiva)12 dan merupakan
derivat dari polimorfonuklear leukosit (PMN).1,9 Kolagenase neutrofil/ MMP-8
dilepaskan karena kondisi inflamasi oleh neutrofil, sel endotel dan sel otot halus dan
makrofag. Peran MMP-8 pada periodontitis telah banyak dilaporkan dalam berbagai
penelitian dan menunjukkan adanya hubungan peningkatan aktivitas MMPs dengan
kerusakan jaringan. 14
Penilaian kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi pasien dan sisi dengan risiko penyakit periodontal atau
perkembangan periimplan maupun prediksi respon terhadap perawatan.13 Berbagai
penelitian telah melaporkan adanya hubungan antara tingginya kadar MMP-8 dengan
keparahan periodontitis kronis.3,12
Eremie LM, dkk (2015) melaporkan tingginya kadar MMP-8 pada cairan sulkus
gingiva pasien periodontitis kronis dibandingkan pasien dengan periodonsium yang
sehat.17 Selain itu, Rathnayake, dkk (2017) melaporkan peningkatan kadar MMP-8
pada pasien DM dengan periodontitis yang parah.13 Hal ini juga didukung oleh
penelitian Kumar SM, dkk (2006) yang melaporkan terjadinya peningkatan kadar
MMP-8 pada sebesar dua kali lipat pada pasien periodontitis kronis dengan DM
dibandingkan tanpa DM.18 Peningkatan kadar MMP-8 pada gingiva pasien
periodontitis kronis dengan DM menunjukkan bahwa kadar MMP-8 berperan dalam
mengganggu proses penyembuhan pada pasien periodontitis kronis dengan DM.18
Terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kadar MMP-8 pada saliva antara kelompok dengan dan
tanpa DM diantaranya penelitian dari Costa PP, dkk (2010) dan Kardesler L dkk,
(2010) bahwa tidak ada pengaruh DM terhadap kadar MMP-8 pada cairan sulkus
gingiva dan status klinis periodontal.5,6
Penelitian sebelumnya tidak ada yang menganalisis perbandingan kadar MMP-
8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva dengan parameter klinis pada pasien
periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2. Penelitian ini tidak hanya melihat
kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva tetapi membandingkan kadar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis dengan dan
tanpa DM Tipe 2 serta hubungannya dengan parameter klinis.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana perbandingan kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus gingiva
pada pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2?
2. Bagaimana perbandingan parameter klinis pasien periodontitis kronis dengan
DM dan tanpa DM Tipe 2?
3. Apakah terdapat hubungan antara kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus
gingiva dengan parameter klinis pada pasien periodontitis kronis dengan dan
tanpa DM Tipe 2?

1.3 Hipotesis
1.3.1 Hipotesis Mayor
Terdapat perbedaan kadar pertanda inflamasi tertentu pada saliva, cairan
sulkus gingiva dan parameter klinis antara pasien periodontitis kronis dengan
dan tanpa DM Tipe 2.
1.3.2 Hipotesis Minor
1. Kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus gingiva lebih tinggi pada pasien
periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 dibandingkan tanpa DM Tipe 2.
2. Parameter klinis lebih tinggi pada pasien periodontitis kronis dengan
DM Tipe 2 dibandingkan tanpa DM Tipe 2.
3. Terdapat hubungan antara kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus
gingiva dengan parameter klinis pada pasien periodontitis kronis dengan
dan tanpa DM Tipe 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan kadar pertanda inflamasi tertentu pada
saliva, cairan sulkus gingiva dan parameter klinis pada pasien periodontitis
kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui perbandingan kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus
gingiva pada pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2.
2. Untuk mengetahui perbandingan kadar MMP-8 pada saliva dengan
kadar MMP-8 pada cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis
dengan dan tanpa DM Tipe 2.
3. Untuk mengetahui perbandingan parameter klinis pasien periodontitis
kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2.
4. Untuk menganalisis hubungan kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus
gingiva dengan parameter klinis pasien periodontitis kronis dengan dan
tanpa DM Tipe 2.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat terhadap Masyarakat
Dapat menjadi alat bantu dalam penegakan diagnosis dan menilai
aktivitas penyakit periodontal pada pasien periodontitis kronis dengan dan
tanpa DM Tipe 2 di masa yang akan datang.

1.5.2 Manfaat terhadap Peneliti


1. Memperoleh informasi tentang kadar MMP-8 pada saliva dan
cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa
DM Tipe 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

2. Membuktikan korelasi kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus


gingiva dengan parameter klinis pasien periodontitis kronis dengan
dan tanpa DM Tipe 2.
3. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan Dokter Gigi Spesialis
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

1.5.3 Manfaat terhadap Institusi


Sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang kadar MMP-8 saliva dan
cairan sulkus gingiva dan parameter klinis pasien periodontitis kronis
dengan dan tanpa DM Tipe 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Periodontitis dan DM merupakan penyakit inflamasi kronis yang memiliki


prevalensi yang tinggi pada populasi terutama usia dewasa. Prevalensi terjadinya
periodontitis di United States diperkirakan sekitar 50% dari populasi dan 7.8%
diantaranya menderita DM.5 Prevalensi DM di Indonesia sebesar 5.7% dan termasuk
dalam 10 negara dengan penderita DM terbesar di dunia. Semakin tingginya
prevalensi DM tipe 2 di Indonesia, dapat dihubungkan dengan meningkatnya
keparahan dan prevalensi periodontitis.10

2.1 Periodontitis Kronis


Periodontitis didefenisikan sebagai suatu penyakit inflamasi pada jaringan
pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme atau kelompok
mikroorganisme spesifik yang dapat mengakibatkan kerusakan pada ligamen
periodontal dan tulang alveolar.2 Periodontitis ditandai dengan adanya pembentukan
poket, kehilangan perlekatan, resopsi tulang alveolar, yang akhirnya dapat
mengakibatkan kehilangan gigi jika tidak dirawat.2,6
Periodontitis kronis merupakan bentuk periodontitis yang paling sering terjadi
dan umumnya menunjukkan proses inflamasi yang berjalan lambat. Akan tetapi
peningkatan rerata kecepatan perkembangan penyakit dapat dipengaruhi oleh faktor
lokal, sistemik, dan faktor lingkungan. Faktor lokal dapat mempengaruhi akumulasi
plak, penyakit sistemik seperti DM dapat mempengaruhi pertahanan host dan faktor
lingkungan (merokok, stres) dapat mempengaruhi respon host terhadap akumulasi
plak.2

2.1.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis


Periodontitis kronis merupakan bentuk periodontitis yang paling sering
dijumpai dan ditandai dengan perkembangan penyakit yang lambat. Periodontitis
kronis yang tidak dirawat akan menunjukkan gambaran klinis yaitu adanya kalkulus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

supra dan subgingiva, pembesaran gingiva, kemerahan, dan hilangnya stipling


gingiva, perubahan margin gingiva, terbentuknya poket periodontal, perdarahan pada
probing, kehilangan perlekatan dan tulang alveolar, mobiliti gigi, malposisi gigi. 2

Gambar 1. Gambaran klinis dan radiografi periodontitis kronis2

2.1.2 Klasifikasi Periodontitis kronis


Periodontitis kronis yang melibatkan kehilangan perlekatan dan kehilangan
tulang sekitar 30% dikategorikan sebagai lokalisata dan jika melebihi 30%
dikategorikan sebagai generalisata dapat dibagi berdasarkan keparahannya yaitu
ringan (kehilangan perlekatan 1-2 mm), sedang (kehilangan perlekatan 3-4 mm), atau
berat (kehilangan perlekatan >5 mm ).2 Periodontitis yang diperparah penyakit
sistemik jika kerusakan periodontal yang terjadi disebabkan dengan jelas oleh faktor
lokal tetapi dieksaserbasi dengan adanya kondisi sistemik diantaranya DM.2,6
Periodontitis parah yang menjangkit 8.5% dari pasien usia dewasa dapat
mempengaruhi kondisi sistemik, karena meningkatkan risiko aterosklerosis, DM,
rheumatoid arthritis dan menganggu kehamilan. 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis Periodontitis Kronis


Periodontitis merupakan penyakit multifaktorial dengan mikroorganisme
spesifik atau kelompok mikroorganisme sebagai penyebab utama.18 Bakteri gram
negatif anaerob yang berperan sebagai penyebab utama terjadinya periodontitis kronis
diantaranya adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Tannerella forsythensis,
Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum,
Campylobacter rectus, dan Treponema denticola.9,18 Akumulasi bakteri yang terus
menerus pada permukaan gigi akan membentuk biofilm subgingiva yang dilapisi oleh
polymeric matrix. 18
Inflamasi dan kerusakan perkembangan pada jaringan pendukung gigi terjadi
akibat adanya interaksi yang tidak seimbang antara respon imun host dan plak
biofilm.3,5 Sekitar 50% kerusakan yang terjadi pada penyakit periodontal dikaitkan
dengan respon host, interaksi kompleks antara produk bakteri dan respon host yang
dapat dimodifikasi faktor kebiasaan dan atau faktor sistemik. 9
Periodontitis diawali dengan adanya akumulasi plak bakteri pada permukaan
gigi. Dinding epitel sulkular akan diinfiltrasi oleh enzim bakteri, bakteri dan
produknya. Sel epitel dan dendritik akan distimulasi oleh bakteri untuk memproduksi
sitokin proinflamatori dan mediator kemis lainnya. Mediator ini akan menginduksi
respon inflamasi pada gingiva. Oleh karena itu, gingiva menjadi oedematous karena
akumulasi dan infiltrasi sel. Sel polimorfonuklear (PMNs) dan leukosit lainnya
seperti monosit, makrofag dan limfosit akan masuk ke jaringan gingiva dengan faktor
kemotaksis diantaranya protein bakteri dan faktor host seperti sitokin dan interleukin-
8. PMNs pada krevikular gingiva akan melakukan fagositosis terhadap bakteri. Enzim
dan PMNs yang telah rusak selanjutnya akan difagositosis oleh makrofag sehingga
mengurangi inflamasi.19
Respon imun dimulai dari sel Langerhans pada jaringan gingiva untuk
memfagosit antigen bakteri dan dibawa ke kelenjar getah bening dan diekspresikan ke
limfosit. Untuk selanjutnya limfosit akan menuju ke gingiva yang terekspos bakteri
patogen dan terjadi diferensiasi sel B menjadi plasma sel untuk memproduksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

antibodi atau diferensiasi sel T untuk memproduksi sel –sel imun. Kemudian antibodi
ini berfungsi untuk membantu fagositosis bakteri patogen. 19
Sel-sel inflamatori akan menginfiltrasi gingiva yang akan menyebabkan
kerusakan komponen struktural seperti fibroblas dan kolagen. Sel-sel inflamatori ini
akan memproduksi matrix degrading enzymes (MMP-8) sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan ikat periodontal. Kerusakan yang terus berlanjut akan
menyebabkan kerusakan epitel penyatu sehingga menyebabkan terbentuknya poket
periodontal. Pada poket periodontal akan diisi oleh kolonisasi bakteri fakultatif dan
anaerob. 20
Periodontitis dapat mempengaruhi tahap inisiasi atau eksaserbasi DM tipe 2
karena dapat menyebabkan peningkatan kadar mediator inflamasi, seperti C-reactive
protein dan IL-6. 10 Proses inflamatori yang terjadi dapat memperburuk kontrol gula
darah pada penderita DM tipe 2. Adanya patogen periodontal dapat menstimulasi
sitokin proinflamatori secara tetap dan menyebabkan resistensi insulin pada jaringan
dan memperburuk kontrol glikemik pasien DM.7,21
Periodontitis dan DM dapat merangsang terjadinya perubahan respon
inflamatori sistemik yang berhubungan dengan peningkatan mediator inflamatori
terdiri dari IL-1, TNF-, IL-6, PGE-s, C-reactive protein, dan fibrinogen. Respon
hiperinflamatori dan upregulasi AGEs-RAGEs dari respon inflamatori terhadap
antigen bakteri pada penderita DM dapat menyebabkan respon inflamatori sistemik
yang lebih berat dan pelepasan mediator inflamasi yang berlebihan. 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Gambar 2. Ilustrasi skematik patogenesis periodontitis. Plak bakteri subgingiva menstimulasi


peningkatan regulasi respon imun-inflamatori pada jaringan periodontal yang ditandai
dengan produksi sitokin inflamatori yang berlebih (interleukin, tumor necrosis factor),
prostanoid (prostaglandin E2) dan enzim matriks metalloproteinase (MMPs). Mediator
pro inflamatori ini berperan terhadap kerusakan jaringan periodontal. Proses ini dapat
dimodifikasi oleh faktor lingkungan (merokok) dan faktor risiko acquired ( penyakit
19
sistemik) dan genetik.

2.2 Diabetes Mellitus


DM merupakan suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi
yang disebabkan karena terganggunya sekresi atau aktivitas insulin. 5,22 Berdasarkan
patofisiologinya diabetes dibagi atas DM Tipe 1, Tipe 2, gestational dan DM Tipe
lain.6 Diagnosis DM ditegakkan dengan menilai kadar glycated hemoglobin; kadar
glukosa puasa sekuens penderita DM berkisar > 7 mmol/L.22 DM dapat menyebabkan
berbagai komplikasi sistemik, morbiditas dan mortalitas akibat hiperglikemi.
Hiperglikemi yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi mikro dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

makrovaskular sehingga akhirnya merusak struktur dan fungsi pada berbagai sistem
organ utama. Komplikasi mikrovaskular disebabkan karena terjadinya kerusakan sel
endotel dan perubahan pada membran dasar sel endotel. 9
Komplikasi DM dapat dihubungkan dengan terjadinya peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemi). Hiperglikemi dapat menyebabkan pembentukan advanced glycation
products (AGEs). AGEs berperan utama menyebabkan semakin rentannya monosit
dan sel endotel terhadap stimulus sehingga menginduksi sel untuk produksi mediator
inflamasi.23
Hiperglikemi yang telah berlangsung lama pada penderita DM dapat
menyebabkan glycation struktur protein dan lipid pada matriks ekstraselular jaringan
ikat, dan jaringan vaskular. Perubahan pada vaskular dapat menyebabkan gangguan
pada fungsi kapiler, kegagalan perfusi jaringan dan pelepasan spesies oksigen reaktif
yang menstimulasi respon inflamatori sistemik.9
Selain itu, monosit dan sel endotel berinteraksi dengan AGEs melalui reseptor
AGEs (RAGEs) untuk merangsang neutrofil dan makrofag sehingga meningkatkan
sekresi sitokin dan mediator inflamasi. AGEs dan peningkatan asam lemak
unsaturated yang biasanya terdapat pada pasien diabetes dapat menginduksi
hipersekretori status monositik yang menyebabkan peningkatan produksi sitokin
inflamatori sebagai respon terhadap antigenik atau stimulus bakteri. 9

2.2.1 DM Tipe 2
DM Tipe 2 disebut pula dengan non-insulin dependent diabetes, merupakan
bentuk penyakit yang paling umum dan terjadi pada 85-90% dari semua kasus
diabetes.6 DM tipe 2 terjadi karena adanya resistensi insulin atau defisiensi insulin
relatif yang disebabkan oleh defek sekresi dan resistensi insulin. Risiko terjadinya
DM tipe 2 meningkat sejalan dengan pertambahan usia dan kurangnya aktivitas fisik
dan lebih sering terjadi pada pasien hipertensi dan dyslipidemia. 24
DM tipe 2 terjadi pada 90% dari jumlah populasi diabetes. Komplikasi diabetes
berkaitan dengan terjadinya peningkatan kadar gula darah dalam jangka panjang atau
yang disebut hiperglikemi. Hiperglikemi menyebabkan pembentukan AGEs. Adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

AGEs mempunyai pengaruh terhadap sel endotel dan monosit, dan membuatnya
semakin rentan terhadap stimulus sehingga menginduksi sel untuk memproduksi
mediator inflamasi. 23
DM Tipe 2 ditandai dengan meningkatnya produksi glukosa pada liver dan
meningkatnya resistensi perifer pada otot terhadap insulin dan selanjutnya
menurunnya sekresi insulin.10 Manifestasi oral dari diabetes melitus diantaranya
adalah xerostomia serta kerentanan terhadap penyakit periodontal. 23
Pada DM Tipe 2 sensitivitas insulin dapat ditingkatkan dengan berbagai
latihan untuk penurunan berat badan dan menurunkan senstitivitas insulin di jaringan
perifer. Obat-obat dapat digunakan untuk meningkatkan metabolisme karbohidrat,
meningkatkan produksi insulin dari pankreas, atau mengurangi resistensi insulin.
Pemberian insulin terkadang dapat dilakukan untuk meningkatkan status glikemik
pada DM Tipe 2.10
Identifikasi terhadap biomarker penyakit periodontal aktif telah menjadi tujuan
penting pada bidang periodonsia. Beberapa komponen pada cairan sulkus gingiva
dapat mengidentifikasi sisi atau risiko pasien atau prediksi perkembangan penyakit
yang akan terjadi. Pada saat ini penelitian telah berfokus pada struktur molekul
spesifik jaringan diantaranya regulator kerusakan jaringan seperti kolagenase dan
matriks metalloproteinase termasuk matriks metalloproteinase-8.10
Pada penderita diabetes dapat terjadi peningkatan defek fungsi PMN,
peningkatan produksi kolagenase, perubahan sintesis kolagen dan glikosaminoglikan,
deregulasi produksi sitokin dan pembentukan AGEs. Meningkatnya AGEs dapat
menyebabkan pembentukan MMP yang lebih besar sehingga menginduksi pelepasan
sitokin melalui rangkaian proses yang dapat memicu sekresi MMP yang lebih besar.
Hal ini dapat berkontribusi terhadap patogenesis penyakit periodontal.10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.3 Hubungan antara periodontitis dan DM


Penelitian epidemiologi telah menunjukkan peningkatan risiko kerusakan
periodontal sebesar 3-4 kali pada pasien dengan DM dibandingkan tanpa DM.9

DM

Hiperglikemi

Sel-sel AGEs Lingkungan

Kegagalan fungsi seluler


Perubahan vaskular
Inflamasi yang berkelanjutan
Kegagalan pembentukan/perbaikan tulang
alveolar
Kegagalan penyembuhan luka

Periodontitis

Gambar 3. Mekanisme terjadinya peningkatan kerentanan periodontitis pada penderita DM 25

2.3.1 Pengaruh DM terhadap Jaringan Periodontal


Keparahan dan kerusakan periodontal dapat dimodifikasi oleh beberapa
masalah sistemik diantaranya DM. DM merupakan gangguan metabolik yang
ditandai dengan toleransi glukosa yang abnormal dan hiperglikemi yang dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi oral dan sistemik. 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Berbagai penelitian telah melaporkan prevalensi, keparahan, dan perkembangan


kerusakan jaringan periodontal yang tinggi pada penderita DM, sehingga menjadikan
DM sebagai salah satu faktor risiko bagi penyakit periodontal.6,7,19,25 DM dapat
meningkatkan risiko terjadinya periodontitis sebesar 2-3 kali lipat dan risiko
kehilangan perlekatan dan tulang alveolar yang lebih besar. 21 Begitu pula sebaliknya,
periodontitis dapat mempengaruhi keparahan DM.7,19,22

2.3.1.1 Pengaruh terhadap Mikroflora


Berbagai penelitian melaporkan adanya hubungan antara kontrol glikemik
dengan perubahan mikroflora yang dapat meningkatkan kerentanan penderita DM
terhadap periodontitis. Perubahan lingkungan oral pada penderita DM terjadi karena
perubahan aliran saliva dan tingginya kadar glukosa pada cairan sulkus gingiva dapat
menyebabkan perubahan flora mikrobial.26
Kadar glukosa pada cairan sulkus gingiva dan darah lebih tinggi pada penderita
DM dibandingkan non DM dengan skor plak dan gingiva yang sama. Peningkatan
kadar glukosa pada cairan gingiva dan darah penderita DM inilah yang dapat
merubah lingkungan mikroflora, dengan menginduksi perubahan kualitatif bakteri
yang berkontribusi terhadap penyakit periodontal pada penderita DM tidak terkontrol.
Sampai saat ini, tidak ada bukti yang mencukupi untuk mendukung peranan
mikroflora spesifik yang berperan terhadap kerusakan jaringan periodontal pada
penderita DM.2
Patogen periodontal seperti Prevotella intermedia, Actinobacillus
Actinomycetemcomitans, Phorphyromonas Gingivalis dan Fusobacterium Nucleatum
terbukti dapat menginduksi aktivasi neutrofil mensekresi MMP-8. Adanya bakteri
pada sulkus gingiva dan lipopolisakarida bakteri memicu monosit, PMN, makrofag
dan sel-sel lain untuk melepaskan mediator inflamasi seperti IL-1, TNF-, dan PGE2.
IL-1 dan TNF-, dapat menginduksi sel fibroblas menghasilkan MMP-8 yang
memiliki peran penting dalam kerusakan jaringan periodontal dan PGE2 berperan
pada resopsi tulang alveolar.27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

2.3.1.2 Advanced Glycation End Products (AGEs)


Hiperglikemi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol dan kombinasinya
dengan peningkatan serum low density lipoprotein dan triglycerides akan
menginduksi terjadinya irreversible glycation dari protein seperti kolagen dan lemak
untuk membentuk AGEs.28
Akumulasi AGEs pada jaringan penderita DM inilah yang menjadi penghubung
utama dengan berbagai komplikasi DM. Inilah juga yang terlibat pada perubahan
jaringan pada periodonsium. Pada penderita DM yang tidak terkontrol akan
menunjukkan kadar AGEs yang lebih tinggi dan lebih rentan terhadap periodontitis.
Efek biologis AGEs dimediasi oleh reseptor AGEs (RAGE) yang dapat ditemukan
pada permukaan sel-sel otot halus, sel endotel, neuron, monosit dan makrofag.28
Pada pasien DM terjadi peningkatan kadar AGEs pada gingiva yang dapat
meningkatkan status stres oksidatif, yang merupakan mekanisme yang berpotensi
mempercepat cedera jaringan. AGEs dapat berinteraksi dengan reseptor sel spesifik
seperti makrofag, yang dapat menstimulasi produksi enzim MMPs dan sitokin IL-1.9
Defek apoptosis PMN menyebabkan peningkatan retensi PMNs pada jaringan
periodontal sehingga menyebabkan kerusakan jaringan akibat pelepasan MMPs yang
terus menerus.29

2.3.1.3 Pengaruh terhadap Respon Host


2.3.1.3.1 PMNs
PMNs berperan sebagai sel pertahanan utama dan penurunan fungsinya dapat
menjelaskan semakin meningkatnya kerentanan penderita DM terhadap infeksi.30
2.3.1.3.2 Monosit, Makrofag dan Sitokin
Konsentrasi sitokin yang tinggi (IL-1, PGE2, TNF-) dapat dideteksi pada
cairan sulkus gingiva penderita diabetes dengan periodontitis dibandingkan bukan
penderita diabetes. Pelepasan sitokin ini sebagai respon terhadap lipopolisakarida
bakteri (LPS) oleh monosit yang lebih tinggi secara signifikan pada penderita
diabetes dibandingkan non-diabetes. Respon hiperinflamatori ini akibat interaksi
AGEs-RAGEs pada monosit dan makrofag. Ini akan membentuk sel destruktif dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

meningkatnya sensitifitas terhadap stimulus, sehingga menyebabkan pelepasan


sitokin yang berlebihan. 24
Ikatan AGEs-RAGEs pada permukaan makrofag dapat merubah fenotipe
makrofag. Inilah yang menyebabkan disregulasi produksi sitokin makrofag dan
meningkatnya kerusakan jaringan dan tulang alveolar. Hal ini dapat mengubah fungsi
makrofag dan memperlambat penyembuhan luka. 31
Teradapat penelitian yang menunjukkan defek aktivitas polimorfonuklear
leukosit (PMN) pada pasien DM meliputi kegagalan kemotaksis, fagositosis dan
fungsi microbicidal.21,25
Pada periodontitis dengan DM dapat terjadi kegagalan kemotaksis dan
fagositosis neutrofil yang berhubungan dengan peningkatan kedalaman probing,
kehilangan perlekatan, dan indeks gingiva. Selain itu, tingginya kadar matriks
metalloproteinase (MMPs) pada jaringan periodontal menjadi penyebab kehilangan
perlekatan dengan mencetuskan ketidakseimbangan antara produksi dan degradasi
kolagen. 23
2.3.1.3.3 Pengaruh terhadap metabolisme kolagen
Kolagen adalah struktur protein utama pada periodonsium dan disintesis oleh
fibroblas gingiva. Sintesis kolagen dapat menurun pada penderita DM. Kondisi
hiperglikemi akan menyebkan penurunan produksi kolagen dan glikosaminoglikan
oleh fibroblas gingiva. Kadar kolagenase yang meningkat pada gingiva penderita DM
akan meningkatkan degradasi kolagen pada periodonsium. Oleh karena itu
homeostastis antara destruksi dan pembentukan jaringan menjadi terganggu pada
penderita DM. Peningkatan kerusakan jaringan oleh kolagenase dan menurunnya
pembentukan kolagen oleh fibroblas akan menyebabkan semakin parahnya kerusakan
jaringan dan perkembangan periodontitis. Pembentukan AGEs pada kolagen
menyebabkan peningkatan cross linking antara molekul kolagen dan mengurangi
solubilitasnya. Hal ini dapat mengganggu homeostatis proses turnover kolagen yang
normal.32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Hiperglikemi pada penderita DM menyebabkan terganggunya siklus


pergantian, pembentukan dan penyembuhan tulang menjadi terganggu disebabkan
karena hambatan terhadap proliferasi sel osteoblas dan produksi kolagen. 9
Pada kondisi hiperglikemi terjadi penurunan produksi kolagen oleh fibroblas dan
peningkatan degradasi kolagen oleh MMPs yang jumlahnya meningkat pada
penderita DM.8
Perubahan metabolisme kolagen menyebabkan gangguan pada homeostatis
normal siklus kolagen sehingga kolagen yang baru tersintesis terdegradasi karena
peningkatan level MMPs aktif, sedangkan highly cross-linked kolagen yang
dimodifikasi AGEs berakumulasi pada jaringan. Perubahan pada homeostatis ini
dapat mengubah proses penyembuhan sebagai respon terhadap bakteri pada
periodonsium.21
Pada kondisi hiperglikemi berbagai protein dan molekul matriks mengalami
glycosylation nonenzymatic sehingga menyebabkan pembentukan AGEs. AGEs juga
terbentuk pada kadar glukosa yang normal, tetapi pada kondisi hiperglikemi, terjadi
pembentukannya yang berlebihan dan dapat mempengaruhi berbagai molekul, seperti
protein, lemak dan karbohidrat. Adanya cross-linked kolagen dengan AGEs
menyebabkan kolagen menjadi kurang larut untuk digantikan atau diperbaiki.
Migrasi sel melalui crosslinked kolagen menjadi terhambat dan menganggu
integritas jaringan sebagai akibat dari kolagen yang rusak yang tetap berada pada
jaringan dalam waktu yang lama. Sebagai akibatnya kolagen pada penderita DM yang
tidak terkontrol menjadi lebih rentan terhadap serangan bakteri. Pengaruh kumulatif
dari perubahan respon sel terhadap faktor lokal, terganggunya integritas jaringan, dan
perubahan metabolisme kolagen jelas memiliki peranan penting terhadap terjadinya
kerentanan pendeirta DM terhadap infeksi dan penyakit periodontal.33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Gambar 4. Kondisi periodontal pada


penderita DM; A. Pasien DM (kadar gula
darah >400 mg/dL); terlihat adanya
inflamasi gingiva, perdarahan spontan, dan
edema, B. Pasien yg sama dengan gambar
A. Peningkatan kontrol glikemik setelah 4
hari terapi insulin, (kadar gula darah <100
mg/dL). Kondisi klinis periodontal
meningkat tanpa terapi lokal. C. Pasien
dewasa dengan DM tidak terkontrol. Terdapat pembesaran, licin dan eritematous
margin gingiva dan papila pada daerah depan. D. Pasien yang sama dengan C,
pandangan lingual rahang bawah kanan. Terdapat inflamasi dan pembengkakan
jaringan pada daerah depan dan premolar. E. Pasien dewasa dengan DM yang tidak
terkontrol. Terdapat abses pada permukaan bukal gigi premolar rahang atas. 2

2.4 Matriks Metalloproteinase-8 (MMP-8)


Matriks metalloproteinase (MMPs) merupakan enzim proteolitik utama yang
berperan penting pada regulasi dari kerusakan jaringan pada periodontitis.3,5 Pada
kondisi fisiologis, kadar MMPs rendah dan berhubungan dengan remodeling jaringan
yang sehat. Pada kondisi patologis seperti pada periodontitis terjadi peningkatan
kadar MMPs yang signifikan dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan. 6 MMPs
dapat dibagi atas kolagenase (MMP-1,-8,-13), gelatinase (MMP-2, -9), stromelysin
(MMP-3, -10, -11), matrilysin (MMP-7), dan membrane type MMPs.6,34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Kadar MMP total dapat dihitung dengan enzyme-linked immunosorbent


(ELISA).14 MMPs berperan terutama pada degradasi serat–serat kolagen. Aktivitas
dan kadar MMPs yang tinggi pada cairan sulkus gingiva dapat terjadi terutama pada
kondisi inflamasi seperti pada periodontitis. Untuk itu deteksi dan pengurangan level
MMP merupakan hal penting untuk menghambat perkembangan dari penyakit.30
Patogen periodontal mempunyai kemampuan untuk memicu kerusakan jaringan
dengan menginduksi sel host untuk meningkatkan pelepasan matriks
metalloproteinase (MMPs) yang merupakan mekanisme kerusakan jaringan secara
tidak langsung. 9
Selama adanya inflamasi pada jaringan periodontal maka akan terjadi
peningkatan kadar MMPs pada cairan sulkus gingiva, saliva, serum dan plasma.
Integritas jaringan terjadi karena adanya keseimbangan antara MMPs dan tissue
inhibitor matrix metalloproteinase (TIMPs). Seiring dengan proses inflamasi, terjadi
penurunan kadar TIMPs sehingga terjadi peningkatan aktivitas MMPs dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang tidak terkontrol. 7
Matriks Metalloproteinase-8 (MMP-8) merupakan biomarker periodontitis yang
potensial dan mempunyai korelasi positif dengan parameter klinis seperti perdarahan
5,6
pada probing, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan dan dapat meningkat
sesuai dengan keparahan periodontitis.25 MMP-8 merupakan kolagenase utama pada
proses penghancuran kolagen jaringan periodontal pada cairan sulkus gingiva dan
saliva.4
MMP-8 merupakan kolagenase yang disekresi oleh neutrofil yang dapat
menjadi biomarker untuk inflamasi periodontal. MMP-8 terutama aktif untuk
melawan dan dapat menguraikan kolagen tipe I dan III. TIMPs mengatur aktivitas
MMP-8 tetap dalam kadar terkontrol pada periodonsium yang sehat.7 Kumar MS dan
Gelli V (2006) melaporkan bahwa peningkatan kehilangan perlekatan klinis (CAL)
dan kedalaman probing (PD) pada penderita DM secara langsung merefleksikan
adanya kerusakan yang luas dari ekstraselular matriks disebabkan karena tingginya
kadar MMP.18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Hal ini senada dengan Gupta N, dkk (2015) yang melaporkan bahwa terjadinya
peningkatan kadar MMP-8 pada pasien diabetes yang bersamaan dengan indeks
periodontal. Hal ini mengindikasikan bahwa keparahan periodontitis meningkat
sesuai kadar MMP-8 dan adanya hubungan antara parameter periodontal dengan
MMP-8. 34
Selain itu, terjadinya peningkatan konsentrasi MMP-8 pada gingiva pasien
periodontitis kronis dengan DM menunjukkan bahwa ekspresi biomarker ini
berkontribusi terhadap kegagalan proses penyembuhan pada kondisi DM. Strategi
perawatan untuk menghambat MMPs ini dapat menjadi cara untuk meningkatkan
rerata penyembuhan pada penderita periodontitis kronis dengan DM. 18

2.5 Saliva dan cairan sulkus gingiva (CSG) sebagai biomarker penyakit
periodontal
Saliva dan cairan sulkus gingiva merupakan alat diagnostik terbaru untuk
melihat kondisi jaringan periodontal.35 Penelitian mengenai saliva dalam mendeteksi
penyakit periodontal dilakukan karena mudah untuk dikumpulkan dan dapat
menganalisis beberapa tanda biologis lokal dan atau sistemik seperti protein, enzim,
senyawa inorganik, senyawa non-protein organik, sel host, hormon, produk bakteri,
dan komponen yang mudah menguap serta ion-ion.35,36
Saliva memiliki keuntungan dibandingkan serum karena saliva dapat
dikumpulkan dengan sederhana, tidak invasif, harga lebih terjangkau, kerjasama yang
baik dengan pasien, mudah penyimpanannya, serta tidak membutuhkan peralatan
khusus untuk mengumpulkannya.37
Beberapa fungsi saliva antara lain ialah sebagai pelindung, lubrikasi,
pembersih, buffer, pencernaan, perbaikan jaringan dan antibakteri. 38 Whole saliva
merupakan campuran cairan mulut termasuk sekresi dari kelenjar saliva mayor dan
minor dan juga beberapa unsur selain saliva seperti cairan sulkus gingiva, cairan
bronkial dan sekresi nasal, serum, bakteri dan produknya, virus dan jamur. 39,40
Saliva dapat dikumpulkan dengan atau tanpa rangsangan. Saliva yang
dirangsang dikumpulkan dengan mengunyah seperti mengunyah parafin atau dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

rangsangan indera perasa seperti aplikasi citric acid pada lidah pasien. Dua cara
mengumpulkan whole saliva yang terbaik dengan metode draining/drooling, yaitu
saliva dibiarkan menetes keluar dari bibir bawah, metode spitting yaitu subjek
memasukkan cairan saliva ke dalam tabung tes, metode swabbing dengan meletakkan
cotton roll di bawah lidah selama 5 menit, kemudian roll dipindahkan ke tabung
salivette dan disentrifugasi dan metode suction yaitu saliva dikumpulkan
menggunakan saliva aspiration set yang diletakkan pada dasar mulut selama 5
menit.37,39 Sampel saliva yang tidak dirangsang dikumpulkan antara jam 9 sampai
jam 10 pagi. Pasien diminta untuk tidak makan, minum, merokok, ataupun
melakukan prosedur higiene oral satu jam sebelum pengumpulan saliva. 41
Cairan sulkus gingiva (CSG) merupakan eksudat yang dikeluarkan dari gingiva
yang dapat ditemui pada margin gingiva. CSG mengalir melalui epitel dan masuk ke
puncak gingiva secara perlahan (0,24-1,56 l/menit pada jaringan yang tidak
terinflamasi). Neutrofil migrasi ke daerah ini dengan jalur yang sama. CSG ini dapat
menggambarkan kondisi jaringan periodontal, sebagai indikator dan penanda
kerusakan tulang dan jaringan ikat.42 Komposisi CSG akan berubah selama inflamasi.
CSG dapat dikumpulkan dengan beberapa metode seperti:
a. Paper strip
Paper strip dapat digunakan untuk mengumpulkan cairan sulkus gingiva dengan
cara memasukkan paper strip tersebut ke dalam sulkus gingiva selama 30 detik.42

Gambar 5. Pengambilan CSG dengan Paper strips42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

b. Microcapillary pipette
Cairan sulkus gingiva dikumpulkan dengan menempatkan microcapillary pipette
ukuran 5 l pada bagian ekstrakrevikular tanpa distimulasi selama 5-20 menit.
Pasien di posisikan tegak pada dental unit, dan bagian yang akan diperiksa
dikeringkan dengan cotton roll. Tanpa menyentuh gingiva margin, plak
supragingiva dibersihkan untuk mencegah kontaminasi, kemudian diletakkan
microcapillary pipette.43

Gambar 6. Pengambilan CSG dengan microcapillary pipette43

c. Washing methode
Cairan sulkus gingiva diambil dengan mencuci bagian intrakrevikular. Sisi yang
akan diambil sampel cairan sulkus gingiva diisolasi dengan cotton rolls dan
dikeringkan terlebih dahulu. Disposable polypropylene tips steril berisi larutan
phosphate buffer saline steril 10 ml, disemprotkan ke dalam krevikular gingiva,
kemudian disedot kembali. Tahap ini diulangi lagi sebanyak tiga kali pada satu
gigi, agar seluruh komponen cairan sulkus gingiva dapat tersedot masuk ke
dalam disposable polypropylene tips. Kemudian dipindahkan dalam disposable
polypropylene tube steril dan segera disimpan dalam freezer dengan suhu

40oC.44,45
d. Paper point
Sebelumnya, gigi dibersihkan dengan cotton roll steril untuk menghilangkan plak
supragingiva. Paperpoint steril dimasukkan ke dalam poket dan dibiarkan selama
60 detik. Paperpoint yang telah diaplikasikan dalam sulkus gingiva dimasukkan
dalam tabung eppendorf 0,5 mL dan ditutup serta diberi solatip paraffin
dimasukkan dalam ice box dan disimpan dalam deep freezer dengan suhu -30 C.46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

2.6 Indeks-Indeks Periodontal


2.6.1 Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S)
Oral Hygiene Index (OHI) menurut Greene dan Vermilion terdiri atas dua
komponen yaitu Debris Indeks (DI) dan Kalkulus Indeks (CI). Skor OHI perorangan
adalah penjumlahan skor DI dan CI perorangan. 47
Tabel 1. Kriteria Indeks Debris (DI) 47
Skor Keadaan
0 Tidak ada debris atau stain
1 Terdapat debris lunak yang menutupi < 1/3 permukaan gigi, atau tidak ada
debris tetapi ada stain yang menutupi sebagian atau seluruh permukaan gigi
2 Terdapat debris lunak yang menutupi > 1/3, tetapi < 2/3 permukaan gigi
3 Terdapat debris lunak yang menutupi > 2/3 atau seluruh permukaan gigi

Tabel 2. Kriteria Indeks Kalkulus (CI) 47


Skor Keadaan
0 Tidak ada kalkulus
1 Terdapat kalkulus supragingiva yang menutupi <1/3 permukaan gigi
2 Terdapat kalkulus supragingiva yang menutupi >1/3, namun <2/3
permukaan gigi, atau terdapat sedikit kalkulus subgingiva
3 Terdapat kalkulus supragingiva yang menutupi >2/3 atau seluruh
permukaan gigi, atau pada permukaan gigi ada kalkulus subgingiva yang
melingkari seluruh servikal

Tabel 3. Skor tingkat kebersihan gigi dan mulut (OHI) dapat ditentukan dari
DI dan CI dengan kriteria berikut: 47
Skor OHIS Kebersihan gigi dan mulut
0 - 1,2 Baik
1,3 - 3,0 Sedang
3,1 - 6,0 Buruk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

2.6.2 Indeks Gingiva


Indeks Gingiva digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi.
Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi gigi yang diperiksa.

Tabel 4. Kriteria Indeks Gingiva47


Skor Keadaan
0 Gingiva normal
1 Inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan warna, sedikit
oedema; pada palpasi tidak terjadi perdarahan.
2 Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema dan berkilat; pada
palpasi terjadi perdarahan.
3 Inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merak menyolok, oedematus, terjadi
ulserasi; gingiva cederung berdarah spontan

Tabel 5. Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor
Indeks Gingiva dengan kriteria berikut:47
Skor Indeks Gingiva Kondisi Gingiva
0,1-1,0 Gingivitis ringan
1,1-2,0 Gingivitis sedang
2,1-3,0 Gingivitis parah

2.6.3 Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi


Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) dikemukakan oleh Saxer
dan Muhlemann didasarkan pada pengamatan perdarahan gingiva yang timbul
setelah prob periodontal diselipkan dari arah vestibular ke col sebelah mesial
dari gigi yang diperiksa. Prob perlahan-lahan digerakkan sepanjang
permukaan vestibular gigi.
Tabel 6. Kriteria IPPD 47
Skor Keadaan

0 Tidak terjadi perdarahan


1 Perdarahan berupa titik kecil
2 Perdarahan berupa titik yang besar atau garis
3 Perdarahan menggenang di interdental

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

2.7 Kerangka Teori

Plak Bakteri

Respon imun-inflamatori host

DM Tipe 2
Tanpa DM
(Hiperglikemi)

Perubahan fungsi AGEs-RAGEs Penurunan


PMN sintesis
kolagen
sintesis
Produksi sitokin
proinflamatori

MMP Produksi sitokin proinflamatori


MMP

MMP-8 saliva dan MMP-8 saliva dan


cairan sulkus gingiva cairan sulkus gingiva

Periodontitis

Parameter klinis Parameter klinis


 Inflamasi (peningkatan indeks  Inflamasi (peningkatan indeks
gingiva dan indeks pendarahan) gingiva dan indeks pendarahan)
 Destruksi progresif jaringan ikat  Destruksi progresif jaringan ikat
periodontal (kedalaman poket, periodontal (kedalaman poket,
kehilangan perlekatan) kehilangan perlekatan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2.8 Kerangka Konsep

 Periodontitis Kronis tanpa  Kadar MMP-8 pada saliva dan cairan


DM Tipe 2 sulkus gingiva
 Periodontitis Kronis dengan  Parameter klinis (OHIS, PBI, indeks
DM Tipe 2 gingiva, kedalaman poket dan
kehilangan perlekatan

Variabel yang mempengaruhi:


 - Metode pengambilan saliva dan cairan sulkus gingiva
 - Keterampilan peneliti
 - Konsumsi makanan atau diet
 - Obat DM yang dikonsumsi
 - Cara menyikat gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan observatif analitik, dengan menggunakan rancangan
penelitian cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
1. Instalasi Periodonsia RSGM USU :
Untuk melakukan pemeriksaan parameter klinis dan pengambilan
sampel saliva dan cairan sulkus gingiva, pada pasien periodontitis
kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2.
2. Unit Rawat Jalan Divisi Endokrin RSUP-H Adam Malik:
Untuk melakukan pemeriksaan parameter klinis dan pengambilan
sampel saliva dan cairan sulkus gingiva pada pasien periodontitis
kronis dengan DM Tipe 2.
3. Laboratorium Terpadu FK USU:
Untuk melakukan prosedur pemeriksaan kadar MMP-8 pada saliva
dan cairan sulkus gingiva.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018 – Juni 2018

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh pasien periodontitis kronis dengan
dan tanpa DM Tipe 2 yang datang berobat ke Instalasi Periodonsia RSGM
FKG USU dan Unit Rawat Jalan Divisi Endokrin RSUP-H Adam Malik
pada bulan Januari 2018 – Maret 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

3.3.2 Sampel
Sampel saliva dan cairan sulkus gingiva diambil dari pasien
periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2 yang dirawat di Instalasi
Periodonsia RSGM FKG USU dan Unit Rawat Jalan Divisi Endokrin
RSUP-H Adam Malik yang memenuhi kriteria inklusi. Penentuan sampel
penelitian dilakukan dengan purposive sampling.

3.4 Kriteria inklusi dan eksklusi


Kriteria inklusi:
1. Usia > 35 tahun
2. Jumlah gigi dalam mulut minimal 15 gigi
3. Tidak melakukan perawatan periodontal 3 bulan terakhir
4. Sampel Pasien DM dengan kriteria DM Tipe 2
Kriteria eksklusi:
1. Pasien hamil dan menyusui
2. Pasien yang memiliki kebiasaan merokok
3. Mengkomsumsi alkohol
4. Mengkonsumsi vitamin, antibiotik dan antiinflamasi sebulan terakhir
5. Menggunakan obat kumur secara teratur

3.5 Besar Sampel


Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel yang
berasal dari pasien yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2018 - Juni 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

n = 2. 2 (Z+ Z)2
(1-2)2

 = 5% (1,96)
 = 10% (1,282)
 = standar deviasi dari penelitian sebelumnya
1-2 = selisih rerata = 10%
n = 2. (45.7)2 (1,96+1,282)2
(40)2
n = 27,4

Dengan menggunakan rumus diatas didapatkan besar sampel yaitu sampel


saliva dan cairan sulkus gingiva berasal dari 30 orang periodontitis kronis tanpa DM
Tipe 2 dan 30 orang periodontitis kronis dengan DM Tipe 2.

3.6 Identifikasi variabel penelitian


1. Variabel bebas : Periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2.
2. Variabel tergantung : Kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus
gingiva, parameter klinis
3. Variabel terkendali : Metode pengambilan saliva dan cairan sulkus
gingiva
4. Variabel tidak terkendali : Cara menyikat gigi, konsumsi makanan/diet, obat
DM yang dikonsumsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

3.7 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Nilai Skala Alat Ukur


Operasional Ukur Ukur
1. Periodontitis Terdapat Prob periodontal (mm) Rasio Prob
kronis kehilangan dimasukkan periodontal
perlekatan kedalam poket
dan dinilai
kedalaman poket
dan kehilangan
perekatannya
2. DM Tipe 2 Non – Insulin Mengukur kadar mg/dl Numerik Glukometer
– Dependent gula darah
KGD sewaktu
> 299 mg/dl
dan KGD
puasa > 126
mg/dl
3. Saliva Saliva yang Metode Spitting Ml Rasio Wadah saliva
merupakan
whole saliva.

4. Cairan sulkus Cairan yang Cairan sulkus L Rasio Micropippete


gingiva terdapat pada gingiva diambil
poket menggunakan
periodontal microcapillary
ukuran 10 uL
yang diselipkan
kedalam sulkus
dan disedot

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

menggunakan
micropippete
5. Kadar MMP- Kadar MMP- Analisis ng/ml Rasio ELISA
8 pada saliva 8 yang dilakukan
dan cairan terkandung di menggunakan
sulkus dalam saliva Reagen MMP-8
gingiva dan cairan assay kit
sulkus (Elabscience)
gingiva dengan ELISA

6. Indeks Indeks yang Prob periodontal Skor Ordinal Prob


Perdarahan digunakan dimasukkan IPPD Periodontal
Papila (PBI) untuk menilai kedalam poket
(Saxer dan perdarahan digerakkan
Muhlemann) gingiva mesial ke distal
dan mengamati
perdarahan
gingiva
7. Indeks Indeks yang Mengamati Skor ordinal -
Gingiva digunakan inflamasi gingiva Indeks
(Loe dan untuk menilai dan palpasi gingiva
Sillness) keparahan gingiva
inflamasi
gingiva
8. Simplified Indeks yang Menggesekkan Skor Ordinal -
Oral Hygiene digunakan sonde pada OHIS
Index untuk menilai permukaan gigi
(OHI-S) tingkat
(Greene dan kebersihan
Vermilion) mulut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

3.8 Bahan dan Alat Penelitian


3.8.1 Bahan Penelitian
1. Saliva (ml)
2. Cairan sulkus gingiva (µL)
3. Cotton roll
6. Reagen MMP-8
7. Masker
8. Sarung tangan
9. Celemek
10. Kassa
3.8.2 Alat Penelitian
NO ALAT FUNGSI
Pemeriksaan status periodontal
1 Kaca Mulut
Membantu pemeriksaan visual di
dalam rongga mulut

2 Prob periodontal UNC -15


Mengukur kedalaman poket dan
kehilangan perlekatan

3 Sonde
Memeriksa adanya debris dan
kalkulus

4 Pinset
Membantu memegang bahan
ukuran kecil (cotton roll, kassa,dll)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Pengambilan dan analisis sampel


5 Wadah saliva
Wadah pengumpulan sampel saliva

6 Tabung mikrosentrifuge
Wadah untuk pengumpulan sampel
cairan sulkus gingiva dan proses
analisis sampel MMP-8

7 Micropippet dengan tip berkapasitas 100-1000


L, 20-200L, 1-10L Untuk memindahkan cairan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

8 Lemari pendingin -800C


Tempat penyimpanan khusus
sampel saliva dan cairan sulkus
gingiva

9 Sentrifuge Thermo Scientific Memisahkan komponen


sel/protein, dll menggunakan
prinsip kerja sentrifugasi

10 Human MMP-8 Kit Kit MMP-8 untuk mengisolasi


MMP-8 dari saliva dan cairan
sulkus gingiva

11 Vortex Menghomogenkan kembali larutan


di dalam tabung microsentrifuge

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

13 Incubator
Inkubasi sampel MMP-8

14 Microplate
Tempat mereaksikan reagen

15 ELISA Reader dan Washer -Menentukan kadar MMP-8 yang


terkandung dalam saliva dan cairan
sulkus gingiva

-Membersihkan microplate

3.9 Prosedur Penelitian


Subjek dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh subjek diberi
kuesioner, penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur yang dilakukan selama
penelitian dan informed consent.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

3.9.1. Pemilihan Pasien Periodontitis Kronis


Pasien yang berobat ke Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU dan didiagnosis
sebagai periodontitis kronis, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu dengan glukometer untuk memastikan pasien tanpa DM.

3.9.2 Pemilihan Pasien Periodontitis Kronis dengan DM


Pasien DM Tipe 2 yang berobat di Instalasi Penyakit Dalam RSUP-H Adam
Malik dan di diagnosis sebagai DM Tipe 2. Dilakukan pemeriksaan periodonsium
untuk mendiagnosis periodontitis kronis.

3.9.3 Proses Pengumpulan Saliva


Seluruh subjek diinstuksikan untuk mengumpulkan saliva dengan metode
spitting yaitu mengumpulkan saliva pada dasar mulut dan meludahkannya pada
wadah saliva sampai sebanyak + 2mL.

3.9.4 Proses Pengumpulan Cairan Sulkus Gingiva


Cairan sulkus gingiva diambil pada gigi dengan poket yang terdalam pada
pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2. Sebelum cairan sulkus
gingiva dikumpulkan, gigi dibersihkan dari plak dan dikeringkan, kemudian diisolasi
dengan cotton roll.
Cairan sulkus gingiva diambil dengan menggunakan micropippete dengan tip
ukuran 1-10 l dengan memasukkan ujung tip secara perlahan kedalam sulkus
gingiva. Selama pengambilan, cairan sulkus gingiva tidak boleh terkontaminasi darah
dan plak. Kemudian micropippete ditarik dari sulkus gingiva dan sampel dimasukkan
ke tabung microsentrifuge sebanyak 10 µL dan disimpan dalam cooling box.
3.9.5 Pemeriksaan Kadar MMP-8
Sampel saliva dan cairan sulkus gingiva dibawa dengan menggunakan cooling
box ke Laboratorium Terpadu FK USU. Saliva dan cairan sulkus gingiva disimpan di
dalam freezer(-80°C) karena tidak segera dilakukan pemeriksaan. Saliva dipindahkan
ke dalam tabung microsentrifuge sebanyak 10 µL menggunakan micropippet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Setelah jumlah sampel tercukupi barulah pemeriksaan saliva dan cairan sulkus
gingiva dilakukan. Setelah itu dilakukan sentrifugasi 3000 rpm pada suhu 4oC selama
20 menit untuk memisahkan debris pada saliva dan cairan sulkus gingiva.
Pembuatan standar solution dengan mengambil 10µL sampel yang kemudian
ditempakan tabung microsentrifuge. Selanjutnya dilakukan persiapan reagen yang
terdiri dari dilusi 30mL konsentrat wash buffer ke dalam 750 mL wash buffer
menggunakan distilled water, dan sentrifugasi standard 10,000xg selama 1 menit
kemudian tambahkan 1 mL reference standard dan sample diluent, dilusi reference
standard ke berbagai konsentrasi, kemudian dilusi Biotinylated Detection Ab (1:100)
dan dilusi Biotinylated Detection Ab (1:100), serta dilusi Concentrated HRP
Conjugate (1:100).
Prosedur pemeriksaan dimulai dengan menambahkan 100 µL standard solution
atau sampel kedalam setiap well dan inkubasi pada suhu 37 selama 90 menit.
Pisahkan cairannya kemudian tambahkan 100 µL Biotinylated Detection Ab dan
inkubasi pada suhu 37 selama 1 jam. Aspirasi dan wash sebanyak tiga kali.
Tambahkan 100 µL HRP Conjugate dan inkubasi 37 selama 30 menit. Aspirasi dan
wash sebanyak lima kali, kemudian tambahkan 90 µL substrate reagent MMP-8 dan
inkubasi 37 selama 15 menit. Tambahkan 50 µL stop solution. Kemudian dilakukan
pembacaan kadar pada ELISA reader dengan panjang gelombang 450 nm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

A B C D

E F G H
F

I J K

L M

Gambar 7. Pemeriksaan kadar MMP-8. A.Sampel saliva dimasukkan ke tabung


microsentrifuge, B.Sentrifugasi sampel saliva dan cairan sulkus, C.Sampel yang
telah disentrifugasi, D.Pembuatan standard solution, E.Sampel dimasukkan ke
microplate, F. microplate dimasukkan ke inkubator, G.dilusi Biotinylated
Detection Ab, H.dilusi HRP Conjugate, I. HRP Vortex, J. Aspirasi dan wash, K.
Pencampuran dengan reagent MMP-8, L. Penambahan stop solution, M.
Pemeriksaan kadar MMP-8 menggunakan ELISA reader.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

3.10 Skema Alur Penelitian


Skema alur penelitian yang akan dilakukan

Ethical Clearance

Mencari subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi dan


eksklusi dengan bantuan kuesioner

Meminta kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian


dengan menandatangani lembar persetujuan

Mengambil saliva dan cairan sulkus gingiva

Melakukan pemeriksaan parameter klinis subjek penelitian

Memeriksa kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus


gingiva di Laboratorium Terpadu FK USU

Pencatatan hasil pemeriksaan

Dilakukan pengolahan data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

3.11 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistem
komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis data pada penelitian ini
dilakukan setelah pemeriksaan kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva di
Laboratorium Terpadu FK USU. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk untuk
melihat distribusi data kelompok. Selanjutnya dilakukan uji perbedaan karakteristik
subjek penelitian dengan T-test, parameter klinis dan kadar MMP – 8 dengan uji
Mann-Whitney U. Uji korelasi dengan metode Spearman untuk melihat korelasi
antara kadar MMP-8 saliva dan cairan sulkus gingiva dengan parameter klinis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan kadar MMP-8 pada


pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2 dan hubungan kadar MMP-8
dengan parameter klinis. Kelompok subjek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Subjek periodontitis kronis merupakan pasien yang ada di Instalasi
Periodonsia RSGM FKG USU sebanyak 30 orang. Subjek periodontitis kronis
dengan DM Tipe 2 merupakan pasien yang dirawat di RSUP H-Adam Malik
sebanyak 33 orang.

4.1 Karakteristik subjek penelitian


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, frekuensi
menyikat gigi, pengalaman skeling dan kadar gula darah dipaparkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik subjek penelitian


Periodontitis Kronis Periodontitis Kronis
Karakteristik dengan DM Tipe 2 tanpa DM Tipe 2
(n=33) (n =30)

Usia (tahun) 55.91 + 8.38 49.30 + 7.54


Jenis Kelamin (%)
Laki-laki 17 (51.5) 15 (50)
Perempuan 16 (48.5) 15 (50)
Frekuensi Menyikat Gigi (%)
1 kali sehari 0 (0) 7 (23.3)
>2 kali sehari 33 (100) 23 (76.7)

Pengalaman skeling (%)


6-12 bulan yang lalu 0 (0) 0 (0)
>12 bulan yang lalu 15 (45.5) 7 (23.3)
18 (54.5) 23(76.7)
Tidak pernah

KGD sewaktu (mg/dl) 253.61 + 74.93 98.9 + 11.18


*KGD: Kadar Gula Darah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Jumlah subjek penelitian hampir sebanding antara laki-laki dan perempuan.


Rerata usia pasien periodontitis kronis tanpa DM Tipe 2 adalah 49 tahun dan rerata
usia pada subjek periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 adalah 55 tahun. Sebagian
besar subjek penelitian menyikat gigi lebih dari 2 kali sehari dan tidak pernah
melakukan perawatan skeling (65.1%). Rerata kadar gula darah subjek periodontitis
kronis dengan DM Tipe 2 adalah 253 mg/dl dan rerata kadar gula darah pada subjek
periodontitis kronis tanpa DM adalah 98.9 mg/dl (Tabel 7).

4.2 Uji Perbedaan


Tabel 8. Parameter klinis pada pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM
Periodontitis Kronis Periodontitis Kronis
Variabel dengan DM Tipe 2 tanpa DM tipe 2 P
OHIS 2.97 + 0.84 2.84 + 0.97 0.00*
PBI 53.12 + 25.5 51.37 + 8.79 0.00*
Indeks Gingiva 2.10 (1.7-2.9) 1.85 (1.1-3.0) 0.00*
Kedalaman poket 5.40 (3.41-10.5) 4.20 (0.0-7.8) 0.00*
Kehilangan perlekatan 6.79 (3.85-84.0) 5.06 (0.0-9.3) 0.00*
*signifikan p<0.05
OHIS: Simplified Oral Hygine Indeks
PBI: Papillary Bleeding Index

Dari tabel 8 terlihat bahwa tingkat kebersihan mulut (skor OHIS), inflamasi
gingiva (PBI, indeks gingiva), serta keparahan periodontitis (ditandai dengan
kedalaman poket, kehilangan perlekatan) lebih tinggi secara signfikan pada pasien
periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa
DM (p<0.05). Begitu pula dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pasien
periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 yang lebih tinggi menunjukkan kerusakan
jaringan periodontal yang lebih parah dibandingkan tanpa DM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Tabel 9. Kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis
kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2
Periodontitis Kronis Periodontitis Kronis
Variabel dengan DM Tipe 2 tanpa DM Tipe 2 P
Median (Min-Max) Median (Min-Max)

Kadar MMP-8 saliva 0.66 (0.19-2.51) 0.45 (0.19-0.49) 0.03*

Kadar MMP-8 10.55 (5.99-30.81) 3.93 (1.66-11.58) 0.00*


cairan sulkus gingiva
*signifikan p<0,05

Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa kadar MMP-8 pada saliva dan cairan
sulkus gingiva pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 lebih tinggi secara
signifikan (p<0.05) dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa DM Tipe 2. Kadar
MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis dengan DM
Tipe 2 lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa DM.

Tabel 10. Perbandingan kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien
periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2

Kelompok Kadar MMP-8 p


Saliva Cairan sulkus gingiva

Periodontitis kronis
0.66 (0.19-2.51) 10.55 (5.99-30.81) 0.00*
dengan DM Tipe 2

Periodontitis kronis 0.00*


0.45 (0.19-1.49) 3.93 (1.66-11.58)
tanpa DM Tipe 2
*signifikan p<0,05

Hasil uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa kadar MMP-8 pada cairan
sulkus gingiva lebih tinggi secara signifikan (p<0.05) dibandingkan pada saliva
pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2. Kadar MMP-8 pada cairan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

sulkus gingiva pada lebih tinggi sampai lima kali lipat dibandingkan pada saliva baik
pada pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 dan tanpa DM (Tabel 10).

4.3 Uji Korelasi


Tabel 11. Korelasi antara parameter klinis dengan kadar MMP-8 pada saliva dan
cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis tanpa DM

Parameter klinis Saliva Cairan sulkus gingiva


r p r p
OHIS 0.13 0.49 0.06 0.74
PBI 0.04 0.86 0.21 0.28
Indeks Gingiva 0.14 0.45 0.14 0.45
Kedalaman poket 0.78 0.00* 0.29 0.01*
Kehilangan perlekatan 0.57 0.00* 0.37 0.04*
* signifikan p<0.05
OHIS: Simplified Oral Hygine Indeks
PBI: Papillary Bleeding Index

Pada kelompok periodontitis kronis tanpa DM terdapat korelasi yang


signifikan (p<0.05) antara kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva
dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Besarnya korelasi kuat (p=0.60-
0.799) dan sedang (p=0.40-0.599) dengan arah korelasi positif. Kedalaman poket
menunjukkan korelasi yang paling kuat dengan kadar MMP-8 pada saliva dan cairan
sulkus gingiva dibandingkan parameter klinis lainnya (OHIS,PBI, indeks gingiva dan
kedalaman poket) (Tabel 11).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Tabel 12. Korelasi antara parameter klinis dan KGD dengan kadar MMP-8 pada
saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis dengan DM
Tipe 2

Parameter klinis Saliva Cairan sulkus gingiva


r p r P
OHIS 0.23 0.21 0.24 0.18
PBI 0.07 0.72 0.07 0.71
Indeks Gingiva 0.31 0.08 0.41 0.02*
Kedalaman poket 0.68 0.00* 0.41 0.02*
Kehilangan perlekatan 0.43 0.01* 0.34 0.04*
Kadar Gula Darah 0.10 0.42 0.67 0.00*
* signifikan p<0.05
OHIS: Simplified Oral Hygine Indeks
PBI: Papillary Bleeding Index
KGD: Kadar Gula Darah

Pada pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 terdapat korelasi yang


signifikan (p<0.05) antara kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva
dengan indeks gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Besarnya
korelasi kuat (p=0.60-0.799) dan sedang (p=0.40-0.599) dengan arah korelasi positif.
Kedalaman poket menunjukkan hubungan paling kuat dengan kadar MMP-8 pada
saliva dan cairan sulkus gingiva (Tabel 12).
Pada pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 terdapat korelasi yang
signifikan antara kadar MMP-8 pada cairan sulkus gingiva dengan kadar gula darah
(p<0.05). Besarnya korelasi kuat (p=0.60-0.799) dengan arah korelasi positif. Namun
pada saliva tidak menunjukkan adanya korelasi (Tabel 12).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian


Pada penelitian ini ditemukan rerata usia pada pasien periodontitis kronis
dengan DM Tipe 2 lebih tinggi yaitu 55.91 ± 8.38 tahun dibandingkan dengan
kelompok periodontitis tanpa DM yaitu 49.3 ± 7.54. DM Tipe 2 sering terjadi pada
usia dewasa dan kejadian DM berlangsung bertahap sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk identifikasi dan penegakan diagnosis. Tingginya prevalensi penyakit
periodontal terlihat pada usia dewasa tua karena risiko penyakit periodontal
meningkat sejalan dengan usia.
Penelitian Nazir M (2016) menunjukkan bahwa usia berhubungan dengan
penyakit periodontal, dan kehilangan perlekatan lebih tinggi secara signifikan pada
individu usia 60-69 tahun dibandingkan usia 40-50 tahun.51 Meningkatnya kerentanan
terhadap periodontitis seiring meningkatnya usia dapat disebabkan oleh perubahan
dalam kapasitas penyembuhan pada jaringan.48
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah sampel laki-laki hampir berimbang
dengan sampel perempuan pada pasien periodontitis dengan dan tanpa DM Tipe 2.
Namun penelitian ini tidak melihat prevalensi periodontitis diantara kedua jenis
kelamin oleh karena subjek penelitian diambil dari pasien yang datang menjalani
perawatan periodontal di instalasi periodonsia RSGM FKG USU dan pasien pada unit
rawat jalan divisi endokrin RSUP-H Adam malik sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
Mayoritas subjek penelitian menyikat gigi dengan frekuensi ≥ 2 kali sehari dan
tidak pernah melakukan skeling (65.1%). Menyikat gigi yang tidak tepat dapat
mendorong deposisi bakteri dan membentuk plak dental pada permukaan gigi dan
gingiva sehingga menyebabkan inflamasi pada jaringan periodontal. Hal ini
menunjukkan kerentanan terkena penyakit periodontal meskipun menyikat gigi secara
teratur tetapi tidak dilakukan secara adekuat dan tidak didukung dengan perawatan
periodontal yang rutin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Rerata kadar gula darah sewaktu pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2
yang tinggi (253 mg/dl) dapat menjadi indikator tingginya kadar glukosa pada cairan
sulkus gingiva sehingga mempengaruhi kapasitas penyembuhan fibroblas pada
periodonsium.

5.2 Analisis Perbedaan Parameter Klinis dan Kadar MMP-8 pada Pasien
Periodontitis Kronis dengan dan tanpa DM
5.2.1 Analisis Perbedaan Parameter Klinis Pada Pasien Periodontitis
Kronis dengan dan tanpa DM
Pada penelitian ini ditemukan bahwa rerata seluruh parameter klinis (OHIS,
PBI, indeks gingiva, kedalaman poket, kehilangan perlekatan) pada pasien
periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
pasien periodontitis kronis tanpa DM (p<0.05).
Hiperglikemi kronis pada pasien DM dapat meningkatkan status
proinflamatori terutama karena adanya interaksi antara AGEs dan reseptornya, yang
menunjukkan bahwa adanya dua kondisi inflamasi kronis yang saling mempengaruhi
antara periodontitis dengan diabetes.51 Meningkatnya AGEs pada pasien DM dapat
menginduksi pembentukan matriks metalloproteinase (MMP) yang lebih tinggi
sehingga menyebabkan peningkatan kerusakan jaringan periodontal.
Terjadinya peningkatan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada pasien
DM menunjukkan besarnya degradasi extracelullar matrix (ECM) yang disebabkan
karena tingginya kadar MMPs dibandingkan pada pasien tanpa DM. ECM merupakan
protein kompleks yang mengelilingi sel pada jaringan. Sel dapat berinteraksi dengan
komponen ECM melalui reseptor spesifik, seperti intergrin. Interaksi dan sinyal
ECM yang ditransmisikan oleh reseptor ini dapat mengatur berbagai pertumbuhan sel
yaitu proliferasi, diferensiasi, pemeliharaan, dan kelangsungan hidup sel. Matriks ini
menjadi komponen struktural dan biomekanis yang penting pada fungsi jaringan ikat.
Kumar MS dkk (2006) melaporkan bahwa peningkatan kehilangan perlekatan
klinis (CAL) dan kedalaman probing (PD) pada penderita DM secara langsung
merefleksikan adanya destruksi yang luas dari ECM disebabkan karena tingginya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

kadar MMPs dibandingkan kontrol.18 Selain itu, terjadinya peningkatan konsentrasi


MMP-8 pada gingiva pasien periodontitis kronis yang diperparah diabetes mellitus
menunjukkan bahwa ekspresi biomarker ini berkontribusi terhadap kegagalan proses
penyembuhan pada kondisi diabetes. Modifikasi perawatan untuk menghambat
MMPs ini dapat menjadi cara untuk meningkatkan rerata penyembuhan pada
penderita periodontitis kronis yang diperparah diabetes. 18
Mohamed HG, dkk (2016) melakukan penelitian cross sectional terhadap 31
pasien DM Tipe 2 dengan periodontitis kronis, 29 pasien periodontitis kronis, dan 20
pasien DM saja menemukan dan bahwa seluruh parameter klinis (indeks plak,
kedalaman poket, perdarahan pada probing) yang lebih tinggi pada pasien DM Tipe 2
dengan periodontitis kronis.1
Penelitian cross sectional dengan sampel yang lebih besar juga telah
dilakukan oleh Karthik S, dkk (2018) terhadap 123 pasien DM Tipe 2 saja, dan 109
pasien DM Tipe 2 dengan periodontitis dan menunjukkan peningkatan indeks
gingiva, kehilangan perlekatan dan kedalaman poket yang lebih tinggi pada subjek
periodontitis dengan DM Tipe 2 dibandingkan DM saja. 52
Namun penelitian Kardesler L, dkk (2010) tentang kadar MMP-8 melakukan
penelitian terhadap 73 orang yang dibagi menjadi 5 kelompok yakni 12 pasien DM
dengan gingivitis, 12 pasien DM dengan periodontitis, 12 pasien gingivitis tanpa DM,
13 pasien periodontitis tanpa DM dan 24 subjek sehat dan menemukan bahwa tidak
ada perbedaan parameter klinis yang signifikan antara subjek penelitian.6

5.2.2 Analisis Perbedaan Kadar MMP-8 pada Saliva dan Cairan Sulkus
Gingiva Pasien Periodontitis Kronis Dengan dan Tanpa DM
Pada penelitian ini dijumpai kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus
gingiva pada pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa DM (p<0.05).
MMPs merupakan kelompok enzim yang bertanggung jawab untuk
mendegradasi extracelullar matrix ( ECM ) selama siklus jaringan normal dan selama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

proses inflamasi.15 MMPs utama yang menyebabkan kerusakan ECM pada jaringan
gingiva yang terinflamasi adalah MMP-8 dan MMP-9.18
Sumber sel utama MMP-8 adalah polimorphonuclear neutrophils (PMN), tetapi
juga dapat dihasilkan dari berbagai sel seperti fibroblas, endothelial, epithelial, sel
plasma, makrofag, dan sel tulang. Kadar MMP-8 pada pasien periodontitis kronis
dengan DM Tipe 2 lebih tinggi karena pada kondisi DM dapat terjadi crosslinking
kolagen akibat pembentukan AGEs yang dapat menginduksi up regulation siklus
sitokin setelah berikatan dengan reseptor makrofag yang menstimulasi produksi
enzim MMPs. Respon hiperinflmatori dan upregulasi AGEs-RAGEs sebagai respon
terhadap antigen bakteri pada pasien diabetes dapat menyebabkan respon inflamatori
sistemik yang lebih berat dan overexpression mediator inflamasi.19, 20
Mediator
inflamasi akan memproduksi matrix degrading enzymes (MMP-8) sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal yang lebih parah.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta N, dkk (2015), yang meneliti kadar
MMP-8 pada 30 subjek sehat, 30 pasien periodontitis kronis tanpa DM, dan 30 pasien
periodontitis kronis dengan DM Tipe 2. Gupta N, dkk (2015), menemukan bahwa
kadar MMP-8 pada saliva pasien periodontitis kronis dengan DM lebih tinggi
dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa DM dan subjek sehat.34 Costa dkk dan
Collin dkk (2010) juga menemukan konsentrasi MMP-8 pada saliva yang lebih tinggi
pada pasien periodontitis kronis dengan DM dibandingkan tanpa DM.5
Sama seperti kadar MMP-8 saliva, kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva pada
pasien periodontitis kronis dengan DM tipe 2 juga lebih tinggi secara signifikan
(p<0.05) dibandingkan pada pasien periodontitis kronis tanpa DM. Pada kondisi DM
akan terjadi peningkatan sekresi sitokin dan mediator inflamasi sehingga memicu
produksi MMP yang lebih tinggi pada cairan culkus gingiva.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Namun penelitian cross sectional yang dilakukan Javed F dkk (2014) terhadap
30 pasien prediabetes (kadar gula puasa: 100-125 mg/dl; 5.6-6.9 mmol/L; HbA1c 5.7-
6.4%), 30 pasien periodontitis kronis tanpa DM dan 30 pasien sehat menunjukkan
bahwa kadar MMP-8 pada saliva pasien periodontitis kronis dengan prediabetes lebih
tinggi dibandingkan tanpa prediabetes, tetapi tidak signifikan secara statistik. 56
Penelitian Kardesler L, dkk (2010) tentang kadar MMP-8 cairan sulkus gingiva
pada 73 orang yang dibagi menjadi 5 kelompok yakni 12 pasien DM dengan
gingivitis, 12 pasien DM dengan periodontitis, 12 pasien gingivitis tanpa DM, 13
pasien periodontitis tanpa DM dan 24 subjek sehat melaporkan terdapat perbedaan
kadar MMP-8 pada cairan sulkus gingiva yang signifikan antara pasien gingivitis,
tetapi tidak signfikan secara statistik. 6 Penelitian Correa dkk (2008), terhadap 24
pasien dengan penyakit periodontal dan DM Tipe 2, 25 pasien penyakit periodontal
tanpa DM, dan 24 subjek sehat melaporkan bahwa jumlah total (pg) dan konsentrasi
(pg/l) MMP-8 pada cairan sulkus gingiva antara pasien periodontitis kronis dengan
DM lebih tinggi dibandingkan tanpa DM, tetapi tidak signifikan secara statistik. 23
Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kadar MMP-8 pada cairan sulkus
gingiva lebih tinggi secara signifikan (p<0.05) dibandingkan pada saliva pada pasien
periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2. Hal ini karena MMP-8 merupakan
kolagenase utama pada cairan sulkus gingiva,24 dan volume cairan sulkus gingiva
yang keluar dari poket ini akan meningkat pada keadaan inflamasi pada sisi yang
lebih spesifik dibandingkan saliva.14

5.3 Korelasi Kadar MMP-8 pada Saliva dan Cairan Sulkus dengan
Parameter Klinis
Hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara
kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva dengan semua parameter klinis.
Namun, hanya indeks gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan yang
memiliki hubungan yang signifikan (p<0.05). Hal ini didukung oleh Gupta N, dkk
(2015) yang melaporkan adanya korelasi positif antara kadar MMP-8 dengan
parameter periodontal.34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Meningkatnya kadar MMP-8 pada pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2


karena kondisi hiperglikemi menyebabkan berkurangnya produksi kolagen oleh
fibroblas dan meningkatnya degradasi kolagen oleh MMPs yang jumlahnya
meningkat pada pasien DM.
Pada penelitian Abbas A, dkk (2013) ditemukan bahwa kadar MMP-8 pada
saliva meningkat sejalan dengan keparahan periodontitis. Meskipun demikian
perbedaan yang terjadi tidak signifikan secara statistik. Hal tersebut diduga
disebabkan oleh sedikitnya populasi sampel yakni 20 pasien pasien DM dan
periodontitis kronis dan 20 pasien periodontitis kronis tanpa DM dan 20 pasien
sehat.16
Penelitian Collin dkk (2003), menunjukkan bahwa peningkatan kadar MMP-8
pada saliva pasien dengan DM dan periodontitis tidak hanya disebabkan oleh plak
bakteri dari periodontitis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Costa PP dkk (2010),
terhadap 22 subjek sehat, 24 pasien periodontitis kronis, 20 pasien DM, dan 24 pasien
periodontitis kronis dengan DM yang menunjukkan bahwa kadar MMP-8 saliva
pasien periodontitis kronis dengan DM dan pasien DM kronis dengan DM lebih
tinggi dibandingkan periodontitis kronis saja dan kontrol dan terlepas dari inflamasi
lokal pasien diabetes. 5
Penelitian ini menunjukkan kerusakan periodontal yang lebih tinggi pada
pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 dengan kontrol kadar gula darah yang
buruk. Penelitian prospektif Abbas A dkk (2013), menunjukkan bahwa keparahan
16
periodontitis meningkat sejalan dengan peningkatan kadar gula darah. Hasil ini
merupakan indikator pentingnya meningkatkan kesehatan rongga mulut pada pasien
DM. Kontrol glikemik yang buruk pada pasien diabetes juga telah dikaitkan dengan
peningkatan resiko progresif dari kehilangan perlekatan jaringan periodontal dan
tulang alveolar.
P. Rajan dkk (2013), menekankan pentingnya kontrol glikemik untuk
meringankan periodontitis pada pasien DM Tipe 2 dan ditemukan kurangnya
perhatian subjek penelitian terhadap pentingnya kesehatan rongga mulut. 53
Sedangkan Karthik S dkk (2018), melaporkan tidak ada perbedaan kadar gula darah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

yang signifikan antara subjek periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 dan tanpa DM
Tipe 2. 52
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat kadar MMP-8 pada saliva
dan cairan sulkus yang lebih tinggi pada pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe
2 dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa DM yang signifikan (p<0.05) dan
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima.
Kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva memiliki korelasi positif
dengan parameter klinis pada pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe
2. Hal ini mengindikasikan bahwa kadar MMP-8 meningkat sejalan dengan
peningkatan parameter klinis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien periodontitis
kronis dengan DM Tipe 2 menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan pasien
periodontitis kronis tanpa DM Tipe 2.
Kadar MMP-8 pada cairan sulkus gingiva lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan kadar MMP-8 pada saliva, baik pada pasien periodontitis kronis dengan
DM Tipe 2 maupun pasien periodontitis kronis tanpa DM.
Parameter klinis (OHIS, PBI, indeks gingiva, kedalaman poket, dan
kehilangan perlekatan) pasien periodontitis kronis dengan DM Tipe 2 lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan pasien periodontitis kronis tanpa DM.
Terdapat hubungan antara kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus
gingiva dengan seluruh parameter klinis pasien periodontitis kronis dengan dan tanpa
DM Tipe 2.

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai efektivitas perawatan
periodontal terhadap kadar MMP-8 pada saliva dan cairan sulkus gingiva pasien
periodontitis kronis dengan dan tanpa DM Tipe 2.
2. Sebaiknya pengukuran kadar gula darah pada pasien periodontitis kronis tanpa
DM Tipe 2 dilakukan melalui pemeriksaan sampel darah yang diambil dari
pembuluh darah intravena.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

DAFTAR PUSTAKA

1. Mohamed HG, Shaza B, Mana M, Mutaz FA, Anne NA, Kamal M, et.al. Influence
of Type 2 Diabetes on Prevalence of Key Periodontal Pathogens, Saliary Matrix
Metalloproteinases, and Bone Remodeling Markers in Sudanese Adults with and
without Chronic Periodontitis. International Journal of Dentistry 2016; 1-9
2. Hinrichs JE, Georgios K. Classification of Diseases and Condition Affect
Periodontium. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s Clinical
Periodontology. 12th ed., Singapore : Elsevier., 2015 :50-4
3. Konopka L, Pietrzak A, Brzenzinska B. Effect of scaling and root planing on
interleukin-1, interleukin-8 and MMP-8 levels in gingival crevicular fluid from
chronic periodontitis patients. J Periodont Res 2012; 47: 681–88
4. Dommisch H, M.Kebschull. Chronic Periodontitis. In: Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR. Carranza’s Clinical Periodontology. 12 th ed., Singapore :
Elsevier., 2015 :316-7
5. Costa PP, Glauce L, Guilherme O, Daniela B, Sergio LS, Marcio FM, et.al.
Salivary Interleukin-6, Matrix Metalloproteinase-8, and Osteoprotegerin in
Patients With Periodontitis and Diabetes. J Periodontol 2010;81:384-91
6. Kardesler L, B Biyikoglu, S Cetinkalp, M Pitkala, lin T, N Buduneli. Crevicular
fluid matrix metalloproteinase-8, 13, and TIMP-1 levels in type 2 diabetics. J Oral
Diseases 2010; 16:476-81
7. Santos VR, Jadson AL, Adriana C, Maria B, Marcelo F, Poliana M. Effectiveness
of Full-Mouth and Partial-Mouth Scalling and Root Planing in Treating Chronic
Periodontitis in Subjects With Type 2 Diabetes. J Periodontol 2009;80:1237-45
8. Gupta N, Gupta ND, Sagar G, Lata G, Akash G, Saif K, et.al. The effect of type 2
diabetes mellitus and smoking on periodontal parameters and salivary matrix
metalloproteinase-8 levels. J of Oral Sciene 2016;58:1-6
9. Hanes PJ, Ranjitha K. Characteristics of inflammation common to both diabetes
and periodontitis: are predictive diagnosis and targeted preventive measure

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

possible. EPMA Journal 2010;1:101-16


10. Susanto H, Willem N, Pieter U, Dewi A, Arjan V, Frank A. Periodontitis
Prevalance and Severity in Indonesian with Type 2 Diabetes. J of Perio 2010:1-13
11. Shahab A. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes.(http://dokter-
alwi.com/diabetes.html) (12 Agustus 2017)
12. Leppilahti JM, Timo S, Mikko A, Taina T, Gulnur E, Buket H, et.al. The Utility
of Gingival Crevicular Fluid Matrix Metalloproteinases-8 Response Patterns in
Prediction of Site-Level Clinical Treatment Outcome. J Periodontol
2015;86(6):777-86
13. Rathnayake N, Gieselman D, Anna MH, Taina T, Timo S, et.al. Salivary
Diagnostic Point of Care diagnostics of MMP-8 in dentistry and Medicine.
Diagnostics 2017;7:1-12
14. Hernandez-Rios P, Marcela H, Mauricio G, Taina T, Jussi M, Heidi K, et al. Oral
fluid matrix metalloproteinase (MMP)-8 as a diagnostic tool in chronic
periodontitis. Metalloproteinases In Medicine 2016;3:11-8
15. Desarda H, Subodh G. Matrix Metalloproteinases & Implication in Periodontitis-
A short Review. J of Dent & Allied Sci 2013;2:66-70
16. Abbas A, Raja Al-Jubouri. Evaluation of salivary levels of Proteinaceous
biomarkers Matrix Metalloproteinases (MMP-8) and C-Reactive Protein (CRP) in
type 2 diabetic patients with periodontitis. J Bagh College Dent 2013;25:63-
17. Eremie L, Luminita L, Elod E. The Level of Matrix Metalloproteinase-8 in the
Gingival crevicular fluid-Diagnostic and Prognostic Implications in Periodontal
Disease. AMT 2015;20(1):104-6
18. Kumar MS, Gelli Vamsi, Ramasamy S, Praveen K. Expression of Matrix
Metalloproteinases (MMP-8 and -9) in Chronic Periodontitis Patients With and
Without
 Diabetes Mellitus. J Periodontol 2006; 77:1803-8
19. Kinane F, Berglundh T, Lindhe J. Host-Parasite Interactions in Periodontal
Disease.In: Clinical periodontology and implant dentistry.Eds: Lindhe J., Karring
T., Lang NP 2003, 4 th ed; 150-176
20. Nisengard RJ,Haake SK,Newman MG dan Miyasaki KT. Microbial interactions

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

with the host in periodontal diseases, In: Carranza’s clinical periodontology,


Newman, Takei, Klokkevold & Carranza 10th ed Saunders Elsevier 2006: 233-40.
21. Mealey B, Thomas W. Diabetes Mellitus and Periodontal Diseases. J Periodontol
2006;77:1289-1303
22. Matthews D, The Relationship Between Diabetes and Periodontal disease, J. Can
Dent Assoc.2002;68(3):161-4
23. Correa F, Daniela G, Carlos M, Anders G, Silvana R. The Short-Term
Effectiveness of Non-Surgical Treatment in Reducing Levels of Inteleukin-1β and
Proteases in Gingival Crevicular Fluid From Patients With Type 2 Diabetes
Mellitus and Chronic Periodontitis. J Periodontol 2008;79:2143-50.
24. Salvi GE,Beck JD,Offenbacher S.PGE2, IL-1 beta, and TNF-alpha responses in
diabetics as modifiers of periodontal disease expression. Ann Periodontol 1998;
3:40- 50.
25. Preshaw PM, Alba A, D. Herera, S. Jepsen, A. Konstantinidis, K. Makrilakis, et.al.
Periodontitis and diabetes: a two-way relationship. Diabetologia 2012;55:21-31
26. Andersen Pontes, Flyvbjerg Allan, Buschard, Karsten , Holmstrup Palle.
Relationship between periodontitis and diabetes: Lessons from rodent studies. J
Periodontol 2007; 78:1264-73.
27. Amandia D. Perubahan Level TNF- dan IL-1 pada Kondisi Diabetes Mellitus. In:
Dentistry Scientific Meeting II, ed. Prosiding FORKINAS V Jember, 2015
28. Lalla E, Lamster IB, Stern DM, Schmidt AM. Receptor for advanced glycation
end products, inflammation and accelerated periodontal disease in diabetes:
Mechanisms 
and insights into therapeutic modalities. Ann Periodontol 2001;
6:113-18.
29. Palmer R, Soory M. Modifying factors: Diabetes, puberty, pregnancy and the
menapose and tobacco smoking, p:178-183.In: Clinical periodontology and
implant dentistry 4th ed.2003. Eds: Lindhe J, Karring T, Lang NP, Blackwell
Munksgaard.
30. Alba-Loureiro T.C, Munhoz C.D, Martins J.O, Cerchiaro G.A, Scavone C, Curi R.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Sannomiya P. Neutrophil function and metabolism in individuals with diabetes


mellitus. Braz J Med Biol Res 2007; 40:1037-44.
31. Iacopino AM,Diabetic periodontitis: possible lipid-induced defect in tissue repair
through alteration of macrophage phenotype and function. Oral Dis 1995; 1: 214-
229. 

32. Mealey BL., Oates TW. Diabetes mellitus and periodontal diseases. J Periodontol.
2006; 77:1289-1303.
33. Deshpande K, Ashis J, RaviKant S, Savita P, Rajni J. Diabetes and periodontitis. J
Indian Soc Periodontol 2010; 14(4);207-12.
34. Gupta N, Gupta ND, Gupta A, Lata G, Sagar G. The influence of type 2 diabetes
mellitus on salivary matrix metalloproteinase-8 levels and periodontal parameters:
A study in an Indian population. Eur J Dent 2015;9:319-23.
35. Shukri M, Baker HS. Evaluation of non surgical treatment of chronic periodontitis
by assessment the enzymatic activity. J Bagh College Dentistry 2011; 23(2): 93-6.
36. Nunes LAS, Vaz de MD. Saliva as a diagnostic fluid in sports medicine: potensial
and limitations. J Bras Patol Med Lab 2013; 49(4): 247-55.
37. Pfaffe T, Cooper-White J, Beyerlein P, Kostner K dan Punyadeera C. Diagnostic
Potensial of Saliva: Current State and Future Applications. Clinical Chemistry
2011; 57(5): 675-87.
38. de Almeida PDV, Gregio AMT, Machado MAN, de Lima AAS, Azevedo LR.
Saliva composition and functions: a comprehensive review. J Contemp Dent Pract
2008; 9(3): 1-11.
39. Kaufman E, Lomster IB. The diagnostic Applications of Saliva-A Review. Crit
Rev Oral Biol Med 2002; 13(2): 197-212.
40. Malathi N, Mythili S, dan Vasanthi HR. Salivary Diagnostics: A Brief Review.
Hindawi Publishing Corporation 2014: 1-8.
41. Zhang Y, Sun J, Lin CC, Abemayor E, Wang MB, Wong DTW. The Emerging
Landscape of Salivary Diagnostics. OHDM 2014; 13(2): 200-10.
42. Rahnama M, Czupkallo L, Kozicka-Czupkallo M, Lobacz M. Gingival crevicular
fluid-composition and clinical importance in gingivitis and periodontitis. Pol J

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Public Health 2014; 124(2): 96-8.


43. Bose et.al. Comparison Of The Early Wound Healing Following Periodontal Flap
Surgery In Periodontitis Patients With And Without Periodontal Dressing. Indian
Journal of Dental Sciences. March 2013; 5(1):
25-9.
44. Figueredo CMS, Areas A, Miranda LA, Fischer RG, Gustafsson A. The short-term
effectiveness of non-surgical treatment in reducing protease activity in gingival
crevicular fluid from chronic periodontitis patients. J Clin Periodontol 2004; 31:
615-9.
45. Wahyukundari MA. Perbedaan kadar MMP-8 setelah skaling dan pemberian
tetrasiklin pada gingival crevicular fluid periodontitis kronis. Jurnal PDGI; 58(1):
1-6.
46. Ardiani DK, Dharmayanti AWS, Pujiastuti P. Kadar fosfor (P) dalam cairan sulkus
gingiva pada penderita penyakit periodontal. IDJ 2014; 3(1): 1-9.
47. Robelo MAB, Queiroz AC. Gingival Indices: state of art.<www. Intechopen.com>
(29.10.2017).
48. Aziz AS, Kalekar MG, Suryakar AN, Kale R, Benjamin T, Dikshit M. Pre and
Post treatment effectiveness of SRP on levels of IL-6, IL-10 and CRP in chronic
periodontitis patient with and without diabetes. American Journal of Biochemostry
2018;8(1):1-6.
49. Susin C, Dalla Vecchia CF, Oppermann RV, Haugejorden O, Albandar JM.
Periodontal attachment loss in an urban population of Brazilian adults: effect of
demographic, be- havioral, and environmental risk indicators. J Periodontol.
2004;75(7):1033-41.
50. de Oliveira C, Watt R, Hamer M. Toothbrushing, inflammation, and risk of
cardiovascular disease: Results from Scottish Health Survey. BMJ
2010;340:c2451.
51. Nazir M, Prevalence of periodontal disease, its association with systemic diseases
and prevention. Int. J of Health Sciences 2016;1:1-9.
52. Karthik S, Shajith A, R.Suresh, MV Usha. Predictor for gingival index in middle
aged Asian indian with Type 2 diabetes from south india: A cross sectional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

observational study 2018. The Scientific World Journal 2018:1-7


53. P. Rajan, M. Nera, A. K. Pavalura, N. Medandrao, dan S.C.Kumar. Comparison of
glycosylated hemoglobin (HbA1C) levels in patients with chronic periodontitis
and healthy controls. Dental Research Journal (Isfahan) 2013;10(3): 389–93.
54. Chapple IL, Genco R. Working group 2 of the joint EFP/AAP workshop. Diabetes
and periodontal diseases: Consensus report of the Joint EFP/AAP Workshop on
Periodontitis and Systemic Diseases. J Periodontol 2013;84 :106-12.
55. Patil V.A, Roopashree S, Manthan H. Prevalence and Severity of Periodontal
Disease in Type II Diabetes Mellitus (Noninsulin-dependent Diabetes Mellitus)
Patient in Gulbarga, Karnataka, India: An Epidemiological Study. J of
Contemporary Dent.2013:3(1):32-5.
56. Javed F, Hameeda BA, Anwar S, Abid M, Crawford B. Whole salivary Interleukin
6 and Matrix Metalloproteinase-8 Levels in Patients with and Without Prediabetes.
J of Periodontol 2014; 85(5): 130-4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN I

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi,

Bersama ini saya Miftha Chairna Lubis, drg adalah seorang mahasiswi
yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan
penelitian dengan judul “Perbandingan Kadar Matriks Metalloproteinase 8 (
MMP-8) dan Parameter Klinis pada Pasien Periodontitis Kronis dengan dan tanpa
Diabetes Mellitus Tipe 2”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah zat penting
yang ada dalam cairan sulkus gingiva (MMP-8) pada gusi pasien periodontitis
kronis dengan dan tanpa DM tipe 2.

Manfaat penelitian ini secara umum adalah memperoleh informasi tentang


jumlah zat penting yang ada pada cairan sulkus gingiva (MMP-8) pada gusi
pasien periodontitis kronis dengan atau tanpa DM tipe 2 . Manfaat bagi
Bapak/Ibu yaitu untuk mengurangi peradangan gusi yang terjadi akibat karang
gigi. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini sangat berguna, karena dapat
membantu perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi khususnya dan kesehatan
rongga mulut pasien pada umumnya.

Bapak/Ibu sekalian, zat ini (MMP-8) merupakan bagian yang sangat


penting dalam tubuh kita dan berperan dalam proses inflamasi. Kadar zat ini
tidak boleh melebihi batas normal karena jika melebihi batas
normal,menunjukkan proses inflamasi yang sedang berlangsung. Proses
inflamasi tersebut akan menyebabkan destruksi jaringan pendukung gigi yang
berakibat gusi menjadi mudah berdarah dan gigi goyang. Sehingga diharapkan
pada penelitian ini diperoleh simpulan bahwa dengan mengetahui kadar zat ini
kita dapat mengetahui status penyakit saat ini serta dapat dilakukan
perawatannya secepatnya sebelum menjadi lebih parah.

Penelitian ini dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan, gigi


yang sensitif, terjadi penurunan gusi namun dapat diatasi dengan pemberian
antiseptik ataupun obat anti ngilu.

Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan lembar isian dan


pemeriksaan langsung pada rongga mulut. Dalam penelitian ini, saya akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


meminta Bapak/Ibu untuk mengisi lembar isian dengan memilih jawaban yang
disediakan. Setelah pengisian lembar isian selesai, lembar isian dikembalikan
kepada saya. Setelah itu, saya akan melakukan pemeriksaan rongga mulut untuk
mengetahui keadaan kondisi jaringan periodontal Bapak/Ibu. Bila memenuhi
persyaratan yang ditentukan kemudian Bapak/Ibu akan menandatangani surat
tanda turut serta dalam penelitian ini. Selanjutnya kami akan melalukan
pengambilan cairan di gusi serta pembersihan karang gigi seluruh rongga mulut.
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu 30 menit perorang. Bila
jumlah sampel tidak mencukupi, maka akan dilakukan pengulangan prosedur
pengambilan cairan di gusi.

Sebanyak 60 orang akan ikut dalam penelitian ini yaitu semua peserta
adalah pasien RSGMP USU dan RSUHP Adam Malik yang berusia 35 tahun
keatas, harus bisa berkomunikasi dengan baik dan menyetujui menjadi peserta
penelitian.

Data yang akan diperoleh nantinya akan kami simpan dengan baik dan
dijamin kerahasiaannya, begitu juga ketika hasil penelitian ini kami
publikasikan. Kesediaan Bapak/Ibu sangat kami hargai dan bukan merupakan
paksaan. Sewaktu-waktu bila Bapak/Ibu ingin mengundurkan diri dapat
mengajukan pada kami dan kami berjanji tidak akan mengurangi pelayanan
yang diberikan selama berobat di RSGMP USU.

Sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian


ini kami akan memberikan sikat gigi dan pasta gigi serta uang transportasi
sebesar Rp. 20.000,- kepada Bapak/Ibu. Bila ada hal yang kurang berkenan atau
merasa terganggu kenyamanan, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya Miftha
Chairina Lubis, drg (Telp: 081396333106) atau di Instalasi Periodonsia untuk
mendapat penjelasan.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan


kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Miftha Chairina Lubis, drg)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN II

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*)

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan


penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan
bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, Januari 2018

Mahasiswa peneliti Peserta Penelitian

(Miftha Chairina Lubis,drg) ( )

Keterangan : *) coret yang tidak perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN III Nomor:………….
Tanggal:………...

INSTALASI PERIODONSIA

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PEMERIKSAAN PASIEN

“PERBANDINGAN KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE 8 (MMP - 8) DAN


PARAMETER KLINIS PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS DENGAN DAN
TANPA DIABETES MELLITUS TIPE 2”

A. Data Responden
Nama Lengkap :

Umur :

Jenis Kelamin : L/P

Pekerjaan :

Alamat :

No.Hp/ Telp :

KUISIONER

B. Status Kebersihan Rongga Mulut dan Kondisi Umum


Pilih salah satu jawaban yang biasa anda lakukan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Berapa kali anda menyikat gigi dalam sehari?
a. 2 x dalam sehari
b. 1 x dalam sehari
c. Lainnya….

2. Kapan waktu anda menyikat gigi?


a. Setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur
b. Setiap waktu mandi
c. Lainnya….
3. Berapa lama biasanya anda menyikat gigi?
a. Kurang dari 1 menit
b. 1-2 menit
c. Lainnya……..
4. Apakah gusi anda mudah berdarah pada saat menyikat gigi?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya……..
5. Apakah anda menggunakan obat kumur secara teratur?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya……..
6. Apakah anda pernah membersihkan karang gigi ke dokter gigi, jika ya berapa
bulan sekali?
a. Ya, 6-12 bulan yang lalu
>12 bulan yang lalu
Lainnya………
b. Tidak
7. Apakah anda seorang perokok?
a. Ya
b. Tidak
8. Sudah berapa lama anda merokok?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. 6 bulan
b. 1 tahun
c. Lainnya…………

9. Apakah anda pernah dirawat di rumah sakit, jika ya sebutkan sakit yang anda
derita?
a. Ya, ……………..
b. Tidak
10. Apakah anda memiliki penyakit bawaan tertentu?
a.Ya, sebutkan……………….
b.Tidak
11. Apakah anda rutin mengkonsumsi vitamin, jika ya kapan terakhir kali anda
mengkonsumsi vitamin?
a.Ya, 1 bulan yang lalu
3 bulan yang lalu
saat ini sedang mengkonsumsi
Tidak tentu

b. Tidak

12. Apakah anda mengkonsumsi alkohol


a. Ya
b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai