Anda di halaman 1dari 7

Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan, akibatnya

harapan masyarakat akan pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan putra-


putri yang cerdas dan berkarakter masih belum dapat dipenuhi oleh penyelenggara
pendidikan. Hal ini akibat pendidikan hanya dipandang sebagai proses pembelajaran
semata. Padahal dalam dunia pendidikan ada tiga bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dalam setiap penyelenggaraan pendidikan khususnya penyelenggaraan
pendidikan disekolah.

Pertama, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran didalam kelas, terkait dengan


kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka membentuk
intelektualitas anak. Oleh sebab itu, pembelajaran bertujuan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, pengembangan sikap yang merupakan tanggung jawab
dan tugas utama seorang guru.

Kedua, bimbingan konseling, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang konselor
atau seorang guru pembimbing atau guru biasa yang melaksanakan tugas sebagai
pembimbing dikelas. Untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang terkait belajar atau masalah lain yang turut
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini diperlukan karena setiap pelaksanaan
proses pembelajaran pasti menemukan hambatan ataupun permasalahan, baik yang
terkait dengan proses pembelajaran ataupun peserta didik yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, program pemberian layanan
bantuan kepada peserta didik merupakan upaya membantu siswa untuk mencapai
perkembangannya secara optimal, melalui interaksi yang sehat dengan
lingkungannya. Hal inilah yang menjadi sangat urgen tugas bimbingan konseling
yang menjadi tanggung jawab bimbingan dan konselor bahkan juga guru dalam
pelaksanaan bimbingan konseling.

Ketiga yaitu administrasi pendidikan, yaitu kegiatan pengolahan semua aktifitas


program pendidikan disekolah dengan tujuan semua program sekolah akan berjalan
secara lancar, efisien, dan efektif. Dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah
paling tidak terdapat sejumlah pengelolaan yang harus dilakukan yaitu: pengelolaan
kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, media dan
sumber belajar serta pengelolaan kemitraan sekolah dan masyarakat.
AKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDY AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
T.A 2013/2014

http://dinafatma92.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

TUGAS ESSAY
Mata Kuliah “Bimbingan Penyuluhan”

Dosen Pengampu: SULARNO, M.S.I

Oleh:

NAMA DINA FATMAWATI


NPM 11250037

SEMESTER V

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDY AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

T.A 2013/2014

Peran Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan dan Karakter Anak Didik

Oleh : Dina Fatmawati


Belajar atau menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam, baik laki-laki
maupun perempuan. Belajar boleh di manapun, kapanpun selama hayat masih dikandung badan.
Tanpa belajar, seseorang akan tertinggal oleh cepatnya arus perubahan zaman dan kemajuan
teknologi. Untuk menghadapi cepatnya perubahan zaman, manusia harus menyiapkan dirinya
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta membentengi diri dari dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kemajuan IPTEK dengan iman dan takwa (IMTAK). Oleh karena itu, seseorang harus
membekali diri dengan pengetahuan umum dan pengetahuan agama yaitu dengan belajar.

Dalam proses belajar itu sendiri sering dijumpai permasalahan-permasalahan yang dapat
menghambat seseorang di dalam mencapai suatu tujuan atau cita-cita. Masalah yang dialami
seseorang itu bisa muncul dari diri sendiri ( putus asa, konflik, frustasi, tidak memiliki kepercayaan
diri, dan sebagainya), dan masalah yang muncul dari luardirinya sendiri ataupun dari lingkungannya.
Sedangkan yang menyangkut anak didik dapat berupa masalah perasaan, daya pikir, sikap, tingkah
laku, kemampuan fisik maupun masalah pengembangan jiwa dan pribadinya. Semua permasalahan
tersebut sangat dirasakan oleh para orang tua, guru, para pendidik pada umumnya maupun oleh
anak didik itu sendiri.

Salah satu metode belajar yang tertera dalam Al-Qur’an adalah harus mengembalikan segala sesuatu
kepada pakarnya baik ilmu pengetahuan maupun seni, merekalah yang mampu menerangkan
sesuatu yang belum jelas dan dapat menawarkan solusi dan problematika yang ada. Allah berfirman
:

ِّ ‫…فَاسْأَلُواْ أ َ ْه َل‬.
َ‫الذ ْك ِّر إِّن ُكنت ُ ْم الَ ت َ ْع َل ُمون‬

Artinya: “.... Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak
mengetahui ” (Q.S. An-Nahl: 43)

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lembaga pendidikan terlepas dari civitas


akademika seperti para guru yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Guru BK (Bimbingan
dan konseling) atau pelayanan Bimbingan Konseling merupakan bagian dari usaha pendidikan yang
tidak saja mengumpulkan data tentang diri siswa, namun lebih dari itu untuk membantu siswa
memahami diri serta mampu mengarahkan dirinya sesuai dengan potensinya. Bimbingan konseling
bertugas memperhatikan pembulatan (perkembangan sikap dan perilaku) siswa serta mengetahui
perbedaan individu pada diri siswa.

Peranan Bimbingan dan Konseling (BK) semakin penting di sekolah, terutama untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa. Hampir dapat dipastikan bahwa dalam satu sekolah akan didapati
murid-murid yang memiliki masalah kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
tersebut harus diarahkan dan diberi motivasi dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan.

Untuk menyelenggarakan layanan ini dengan baik, salah satu syarat pokok yang dikuasai adalah
memahami hakikat bimbingan dan konseling itu sendiri. Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat, serta kehidupan pada umumnya.

Bimbingan dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Dalam pengertian lain dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok, yakni (1) mengenal diri
sendiri dan lingkungannya; (2) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis;
(3) mengambil keputusan; (4) mengarahkan diri; dan (5): mewujudkan diri. Pemberian bimbingan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, serta menggunakan berbagai saluran dan bahan yang ada,
misalnya memberi mereka kesempatan untuk membaca dan menelaah sebuah buku tentan sopan-
santun, tata tertib, disiplin, cara belajar yang efektif, dan sebagainya.

Kata konseling dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “penyuluhan”, yaitu bagian dari
bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan penyuluhan merupakan jantung
hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan.

Sukardi (1983: 16) memberikan pengertian konseling sebagai suatu jenis layanan yang merupakan
bagian terpadu dari bimbingan. Konseling diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang
individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan maslah-masalah yang dihadapinya pada
waktu yang akan datang. Usaha yang dilakukan di dalam konseling ini hendaknya merupakan usaha
yang laras, yaitu seimbang dan sesuai dengan masalah yang dialami oleh klien dan kemampuan
konselor sendiri. Karena konseling merupakan pertemuan yang paling akrab antara dua orang, yaitu
konselor dan klien, maka keakraban ini harus dibina dengan baik, sehingga tercipta suasana
keterbukaan dan kekeluargaan. Hal ini penting dalam upaya menggali permasalahan dan
menemukan solusi yang tepat.

Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh
perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa
Indonesia. Untuk membangun karakter bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang terkecil.
Khususnya di sekolah, ada baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah
dengan proses kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat mengadopsi semua
nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas
tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Pesan dari UU Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan
manusia yang pintar namun juga berkepribadian, sehingga nantianya akan lahir generasi muda
yang tumbuh dan berkembang denagan kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama
dan pancasila. Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki
peran yang central dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter. Semua
masyarakat sepakat tentang pentingnya karakter dalam kehidupan, tetapi jauh lebih penting
bagaimana menyusun dan mengatur secara sistematis sehingga anak-anak dapat lebih
berkarakter dalam kehidupan.

Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan konseling, tetapi itu
bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua karena dalam kenyataanya guru BP
hanya membimbing siswa yang terkena masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari
masalah, Keberadaan guru BP sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya,
konsep pendidikan karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal.

Menurut Dr. Anita Lie, Peraih gelar Doktor Bidang Kurikulum dan Pengajaran dari Baylor
University, Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa pendidikan karakter sebaiknya tidak
dikotomikan macam-macam. Dia katakana konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke
dalam kurikulum. Anita mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah
harus memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di sekolahnya.
Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di semua mata pelajaran.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran
perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh
pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat.

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, maka
orientasi, tujuan dan pelaksanaan BK juga merupakan bagian dari orientasi, tujuan dan
pelaksanaan pendidikan karakter. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan
bagian inti pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi pelayanan dalam
upaya mengembangkan potensi peserta didik mencapai kemandirian yang diharapkan sebagai
karakter bangsa Indonesia yang dibutuhkan saat ini dan masa depan. Pekerjaan bimbingan dan
konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai.

Sumber :

http://www.slideshare.net/akhmadsudrajat/pendidikan-karakter-dalam-layanan-bimbingan-dan-konseling

http://bagusharyonos.wordpress.com/pendidikan/bimbingan-konselingkartunanakbesar

http://digilib.uin-suka.ac.id/2884/1/BAB%20I,IV.pdf

W.S Winkel. 1984. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Jakarta : PT Gramedia.
http://dinafatma92.blogspot.com/

https://www.kompasiana.com/maulidialidiya/5a8054ddab12ae0ea8643892/masalah-yang-
dihadapi-peserta-didik

ps://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/7377-cara-cara-pelaksanaan-bimbingan-dan-
penyuluhan.htmlhtt7

Anda mungkin juga menyukai