Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

EpidemiHuman Immunodeficiency Virus(HIV) menunjukkan pengaruhnya


terhadap peningkatan epidemi Tuberkulosis (TB) di seluruh dunia yang
berakibat meningkatnya jumlah kasus TB di masyarakat. Epidemi ini
merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian TB dan banyak bukti
menunjukkan bahwa pengendalian TB tidak akan berhasil dengan baik
tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Sebaliknya TB merupakan infeksi
oportunistik terbanyak dan penyebab utama kematian pada orang dengan
HIV/ AIDS (ODHA). Kolaborasi kegiatan bagi kedua program merupakan
suatu keharusan agar mampu menanggulangi kedua penyakit tersebut secara
efektif dan efiisien.

Pada triwulan pertama 2007 dilaksanakan external reviewHIV/AIDS


(Februari 2007) dan Joint external Monitoring MissionTB (JEMM, April
2007) di Indonesia. Keduanya merekomendasikan perlu dilakukan percepatan
upaya kolaborasi TB-HIV dan segera disusun Kebijakan Nasional Kolaborasi
TB-HIV sebagai pedoman pelaksanaan program di seluruh Indonesia.

Perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di


kawasan Asia meskipun secara nasional angka prevalensinya masih termasuk
rendah, diperkirakan pada tahun 2009 sekitar 0,2% pada orang dewasa.
Dengan estimasi ini maka pada tahun 2009 di Indonesia diperkirakan terdapat
186.000 ODHA (132.000-287.000). Penggunaanjarum suntik merupakan cara
transmisi HIV yang terbanyak (53%) diikuti dengan transmisi heteroseksual
(42%). Salah satu masalah dalam epidemiologi HIV di Indonesia adalah variasi
antar wilayah . Manajemen Pelaksanaan Kolaborasi TB- HIV di Indonesia baik
dalam hal jumlah kasus maupun faktor-faktor yang mempengaruhi. Epidemi

1
HIV di Indonesia berada pada kondisi epidemi terkonsentrasi dengan
kecenderungan menjadi epidemi meluas pada beberapa Provinsi.

Meskipun secara Nasional terdapat perkiraan prevalens HIV diantara


pasien TB sebesar 3% (WHO TB Global Report 2008) tetapi sampai saat ini
belum ada angka Nasional yang menunjukkan gambaran HIV di antara pasien
TB. Hasil studi tentang sero prevalens yang dilaksanakan di Provinsi Yogyakarta
(2006) menunjukkan angka prevalens HIV sebesar 2% di antara pasien TB dan
pada tahun 2008 di Provinsi Bali sebesar 3,9%, di Provinsi Jawa Timur
sebesar 0,8% dan di Provinsi Papua sebesar 14%. Berdasarkan Laporan
Triwulan II tahun 2011 infeksi HIV dan Kasus Acquired Immune Deficiency
Syndrome(AIDS) menunjukkan bahwa TB merupakan infeksi oportunistik
terbanyak yaitu sekitar 50% dari kasus AIDS.

Pada tingkat Dunia, berbagai upaya penanggulangan dilakukan untuk


merespons dampak koinfeksi TB-HIV bagi kedua program. World Health
Organization bekerja sama dengan Stop TB Partnership telah mengembangkan
pedoman untuk pelaksanaan kegiatan kolaborasi TB-HIV yang disusun
berdasarkan tingkat prevalens HIV. Di banyak negara yang telah melaksanakan
kegiatan perawatan, dukungandanpengobatan (PDP) HIV, kegiatan kolaborasi
ini dimulai sebagai bagian dari upaya pengendalian TB dan upaya
meningkatkan keberhasilan Program AIDS.

2
Di Indonesia, kegiatan kolaborasi TB-HIV mulai diujicobakan di Provinsi
DKI Jakarta (2004), di Kabupaten Merauke Provinsi Papua dan di Kota
Denpasar Provinsi Bali (2006) yang merupakan wilayah dengan epidemi
HIV AIDS yang terkonsentrasi. Kegiatan ini dikembangkan ke 9 Provinsi
lainnya (2008) dan pada tahun 2010 diperluas ke 12 Provinsi (Sumatera
Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua).
Berdasarkan hasil uji coba dan pengalaman beberapa daerah yang telah
melaksanakan kegiatan kolaborasi TB-HIV maka Pemerintah mengeluarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no:
1278/MENKES/SK/XII/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kolaborasi
Pengendalian Penyakit TB dan HIV. Pedoman tersebut merupakan kebijakan
secara umum tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam kegiatan
kolaborasi TB-HIV karena itu diperlukan pedoman lebih lanjut dalam
operasionalnya baik dalam aspek manajemen program maupun aspek
tatalaksana klinis.
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu Fasyankes di DIY
yang ditunjuk menyelenggarakan pelayanan TB dan pelayanan HIV berperan
dalam menurunkan beban TB terhadap HIV dan beban HIV terhadap TB juga
menyelenggarakan pelayanan kolaborasi TB – HIV sebagai salah satu bentuk
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan terhadap ODHA
maupun pasien dengan TB.

Anda mungkin juga menyukai