Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian kadar glukosa darah mencit
yang bertujuan untuk mengetahui efek farmakologi dari pemberian obat
antidiabetes. Obat yang digunakan yaitu akarbosa, metformin dan glibenklamid.
Pertama-tama dilakukan penimbangan bobot mencit terlebih dahulu untuk
mengetahui dosis obat yang akan diberikan pada mencit. Hal ini dilakukan agar
kadar atau dosis obat yang diterima oleh mencit sesuai atau tepat. Mencit
dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok
positif dan kelompok uji. Fungsi dari adanya kontrol positif adalah, kontrol
negatif, dan kelompok uji.
Sebelum mencit diberi sediaan terlebih dahulu dilakukan pengambilan
darah dari bagian ekor untuk pengujian kadar glukosa darah mencit (T-30). Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa darah normal dari mencit. Pemilihan
bagian ekor untuk mengambil darah mencit dikarenakan pada bagian ini terdapat
banyak pembuluh darah. Selain itu metode ini merupakan metode termudah untuk
mengambil darah mencit. Pengujian ini termasuk kedalam pengujian kadar
glokusa darah sewaktu karena dilakukan pada waktu pengujian akan dilakukan..
Mencit yang menjadi kontrol negatif diberikan CMC Na 0,5% secara
peroral, mencit yang menjadi kelompok kontrol positif diberikan akarbosa, dan
kelompok uji diberikan glibenklamid dan metformin secara Kemudian mencit
didiamkan selama tiga puluh menit. Selama tiga puluh menit, seluruh zat dari
setiap kelompok mencit diharapkan telah terabsorpsi sempurna dan mencapai sel-
sel reseptornya sehingga akan memberikan efek pada saat pengujian.
Setelah 30 menit dari pemberian sediaan obat pada mencit uji dilakukan
proses induksi dengan larutan glukosa sebagai induktor hiperglikemia. Kadar
glukosa darah mencit diukur kembali setelah 30 menit dari pemberian larutan
glukosa (T0). Hal ini bertujuan untuk mengetahui dosis glukosa yang dapat
meningkatkan kadar glukosa darah hewan uji sampai melebihi kadar normal atau
hiperglikemik. Hasil ini akan dijadikan sebagai pedoman uji utama, untuk
memastikan bahwa hewan uji benar-benar telah mengalami kenaikan kadar
glukosa darah sebelum diuji efek penurunan kadar glukosa darahnya. Sehingga
hal ini memudahkan proses pengujian obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat
efek terapi dari obat obat antidiabetes oral yang digunakan.agar dapat diketahui
kadar glukosa pada saat kadar glukosanya meningkat. Metode yang digunakan
merupakan metode toleransi glukosa, pemilihan metode ini dianggap aman karena
tidak merusak pankreas dan kadar glukosa yang diberikan masih dapat diubah
menjadi glikogen oleh pancreas. Pengukuran kadar glukosa darah setelah
pemberian larutan glukosa dilakukan tiap menit ke -30 selama 90 menit.
Untuk mengukur kadar glukosa dari mencit, digunakan alat yaitu
glukometer dan strip pembaca glukosa darah. Dalam strip terdapat enzim
glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip, maka akan
langsung terbaca oleh glukometer. Alasan penggunaan alat glukometer sebagai
alat yang otomatis memudahkan dalam memperoleh hasil glukosa darah,
periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang relatif singkat,
akurat, waktu tesnya minimal 30 detik .
Berdasarkan data percobaan dari kelompok kontrol negatif yang diberi
CMC Na menunjukan kadar glukosa darah normal yaitu 90 mg/dL, kadar ini
diperoleh setelah pemberian CMC Na pada (T-30). Karena menurut PERKENI
kadar glukosa normal pada pengujian sewaktu adalah <200 mg/dL Kemudian
setelah pemberian larutan glukosa (T0) terjadi peningkatan kadar glukosa darah
menjadi 127 mg/dL. Kadar glukosa darah semakin meningkat setiap interval 30
menit. Hal ini dikarenakan selain CMC Na tidak memiliki efek antidiabetes, CMC
Na juga merupakan selulosa yang tergolong polisakarida sehingga dapat semakin
meningkatkan kadar gula dalam darah.
Pembahasan kontrol positif
Hasil dari kelompok uji yang diberi akarbosa menunjukan kadar glukosa
darah normal yaitu 108 mg/dL, kadar ini diperoleh setelah pemberian akarbosa
pada (T-30). Karena menurut PERKENI (Perkumpulan Endorrinologi Indonesia)
2006 menyatakan kadar glukosa normal pada pengujian sewaktu adalah <200
mg/dL Kemudian setelah pemberian larutan glukosa (T0) terjadi penurunan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah semakin menurun setiap interval 30 menit.
Hal ini dikarenakan akarbosa merupakan obat antidiabetes golongan penghambat
α-oksidase yang memiliki mekanisme menghambat enzim α-oksidase yang dapat
memperlambat pencernaan karbohidrat dan menurunkan absorpsi karbohidrat di
saluran pencernaan sehingga glukosa dalam yang masuk ke dalam darah menjadi
lebih sedikit hal ini menunjukan bahwa akarbosa mempunyai efek antidiabetes
atau dapat menurunkan tekanan darah. dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Hasil dari kelompok uji yang diberi metformin rata-rata menunjukan kadar
glukosa darah normal yaitu sekitar 129-153 mg/dL, kadar ini diperoleh setelah
pemberian metformin pada (T-30). Karena menurut PERKENI Perkumpulan
Endorrinologi Indonesia) 2006 menyatakan kadar glukosa normal pada pengujian
sewaktu adalah <200 mg/dL. Kemudian setelah pemberian larutan glukosa (T0)
terjadi penurunan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah semakin menurun
setiap interval 30 menit. Hal ini dikarenakan metformin merupakan obat
antidiabetes golongan biguanida yang bekerja memperbaiki kerja insulin dalam
tubuh, dengan cara mengurangi resistensi insulin, Sehingga kebutuhan insulin
untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa
darah menjadi turun.
Selain itu metformin juga dapat mengurangi glukoneogenesis. Stimulasi
glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan peningkatan eliminasi glukosa
dari darah, penurunan glukoneogenesis hati, melambatkan absorbsi glukosa dari
saluran cerna dengan peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat oleh enterosit
dan penurunan kadar glukagon plasma. Sehingga hal ini menunjukan bahwa
metformin mempunyai efek antidiabetes atau dapat menurunkan tekanan darah.
Hasil dari kelompok uji yang diberi glibenklamid rata-rata menunjukan
kadar glukosa darah normal yaitu 135-139 mg/dL, kadar ini diperoleh setelah
pemberian metformin pada (T-30). Karena menurut PERKENI Perkumpulan
Endorrinologi Indonesia) 2006 menyatakan kadar glukosa normal pada pengujian
sewaktu adalah <200 mg/dL.Kemudian setelah pemberian larutan glukosa (T0)
terjadi penurunan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah semakin menurun
setiap interval 30 menit. Hal ini dikarenakan glibenklamid merupakan oabat
antidiatetik golongan sulfonylurea yang bekerja nerangsang fungsi sel-sel β
Langerhans pankreas agar dapat menghasilkan insulin, mencegah (inhibisi)
konversi glikogen hati kembali ke glukosa dan meningkatkan penggunaan glukosa
darah. Glibenklamid bekerja dengan cara menstimulasi sekresi insulin setiap
pemakaian glukosa. Insulin yang dihasilkan akan mengubah glukosa dalam darah
menjadi glikogen yang akan disimpan dalam jaringan otot atau jaringan adiposa.
Sehingga hal ini menunjukan bahwa glibenklamid mempunyai efek antidiabetes
atau dapat menurunkan tekanan darah.
Glibenklamid, akarbosa dan metformin dapat dikatakan memberikan efek
antidiabetes karena sesuai dengan hasil yang diperoleh dari kelompok kontrol
positif yang menunjukan terjadinya penurunan kadar glukosa darah dari waktu ke
waktu setelah pemberian larutan glukosa. Efektivitas obat antidiabetes yang
dihasilkan dari metformin lebih besar atau efektif dibandingkan glibenklamid. Hal
ini terjadi karena menurut jurnal British Medical Journal (BMJ) 2008
menyatakan bahwa glibenklamid dapat menyebabkan hipoglikemia apabila
dikonsumsi dalam jangka waktu lama sedangkan metformin jarang menyebabkan
efek hipoglikemia. Selain itu terapi tunggal metformin dapat ditoleransi dengan
baik dan memiliki kemampuan mengontrol kadar gula darah lebih baik bila
dibandingkan dengan terapi tunggal glibenklamid. Sehingga metformin biasanya
menjadi pilihan pertama pada pengobatan diabetes melitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai