B. Etiologi
1) Indikasi yang berasal dari ibu ( Etiologi )
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin
/ panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida,
solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu
preeklampsia - eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai
penyakit ( Jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista
ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
1
C. Patofisiologi
Terjadi kelainan Pada Ibu dan Kelainan Pada Janin menyebabkan
Persalinan Normal Tidak Memungkinkan akhirnya harus dilakukan SC.
D. Manifestasi Klinik
a) Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan diikuti oleh beberapa gejala klinis antara lain :
hipertensi antara 140/90 atau kenaikan systole dan diastole 30
mmHg/15 mmHg. Oedema kaki tangan atau muka atau kenaikan berat
badan I kg/mgg. Proteinuria 0.3 gr/24 jamatau plus 1-0, oliguria.
b) Preeklamsia berat
Preeklamsia berat ditandai dengan gejala klinis : hipertensi
160/110 mmHg, proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5 oliguria 400cc/24
jam. Oedema paru dapat disertai sianosis. Serta disertai keluhan
subjektif:nyeri kepala frontal, gangguan penglihatan, nyeri
epigastrium.
c) Eklampsia
Eklampsia ditandai dengan gejala-gejala preeklamsia xan disertai
koma ataupun konvulsi.
E. Komplikasi
1) Infeksi puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis
dsb.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
2
Anjuran Operasi
- Dianjurkan jangan hamil lebih kurang satu tahun dengan
munggunakan alat kontrasepsi.
- Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengam antenatal yang
baik.
- Yang dianut adalah “Once a cesarean not always a cesarean”
kecuali pada panggul sempit atau disporposi segala pelvik.
F. Pemeriksaan penunjang
- USG, untuk menentukan letak implantasi plasenta.
- Pemeriksaan hemoglobin
- Pemeriksaan Hema tokrit
G. Penatalaksanaan
1) Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
a) Persiapan Kamar Operasi
- Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
- Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain
operasi
b) Persiapan Pasien
- Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi
- Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga
pasien
- Perawat memberi support kepada pasien.
- Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di
cukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan
antiseptic).
- Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk
mengetahui penyakit yang pernah di derita oleh pasien.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
- Pemeriksaan USG.
- Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
3
untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara
serupa 10 mg morfin.
Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang
diberikan adalah 50 mg.
Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100
mg Meperidin.
Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.
b) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan
tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang
dan keadaan fundus harus diperiksa.
c) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL,
terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam
pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di
bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling
lambat pada hari kedua.
d) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau
pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus
belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari
kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada
hari ketiga.
e) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan
bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar,
sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan
dengan pertolongan.
f) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka
yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan,
secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat
setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien
dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
g) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi
hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat
4
kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang
menunjukkan hipovolemia.
h) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika
ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara
yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
5
ASUHAN KEPERAWATAN POST SC
A. PENGKAJIAN
Sirkulasi : Hipertensi, pendarahan per vagina
Makanan : Nyeri epigastrium
Nyeri : Distroria, nyeri tekan uterus, persalinan lama
Seksualitas : Tumor / neo plasma yang dihambat jalan lahir
kehamilan multiple atau gestari, disproposi sopalo pelvis, riwayat sc
sebelumnya
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan,
agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical
record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan
masuk, keadaan umum tanda vital.
d. Data Psikologis
- Pasien biasanya dalam keadaan labil.
- Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
6
- Harga diri pasien terganggu
B. DIAGNOSA
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri akut berhubungan dengan trauma
pembedahan (Doengoes,2001).
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
/ kulit rusak (Doengoes,2001).
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
(Doengoes,2001).
C. PERENCANAAN
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri akut berhubungan dengan trauma
pembedahan (Doengoes,2001).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
gangguan rasa nyaman nyeri tersebut dapat berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.
b. Tampak rileks, mampu tidur.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan lokasi dan 1. Pasien mungkin tidak secara verbal
karakteristik ketidaknyamanan, melaporkan nyeri dan
perhatikan isyarat verbal dan ketidaknyamanan secara langsung.
non verbal seperti meringis. Membedakan karakteristik khusus
dari nyeri membantu membedakan
nyeri paska operasi dari terjadinya
komplikasi.
2. Beri informasi dan petunjuk 2. Meningkatkan pemecahan
antisipasi mengenai penyebab masalah, membantu mengurangi
ketidaknyamanan dan intervensi nyeri berkenaan dengan ansietas.
yang tepat.
3. Evaluasi tekanan darah dan nadi 3. Pada banyak pasien, nyeri dapat
; perhatikan perubahan prilaku menyebabkan gelisah, serta
tekanan darah dan nadi meningkat.
Analgesia dapat menurunkan
7
tekanan darah.
INTERVENSI RASIONAL
9. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel 9. Demam paska operasi hari
darah putih. ketiga, leucositosis dan
tachicardia menunjukkan
infeksi. Peningkatan suhu
sampai 38,3 C dalam 24 jam
pertama sangat
mengindentifikasikan infeksi.
10. Kaji lokasi dan kontraktilitas 10. Setelah kelahiran sesarea fundus
uterus ; perhatikan perubahan tetap pada ketinggian umbilikus
involusi atau adanya nyeri tekan selama sampai 5 hari, bila
uterus yang ekstrem. involusi mulai disertai dengan
peningkatan aliran lokhea,
perlambatan involusi
meningkatkan resiko
endometritis. Perkembangan
nyeri tekan ekstrem menandakan
kemungkinan jaringan plasenta
tertahan atau infeksi.
11
b) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
c) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.
INTERVENSI RASIONAL
12
DAFTAR PUSTAKA
13