Tabel 5.2 Distribusi Data Stres family Caregiver ODS di Wilayah Kerja
Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember (n=35)
Variabel Mean Median SD Min-Max 95% (CI)
Stres family 31,31 33 4,7 20-40 29,69-32,92
Caregiver
Sumber: Data Primer Januari 2018
Berdasarkan tabel 5.2 yang memuat hasil penelitian nilai rata-rata stres
family caregiver ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
yaitu sebesar 31,31dengan standar deviasi sebasr 4,7. Nilai minimum stres family
caregiver yaitu 20 dan maksimum yaitu 40. Sedangkan hasil confidence interval
95% yang diyakini yaitu sebesar 29,69 sampai dengan 32,92. Pada hasil akhir
penilaian stres family caregiver yaitu semakin renda nilai berarti semakin tinggi
stres yang dialami family caregiver ODS.
5.2.3 Hubungan Self Compassion dengan Stres family Caregiver ODS di Wilayah
Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
a. Normalitas Data
Mengidentifikasi kenormalan distribusi data self compassion dan stres
family caregiver ODS dilakukan dengan uji normalitas dengan dasar pengambilan
keputusan berdasarkan data distribusi normal jika nilai alpha > 0,05 dan data
dikatakan tidak normal jika nilai alpha <0,05 dengan menggunakan uji saphiro
wilk. Hasil uji saphiro wilk dapat dilihat selengkapnya pada tabel 5.6.
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalital Shapiro Wilk Distribusi Data Self Compassion dan
Stres Family Caregiver ODS di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari
Kabupaten Jember (n=35)
Shapiro-wilk Distribusi
Variabel Statistic df Sig Data
Tabel 5.6 menunjukkan nilai pada variabel self compassion dengan nilai
Shapiro-wilk sebesar 0.985 dan p value atau signifikansi yaitu 0.908 (>0,05), yang
berarti distribusi data normal. Variabel stres family caregiver (SRQ) yaitu nilai
signifikansi 0.041 (<0,05), yang berarti distribusi data tidak normal, dan nilai
Shapiro-wilk sebesar 0.936.
b. Hubungan Self Compassion dengan Stres family Caregiver ODS di Wilayah
Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
Analisis uji statistik hubungan self compassion dengan stres family caregiver
ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember dapat dilihat
dalam tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4 Analisis Hubungan Self Compassion dengan Stres Family Caregiver
ODS di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
(n=35)
Variabel Mean SD N p- r
value
self compassion 71.3143 7.33554 35
stres family caregiver ODS 31,3143 4,70151 35 0.021 0.388
(SRQ)
Sumber: Data Primer Januari 2018
5.3 Pembahasan
5.3.1 Self Compassion Family Caregiver ODS di Wilayah Kerja Puskesmas
Mumbulsari Kabupaten Jember
Hasil analisis deskriptif dari self compassion family caregiver ODS di
wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember menunjukkan hasil rata-
rata self compassion family caregiver ODS adalah sebesar sebesar 71,31. Semakin
tinggi nilai self compassion, maka self compassion individu family caregiver ODS
semakin tinggi. Hasil penelitian dari nilai self compassion ini menunjukkan bahwa
68,57% menunjukkan besarnya self compassion dalam diri family caregiver ODS
di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember. Self compassion
yang dimaksud adalah self compassion dalam diri family caregiver terhadap
penerimaan diri dengan adanya masalah keluarga dalam merawat ODS. Seperti
yang dikatakan oleh Germer (2009) bahwa self compassion merupakan suatu
bentuk penerimaan diri suatu individu dalam bentuk penerimaan secara kognitif
dan emosional terhadap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, seperti
penderitaan, kegagalan, ketidakmampuan diri melakukan sesuatu, dan
pengalaman tidak menyenangkan lainnya.
Penerimaan diri menjadi salah satu bentuk mekanisme koping keluarga atau
respon terhadap stresor dalam merawat ODS. Hal ini menjadi salah satu manfaat
yang didapat oleh individu dengan memiliki self compassion yang tinggi. Self
compassion mampu membentu individu untuk membentuk penguatan diri secara
psikologis dengan melibatkan penataan emosi, yaitu dengan cara menurunkan
emosi negatif dan meningkatkan emosi positif dengan penuh kesadaran dan
kebaikan (kindness) (Akin, 2010; Kristiana, 2017).
Hasil penelitian lain yang dilakukan pada 34 keluarga dengan ODS sebagai
responden menunjukkan hasil bahwa 29 orang (85%) mengalami stres normal,
dan sebanyak 5 orang (15%) mengalami stres ringan (Mirza et al, 2015). Hal
serupa juga diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari et al
(2016) bahwa sebanyak 18 orang (56,25%) keluarga yang merawat ODS yang
memiliki tingkat stres sedikit rendah dari rata-rata. Shah et al (2013) dalam hasil
penelitiannya menunjukkan bahkan mencapai 83% dari 50 orang sampel family
caregiver mengalami stress psikologis dan mencapai 40% berisiko mengalami
depresi ansietas dalam memberikan perawatan pada ODS
Stres keluarga merupakan suatu kondisi krisis dalam keluarga yang terjadi
karena sumber dan strategi koping keluarga yang tidak adaptif terhadap berbagai
ancaman yang dialami keluarga (Friedman et al, 2010). Stres family caregiver
merupakan sebagai suatu bentuk tekanan psikologis, dan seringkali terjadi atau
dikeluhkan oleh family caregiver, termasuk dalam merawat ODS. Kondisi stres
family caregiver ODS dimanifestasikan dalam bentuk ketegangan fisik,
kebosanan, keputusasaan, cemas, peningkatan rasa malu yang berlebihan kepada
masyarakat sekitar, isolasi sosial, sedih berkepanjangan, bahkan frustasi mencari
pengobatan ODS (Hoening dan Hamilton dalam Kaakinen et al, 2010; Cabral et
al, 2014). Pada keluarga ODS, Menurut Robins dalam Maryam (2016) stres
family caregiver terjadi karena strategi koping keluarga yang tidak adaptif secara
efektif dalam mengatasi berbagai bentuk ancaman stressor. Family caregiver tidak
mampu mengelola emosi yang pada akhirnya membawa keluarga berada dalam
kondisi psikologis yang tidak menyenangkan dalam upaya beradaptasi terhadap
tuntutan peran keluarga sebagai caregiver ODS (Nasriati, 2017; Puspitosari et al,
2015; Nihayati, 2016).
Peneliti berasumsi bahwa stres pada family caregiver sebagai salah satu
bentuk respon negatif terhadap masalah yang dialami dalam merawat ODS,
karena pada dasarnya pengobatan ODS cenderung membutuhkan waktu yang
lama, proses yang panjang, dan keteraturan pengobatan. Sehingga kesabaran dan
kesiapan baik dalam hal psikologis dan material dalam menghadapi ODS sangat
dibutuhkan. Selain itu, stres family caregiver juga dipengaruhi oleh stigma negatif
masyarakat turut serta menjadi hal yang mengganggu keluarga dalam merawat
ODS.
Tindakan ini menjadi salah satu pilihan terakhir keluarga yang telah
mengalami keputusasaan dari berbagai usaha pengobatan yang telah ditempuh
selama ini. Kondisi ini turut mendukung dan meningkatkan tingkat kekambuhan
ODS dan memperburuk kondisi psikologis ODS (Sasono dan Rohmi, 2017).
Mengabaikan ODS dan menghindari kontak langsung dengan ODS karena
keluarga cenderung merasa takut, gelisah, dan cemas berada didekat ODS,
sehingga memilih menghindari untuk berhubungan dan memenuhi kebutuhan
ODS (Herminsih et al, 2017). Stigmatisasi negatif seperti diolok-olok dan
perilaku kekerasan yang kemungkinan akan dilakukan oleh keluarga atau
masyarakat sekitar terhadap ODS (Puspitasari dalam Sasono dan Rohmi, 2017).
Penolakan atau kurangnya penerimaan keluarga terhadap ODS (Wardhani, 2013).
5.3.3 Hubungan Self Compassion dengan Stres Family Caregiver ODS di
Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
Hasil uji analisis statistik yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hasil
nilai p-value sebesar 0.021 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara self
compassion dengan stres family caregiver ODS di wilayah kerja Puskesmas
Mumbulsari Kabupaten Jember. Penelitian ini sejalan dengan yang dikatakan oleh
Sirois et al (2016) bahwa self compassion mampu meningkatkan kesejahteraan
psikologis dan mengurangi stres psikologis terhadap perawatan pasien dengan
penyakit kronis, meskipun hanya berkorelasi dengan kondisi stres psiklogis
rendah. Self compassion erat kaitannya dengan mekanisme individu dalam respon
starategi koping baik adaptif maupun maladaptif. Pada dasarnya self compassion
memang mengandung dua unsur penataan emosi yaitu emosi positif dan emosi
negatif (Neff, 2003), dan tergantung dari setiap individu dalam self report
emosinya didepan orang lain, meskipun bertolak belakang dengan emosi yang
sebenarnya dirasakan responden.