Anda di halaman 1dari 10

BAB 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran UPT Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember


Bab ini membahas terkait dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hubungan self compassian dengan stres family caregiver ODS di wilayah kerja
Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember yang dilakukan penelitian mulai
tanggal 6 Januari – 19 Januari 2018 yang berlokasi di wilayah kerja puskesmas
Mumbulsari Kabupaten Jember. Puskesmas Mumbulsari membawahi 8 wilayah
yang meliputi Desa Mumbulsari, Desa Suco, Desa Lampeji, Desa Lengkong, Desa
Tamansari, Desa Karang Kedawung, Desa Kawang rejo, dan Desa Dawuhan.
Puskesmas Mumbulsari memiliki banyak program kesehatan untuk yang telah
dilakukan, salah satunya adalah bidang kesehatan jiwa. Puskesmas Mumbulsari
telah melaksanakan program pengobatan rutin bagi ODS yang berada di
komunitas dan melakukan pendampingan keluarga paska ODS keluar dari rumah
sakit jiwa. Kegiatan kunjungan rumah rutin dilakukan oleh pihak tenaga
kesehatan puskesmas untuk memastikan kepatuhan pengobatan dan
menghindarkan kejadian pemasungan kembali pada ODS oleh keluarga.

5.2 Hasil Penelitian


5.2.1 Self Compassion Family Caregiver ODS di Wilayah Kerja Puskesmas
Mumbulsari Kabupaten Jember
Data self compassion family caregiver diperoleh dari menggunakan Self
Compassion Scale (SCS) yang telah baku dari penelitian Kristiana (2017) yang
terdiri dari 26 pertanyaan dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Data Self Compassion Family Caregiver ODS di Wilayah
Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember (n=35)

Variabel Mean Median SD Min-Max 95% (CI)


Self 71.31 72 7.34 55-89 68.79-73.83
Compassion
Sumber: Data Primer Januari 2018

Tabel 5.1 menunjukkan hasil penelitian bahwa rata-rata self compassion


family caregiver ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
yaitu sebesar 71,3, standar deviasi sebasar 7,34, nilai minimum 55 dan nilai
maksimum yaitu sebesar 89. Sedangkan hasil confidence interval 95% yang
diyakini yaitu sebesar 68,79 sampai dengan 73,83. Semakin tinggi nilai self
compassion, maka self compassion individu family caregiver ODS semakin
tinggi.

5.2.2 Stres family Caregiver ODS di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari


Kabupaten Jember
Data stres family caregiver ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari
Kabupaten Jember didapatkan dengan menggunakan kuesioner Self Reposting
Questionare (SRQ) yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban iya
dan tidak. Berikut hasil penelitian yang dimuat dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Data Stres family Caregiver ODS di Wilayah Kerja
Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember (n=35)
Variabel Mean Median SD Min-Max 95% (CI)
Stres family 31,31 33 4,7 20-40 29,69-32,92
Caregiver
Sumber: Data Primer Januari 2018
Berdasarkan tabel 5.2 yang memuat hasil penelitian nilai rata-rata stres
family caregiver ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
yaitu sebesar 31,31dengan standar deviasi sebasr 4,7. Nilai minimum stres family
caregiver yaitu 20 dan maksimum yaitu 40. Sedangkan hasil confidence interval
95% yang diyakini yaitu sebesar 29,69 sampai dengan 32,92. Pada hasil akhir
penilaian stres family caregiver yaitu semakin renda nilai berarti semakin tinggi
stres yang dialami family caregiver ODS.

5.2.3 Hubungan Self Compassion dengan Stres family Caregiver ODS di Wilayah
Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
a. Normalitas Data
Mengidentifikasi kenormalan distribusi data self compassion dan stres
family caregiver ODS dilakukan dengan uji normalitas dengan dasar pengambilan
keputusan berdasarkan data distribusi normal jika nilai alpha > 0,05 dan data
dikatakan tidak normal jika nilai alpha <0,05 dengan menggunakan uji saphiro
wilk. Hasil uji saphiro wilk dapat dilihat selengkapnya pada tabel 5.6.

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalital Shapiro Wilk Distribusi Data Self Compassion dan
Stres Family Caregiver ODS di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari
Kabupaten Jember (n=35)

Shapiro-wilk Distribusi
Variabel Statistic df Sig Data

Self compassion 0.985 35 0.908 Normal


Stres family caregiver 0.936 35 0.041 Tidak
ODS (SRQ) Normal
Sumber: Data Primer Januari 2018

Tabel 5.6 menunjukkan nilai pada variabel self compassion dengan nilai
Shapiro-wilk sebesar 0.985 dan p value atau signifikansi yaitu 0.908 (>0,05), yang
berarti distribusi data normal. Variabel stres family caregiver (SRQ) yaitu nilai
signifikansi 0.041 (<0,05), yang berarti distribusi data tidak normal, dan nilai
Shapiro-wilk sebesar 0.936.
b. Hubungan Self Compassion dengan Stres family Caregiver ODS di Wilayah
Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
Analisis uji statistik hubungan self compassion dengan stres family caregiver
ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember dapat dilihat
dalam tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4 Analisis Hubungan Self Compassion dengan Stres Family Caregiver
ODS di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
(n=35)

Variabel Mean SD N p- r
value
self compassion 71.3143 7.33554 35
stres family caregiver ODS 31,3143 4,70151 35 0.021 0.388
(SRQ)
Sumber: Data Primer Januari 2018

Tabel 5.4 menunjukkan nilai rata-rata self compassion family caregiver


ODS yaitu sebesar 71.3143 dan nilai rata-rata stres family caregiver ODS (SRQ)
yaitu 31,3143. Sedangkan hasil uji statistik Spearman diperoleh nilai p value
sebesar 0.021(<0.05) dengan tingkat kepercayaan (CI:95%) dapat disimpulkan
bahwa Ha gagal ditolak yang berarti ada hubungan self compassion dengan stres
family caregiver ODS di wilayah keja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember.

5.3 Pembahasan
5.3.1 Self Compassion Family Caregiver ODS di Wilayah Kerja Puskesmas
Mumbulsari Kabupaten Jember
Hasil analisis deskriptif dari self compassion family caregiver ODS di
wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember menunjukkan hasil rata-
rata self compassion family caregiver ODS adalah sebesar sebesar 71,31. Semakin
tinggi nilai self compassion, maka self compassion individu family caregiver ODS
semakin tinggi. Hasil penelitian dari nilai self compassion ini menunjukkan bahwa
68,57% menunjukkan besarnya self compassion dalam diri family caregiver ODS
di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember. Self compassion
yang dimaksud adalah self compassion dalam diri family caregiver terhadap
penerimaan diri dengan adanya masalah keluarga dalam merawat ODS. Seperti
yang dikatakan oleh Germer (2009) bahwa self compassion merupakan suatu
bentuk penerimaan diri suatu individu dalam bentuk penerimaan secara kognitif
dan emosional terhadap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, seperti
penderitaan, kegagalan, ketidakmampuan diri melakukan sesuatu, dan
pengalaman tidak menyenangkan lainnya.

Penerimaan diri menjadi salah satu bentuk mekanisme koping keluarga atau
respon terhadap stresor dalam merawat ODS. Hal ini menjadi salah satu manfaat
yang didapat oleh individu dengan memiliki self compassion yang tinggi. Self
compassion mampu membentu individu untuk membentuk penguatan diri secara
psikologis dengan melibatkan penataan emosi, yaitu dengan cara menurunkan
emosi negatif dan meningkatkan emosi positif dengan penuh kesadaran dan
kebaikan (kindness) (Akin, 2010; Kristiana, 2017).

Keberadaan self compassion dalam diri family caregiver ODS sangat


ditentukan oleh banyak faktor, yaitu selain dari dalam individu tersebut tetapi juga
dari lingkungan sekitar family caregiver ODS. Menurut Nasriati (2017)
mengatakan bahwa tekanan dari luar keluarga ODS dapat berupa stigma dari
masyarakat tentang penyakit gangguan jiwa. Stigma yang tinggi terhadap keluarga
dan ODS membuat kondisi psikologis keluarga akan mengalami peningkatan.
Bahkan, resiko depresi juga akan dialami oleh keluarga. Kondisi ini menunjukkan
bahwa kesehatan psikologis family caregiver ODS juga patut untuk diperhatikan
oleh tenaga kesehatan, karena self compassion yang adekuat dari dalam diri family
caregiver ODS sangat dibutuhkan untuk meningkatkan koping adaptif terhadap
berbagai kondisi yang dialami, bahkan hingga kondisi terburuk sekalipun.
5.3.2 Stres family Caregiver ODS di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari
Kabupaten Jember
Analisis deskriptif dari hasil uji statistik penelitian terkait dengan stres
family caregiver ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
menunjukkan bahwa rata-rata 31,3143, dengan standar deviasi 4,70151. Nilai
minimum yang diperoleh dalam penelitian yaitu 20 dan maksimum 40. Hasil nilai
penelitian stres family cergiver menunjukkan bahwa semakin rendah nilai maka
semakin tinggi stres family caregiver ODS. Nilai rata-rata stres family caregiver
ODS di wilayah kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember mencapai
78,28% dari nilai maksimal 20 dari kuesioner (SRQ) penelitian stres family
caregiver . Hal ini juga Hal serupa juga dikatakan oleh Mubin dan Andriani
(2013) dalam penelitian tentang tingkat stress pada keluarga yang memiliki
penderita gangguan jiwa di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal dengan hasil
persentase tertinggi yaitu stress sedang sebanyak 52 orang (66,7), sedangkan
persentase terendah yaitu stress ringan sebanyak 8 orang (10,3%).

Hasil penelitian lain yang dilakukan pada 34 keluarga dengan ODS sebagai
responden menunjukkan hasil bahwa 29 orang (85%) mengalami stres normal,
dan sebanyak 5 orang (15%) mengalami stres ringan (Mirza et al, 2015). Hal
serupa juga diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari et al
(2016) bahwa sebanyak 18 orang (56,25%) keluarga yang merawat ODS yang
memiliki tingkat stres sedikit rendah dari rata-rata. Shah et al (2013) dalam hasil
penelitiannya menunjukkan bahkan mencapai 83% dari 50 orang sampel family
caregiver mengalami stress psikologis dan mencapai 40% berisiko mengalami
depresi ansietas dalam memberikan perawatan pada ODS

Stres keluarga merupakan suatu kondisi krisis dalam keluarga yang terjadi
karena sumber dan strategi koping keluarga yang tidak adaptif terhadap berbagai
ancaman yang dialami keluarga (Friedman et al, 2010). Stres family caregiver
merupakan sebagai suatu bentuk tekanan psikologis, dan seringkali terjadi atau
dikeluhkan oleh family caregiver, termasuk dalam merawat ODS. Kondisi stres
family caregiver ODS dimanifestasikan dalam bentuk ketegangan fisik,
kebosanan, keputusasaan, cemas, peningkatan rasa malu yang berlebihan kepada
masyarakat sekitar, isolasi sosial, sedih berkepanjangan, bahkan frustasi mencari
pengobatan ODS (Hoening dan Hamilton dalam Kaakinen et al, 2010; Cabral et
al, 2014). Pada keluarga ODS, Menurut Robins dalam Maryam (2016) stres
family caregiver terjadi karena strategi koping keluarga yang tidak adaptif secara
efektif dalam mengatasi berbagai bentuk ancaman stressor. Family caregiver tidak
mampu mengelola emosi yang pada akhirnya membawa keluarga berada dalam
kondisi psikologis yang tidak menyenangkan dalam upaya beradaptasi terhadap
tuntutan peran keluarga sebagai caregiver ODS (Nasriati, 2017; Puspitosari et al,
2015; Nihayati, 2016).

Peneliti berasumsi bahwa stres pada family caregiver sebagai salah satu
bentuk respon negatif terhadap masalah yang dialami dalam merawat ODS,
karena pada dasarnya pengobatan ODS cenderung membutuhkan waktu yang
lama, proses yang panjang, dan keteraturan pengobatan. Sehingga kesabaran dan
kesiapan baik dalam hal psikologis dan material dalam menghadapi ODS sangat
dibutuhkan. Selain itu, stres family caregiver juga dipengaruhi oleh stigma negatif
masyarakat turut serta menjadi hal yang mengganggu keluarga dalam merawat
ODS.

Menurut Purnama et al (2016) mengatakan bahwa stigma masyarakat yang


terus tumbuh terhadap ODS dan keluarga dapat merugikan dan memperburuk
kondisi ODS dan keluarga dalam menjalankan pengobatan. Stigma negatif
masyarakat terhadap ODS tidak hanya mengganggu interaksi sosial keluarga
dengan masyarakat, tetapi juga bahkan menyebabkan kasus terburuk yaitu seperti
bunuh diri, penolakan terhadap pencarian pengobatan, penurunan harga diri, dan
pemasungan kembali bagi ODS oleh keluarga (Girma et al, 2013).

Peneliti berasumsi bahwa stigma masyakatat yang muncul karena masih


adanya ketakutan masyarakat terhadap kekambuhan ODS yang dapat berupa
perilaku kekerasan atau mengamuk. Kondisi inilah yang juga ditakutkan oleh
family caregiver terhadap ODS. Namun, seharusnya family caregiver
mendapatkan dukungan yang positif dari masyarakat dalam mendukung dan
mengusahakan kesembauhan ODS. Hasil penelitian yang dilakukan Muhlisin
(2015) menyatakan sebaliknya, dimana ODS yang berada atau kembali
kekeluarganya justru tidak mendapatkan dukungan dari rekan-rekan, keluarga,
dan juga lingkungan masyarakat sekitar. Kondisi inilah yang menjadi salah satu
faktor ODS mengalami kekambuhan.

Peneliti berasumsi bahwa kurangnya dukungan yang kurang terhadap


keluarga dalam merawat dan mengusahakan kesembuhan, tidak hanya
menimbulkan dampak negatif kepada keluarga ODS maupun meningkatkan
kekambuhan ODS, tetapi akan berdampak lebih buruk pada ODS yang dilakukan
oleh keluarga sebagai respon negatif keluarga, yaitu seperti pemasungan dan
pengabaian ODS. Seperti halnya yang disampaikan dalam penelitian keluarga
resisiten terhadap berbagai bentuk informasi terkait dengan perawatan dan
pengobatan ODS dirumah dan ditatanan klinis (Sadock dan Sadock dalam
Herminsih et al, 2017; Kurnia, 2015). Berbagai bentuk pelanggaran hak asasi
ODS, yaitu penyiksaan, pengurungan (pasung), dan diskriminasi (Sari, 2009).

Tindakan ini menjadi salah satu pilihan terakhir keluarga yang telah
mengalami keputusasaan dari berbagai usaha pengobatan yang telah ditempuh
selama ini. Kondisi ini turut mendukung dan meningkatkan tingkat kekambuhan
ODS dan memperburuk kondisi psikologis ODS (Sasono dan Rohmi, 2017).
Mengabaikan ODS dan menghindari kontak langsung dengan ODS karena
keluarga cenderung merasa takut, gelisah, dan cemas berada didekat ODS,
sehingga memilih menghindari untuk berhubungan dan memenuhi kebutuhan
ODS (Herminsih et al, 2017). Stigmatisasi negatif seperti diolok-olok dan
perilaku kekerasan yang kemungkinan akan dilakukan oleh keluarga atau
masyarakat sekitar terhadap ODS (Puspitasari dalam Sasono dan Rohmi, 2017).
Penolakan atau kurangnya penerimaan keluarga terhadap ODS (Wardhani, 2013).
5.3.3 Hubungan Self Compassion dengan Stres Family Caregiver ODS di
Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember
Hasil uji analisis statistik yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hasil
nilai p-value sebesar 0.021 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara self
compassion dengan stres family caregiver ODS di wilayah kerja Puskesmas
Mumbulsari Kabupaten Jember. Penelitian ini sejalan dengan yang dikatakan oleh
Sirois et al (2016) bahwa self compassion mampu meningkatkan kesejahteraan
psikologis dan mengurangi stres psikologis terhadap perawatan pasien dengan
penyakit kronis, meskipun hanya berkorelasi dengan kondisi stres psiklogis
rendah. Self compassion erat kaitannya dengan mekanisme individu dalam respon
starategi koping baik adaptif maupun maladaptif. Pada dasarnya self compassion
memang mengandung dua unsur penataan emosi yaitu emosi positif dan emosi
negatif (Neff, 2003), dan tergantung dari setiap individu dalam self report
emosinya didepan orang lain, meskipun bertolak belakang dengan emosi yang
sebenarnya dirasakan responden.

Keinginan family caregiver untuk tetap menunjukkan kesadaran akan


kewajiban tetap harus memberikan perawatan bagi ODS dalam keadaan apapun,
optimisme akan kesembuhan ODS, serta inisiatif untuk tetap merasakan
kebahagiaan dalam setiap kondisi hingga kondisi keluarga terburuk sekalipun
mampu menjadi preventif stres family caregiver ODS. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Astuti (2015) bahwa penataan emosi positif tersebut adalah fungsi
self compassion yang dijadikan sebagai bentuk mekanisme koping keluarga dalam
menghadapi kondisi stres, depresi, dan ansietas.

Penelitian yang dilakukan oleh MacBeth dan Gumley (2012) mengatakan


hal yang sebaliknya bahwa self compassion tidak berkorelasi secara signifikan
dengan patopsikologi stres dengan p-value 0.61 (>0.05). Peneliti berasumsi pada
hasil penelitian tersebut terjadi karena responden cenderung menutupi kondisi
stres yang dialaminya dan berusaha menunjukkan sikap penerimaan diri yang
positif ketika dilakukan penelitian kondisi psikologisnya. Kondisi tersebut
ditunjukkan dengan ketidakpatuhan pengobatan ODS, penurunan motivasi
pencarian pengobatan untuk ODS, perilaku mengabaikan ODS, dan resisten
terhadap berbagai informasi terkait perawatan dan pengobatan ODS. Selain itu,
terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres family caregiver ODS seperti
munculnya kesulitan keluarga dalam manajemen beban tampak dari keterbatasan
keluarga dalam merawat ODS, serta resiko pada ODS apabila tidak ada yang
mengawasi mereka. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kebosanan
yaitu faktor dari diri keluarga, dari ODS, dan dari lingkungan (Rufiyah dan
Sutharangsee, 2011). Faktor keluarga disini terjadi karena kebutuhan merawat
ODS setiap hari (spent per day). Faktor ODS, yaitu berhubungan dengan gejala
klinis ODS dan ketidakmampuan ODS dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan faktor lingkungan, yaitu berhubungan dengan keberadaan anggota
keluarga lain yang turut membantu melakukan perawatan untuk ODS secara
bergantian (Reknoningsih et al, 2014).

Anda mungkin juga menyukai