Air - Limbah Pabrik
Air - Limbah Pabrik
ABSTRAK
Industri otomotif menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat dan gas. Limbah ini dihasilkan oleh proses
produksi yang paling dominan antara lain yaitu proses painting, stamping dan machining. Berdasarkan studi kasus
pada industri otomotif di Southeastern Michigan, karakteristik limbah cair logam berat yang terkandung tergolong
sulit untuk direduksi terutama air limbah yang dihasilkan pada proses produksi dalam tahapan painting. Konsentrasi
logam berat terutama Cu2+, Zn2+, Pb2+ dan Cr2+ selalu melebihi baku mutu yang berlaku sehingga memerlukan
pengolahan yang efisien. Pengolahan konvensional yang efisien yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode
presipitasi kimia dengan bantuan katalisator sodium sulfida (Na2S-) yang efektif bekerja pada pH rendah. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa dibutuhkan massa sodium sulfida sebesar 3,156551449 kg/hari dan jumlah solid
yang dihasilkan adalah sebesar 5,484239025 kg/hari.
PENDAHULUAN
Industri otomotif merupakan salah satu industri manufaktur yang tidak sekedar memenuhi kebutuhan masyarakat
akan kepemilikan transportasi, namun juga sebagai bagian dari inovasi teknologi yang semakin maju. Perkembangan
industri otomotif yang semakin meningkat tentu saja menimbulkan dampak pada pencemaran lingkungan sebagai
hasil samping yang dihasilkan oleh industri ini berdasarkan proses produksi yang dilakukan antara lain yaitu proses
painting, stamping dan machining.
Limbah industri otomitif dapat menimbulkan pencemaran terhadap tanah, air maupun udara di sekitarnya apabila
tidak dikelola dengan benar. Hai ini disebabkan karena jenis limbah yang dihasikan oleh industri ini berupa limbah
cair, padat dan gas. Limbah cair yang dihasilkan industri otomotif berupa kandungan organik yang tinggi, bahan
inorganik termasuk logam berat serta minyak dan lemak. Pengolahan limbah cair terutama pada polutan logam berat
perlu dilakukan karena apabila dibiarkan pencemaran logam berat ini dapat besifat terakumulasi pada lingkungan
dan mengakibatkan efek lebih lanjut terutama bagi makhluk hidup dan kesehatan manusia. Beberapa logam berat
yang dihasilkan oleh industri otomitif antara lain Al, Cd, Cr, Cu, Fe, Ni, and Zn. Pengolahan limbah cair yang
dilakukan untuk mengatasi pencemaran yang dihasilkan menggunakan teknologi yang dianggap paling efektif dan
efisien.
Teknologi pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan pada industri otomotif yaitu pengolahan secara konvesional
dan pengolahan limbah tingkat lanjut sehingga polutan yang diolah dapat dikonversi dan diterima dengan baik oleh
lingkungan. Pengolahan konvensional termasuk pengolahan menggunakan metode secara fisik, kimia dan biologi
dan pengolahan tingkat lanjut dimana proses nya termasuk proses oksidasi dan proses pemisahan menggunkan
membran. Pengolahan logam berat limbah cair industri otomotif yang paling banyak dilakukan yaitu dengan
pengolahan secara presipitasi kimia karena tidak ada batasan bagi konsentrasi polutan yang akan diolah, serta
memerlukan energy pengolahan yang cenderung sedikit dan pengaplikasiannya memakan biaya paling rendah
terutama untuk volume air limbah yang sangat banyak. Beberapa bahan kimia yang dipakai dalam pengolahan
secara presipitasi kimia yaitu sodium hydroxide, sodium sulphide, Alum, iron salts seperti iron sulphide, ferric
sulphate, phosphate salts (terutama untuk logam berat seperti As, Cd, Cr, Zn, Cu, Pb, Hg and Ni) and hydrated lime
(Tayal, 2011). Bahan kimia yang paling bagus dipakai untuk presipitasi kimia pada limbah cair industri otomotif
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kim dkk 2002 yaitu menggunakan sodium sulfida.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Produksi
Industri otomotif merupakan salah satu industri yang berpengaruh besar dalam perubahan kualitas lingkungan.
Proses produksi pada industri manufaktur ini mempunyai banyak proses yang berbeda pada tiap proses produksinya
meliputi volume dan karakteristik limbah yang dihasilkan. Proses produksi pembuatan mobil contohnya,
mempunyai proses produksi yang tergolong rumit. Proses utama otomotif industri terutama pembuatan mobil secara
umum meliputi stamping, jointing and assemblage, anticorrosion, priming, finishing, dan assembly. Proses utama
secara umum dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa dalam proses body
assembly termasuk proses stamping, jointing and assemblage, setelah itu ditambah dengan proses anti corrosion
treatment, then priming, finishing dan proses akhir dari assembly.
Gambar 1. Proses produksi stamping, jointing and assemblage, anticorrosion, priming, finishing, dan assembly
Proses produksi pada industri manafaktur otomotif yang paling banyak menghasilkan limbah cair dengan kandungan
karakteristik logam berat yaitu pada proses anti-corrosion dan painting sehubungan dengan bahan baku yang
dipakai banyak mengandung bahan B3, penggunaan solvent dan logam berat yang dominan yaitu Ni, Cu, Cr Ni, Pb,
and Zn (Källander, 2008).
Logam berat
Industri otomotif pada studi kasus di Southeastern Michigan mempunyai karakteristik limbah cair logam berat yang
tergolong tinggi dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1. Konsentrasi logam berat terutama Cu dan Ni selalu
melebihi baku mutu yang berlaku sehingga memerlukan pengolahan yang efisien. Karakteristik limbah cair yang
digunakan berasal dari pengolahan assembly pada tahapan painting. Karakteristik limbah cair pada tahapan ini
memiliki konsentrasi yang paling tinggi dan kebanyakan tidak memenuhi baku mutu yang berlaku.
Tabel 1. Karakteristik limbah cair industri otomotif di Southeastern Michigan
Keterangan : Sesuai dengan KepMen LH No. 51/1995 Baku Mutu limbah cair bagi kegiatan Industri, baku mutu air limbah cair
untuk industri cat
Pemilihan Alternatif Pengolahan Air Limbah Otomotif
Teknik pengolahan logam berat pada limbah cair industri secara konvensional antara lain yaitu presipitasi kimia,
adsorpsi, ekstrasi larutan (solvent extraction), teknik pemisahan menggunakan membran, pertukaran ion, teknik
elektrolitik, koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi, proses membran, proses pengolahan secara biologi dan
menggunakan reaksi kimia (Badmus,2007). (Berikut ini merupakan bagan alternatif pengolahan air yang dapat
digunakan untuk meremoval kandungan polutan dalam air limbah otomotif, terutama kandungan logam beratnya
antara lain yaitu:
Bagan tersebut menunjukkan beberapa metode yang bisa digunakan dalam pengolahan limbah yang mengandung
logam berat dalam hal ini limbah industri otomotif.
Berdasarkan uraian beberapa pengolahan limbah cair untuk mengolah logam berat dipilih alternatif pengolahan
presipitasi kimia karena paling efisien.
Presipitasi Kimia Logam Berat Dengan Sodium Sulfida
Presipitasi kimia merupakan teknologi pengolahan dimana seperti sulfida, hidroksida dan karbonat bereaksi dengan
polutan organik dan inorganik yang ada pada air limbah yang kemudian membentuk presipitasi yang sulit untuk
dilarutkan lagi (insoluble) dalam hal ini terjadi pengendapan. Teknologi pemisahan ini pada umumnya terdiri dari 4
fase:
1. Menambahkan bahan kimia ke air limbah
2. Proses pengadukan cepat untuk mendistribusikan bahan kimia secara homogen pada air limbah
3. Pengadukan lambat bertujuan sebagai proses untuk memperbesar flok (membentuk presipitasi padat yang sulit
untuk dilarutkan) dan,
4. Filtrasi, settling atau penuangan untuk menghilangkan partikel padat dalam bentuk flok.
Fase-fase tersebut dapat menunjukkan kondisi ambien menurut standar lingkungan yang ditetapkan dan
pengolahannya bisa dikontrol secara otomatis, sehingga pengerjaannya bisa dikatakan efisien karena tidak
memerlukan biaya yang terlalu besar seperti pengolahan lainnya. Hidrogen sulfida atau garam-garam sulfida terlarut
adalah bahan kimia yang banyak dipakai di industri otomitif dalam pengolahan secara presipitasi kimia. Sulfida ini
dianggap paling efektif dalam menghilangkan logam yang kompleks dan logam berat seperti merkuri, timah dan
perak dari air limbah industri.
Presipitasi logam berat dengan sulfida dilakukan dengan menggunakan Na 2S sebagai precipitating agent untuk
mengendapkan kation-logam berat. Penambahan Na2S akan menyebabkan adanya reaksi S2- dengan kation logam
atau meningkatnya jumlah ion S2- dalam air limbah, sehingga semakin banyak logam terendapkan sebagai logam-
sulfidanya. Presipitasi sulfida tidak menyebabkan terbentuk kompleks logam yang akan melarutkan kembali
endapan logam yang telah terbentuk. Hal ini sangat baik sehingga presipitasi sulfida dapat dilakukan dengan lebih
efektif dibandingkan presipitasi hidroksida yang memerlukan control pH yang lebih teliti. Dalam berbagai penelitian
presipitasi menggunakan sulfida memiliki pencapaian optimum yang tinggi rata-rata lebih dari 95% (Adli, 2012).
Maka dari itu, di dalam paper ini menggunakan presipitasi sulfida untuk mereduksi logam berat pada air limbah
industri otomotif yang dikenal sulit untuk diolah karena banyak mengandung shelating agent (Kim, 2002).
PEMBAHASAN
Pengolahan limbah cair industri otomotif dalam paper ini dilakukan dengan proses netralisasi-copresipitasi dengan
menggunakan presipitator Na2S. Na2S terbentuk akibat proses srubbing yang menggunakan NaOH yang berfungsi
untuk mengikat zat-zat pencemar yang ada di pada limbah cair industri otomotif terutama logam beratnya .
Presipitan memakai Na2S berdasarkan penelitian Kim dkk ( 2002) yang menunjukkan efisiensi removal logam berat
pada limbah cair industri otomotif yang paling optimum.
Presipitan Na2S efektif pada pH rendah yaitu pH 5 (Marchioretto,2002), karakteristik limbah cair industri otomotif
yang digunakan mempunyai rentang pH 5-10. Penambahan HCl tidak perlu digunakan karena pH air limbah yang
sudah sesuai dengan efektifitas bekerjanya presipitan Na 2S, tatapi memerlukan NaOH untuk menetralkannya
sehingga bisa memenuhi baku mutu air limbah dan dapat dibuang ke lingkungan dengan aman.
Berat atom
Cu = 65 Pb = 207,19 Na = 23
Zn = 65 Cr = 52 S = 32
Stokiometri
Cu2+ + S-2 C ............................................... (1)
Na2S + H2O 2Na+ + HS− + OH− ....................... (2)
Na2S 2Na+ + S2- ........................................... (3)
Perhitungan kebutuhan Na2S per hari untuk bereaksi dengan Cu2+ :
Beban Cu2+hari = konsentrasi Cu2+ x Qlimbah
= 2,81 mg/L x 378000 L/hari
= 1.062.180 mg/hari : BACu2+
= 1.062.180 mg/hari : 65 mg/mol
= 16.341,23077 mol/hari
Dari persamaan reaksi 1 dan 3 secara stokiometri didapat :
1
Na2S = x 1 x 16.341,23077 mol/hari x 55 mg/mol
1
= 898.767,6923 mg/hari = 0,898767692 kg/hari Na2S
Dry Solid yang dihasilkan per hari dari persamaan dibawah akibat pengendapan Na 2S, secara stokiometri:
Cu2+ + Na2S CuS + Na2+
1
molCuS = x 16.341,23077 mol = 16.341,23077 mol
1
CuS = 16.341,23077 mol x BACuS = 16.341,23077 mol x 97 mg/mol
CuS = 1.585.099,385 mg
Jadi kebutuhan Total Na2S perhari = Kebutuhan Na2S perhari untuk mengendapkan Cu2+ + Na2S perhari untuk
mengendapkan Zn2+ + Na2S perhari untuk mengendapkan Pb2+ + Na2S perhari untuk mengendapkan Cr2+
= 0,898767692 kg/hari Na2S + 1,08108 kg/hari Na2S + 0,069236449 kg/hari Na2S + 1,107467308 kg/hari Na2S
= 3,156551449 kg/hari Na2S
Jumlah solid yang dihasilkan oleh Cus, ZnS, PbS dan CrS adalah 5.484.239,025 mg/hari atau 5,484239025 kg/hari
Koagulasi
- td = 20”-60” 10-15 menit agar dosis precipitant dapat tercampur dengan baik. (diambil 15 menit)
- G=gradien Kecepatan = 700-1000 mps/m (900mps)
- Kedalaman = H = 1,25 D
- D = diameter tangki koagulan
1ℎ𝑎𝑟𝑖
Volume Tangki Koagulan = 378 m3/hari x x 15 min = 3,9375 m3
1440𝑚𝑖𝑛
1 1
Volume Tangki Koagulan = πD2H = πD2(1,25D)
4 4
Diameter Tangki Koagulan = 1,7441m
Kedalaman Tangki Koagulan = 1,25(1,7441) = 2,18m = 2,2 m
𝑊 𝑃
G =√ √µ𝑉
µ
Flokulator
Desain Kriteria :
td = 15’-30’ (Hazardous and Industrial Waste Treatment, Charles Hass, p.145) (ambil td = 25’)
G = 5 mps/m-100 mps/m, (Reynolds, 1982) (ambil 5 mps/m)
G.td = 104 – 105 (Weber, 1972)
Flokulator didesain seri dengan tingkat kedalaman yang sama. Dengan lebar bak flokulator = 5 m (yang langsung
terhubung dengan bak pengendap II).
Nilai G1=50 s-1, G2=20 s-1, G3=10 s-1, sehingga nilai G rata-rata = 26,7 s-1
Cek td dengan nilai
Nilai G.td diantara 10.000 dan 100.0000 sehingga td=45 min. Sangat memadai.
Volume Bak Flokulator :
v = 378 m3/harix45minx1hari/1440min = 11,8125 m2
𝑉 11,8125 𝑚2
Luas Area bak = = 2,3625 𝑚2
𝑊 5𝑚
Jika diasumsikan bak flokulator berbentuk kotak dengan p:h = 3:1
3x(x) = 2,3625 𝑚2
x = 1m, maka dimensi bak panjang = 2,4m, lebar = 5 m, kedalaman 1,021m.
Volume = 2,4 x 5 x 1 = 12m3
Clarifier
Desain Kriteria Clarifier :
OFR = 40 m3/d.m2
Solid Loading (SL)= 244 kg/d.m2
Kedalaman = 3,7 m – 4,6 m
td = 1-2,5 jam
ketebalan sludge < 0,6 m
Qlimbah= 378 m3/hari
QR= debit Lumpur yang direcycle = 70%
QR= 0,7 x 378 m3/hari = 264,6 m3/hari
Qin = Qlimbah+ QR
= 378 m3/hari + 264,6 m3/hari
= 642,6 m3/hari
Tabel Metcalf 14.6
copper = 800 mg/kg dry solid
Zinc = 1700 mg/kg dry solid
Lead = 500 mg/kg dry solid
Chromium = 500 mg/kg dry solid
Jumlah solid yang dihasilkan oleh Cus = 1.585.099,385 mg, ZnS = 1.906.632 mg, PbS = 301.103,0253 mg dan CrS
1.691.404,615 mg, total solid yang dihasilkan adalah 5.484.239,025 mg/hari atau 5,484239025 kg/hari.
Jumlah sludge yang dihasilkan :
Oleh CuS = 301.103,0253 mg/hari : 800 mg/kg dry solid
= 376,3787816 kg dry solid/hari
Oleh ZnS = 1.906.632 mg/hari : 1700 mg/kg dry solid
= 1,121548235 kg dry solid/hari
Oleh PbS = 301.103,0253 mg/hari : 500 mg/kg dry solid
= 602,2060506 kg dry solid/hari
Oleh CrS = 1.691.404,615 mg/hari : 500 mg/kg dry solid
= 3.382,80923 kg dry solid/hari
Total sludge = 376,3787816 kg dry solid/hari + 1,121548235 kg dry solid/hari + 602,2060506 kg dry solid/hari +
3.382,80923 kg dry solid/hari
= 4.362,51561 kg dry solid/hari
Keterangan Gambar:
1. Influent 3. Koagulasi 5. Clarifier 7. Sludge
2. Tangki Pelarut Presipitan 4. Flokulasi 6. Efluent 8. Sludge Treatment
KESIMPULAN
Kesimpulan yang pada paper ini adalah pengolahan limbah industri otomotif menggunakan teknik netralisasi-
presipitasi. Presipitan yang digunakan untuk mengolah air limbah adalah sodium sulfida, efektif pada pH asam,
sesuai dengan pH asli air limbah yaitu pH 5. Massa sodium sulfida sebesar 3,156551449 kg/hari dan jumlah solid
yang dihasilkan adalah sebesar 5,484239025 kg/hari.
REFERENSI
Adli, Hadyan. 2012. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Dengan Metode Presipitasi dan Adsorpsi Untuk
Penurunan Kadar Logam Berat. Skripsi, Universitasi Indonesia, Depok.
Asli Baysal, Nil Ozbek and Suleyman Akman. 2013. Determination of Trace Metals in Waste Water and Their
Removal Processes: Waste Water - Treatment Technologies and Recent Analytical Developments. Istanbul
Technical University, Turki
B. R. Kim, M.ASCE.,W. A. Gaines., M. J. Szafranski., E. F. Bernath., dan A. M. Miles. 2002. Removal of Heavy
Metals from Automotive Wastewater by Sulfide Precipitation. Journal of Environmental Engineering, Vol.
128, No. 7, July 1.
Cesar Ray Ratman dan Syafrudin. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 Di Pt. Toyota Motor Manufacturing
Indonesia. Jurnal Presipitasi, Vol. 7, No.2, September 2.
Källander, Kristina. 2008. Establishment of Swedish waste water technologies in Chinese automotive industry – case
studies in Wuhan. Uppsala University, Sweden.
KepMen LH No. 51/1995 Baku Mutu limbah cair bagi kegiatan Industri
M.A.O. Badmus*, T.O.K. Audu and B.U. Anyata. 2007. Removal Of Heavy Metal From Industrial Wastewater
Using Hydrogen Peroxide. African Journal of Biotechnology Vol. 6 (3), pp. 238-242, February 5.
Marchioretto, Marina Maya. 2002. Optimization Of Chemical Dosage In Heavy Metals Precipitation In
Anaerobically Digested Sludge. Congreso Interamericano de Ingenierria Sanitaria y Amciental Cancun,
Mexico, Oktober 27-31.
Shuchi Tayal. 2011. Feasibility Studies on Recycling/Reuse of Wastewater from Automobile Industry. Disertasi,
Thapar University, Patiala, Punjab
Wastewater Treatment Technologies: Pollution Prevention Guidance Manual for the PFPR Industry.