Anda di halaman 1dari 2

Web of caution (WOC) NAMA : Rohayani

ASFIKSIA NIM : G3A017267

ETIOLOGI

FAKTOR IBU
FAKTOR FAKTOR FAKTOR
PLASENTA FETUS NEONATUS

Kegagalan sistem
Hipoksia ibu Gangguan aliran tali pusat anastesi multiorgan
solusi plasenta APGAR
darah uterus
plasenta previa melilit leher
Trauma
Perubahan fungsi Respirator
kompresi tali Appearanc
hipoventilisasi gangguan perdarahan jantung Activity i
kontraksi plsenta pusat e
Kelainan
uterus congenital 0 = Biru 0 = tidak ada
pemberian obat pucat 0 = Respiratori
Bayi pucat dan Asidosis
analgetika atau Jika DJJ normal Usaha
perdarahan metabolik
dan ada mekonium kebiru-biruan Hipoksia
anastesia bernafas
atau
: janin mulai minimal atau 1= Tubuh merah 1 = Fleksi
respiratori 1 = tak teratur
hipoksia janin asfiksia tidak ada ekstrimitas biru ekstrimitas
eklamsia.

2= tangis
Jika DJJ 160 x/mnt 2 = Merah kencang
ke atas dan ada 2 = Fleksi
Tahap ventilasi Bila janin kekurangan O2 seluruh tubuh
mekonium : janin kuat gerak
dan kadar CO2 bertambah
sedang asfiksia aktif
Janin akan mengadakan
Grimace
Tahap awal pernapasan intra uterin
1. Pasang sungkup
2. Ventilasi, setiap 30 Jika DJJ 100 x/mnt
Pulse 0= tidak
detik hentikan dan 1. Jaga bayi agar tetap ke bawah dan ada air ketuban dan mekonium ada
hangat mekonium : janin dalam paru
lakukan penilaian denyut jantung akan
2. Atur posisi bayi dalam gawat
ulang napas. menurun 0= tidak
3. Isap lender 1=
ada
3. Siapkan rujukan jika 4. Keringkan dan Bronkus tersumbat dan menyeringai
bayi belum bernapas berikan rangsangan pernapasan yang dalam terjadi atelektasis
1=<
spontan sesudah 2 taktil
100x/menit 2=
menit resusitasi. 5. Atur kembali posisi alveoli tidak berkembang batuk/bersin
4. Lanjutkan ventilasi, kepala bayi Tekanan darah bayi juga
2= > 100
nilai ulang napas dan menurun
x/menit
nilai denyut jantung
apnea
etiologi Bersihan jalan nafas tidak efektif Kerusakan pertukaran gas b/d
Gangguan pemenuhan kebutuhan
berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan
O2 b/d ekspansi yang kurang
penumpukan mukus lendir. adekuat ketidakseimbangan ventilasi
patofisiologi

Manifestasi klinis Tujuan : Klien tidak mengalami sesak


Tujuan : Rata-rata repirasi dalam batas normal
napas, RR klien normal (30-
(30-40x/menit), Pengeluaran sputum melalui
tujuan :Mempertahankan kadar PO2 / PCO2 dalam
jalan nafas, Tidak ada suara nafas tambahan 40x/menit), Kulit klien tidak pucat
penatalaksanaan batas normal ( pO2 : 80-100mmHg, pCO2 : 35-
(ronchi/wheezeng)
45mmHg), Klien tidak mengalami sesak napas, Suhu
tubuh dalam keadaan normal ( S 36-37ºC

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan


1. Mengauskultasi suara nafas
ekspansi dada
sebelum dan sesudah suction.
2. Auskultasi bunyi napas
2. Memberitahu keluarga tentang 1. Kaji status pernafasan,perhatikan
3. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi
suction tanda-tanda distres pernafasan(mis,
telentang dengan gulungan popok dibawah
3. Mengobservasi adanya tanda- takipnea, pernafsan cuping hdung,
bahu untuk menghasilkan sedikit
tanda distres pernafasan mengorok, retraksi,ronki, atau krekels)
hiperektensi
4. Memposisikan bayi miring 2. Gunakan pemantauan oksigen
4. Berikan rangsang taktil yang segera ( mis,
kekanan setelah memberikan transkutan atau oksimeter nadi. Catat
gosokkan punggung bayi ) bila terjadi
makan kadar setiap jam. Ubah sisi alat setiap
apnea.
5. Melakukan hisap mulut dan 3-4 jam
5. Mengobservasi warna kulit.
nasopharing dengan spuit sesuai 3. Hisap hidung dan orofaring dengan
6. Kolaboras: Berikan oksigen tambahan
kebutuhan hati-hati,sesuai kebutuhan.

r. Soetomo. RSU.1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu


Kesehatan anak. Surabaya: FK UNAIR
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: gagal nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
Infomedika
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya
Manuaba, Ida Bagus, 1998. IlmuKebidananPenyakitKandungan Dan
KeluargaBerencanaUntukPendidikanBidan, Jakarta :Arcan. Menurut WHO, setiap tahunnya , sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis ObstetriJilid 2. Jakarta : EGCVivian, Nani Angka kejadian
L.D. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8.
Jakarta: EGC. seluruh kematian balita, sebanyak 38% meninggal pada masa BBL (IACMEG, 2005).
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC.
Markum. AN. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. BCS. IKA Fakultas Kematian BBL di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Wong. Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediktif. EGC. Jakarta. (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO, 2007)

Anda mungkin juga menyukai