Pengaruh Latihan Pasif Stretching Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Bina Lanjut Usia Kabupaten Jayapura
Pengaruh Latihan Pasif Stretching Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Bina Lanjut Usia Kabupaten Jayapura
NASKAH PUBLIKASI
OLEH :
AJI SUBEKTI
NIM: A.015712003
Oleh :
ABSTRAK
1)
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Jayapura
2)
Dosen STIKES Jayapura
3)
Dosen STIKES Jayapura
THE CORRELATION BETWEEN PASSIVE EXERCISE (STRETCHING) TOWARD
PAIN DECLINE OF KNEE JOINT ON ELDERLY AT SOCIAL RESIDENTIAL
FOR ELDERLY IN SENTANI JAYAPURA REGENCY
By:
ABSTRACT
Along with the increasing of age impact consequent of aging process include mental, spiritual and
psychosocial changing. Apparently among the various problems, musculoskeletal problem stays as
the second thread (6%) after cardiovascular diseases on elderly. Our effort in this case can be done
by passive exercise therapy (stretching). The purpose of this study was to know the correlation
between passive exercise (stretching) toward pain decline of knee joint on elderly at social
residential for elderly in Sentani-Jayapura Regency on August 22nd – 28th 2016. The research
method is quasi experiment research with pre test and post test design on two case and control
group. Population is the elderly with 6 people as case group and 6 people also as control group.
Pain intensity obtained using Verbal Numerical Rating Scale (VNRS) after Laseque and O’conel
test. This passive exercise (stretching) is the experiment in decreased the pain intensity on knee
joint of elderly.
The results showed that pain intensity on case group before passive exercise (stretching) on their
knee found as 1 people (16,7%) acquired minor pain intensities, 2 people (33,3%) in moderate pain
intensity and 3 people (50%) experienced severe pain intensity. Meanwhile on control group 1
people (16,7%) experienced minor pain intensity and 5 people (83,3%) in moderate pain intensity.
On the case group after passive exercise (stretching) on knee for 7 days, the pain intensity
decreasing, where found 1 people (16,7%) experienced no pain, 4 people (66,6%) in minor pain
intensity and 1 people (16,7%) in moderate pain intensity. There is correlation between passive
exercise (stretching) towards pain decline of knee joint on elderly at Social Residential for Elderly
in Sentani-Jayapura Regency ( p value = 0,001).
1)
Nursing Student at STIKES Jayapura
2)
Nursing Lecturer at STIKES Jayapura
3)
Nursing Lecturer at STIKES Jayapura
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas
(Pranyana, 2015). Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir
dengan kematian (Padila, 2013).
Seiring dengan bertambahnya usia, timbul perubahan–perubahan
sebagai akibat proses menua (aging process), meliputi perubahan fisik
mental, spiritual dan psikososial. Dari berbagai masalah ternyata gangguan
muskuloskeletal menempati urutan kedua 6% setelah penyakit kardiovaskuler
dalam pola penyakit masyarakat usia > 60 tahun (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan survei World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (38%)
dari pola penyakit lansia (WHO, 2015).
Nyeri sendi adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia di bawah 40 tahun dan lebih sering
dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Kemampuan fleksibilitas lansia menurun
sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan
leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan.
Fleksibiltas dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu otot, tendon, ligamen, usia,
jenis kelamin, suhu tubuh dan struktur sendi (Ibrahim, 2015).
Menurut WHO, melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang
penyakit nyeri sendi dan merupakan penyakit terbanyak yang diderita oleh
lansia sebanyak 38%, setelah itu hipertensi, anemia dan katarak. Jumlah
penderita artritis rheumatoid di dunia saat ini telah mencapai angka 355 juta
jiwa. Artinya 1 dari 6 penduduk bumi menderita penyakit arthtritis rheumatoid
(WHO, 2015). Sedangkan di Indonesia dari data Riset Kesehatan Dasar
nasional (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi nyeri sendi 24,7% dari jumlah
penduduk Indonesia.
Studi pendahuluan di Panti Bina Sosial Tresna Wherda “ Tat Twam
Asi Sentani Kabupaten Jayapura, penyakit yang diderita lansia tahun 2015
dengan nyeri sendi sebanyak 13 orang, sesak 1 orang, gangguan penglihatan
5 orang, sering kesemutan 5 orang, hipertensi 16 orang, TBC 1 orang, asma 1
orang, diabetes mellitus 3 orang dan stroke sebanyak 1 orang. Nyeri sendi
yang dialami lansia dapat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Dampak
dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh nyeri
sendi tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas
hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu mengakibatkan kecacatan seperti
kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik
yang tidak jelas dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian dan
mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan
citra diri serta risiko tinggi terjadi cidera. Salah satu cara untuk mengendalikan
nyeri sendi pada penderita rematik adalah dengan melakukan senam reumatik
(Laorensia, 2013).
Upaya yang dapat dilakukan dalam penurunan nyeri sendi pada kaki
melalui latihan pasif (stretching). Penelitian Pamungkas (2010) pada lansia
yang mengalami nyeri sendi dengan latihan pasif (stretching) berpengaruh
trehadap penurunan nyeri sendi. Frekuensi latihan yang dilakukan adalah 3
atau 5 kali per minggu secara teratur dan terus-menerus. Selain itu, latihan
pasif (stretching) harus dilakukan selama 15-30 menit.
Tujuan penelitian adlah untuk mengetahui “Pengaruh latihan pasif
(stretching) terhadap penurunan nyeri sendi lutut pada lansia di Panti Bina
Lanjut Usia Kabupaten Jayapura”.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yaitu penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre tes dan post
test pada dua grup kasus dan kontrol. Lokasi penelitian dilakukan di Panti Bina Lanjut
Usia Kabupaten Jayapura pada tanggal 22 – 28 Agustus 2016. Populasi adalah seluruh
lansia dengan kelompok kasus sebanyak 6 orang dan kelompok kontrol sebanyak 6
orang. Data intensitas nyeri diperoleh menggunakan skala Verbal Numerical Rating
Scale (VNRS) setelah dilakuan tes Laseque dan O’conel. Adapun teknik latihan pasif
pasif (stretching) sebagai ekspresimen dalam penurunan intensitas nyeri sendi.
C. HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Lansia
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Umur, Jenis kelamin,
Pendidikan dan Etnis/Suku dan Agama Pada Lansia di Panti Bina
Lanjut Usia Kabupaten Jayapura
No Karakteristik n %
1 Umur
a. 65-70 Tahun 8 66,7
b. 71-75 tahun 4 33,3
Jumlah 12 100
2 Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 6 50
b. Perempuan 6 50
Jumlah 12 100
3 Agama
a. Islam 2 16,7
b. Kristen Protestan 10 83,3
Jumlah 12 100
4 Pendidikan
a. Tidak sekolah 2 16,7
b. SD 8 66,6
c. SMP 2 16,7
Jumlah 12 100
5 Etnis/Suku
a. Papua 4 33,3
b. Non Papua 8 66,7
Jumlah 12 100
Berdasarkan Tabel 1 distribusi karakteristik lansia terbanyak pada
pada kelompok umur 65-70 tahun sebanyak 8 orang (66,7%), jenis kelamin
laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 6 orang (50%), terbanyak
beragama Kristen Protestan sebanyak 10 orang (83,3%) dan terbanyak
berpendidikan SD sebanyak 8 orang (66,6%) dan terbanyak dengan non
Papua sebanyak 8 orang (66,7%).
Latihan pasif
(stretching) Mean SD Standar Eror ρ value
Kasus
Pre 2,333 0,81650 0,3333
Post 1,000 0,62346 0,2580 0,023
1,333
Berdasarkan Tabel 4 di atas bahwa perbedaan intensitas nyeri sendi
pada sebelum latihan pasif (stretching) dengan nilai rata – rata = 2,333,
standar deviasi 0,81650. Sesudah diberikan senam latihan pasif (stretching)
dengan nilai rata – rata 0,62346 dengan standar deviasi 0,2580. Perbedaan
nilai rata – rata sebelum dan sesudah senam rematik = 1,333. Hasil uji
wilcoxon diperoleh p-value = 0,023, dengan demikian dinyatakan terdapat
pengaruh latihan pasif (stretching) terhadap penurunan nyeri sendi lutut
pada lansia di Panti Bina Lanjut Usia Kabupaten Jayapura.
5. Pengaruh intensitas nyeri sendi lutut sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol
Tabel 5. Distribusi responden intensitas nyeri sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol (n = 6)
Intensitas nyeri
pada kelompok Mean SD Standar Eror ρ value
kontrol
Pre 2,8333 0,40825 0,16667
Post 2,8333 0,40825 0,16667 1,0000
0
Berdasarkan Tabel 4 di atas bahwa perbedaan intensitas nyeri sendi
pada sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol dengan nilai rata – rata =
2,8333, standar deviasi 0,40825. Tidak ada perbedaan nilai rata – rata
intensitas nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. Hasil uji
wilcoxon diperoleh p-value = 1,0000, dengan demikian dinyatakan tidak
terdapat pengaruh penurunan nyeri sendi lutut pada lansia di Panti Bina
Lanjut Usia Kabupaten Jayapura yang tidak diberikan latihan pasif
(stretching).
6. Pengaruh intensitas nyeri sendi lutut sesudah pada kelompok kasus
dan kontrol
Tabel 4. Distribusi responden intensitas nyeri sebelum dan sesudah
latihan pasif (stretching) pada kelompok kasus (n = 6)
Intensitas nyeri
pada kelompok Mean SD Standar Eror ρ value
kasus dan kontrol
Post 0,83333 0,775277 0,30732 0,042
Berdasarkan Tabel 4 di atas bahwa perbedaan intensitas nyeri sendi
pada kelompok kasu dan kontrol sesudah latihan pasif (stretching) dengan
nilai rata – rata = 0,8333, standar deviasi 0,775277 dan standar error
0,30732.. Hasil uji wicoxon diperoleh p-value = 0,042, dengan demikian
dinyatakan terdapat pengaruh latihan pasif (stretching) terhadap penurunan
nyeri sendi lutut pada lansia pada kelompok kasus dan kontrol di Panti Bina
Lanjut Usia Kabupaten Jayapura.
D. PEMBAHASAN
1. Intensitas nyeri sebelum latihan pasif (stretching) pada Lansia
Hasil penelitian diperoleh bahwa intensitas nyeri pada kelompok
kasus dengan intensitas nyeri ringan sebanyak 1 orang (16,7%), nyeri
sedang sebanyak 2 orang (33,3%) dan nyeri berat sebanyak 3 orang (50%).
Sedangkan pada kelompok kontrol, yakni nyeri ringan sebanyak 1 orang
(16,7%) dan nyeri sedang sebanyak 5 orang (83,3%).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nahariani (2012), bahwa pada lansia ditemukan nyeri berat lebih banyak
dibandingkan nyeri ringan atau nyeri sedang, namun juga ditemukan tidak
ada nyeri pada lansia.
Nyeri yang terjadi pada lansia disebabkan adanya keterbatasan gerak
pada lansia yang kurang dilatih sehingga sendi lutut terutama otot
quadriceps mengalami atrofi dan menjadi lemah. Pada lansia yang
diteliti adalah lansia yang berumur antara 65-70 tahun dan 71-75 tahun.
Pada pengukuran nyeri dengan menggunakan tes laseque dan tes laseque
silang (O’conel) dengan melakukan peregangan terjadi intensitas nyeri
yang beragam pada lansia sehingga ditemukan lansia yang mengalami
nyeri ringan, sedang dan berat. Aktifitas yang kurang serta adanya
penurunan fisik menyebabkan lansia berisiko terjadinya nyeri sendi.
Sendi lutut dapat mengalami keterbatasan gerak apabila tidak
digerakkan akibat nyeri. Otot sekitar sendi lutut terutama otot
quadriceps mengalami atrofi dan menjadi lemah. Menurunnya fungsi
otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat
badan sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit dan
menimbulkan deformitas (Tulaar, 2011). Nyeri yang merupakan sensasi
subjektif dan pengalaman emosional tidak menyenangkan yang
memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter &
Perry, 2005 dalam Syahputra, 2013).
Lansia di Panti Bina Lanjut Usia yang mengalami nyeri sendi secara
umum terjadi kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada
sendi-sendi yang menahan berat dan pembentukaan tulang di permukaan
sendi yang jika tidak dipakai lagi mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri,
penurunan mobilitas sendi dan deformitas. Tulang yang tugasnya
mempertahankan bentuk tubuh juga mengalami kemunduran, zat kapur
yang dikandungnya mulai berkurang, sehingga mudah patah dan
persendian yang mengalami peradangan dapat menimbulkan rasa sakit
yang serius. Perasaan nyeri yang dirasakan orang lanjut usia berkurang jika
dibandingkan pada usia remaja.
Penyakit yang biasa disertai nyeri yang hebat bila diderita oleh orang
dewasa muda tidak dirasakan apa-apa, tetapi oleh orang usia lanjut
walaupun dirasa sakit namun sulit untuk melukiskan apa yang sebenarnya
dirasakan. Selain timbulnya tulang disekitar sendi akan mengganggu
gerakan dan menyebabkan sakit jika sendinya aktif. Seiring bertambahnya
usia tulang rawan ini akan menyusut disertai rasa sakit dan nyeri.
Osteoartritis terutama menyerang sendi-sendi yang mendukung berat
badan (Charlish, 2011)
2. Intensitas nyeri sesudah latihan pasif (stretching) pada Lansia
Upaya mengurangi rasa nyeri sendi, peneliti menggnakan latihan
pasif (stretching) untuk menurunkan nyeri sendi lutut. Latihan ini
dilakukan setiap hari selama 7 hari atau 1 minggu. Pada hari pertama
diperoleh intensitas nyeri yang berbeda – beda pada lansia. Pengulangan
yang dilakukan selama 7 hari dengan cara perengangan lutut, paha dan
serta latihan penguatan otot betis dapat meningkatakan otot quadriceps
yang mengalami atrofi. Dari hasil pelatihan pasif (stretching) diperoelh
adanya perubahan yang signifikan terhada penurunanintensitas nyeri
sendi bila dibandingkan pada lansia yang tidak diberikan latihan pasif
(stretching).
Stretching adalah bentuk dari penguluran atau peregangan pada
otot-otot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga
terdapat kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangant
rentan terjadi (Ahmad, 2012). Peregangan (stretching) adalah latihan
fisik yang merengangkan sekumpulan otot agar mendapatkan otot yang
elastis dan nyaman yang biasanya dilakukan sebelum atau sesudah
olahraga (Walker, 2013).
Hasil penelitian diperoleh bahwa sesudah pemberian latihan pasif
(stretching) pada kelompok kasus dengan intensitas nyeri, yakni tidak ada
nyeri sebanyak 1 orang (16,7%), nyeri ringan sebanyak 4 orang (66,6%)
dan nyeri sedang sebanyak 1 orang (16,7%). Sedangkan pada kelompok
kontrol tidak mengalami perubahan, yakni nyeri ringan sebanyak 1 orang
(16,7%) dan nyeri sedang sebanyak 5 orang (83,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan Pamungkas (2011) dan
penelitian Novikasari (2013), bahwa sesudah diberikan latihan rentang
gerak (stretching) terjadi penurunan intensitas nyeri sendi pada lansia. Hal
ini disebabkan latihan yang dilakukan merengangkan otot – otot serta
jaringan lunak tulang, sehingga lebih lentur dan mengurangi intensitas
nyeri sendi
Latihan stretching yang diberikan pada lansia di Panti Bina Lanjuta
Usia Kabupaten Jayapura mampu menurunkan intensitas nyeri yang
dialami. Latihan stretching yang dilakukan mengacu pada teknik atau
peragaan Ukraida (2014), selain mudah juga dapat dilakukan oleh semua
lanjut usia. Dalam penelitian ini, semua lansia yang diberikan latihan pasif
(stretching) tidak mengalami hambatan berkat adanya persiapan yang
telah dilakukan dan dibantu oleh pengelola panti dan asisten peneliti
dalam memberikan latihan pasif (stretching).
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Intensitas nyeri lansia pada kelompok kasus sebelum latihan pasif
(stretching) pada lutut diperoleh intensitas nyeri ringan sebanyak 1 orang
(16,7%), nyeri sedang sebanyak 2 orang (33,3%) dan nyeri berat sebanyak
3 orang (50%). Sedangkan pada kelompok kontrol, yakni nyeri ringan
sebanyak 1 orang (16,7%) dan nyeri sedang sebanyak 5 orang (83,3%).
2. Sesudah pemberian latihan pasif (stretching) pada lutut didapatkan pada
kelompok kasus selama 7 hari terjadi penurunan intensitas nyeri, yakni tidak
ada nyeri sebanyak 1 orang (16,7%), nyeri ringan sebanyak 4 orang (66,6%)
dan nyeri sedang sebanyak 1 orang (16,7%).
3. Terdapat pengaruh latihan pasif (stretching) pada lansia di Panti Bina Lanjut
Usia terhadap penurunan nyeri sendi lutut pada lansia di Panti Bina Lanjut
Usia Kabupaten Jayapura (p-value = 0,023).
F. SARAN
1. Bagi Panti Bina Lanjut Usia
Diharapkan dapat menerapkan latihan pasif (stretching) pada lansia
dengan frekuensi seminggu sekali selama 30 menit serta perlu adanya
pengawasan pada lansia melalui tenaga instruktur atau pelatih dalam terapi
untuk melakukan pemeriksaan fisik bagi lansia sebelum dilakukan
pemberian latihan pasif (stretching).
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai kajian dalam penerapan latihan pasif (stretching).baik
frekuensi maupun lama waktu latihan serta pengembangan latihan pasif
(stretching) untuk mencegah resiko atau cedera pada lansia, sehingga dapat
memberikan sumbangsih kelimuan dalam penerapan latihan pasif
(stretching).
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti hubungan aktivitas fisik
dengan intensitas nyeri sendi.
G. DAFTAR PUSTAKA
Handono S (2013) Upaya Menurunkan Keluhan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia di
Posyandu Lansia Sejahtera. Jurnal STIKES Volume 6, No. 1, Juli 2013 63.
http://www.stikesbaptis.co.id. diakses 2 Mei 2016.
Pasaribu, 2012. Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri pada pasien Pasca Bedah
ORIF di Rumah Sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
http://www.usu.co.id. diakses 4 Mei 2016
Pranyana C. A (2015) Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Keluhan Nyeri Dan
Peningkatan Rentang Gerak Pada Lansia Yang Mengalami Nyeri Reumatik
di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta. http://www.
umudusrakarta.co.id. diakses 2 Mei 2016.
Rosalina L (2014) Pengaruh Teknik Cat Stretch Exercise Terhadap Intensitas Nyeri
Haid Pada Siswi SMA Negeri 44 Jakarta Timur.
http://www.stiksintcarolus.co.id. diakses 2 Mei 2016.