PROGRAM PENDIDIKAN
MAGISTER PSIKOLOGI
Oleh:
94316003
1
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama :I
Jenis Kelamin : Wanita
Tempat, Tanggal Lahir :-
Tanggal Pemeriksaan : 15 Mei 2018
Usia : 13 Tahun
Suku Bangsa :-
Agama : Islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat Rumah : Klender
Tujuan Pemeriksaan : Melakukan asesmen diagnosis dan merancang
intervensi
Anak Ke - :1
Pemeriksa : Farisan Insani
Pembimbing :
Nama R I
Usia - -
Alamat - -
Suku Bangsa
Pendidikan - -
Pekerjaan - -
Perkiraan Tingkat - -
Sosial Ekonomi
2
3. Identitas Keluarga Klien
1 R - L - - Ayah
2 I - P - IRT Ibu
3 I - L - -- Subjek
4. Pendidikan Formal
Riwayat permasalahan di berikan oleh pihak panti dan pengasuh, dimana subjek
memiliki masalah dalam hal sulit fokus, serta sering menangis
3
Senin, 29/1/2018 09.00 – 14.00 Observasi +
Alloanamesa
D. Genogram
TTNG DW BTY SR
KLV ALI
4
= Laki- laki
= Perempuan
// = Perceraian
= Subjek
E. Observasi
1. Observasi Umum
a. Hari 1
Pada hari pertama peneliti melakukan briefing bersama dengan pihak panti,
serta berkeliling untuk memperkenalkan bagaimana kondisi serta situasi di
panti, namun pada hari pertama masih belum di berikan informasi mengenai
siapa dua orang subjek yang akan di tangani
b. Hari ke 2
Pada Hari ke 2 penulis kembali briefing dengan pihak panti untuk
menentukan subjek yang akan di tangani, dan peneliti mendapatkan subjek
yang bernama IN yang di tangani oleh pengasuh RTH.
c. Hari ke 3
Sekitar pukul 9.30 penulis sedang berada pada ruang belajar sedang berbicara
dengan salah satu pengajar disana, hingga tiba-tiba IN memasuki ruangan
belajar dan duduk sendirian di kursi sambil memakan cemilan, subjek
menggunakan pakaian training berwarna kuning, dan celana panjang
berwarna hitam bergaris putih. Pada saat berkenalan dan mengobrol dengan
subjek, subjek terlihat seperti yang tidak perduli, jarang menjawab, dan tidak
terlihat adanya kontak mata saat berbicara dengan penulis, dan hanya
5
sesekali menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat. Namun setelah
beberapa lama subjek pun mulai terlihat ramah, dan penulis pun mencoba
mendekatinya dengan memberikan latihan soal-soal matematika, dan subjek
terlihat bergembira ketika mengerjakannya, meskipun masih agak kesulitan
dalam mengerjakan soal matematika .
d. Hari ke 4
Subjek menggunakan Pakaian berwarna putih, dan celana panjang hita
bergaris putih, saat penulis datang sekitar pukul 09.30 subjek langsung
berlari menuju penulis, sambil tersenyum dan memanggil nama penulis,
serta mengajak penulis untuk salaman, tak lama kemudian subjek langsung
menarik tangan peneliti menuju ke depan asrama wanita dan duduk di teras
depan. Di sana subjek bercerita mengenai kegiatannya sehari-hari.
e. Hari ke 5
Pada hari ke 7, pada saat peneliti baru saja datang kepanti menggunakan
motor, subjek langsung mendatangi peneliti dan mengajak bersalaman,
setelah itu subjek langsung mengajak peneliti untuk masuk kedalam
kamarnya dan mengobrol disana, subjek saat itu menggunakan pakaian
berwarna putih dan celana training berwarna hitam.
f. Hari ke 9
Pada hari ini subjek menggunakan pakaian berwarna ungu gelap, dan celana
berwarna hitam, pada saat itu subjek terlihat seperti malu-malu ia hanya
dadah dari kejauhan, sambil tersenyum dari jendela ruang asrama pria, ketika
di datangi, subjek langsung lari, dan tersenyum lagi kearah peneliti.
6
2. Observasi Khusus
Selama peneliti melakukan penelitian di Panti, subjek terlihat cukup aktif di
sekitar panti seperti bermain bersama teman-temannya, namun yang sering
terlihat subjek hanya dekat dengan beberapa anak saja, terutama yang bernama
FAI, subjek juga beberapa kali terlihat tidak fokus ketika di ajak berbicara, dan
sering kali terlihat tiba-tiba terdiam dengan tatapan yang kosong, dan tidak
merespon ketika di panggil atau di sentuh tangannya, subjek juga sering kai
terlihat matanya berkaca-kaca ketika ada seseorang yang iseng padanya, atau
ketika ia sudah mulai kesal, dan sering kali terdengan subjek mengeluarkan kata-
kata kasar ketika sedang kesal, pada saat mengerjakan Tes, DAP, BAUM, HTP,
subjek terlihat kesulitan, terutama dalam menggambar DAP, subjek berkali-kali
mengatakan tidak bisa menggambar orang, bahkan subjek mengatakan lebih baik
menggambar kucing saja, lalu setelah subjek menggambar kucing, subjek
kembali menggambar orang, namun masih tetap kesulitan, hingga akhrinya
subjek bisa menggambar orang, meskipun bentuknya tak terlihat seperti orang,
selain itu dalam mengerjakan CFIT subjek telihat sering kali tiba-tiba bengong,
dan tidak fokus ketika sedang menjelaskan, pada saat melakukan tes Binet, di
perlukan waktu sekitar hampir 2 jam dengan beberapa kali istirahat, dikarenakan
subjek yang sulit sekali fokus ketika di berikan pertanyaan.
F. Anamesa
A. Autoanamesa
Subjek merupakan seorang anak perempuan yang masih berumur 13 tahun, tidak
terlalu banyak yang diketahui dari latar belakang keluarga subjek hal ini di
karenakan semenjak subjek berusia 6 hari ia telah di tinggal pergi oleh ibunya
yang bernama INM dari rumah sakit tanpa seizin petugas. Sedangkan untuk
ayahnya, hanya di ketahui bahwa ia bernama Rd, hingga akhirnya membuat
subjek di rawat oleh rumah sakit hingga berusia 6 bulan, namun tidak ada satupun
dari keluarga yang menjenguk IN.
Setelah selama 6 bulan subjek di rawat oleh pihak rumah sakit, subjek di
pindahkan ke PSAA Balita Tunas bangsa di daerah cipayung, setelah berada
7
dalam penanganan pihak PSAA balita, mereka telah melakukan kunjungan ke
rumah subjek IN, namun informasi yang diberikan oleh pihak keluarga IN pada
rumah sakit ternyata tidak sesuai, bahkan warga di daerah tersebut tidak
mengetahui orang tua subjek IN. 2
9
Subjek mengatakan bahwa ia sangat menyukai pelajaran menghitung, meskipun
baru bisa penjumlahan, dan pengurangan saja, untuk membaca sudah bisa sedikit-
sedikit, membaca jam juga subjek mengatakan sudah bisa, namun memang subjek
mengatakan ketika belajar di kelas subjek tidak mau kalau di minta untuk
menyanyi, atau berada di depan kelas, karena ia malu, namun subjek tidak
menjelaskan mengapa ia malu.
Dahulu subjek pernah terluka sampai 3 kali, kepalanya pernah bocor, akibat
teman-temannya di panti, ia mengatakan punya 2 musuh di panti , anak-anak itu
menurutnya galak, ia pernah sedang bermain di halaman bersama teman-
temannya, namun menurutnya entah kenapa temannya kesal dengannya dan
memukulnya dengan batu sampai kepalanya bocor. Selain itu subjek menunjukan
bahwa ia memiliki luka di bagian pahanya, subjek mengatakan bahwa luka itu ia
dapatkan ketika temannya iseng mencabut baut kayu atau besi penyangga yang
membuat subjek terjatuh, dan terluka.
B. Alloanamesa
a. Pengasuh Panti
Mas HRM merupakan pengasuh dari kamar tempat ALI tinggal, menurut Mas
HRM subjek merupakan anak yang baik, namun memang semakin kesini subjek
memang terlihat semakin malas, dan jadi sering berbohong, subjek biasanya
berbohong mengenai masalah sudah membereskan tempat tidur apa belum atau
sudah piket atau belum, subjek suka mengatakan sudah, namun ketika di periksa
ternyata masih berantakan, biasanya kalau seperti itu saya marahi, dan saya
awasi sampai subjek selesai membereskan tempat tidurnya, lalu masalah ibadah
subjek sering kali terlihat seperti malas, terutama seperti solat subuh, kalau
10
wudhu juga ia tidak langsung bergegas, pasti biasanya bagian terakhir
wudhunya, entah itu dia main dulu , atau ngobrol dulu di bagian belakang,
biasanya kalau memang masalah ibadah itu lebih ia kerasi anak-anaknya,
terkadang sampai pengasuh sabet bila anak-anak malas beribadah, bahkan ALI
juga suka mendapatkan sabetan darinya, Mas HRM mengaku terbuka-terbuka
saja untuk menceritakan hal ini, meskipun pernah ada mahasiswa yang sedang
PKL disana menentang cara mas HRM dalam mendidik anak-anaknya, namun
menurutnya ia hanya menjalankan cara Nabi dalam mendidik disiplin dalam
beribadah, dan mas HRM hanya melakukan kekerasan itu dalam hal mendidik
anak untuk ibadah saja namun tidak dalam hal lainnya.
b. PekSos
Subjek menurutnya merupakan anak yang baik, selalu menurut, dan juga rajin,
pada awalnya, akan tetapi dari waktu ke waktu sifatnya berubah menjadi malas,
ia jarang memperhatikan ketika di kelas, biasanya ia sibuk sendiri ketika teman-
teman lainnya memperhatikan, peksos pun mengatakan bahwa ALI itu anak
yang sombong dan Arogan, selain itu Peksos mempermasalahkan mengenai
masalah agama yang di anut subjek, karena subjek dulu pernah mengatakan
memiliki lukisan Yesus.
c. AGTH
Mas AGTH merupakan salah satu pengasuh yang bekerja di panti, ia
mengatakan bahwa memang benar ALI itu anak yang baik, tapi memang
temannya di sini hanya sedikit, hanya anak-anak tertentu saja yang berteman
dengannya, Mas AGTH mengatakan bahwa di panti banyak anak yang tidak
menyukainya, bahkan sampai mengatakan bahwa ALI itu banyak musuhnya,
ALI bahkan sampai pernah bocor kepalanya sampai kurang lebih 3 kali.
11
G. Rangkuman Biografi
Tabel G.1 Rangkuman biografi
Waktu Peristiwa Peristiwa Interpretasi
H. Dugaan Sementara
Dugaan sementara yang telah di telusuri melalui anamesa yang dilakukan terhadap
subjek dan beberapa orang yang berhubungan dekat dengan subjek, dapat di ambil
12
dugaan sementara yaitu perilaku berbohong yang di lakukan oleh subjek merupakan
hasil dari rasa malas yang di miliki subjek, dimana perilaku berbohong itu menjadi
suatu alasan yang subjek lakukan, untuk menghilangkan rasa takut yang di
akibatkan oleh perilaku malasnya
I. Tinjauan Pustaka
J. Tes Psikologi
13
K. Integrasi Hasil Data
Kognitif
14
yang membuatnya tidak
bisa dan tidak mampu
untuk ikut campur di
dalamnya, yang
terkadang membuatnya
merasa cemas.
Berdasarkan Anamesa, di
dalam keluarga subjek
pernah terjadi 2x
Relasi dengan keluarga perceraian, dan pada saat
pernikahan yang ke 3
subjek tidak mengetahui
mengenai pernikahan
tersebut.
L. Dinamika Masalah
Subjek adalah anak pertama dari dua bersaudara, dimana saudaranya yang kedua
bukanlah saudara kandung, akan tetapi saudara tiri dari pernikahan ibunya yang ke
15
dua. Dahulu subjek sangat dekat dengan ibu dan ayahnya, akan tetapi ketika subjek
masih kecil tiba-tiba orang tuanya bercerai, dan subjek ikut dengan ibunya subjek
pun tidak mengetahui alas an perceraian itu terjadi karena seingatnya mereka berdua
jarang terlihat bertengkar, semenjak perceraian itu subjek hidup hanya berdua
dengan ibunya, hingga ibunya memutuskan untuk menikah kembali dengan seorang
laki-laki dan di berkahi satu orang anak laki-laki.
Namun subjek hanya bisa bersekolah hingga SMK kelas 1 saja, karena ibunya tidak
mampu membiayainya dan memutuskan agar ia lebih baik bekerja saja, untuk
membantu keuangan keluarga, akhirnya subjek pun mengikuti saran ibunya, namun
tiba-tiba ada tawaran dari saudaranya yang merasa kasihan dengan subjek yang
masih memiliki keinginan untuk bersekolah, hingga akhirnya menawarkannya
untuk masuk ke panti, agar segala kebutuhannya bisa terpenuhi untuk bersekolah,
awalnya subjek ragu dengan tawaran tersebut, akan tetapi setelah mengobrol
16
dengan ibunya, dan masih adanya keinginan subjek untuk bersekolah, subjek
memutuskan untuk masuk ke panti sekitar bulan juli tahun 2017.
Kepindahan subjek kepanti tidak membawa tekanan pada diri subjek, subjek malah
senang, karena sementara bisa tidak terlalu merepotkan dan memberatkan ibunya,
dan subjek bisa fokus untuk bersekolah, di panti subjek juga termasuk anak yang
rajin mengikuti kegiatan dan mandiri. Meskipun pada awal kepindahan subjek ke
panti subjek sering menangis, karena rindu rumah, meskipun subjek mengatakan
hidup di panti menyenangkan, namun subjek tetap memilih tinggal dan merasa
nyaman di rumah. Selama ia bersekolah semenjak tinggal di panti pun subjek masih
berprestasi, bahkan sekarang ia ranking empat di sekolahnya.
Namun, ternyata selama subjek tinggal di panti, ada kabar mengejutkan yang baru
ia ketahui bulan desember kemarin ketika ia pulang kerumahnya, yaitu ternyata
ibunya telah menikah kembali tanpa memberi tahu subjek mengenai hal itu, bahkan
subjek sendiri tidak tahu bahwa ibunya memiliki rencana untuk menikah lagi, hal
itulah yang membuat subjek merasa kesal, sedih dan bingung ketika ia
menceritakan kisahnya pada peneliti, bahkan ketika di tanya mengenai ayahnya
yang baru, subjek menolak untuk membahasnya, dan namanya saja subjek mengaku
tidak tahu.
Selain itu meskipun subjek telah berprestasi, sering mendapatkan ranking, namun
subjek tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa hal itu adalah sebuah prestasi
membanggakan yang telah ia capai selama ini, menurutnya itu bukanlah sebuah
prestasi selama ia belum bisa membuat ibunya tersenyum, dan ia selalu merasa
bahwa ia selalu menyusahkan ibunya dan tidak bisa membuat ibunya tersenyum
meskipun ia telah berprestasi di sekolahnya. dan ia selalu mengatakan ketika di
tanya peneliti, bahwa ia tidak mau melihat ibunya menangis lagi.
Menurut Maslow , ada 5 kebutuhan atau tingkatan kebutuhan yang perlu di miliki
seseorang untuk bisa menyelesaikan dan mencapai tingkatan kebutuhan yang lebih
17
tinggi, pada diri subjek beberapa dari kebutuhan subjek telah menyelesaikan dan
mendapatkan hierarki kebutuhan yang pertama yaitu kebutuhan manusia yang
paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat dan udara, namun
permasalahan muncul pada tahapan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman.
Perceraian orang tua subjek yang pertama ketika ia masih kecil menyebabkan
munculnya dampak- dampak seperti Marah, sedih, menyalahkan dirinya sendiri,
dan kehilangan rasa aman. Kehilangan rasa aman dari seorang ayah yang menjadi
pelindung keluarganya, dan adanya kemungkinan pemikiran-pemikiran subjek
yang sudah mulai berubah akibat pisah dengan ayah kandungnya. Dan dampak dari
perceraian yang sangat berpengaruh, pada diri subjek yang selalu menyalahkan
dirinya sendiri karena tidak bisa membuat ibunya tersenyum.
M. Diagnosis
1. Axis 1 : V 71.09
2. Axis 2 : V 71.09
3. Axis 3 : pernah memiliki gejala medis ringan seperti batuk, pilek, kepala pusing
4. Axis 4 : Subjek memiliki permasalahan dengan “Primary Support Groupnya”
yaitu keluarganya. serta perasaan rendah diri
5. Axis 5 : GAF 81-90 (Tidak ada simtom atau simtom yang minimal, memiliki
fungsi diri yang baik dalam segala aspek, aktif dalam segala jenis
aktivitas, tidak lebih dari masalah sehari-hari. )
N. Prognosis
Prognosis SY menuju kearah positif, dimana diharapkan akan adanya perbaikan dari
masalah yang ada dan terlihat bahwa keberfungsian pada diri subjek tergolong baik
dan normal. Dengan sedikit bantuan penanganan maka subjek dapat berfungsi secara
18
lebih optimal dan akan lebih mampu lagi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar dan bisa kembali berhubungan dengan anak serta keluarganya
dengan lebih baik lagi.
O. INTERVENSI
1. Rancangan Intervensi
a. Latar belakang intervensi
Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi yang dilakukan oleh praktikan
akhirnya telah diperoleh beberapa permasalahan yang harus di selesaikan, maka
praktikan mengambil permasalahan, bahwa adanya permasalahan subjek yang
berhubungan dengan interaksi sosial dan adanya ketidak harmonisan subjek
dengan anak dan juga menantunya.
a. Tujuan Intervensi
1. Untuk Individu
a) Mencari tahu dinamika permasalahan subjek
b) Membantu subjek untuk menerapkan ilmu agama untuk di terapkan dalam
kehidupan subjek
c) Membantu subjek memaafkan serta merelakan hal yang tidak berkenan di
hati subjek sehingga subjek mampu focus menjalani hidup kedepannnya
d) Membantu subjek dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya
dengan orang lain
b. Tinjauan Pustaka
1. Konseling Individu
Konseling menurut Willis (2007) adalah suaru proses yang terjadi dalam
hubungan seseorang dengan seseorang yaitu individu yang mengalami masalah
19
yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah
memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien memecahkan
kesulitanya.
Konseling individual menurut Prayitno (1994) adalah proses pemberian
bantuan yang dialakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Langkah-langkah intentional counseling menurut Ivey, Ivey & Zalaquett
(2010) :
a) Rapport dan structuring, membangun kerja sama yang baik dengan klien
dan untuk membuat klien merasa nyaman dengan konselor. Structuring
dibutuhkan untuk menjelaskan tujuan dari konseling yang diberikan.
b) Story and Strength, mengumpulkan informasi, mendefinisikan masalah dan
mengidentidikasi aset.
c) Goal, menentukan tujuan, apa yang diinginkan oleh klien.
d) Restory, mencari alternative, mencari pemecahan dari masalah klien,
membuat kesepakatan mengenai solusi yang telah dipilih klien.
e) Action, Generalization dan transfer of learning, memungkinkan perubahan
dalam pikiran, perasaan, dan perilaku dalam kehidupan klien sehari-hari.
Intervensi Pelaksanaan
Rapport:
1. Membuat subjek merasa nyaman,
hingga mau menceritakan secara rinci
masalah subjek
2. Menjelaskan tujuan dari konseling yang
akan dilakukan
Konseling
Individu Story and strength:
1. Mendengarkan keluhan subjek dan
menanyakan mengenai keluarga subjek
20
2. Mencari tahu kelebihan apa yang
dimiliki oleh subjek
Goal:
1. Mencari tahu apa yang sebenarnya
subjek inginkan
Restory:
1. Merencanakan apa yang akan dilakukan
subjek kedepannya
2. Meyakinkan Subjek akan keluarganya
yang masih menyayanginya
3. Membantu untuk memperbaiki
hubungannya subjek dengan anak dan
menantunya
Action:
1. Memberikan tugas kepada subjek untuk
menghilangkan pikiran-pikiran negative
P . Rekomendasi
1. Subjek
Lebih sering berkomunikasi dengan orang tuanya terutama dengan ibunya, adanya
sikap tertutup dari subjek mengenai masalah yang ia alami, membuat nya selalu
merasa bahwa ia masih belum bisa membahagiakan ibunya, dan agar membuka diri
untuk bergaul dan bersosialisasi dengan orang-orang baru di sekitarnya, dan
membuka diri pada ayahnya yang baru.
2. Untuk Pengasuh
Agar bisa lebih merangkul subjek agar mampu untuk berinteraksi secara lebih luas
lagi, selain dengan teman dekatnya, serta mampu untuk memberikan tempat untuk
menyampaikan keluh dan kesah subjek, karena selama ini subjek menyampaikan
21
keluh kesahnya hanya kepada diary, dan mampu untuk membantu untuk
menyalurkan potensi serta keinginan yang subjek sangat inginkan.
Daftar Pustaka
Wardini, W., Wulandari, K. (2014). Kondisi psikologi anak dari keluarga yang
bercerai. Artikel ilmiah hasil penelitian mahasiswa.
22
Prayitno, E. A. (1994). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
23
LAMPIRAN
24