I. LATAR BELAKANG
Penggunaan obat-obatan adalah intervensi perawatan pasien yang paling umum dalam
perawatan kesehatan. Ini juga merupakan sumber paling umum dari efek samping dalam pelayanan
rawat inap (Leape et al., 1991). Efek samping dari penggunaan obat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas serta biaya perawatan secara keseluruhan. Berdasarkan tingkat 400.000 efek samping obat
per tahun pada pasien yang dirawat di rumah sakit, Institute of Medicine (IOM) Komite
memperkirakan bahwa efek samping obat (ADE) menyumbang $ 3,5 miliar (pada tahun 2006 dolar)
dari biaya tambahan rumah sakit yang dikeluarkan (Institute of Medicine, 2007).
Semua obat yang digunakan secara tidak benar dapat berdampak buruk pada pasien,
tetapi sebagian obat-obatan telah meningkatkan potensi bahaya yang signifikan bagi pasien karena
kesalahan. Obat-obatan ini umumnya dikenal sebagai obat waspada tinggi (high alert medication),
sebuah istilah yang diciptakan oleh Institute of Safe Medication Practices (ISMP). ISMP secara
periodik menyediakan penyedia perawatan kesehatan dengan daftar terbaru dari obat berisiko tinggi
berdasarkan laporan kejadian yang disampaikan kepada Pusat Data Nasional MEDMARX dan
program Pelaporan Kesalahan Obat ISMP, serta menggunakan literatur dan masukan mengenai efek
samping pengobatan dari dokter dan ahli keamanan.
Banyak obat waspada tinggi (high alert medication)memiliki volume penggunaan yang
tinggi. Contoh obat-obatan penggunaan tinggi termasuk insulin di antara penderita diabetes,
antikoagulan, narkotika, dan natrium klorida untuk injeksi. Menggunakan salah satu obat ini
meningkatkan kemungkinan bahwa pasien mungkin menderita efek samping. Efek samping dari
obat-obatan ini mewakili area yang paling berbahaya dan kesempatan terbesar untuk meningkatkan
keselamatan pasien. Harm didefinisikan oleh NCC MERP (2001) sebagai "Gangguan fungsi fisik,
emosional, atau psikologis atau struktur tubuh dan / atau rasa sakit yang timbul dari sana.
Ada banyak jenis kesalahan obat: obat salah, dosis salah, rute salah atau waktu
pemberian, atau pasien salah. Flynn (2003) melaporkan persentase kesalahan ini dalam pengaturan
farmasi rawat jalan, dengan instruksi label salah pada 52%, alasan tertinggi untuk kesalahan
pengobatan, diikuti oleh informasi label yang salah, kuantitas dan kekuatan yang salah. Selain itu,
dokter sering gagal mengenali atau memperhitungkan interaksi obat-obat, masalah laboratorium
obat, dan alergi obat. Terapi obat modern sangat kompleks — banyak yang bisa salah, dan sering
terjadi.
II. PENGERTIAN
Obat yang perlu diwaspadai(high alert medication) adalah sejumlah obat yang memiliki
resiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat.Obat
yang perlu diwaspadai (high alert medication)merupakan obat dengan presentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan /eror dan/atau kejadian sentinel(sentinel event).
Pengertian High alert medication menurut Permenkes NO 58/ TAHUN 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang beresiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
1. Obat yang terlihat dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip /NORUM).
2. Elektrolit dengan konsentrasi pekat, misalnya larutan dextrosa 40%, larutan magnesium sulfat,
larutan natrium bikarbonat).
3. Obat-obat sitostatika
Daftar obat high alert dari Institute for Safe Medication Practices(ISMP).
Obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan daftar dari Institute for Safe
MedicationPractices (ISMP) adalah sebagai berikut:
1. Agonis adrenergic IV, seperti epinephrine, phenylephrine, norepinephrine
2. Antagonis adrenergic IV, seperti propranolol, metoprolol, labetalol
3. Agen anestesi umum, sedasi, dan IV, seperti propofol, ketamine
4. Antiaritmia IV, seperti lidokain, amiodarone
5. Agen antitrombotik, termasuk:
a) Antikoagulan, seperti warfarin, heparin berberat molekul rendah, heparin tidak terfraksinasi
IV
b) Inhibitor factor Xa, seperti fondaparinux
c) Inhibitor thrombin langsung, seperti argatroban, bivalirudin, dabigatran etexilate, lepirudin
d) Trombolitik, seperti alteplase, reteplase, tenecteplase
e) Inhibitor glikoprotein IIb/IIa, seperti eptifibatide
6. Larutan kardioplegik
7. Agen kemoterapeutik oral dan parenteral
8. Dekstros hipertonik 20% atau lebih
9. Larutan dialisis, peritoneal, hemodialisis
10. Obat-obatan epidural atau intratecal
11. Obat-obatan hipoglikemia oral
12. Obat-obatan inotropik IV, seperti digoksin, milrinone
13. Insulin subkutan dan IV
14. Obat-obatan berbentuk liposomal, seperti liposomal amfoterisin B, amfoterisin B desoxyxholate
15. Agen sedasi moderat IV, seperti dexmedetomidine, midazolam
16. Agen sedasi moderat oral atau untuk anak, seperti kloral hidrat
17. Narkotik/opioid IV, transdermal, oral
18. Agen pemblok neuromuscular, seperti succinylcholine, rocuronium, vecuronium
19. Nutrisi parenteral
20. Agen radiokontras IV
21. Air steril untuk injeksi, inhalasi, dan irigasi (tidak termasuk botol tuang) dalam wadah 100 mL
atau lebih
22. Natrium/sodium klorida untuk injeksi hipertonik dengan konsentrasi lebih besar dari 0,9%
23. Epoprostenol (Flolan) IV
24. Injeksi magnesium sulfat
25. Methotrexat oral yang digunakan untuk nononcologic
26. Tinctur opium
27. Oxytocin IV
28. Injeksi natrium nitroprusida
29. Injeksi konsentrat potassium/kalium klorida
30. Injeksi potassium/kalium fosfat
31. Promethazine IV
32. Vasopressin IV atau intraosseous
Tahapan Proses :
1. Membuat daftar obat-obatan, baik yang aman maupun obat yang harus diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang perlu diwaspadai
3. Membatasi akses masuk, dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam tempat
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pemberian yang tidak
disengaja/kurang hati-hati
4. Obat/larutan konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan
Tanggung Jawab
Tanggung jawab tahapan proses di atas dipegang oleh kepala instalasi farmasi dan
setiap unit yang terkait. Apabila yang bersangkutan tidak ada, maka tanggung jawab dialihkan ke
wakil kepala masing-masing instansi atau staf pengganti yang telah ditunjuk
1. Setiap outlet, depo dan gudang farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat high
alert dan buku panduan penanganan obat high alert.
2. Jenis obat yang dimasukkan dalam kategori obat high alert ditetapkan oleh Rumah Sakit
3. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau ulang dalam
audit dan revisi obat high alertoleh Panitia Farmakoterapi
4. Vial yang mengandung konsentrat elektrolit (misalnya KCl) tidak boleh disimpan dilingkup atau
area perawatan pasien.
5. Obat-obatan yang digunakan dalam emergensi medis (misalnya: kondisi mengancamnyawa yang
bersifat gawat darurat) tidak diwajibkan untuk mengikuti Pedoman danProsedur Penggunaan
high alert medications
6. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat high alert
7. Obat high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
8. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a) Mengurangi jumlah obat high alert yang disimpan di suatu unit
b) Hindarkan penggunaan obat high alert sebisa mungkin
9. Lakukan pengecekan ganda
10. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a) Pisahkan obat – obat dengan nama atau kemasan yang mirip
b) Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c) Batasi akses terhadap obat high alert
d) Gunakan tabel dosis standart (daripada menggunakan dosis perhitungan berdasarkan
berat badan / fungsi ginjal, dimana rentan terjadi kesalahan)
1. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double – check) terhadap semua obat high
alertsebelum diberikan kepada pasien.
2. Perawat yang mengambil obat high alert di apotek farmasi harus menandatangani formulir
distribusi obat high alert di farmasi sebagai langkahpengecekan pertama dan perawat mencatat ke
dalam buku pengambilan obat,diberi tanda stabile merah, dan petugas farmasi.
3. Perawat penerima obat diatas (2) mencatat dalam formulir catatan pemberianobat dan memberi
tanda dengan stabilo warna merah
4. Perawat yang akan memberikan obat high alert ke pasien melakukan proses 7benar (benar pasien,
benar indikasi, benar obat, benar dosis, benar waktupemberian, benar cara pemberian, benar
dokumentasi). Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan tujuan (pasien
dapat juga berperansebagai pengecek, jika kemungkinan)
5. Untuk obat-obat tertentu dilakukan verifikasi oleh perawat yang akan memberikan terapi, pada
kondisi – kondisi seperti berikut:
a. Setiap akan memberikan injeksi obat
b. Untuk infus:
Saat terapi inisial
Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
Saat pemberian bolus
Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
Setiap terjadi perubahan dosis obat
c. Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter
E. Tata Laksana untuk Pengecekan Saat Pergantian Jaga Perawat atau Transfer Pasien
Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan unsur utama yang harus diberikan
dalam pelayanan kefarmasian. Untuk mewujudkan hal tersebut instalasi farmasi harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan dan terus melakukan pengembangan dan evaluasi.
Dalam rencana pengobatan pasien sebagian besar menggunakan obat, oleh karena
itu peningkatan kewaspadaan dan keamanan terhadap obat perlu ditingkatkan terutama untuk obat
High alert yaitu obat-obatan yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius (sentinel event),
obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti
obat yang terlihat mirip (Nama Obat Rupa danUcapan Mirip : NORUM atau Look Alike Sound
Alike (LASA), dan larutan/elektrolitkonsentrat.
1. Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi untuk obat-obat high alert dilakukan oleh Kepala
Instalasi Farmasi berupa kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, harga perbekalan farmasi
disesuaikan dengan anggaran dan hasil evaluasi dengan metode konsumsi.
2. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi berkolaborasi dengan unit
layanan pengadaan barang berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.
3. Pemasok yang dipilih harus memenuhi standar mutu dan diutamakan sole distributor atau
distributor yang ditunjuk oleh pabrik/produsen/importir obat dan alat kesehatan.
4. Kepala Instalasi Farmasi dapat melakukan pengadaan obat di luar formularium atau diluar
perencanaan apabila dalam keadaan urgent / cito atau apabila terjadi keterlambatan suplai dari
pemasok resmi melalui pemasok lain atau apotek rekanan atau apotek/ rumah sakit lain yang
memiliki izin resmi. Instalasi Farmasi tidak diperkenankan membeli perbekalan farmasi di jalur
nonformal
5. Dilakukan evaluasi proses perencanaan setiap tahun
VI. PENYIMPANAN(STORAGE)
1. Kondisi yang sesuai untuk stabilitas obat high alert. Diperhatikan faktor suhu,kelembaban,
cahaya, mudah tidaknya terbakar
2. Sistem penyimpanan menggunakan kategori :
a. FEFO (first expired first out)
b. FIFO (first in first out)
3. Dilakukan monitoring suhu dan kelembaban untuk menjamin mutu perbekalan farmasi Untuk
sediaan obat high alert :
a. Obat sitostatika ditempatkan terpisah dan diberi penandaan dan diperlakukandengan hati-
hati karena resiko tumpahan.
b. Obat high alert berupa elektrolit pekat hanya disimpan di instalasi farmasi, UGD,ruang
bedah dan ICU. Ditempatkan terpisah dan diberi penandaan. Setiap tenaga kesehatan
harus mengetahui cara penanganan obat high alert.
c. Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan di lemari khusus dengan kunci selalu
terpasang. Satu kunci disimpan oleh apoteker.
4. Obat-obat LASA/NORUM Ditempatkan tidak berdekatan satu sama lain dan diberi penandaan.
5. Obat Emergensi Perbekalan Farmasi emergensi disimpan dalam tempat berupa troli atau kitatau
lemari emergensi
a. Tempat penyimpanan harus terkunci,
b. Perbekalan farmasi emergensi harus selalu dimonitor agar selalu tersediasesuai dengan
jenis dan jumlah yang ditetapkan
c. Perbekalan farmasi emergensi harus segera diganti jika ada pemakaian agarselalu tersedia
sesuai dengan jenis dan jumlah yang ditetapkan
d. Tempat penyimpanan perbekalan farmasi emergensi tidak boleh diisi ataubercampur
dengan perbekalan farmasi lain.
Di dalam resep harus tercantum data yang digunakan untuk identifikasi pasiensecara
akurat meliputi : nama jelas, umur, berat badan pasien khususnya untuk pasienanak, alergi dan
nomor rekam medik. Nama obat dilengkapi dengan bentuk sediaandan kekuatannya. Obat-obat
golongan High Alertdan LASAharus ditulis dengan huruftegak. Aturan pakai harus ditulis jelas per
obat, meliputi frekuensi,dosis, rutepemberian. Untuk aturan pakai bila perlu / prn / pro renata harus
dituliskan dosismaksimal dalam sehari.
IX. DUKUMENTASI
1. Obat-obat yang perlu diwaspadai terdapat dalam daftar obat-obat yang perludiwaspadai
(sebagaimana terlampir dalam panduan ini), daftar ini hendaknya terusdiperbaharui secara
berkala ketika terdapat obat baru yang digunakan di rumah sakityang termasuk ke dalam daftar
obat yang perlu diwaspadai
2. Setiap obat-obat yang perlu diwaspadai harus diberi identitas yang jelas yangmembedakannya
dengan obat-obat lainnya.
3. Identitas untuk obat-obat yang perlu diwaspadai mencakup nama obat, kekuatansediaan, lokasi
penyimpanan, dan kondisi penyimpanan yang sesuai.
4. Pelabelan obat-obat yang perlu diwaspadai mengikuti contoh seperti berikut:Tulisan High
Alertberwarna hitamDasar berwarna merah.
Label tersebut akan memudahkan petugas medis dalam penggunaan obat-obat yangperlu
diwaspadai dan mengharuskan adanya cek ganda ketika pengambilannya danpemberiannya ke
pasien sehingga penggunaannya kepada pasien dapat menjaminkeamanan dan manfaatnya.
5. Tempat penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai harus terpisah dari tempatpenyimpanan
obat-obat lainnya, diberi label merah yang membedakannya dari tempatpenyimpanan lainnya
serta pada kondisi yang sesuai penyimpanannya. Penyimpananyang terpisah ini juga akan
meningkatkan kewaspadaan petugas medis dalammenggunakannya. Penyimpanan obat tersebut
sesuai dengan unit yang membutuhkanberdasarkan lampiran daftar obat yang diwaspadai.
6. Setiap tenaga medis yang akan menggunakan obat-obat yang perlu diwaspadai harusmemastikan
kebenaran obat yang akan digunakannya dengan terlebih dahulumengecek nama obat, kekuatan
sediaan, dan dosis obat, serta identifikasi pasien yangakan diberikan obat tersebut.
7. Hanya petugas medis yang berkompeten yang memberikan obat-obat yang perludiwaspadai.
8. Penggunaan elektrolit konsentrat (contohnya kalium/potassium klorida [sama dengan 2mEq/mL
atau yang lebih pekat], kalium/potassium fosfat [sama dengan atau lebih besardari 3 mmol/mL],
natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0,9%], dan magnesium sulfat[sama dengan 50% atau
lebih pekat]) tidak berada di unit pelayanan pasien.Penyimpanan elektrolit konsentrat hanya
berada di Instalasi Farmasi.
9. Setiap obat-obatan yang termasuk ke dalam NORUM/LASA diberi tanda yang sesua
10. pada kemasan obat seperti berikut:Tulisan LASA berwarna hitamDasar berwarna kuning
11. Penyimpanan obat-obatan yang termasuk NORUM/LASA dilakukan tidak bersebelahandengan
maksud mencegah kesalahan pengambilan obat tersebut
12. Saat pengambilan obat-obatan NORUM/LASA tersebut dilakukan triple check yaitudengan
memeriksa nama obat dan kekuatan sediaan saat membaca resep, mengambildari box obat, dan
menyimpan dalam keranjang obat, juga dilakukan cek kembali saatpemberian etiket obat dan
penyerahan obat kepada pasien.