Anda di halaman 1dari 12

HIGH ALERT MEDICATION

I. LATAR BELAKANG

Penggunaan obat-obatan adalah intervensi perawatan pasien yang paling umum dalam
perawatan kesehatan. Ini juga merupakan sumber paling umum dari efek samping dalam pelayanan
rawat inap (Leape et al., 1991). Efek samping dari penggunaan obat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas serta biaya perawatan secara keseluruhan. Berdasarkan tingkat 400.000 efek samping obat
per tahun pada pasien yang dirawat di rumah sakit, Institute of Medicine (IOM) Komite
memperkirakan bahwa efek samping obat (ADE) menyumbang $ 3,5 miliar (pada tahun 2006 dolar)
dari biaya tambahan rumah sakit yang dikeluarkan (Institute of Medicine, 2007).

Kesalahan pengobatan didefinisikan oleh Dewan Koordinasi Nasional untuk Pelaporan


dan Pencegahan Kesalahan Pengobatan (NCC MERP) sebagai:Kejadian yang dapat dicegah akibat
suatu penggunaan obat yang tidak tepat atau bahaya yang timbul pada pasien saat obat berada
dalam kendali profesional kesehatan, pasien, atau konsumen. Kejadian seperti itu mungkin berkaitan
dengan praktik profesional, praktik perawatan kesehatan, produk perawatan kesehatan, prosedur, dan
sistem, termasuk peresepan; komunikasi pesanan; pelabelan produk, pengemasan, dan nomenklatur;
penggabungan; mengeluarkan; distribusi; administrasi; pendidikan; pemantauan dan penggunaan.

Semua obat yang digunakan secara tidak benar dapat berdampak buruk pada pasien,
tetapi sebagian obat-obatan telah meningkatkan potensi bahaya yang signifikan bagi pasien karena
kesalahan. Obat-obatan ini umumnya dikenal sebagai obat waspada tinggi (high alert medication),
sebuah istilah yang diciptakan oleh Institute of Safe Medication Practices (ISMP). ISMP secara
periodik menyediakan penyedia perawatan kesehatan dengan daftar terbaru dari obat berisiko tinggi
berdasarkan laporan kejadian yang disampaikan kepada Pusat Data Nasional MEDMARX dan
program Pelaporan Kesalahan Obat ISMP, serta menggunakan literatur dan masukan mengenai efek
samping pengobatan dari dokter dan ahli keamanan.

Banyak obat waspada tinggi (high alert medication)memiliki volume penggunaan yang
tinggi. Contoh obat-obatan penggunaan tinggi termasuk insulin di antara penderita diabetes,
antikoagulan, narkotika, dan natrium klorida untuk injeksi. Menggunakan salah satu obat ini
meningkatkan kemungkinan bahwa pasien mungkin menderita efek samping. Efek samping dari
obat-obatan ini mewakili area yang paling berbahaya dan kesempatan terbesar untuk meningkatkan
keselamatan pasien. Harm didefinisikan oleh NCC MERP (2001) sebagai "Gangguan fungsi fisik,
emosional, atau psikologis atau struktur tubuh dan / atau rasa sakit yang timbul dari sana.

Ada banyak jenis kesalahan obat: obat salah, dosis salah, rute salah atau waktu
pemberian, atau pasien salah. Flynn (2003) melaporkan persentase kesalahan ini dalam pengaturan
farmasi rawat jalan, dengan instruksi label salah pada 52%, alasan tertinggi untuk kesalahan
pengobatan, diikuti oleh informasi label yang salah, kuantitas dan kekuatan yang salah. Selain itu,
dokter sering gagal mengenali atau memperhitungkan interaksi obat-obat, masalah laboratorium
obat, dan alergi obat. Terapi obat modern sangat kompleks — banyak yang bisa salah, dan sering
terjadi.

II. PENGERTIAN

Obat yang perlu diwaspadai(high alert medication) adalah sejumlah obat yang memiliki
resiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat.Obat
yang perlu diwaspadai (high alert medication)merupakan obat dengan presentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan /eror dan/atau kejadian sentinel(sentinel event).

Pengertian High alert medication menurut Permenkes NO 58/ TAHUN 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang beresiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).

III. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup untuk obat-obat high alert :

1. Obat yang terlihat dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip /NORUM).
2. Elektrolit dengan konsentrasi pekat, misalnya larutan dextrosa 40%, larutan magnesium sulfat,
larutan natrium bikarbonat).
3. Obat-obat sitostatika

Daftar obat high alert dari Institute for Safe Medication Practices(ISMP).
Obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan daftar dari Institute for Safe
MedicationPractices (ISMP) adalah sebagai berikut:
1. Agonis adrenergic IV, seperti epinephrine, phenylephrine, norepinephrine
2. Antagonis adrenergic IV, seperti propranolol, metoprolol, labetalol
3. Agen anestesi umum, sedasi, dan IV, seperti propofol, ketamine
4. Antiaritmia IV, seperti lidokain, amiodarone
5. Agen antitrombotik, termasuk:
a) Antikoagulan, seperti warfarin, heparin berberat molekul rendah, heparin tidak terfraksinasi
IV
b) Inhibitor factor Xa, seperti fondaparinux
c) Inhibitor thrombin langsung, seperti argatroban, bivalirudin, dabigatran etexilate, lepirudin
d) Trombolitik, seperti alteplase, reteplase, tenecteplase
e) Inhibitor glikoprotein IIb/IIa, seperti eptifibatide
6. Larutan kardioplegik
7. Agen kemoterapeutik oral dan parenteral
8. Dekstros hipertonik 20% atau lebih
9. Larutan dialisis, peritoneal, hemodialisis
10. Obat-obatan epidural atau intratecal
11. Obat-obatan hipoglikemia oral
12. Obat-obatan inotropik IV, seperti digoksin, milrinone
13. Insulin subkutan dan IV
14. Obat-obatan berbentuk liposomal, seperti liposomal amfoterisin B, amfoterisin B desoxyxholate
15. Agen sedasi moderat IV, seperti dexmedetomidine, midazolam
16. Agen sedasi moderat oral atau untuk anak, seperti kloral hidrat
17. Narkotik/opioid IV, transdermal, oral
18. Agen pemblok neuromuscular, seperti succinylcholine, rocuronium, vecuronium
19. Nutrisi parenteral
20. Agen radiokontras IV
21. Air steril untuk injeksi, inhalasi, dan irigasi (tidak termasuk botol tuang) dalam wadah 100 mL
atau lebih
22. Natrium/sodium klorida untuk injeksi hipertonik dengan konsentrasi lebih besar dari 0,9%
23. Epoprostenol (Flolan) IV
24. Injeksi magnesium sulfat
25. Methotrexat oral yang digunakan untuk nononcologic
26. Tinctur opium
27. Oxytocin IV
28. Injeksi natrium nitroprusida
29. Injeksi konsentrat potassium/kalium klorida
30. Injeksi potassium/kalium fosfat
31. Promethazine IV
32. Vasopressin IV atau intraosseous

Tahapan Proses :

1. Membuat daftar obat-obatan, baik yang aman maupun obat yang harus diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang perlu diwaspadai
3. Membatasi akses masuk, dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam tempat
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pemberian yang tidak
disengaja/kurang hati-hati
4. Obat/larutan konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan

Tanggung Jawab

Tanggung jawab tahapan proses di atas dipegang oleh kepala instalasi farmasi dan
setiap unit yang terkait. Apabila yang bersangkutan tidak ada, maka tanggung jawab dialihkan ke
wakil kepala masing-masing instansi atau staf pengganti yang telah ditunjuk

IV. TATA LAKSANA

A.Tatalaksana Penanganan Hight Alert

1. Setiap outlet, depo dan gudang farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat high
alert dan buku panduan penanganan obat high alert.
2. Jenis obat yang dimasukkan dalam kategori obat high alert ditetapkan oleh Rumah Sakit
3. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau ulang dalam
audit dan revisi obat high alertoleh Panitia Farmakoterapi
4. Vial yang mengandung konsentrat elektrolit (misalnya KCl) tidak boleh disimpan dilingkup atau
area perawatan pasien.
5. Obat-obatan yang digunakan dalam emergensi medis (misalnya: kondisi mengancamnyawa yang
bersifat gawat darurat) tidak diwajibkan untuk mengikuti Pedoman danProsedur Penggunaan
high alert medications
6. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat high alert
7. Obat high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
8. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a) Mengurangi jumlah obat high alert yang disimpan di suatu unit
b) Hindarkan penggunaan obat high alert sebisa mungkin
9. Lakukan pengecekan ganda
10. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a) Pisahkan obat – obat dengan nama atau kemasan yang mirip
b) Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c) Batasi akses terhadap obat high alert
d) Gunakan tabel dosis standart (daripada menggunakan dosis perhitungan berdasarkan
berat badan / fungsi ginjal, dimana rentan terjadi kesalahan)

B. Tata Laksana Peresepan Obat High Alert


1. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai obat high alert.
2. Instruksi ini mencakup minimal:
a) Nama pasien dan nomor rekam medis
b) Tanggal dan waktu instruksi dibuat
c) Nama obat (generik), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
d) Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
3. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap obat
4. high alert secara tertulis
5. Jika memungkinkan, peresepan obat high alert haruslah terstandarisasi dengan menggunakan
instruksi tercetak

C.Tata Laksana Pesiapan dan Penyimpanan Obat High Alert

1. Obat high alert disimopan dalam lemari farmasi


2. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkandengan obat – obatan
rutin lainnya.
3. Setiap kotak / tempat yang berisi obathigh alert harus diberi label agar petugas farmasi dan
perawat pasien menjadi waspada dan berhati – hati
4. Resep obat high alert yang diterima oleh petugas farmasi di beri garis bawah dengan
menggunakan ballpoint berwarna merah dan dipisahkan dari resep lainnya
5. Infus intravena obathigh alertharus diberikan label khusus yang jelas dengan menggunakan
huruf / tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.
6. Pada saat menyerahkan obat-obat high alert kepada perawat, petugas farmasi mengisi formulir
distribusi obat high alert dan menandatanganinya.

D.Tata Laksana Pemberian Obat High Alert

1. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double – check) terhadap semua obat high
alertsebelum diberikan kepada pasien.
2. Perawat yang mengambil obat high alert di apotek farmasi harus menandatangani formulir
distribusi obat high alert di farmasi sebagai langkahpengecekan pertama dan perawat mencatat ke
dalam buku pengambilan obat,diberi tanda stabile merah, dan petugas farmasi.
3. Perawat penerima obat diatas (2) mencatat dalam formulir catatan pemberianobat dan memberi
tanda dengan stabilo warna merah
4. Perawat yang akan memberikan obat high alert ke pasien melakukan proses 7benar (benar pasien,
benar indikasi, benar obat, benar dosis, benar waktupemberian, benar cara pemberian, benar
dokumentasi). Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan tujuan (pasien
dapat juga berperansebagai pengecek, jika kemungkinan)
5. Untuk obat-obat tertentu dilakukan verifikasi oleh perawat yang akan memberikan terapi, pada
kondisi – kondisi seperti berikut:
a. Setiap akan memberikan injeksi obat
b. Untuk infus:
 Saat terapi inisial
 Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
 Saat pemberian bolus
 Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
 Setiap terjadi perubahan dosis obat
c. Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter

E. Tata Laksana untuk Pengecekan Saat Pergantian Jaga Perawat atau Transfer Pasien

1. Perawat Pertama menyerah-terimakan pemberian obat-obatan pada perawat shift berikutnya.


Perawat kedua akan memastikan hal – hal berikut ini:
a. Obat yang diberikan harus memenuhi tujuh benar
b. Perawat pertama (shift sebelumnya) membacakan daftar obat termasuk obat high alert
yang diberikan kepada pasien pada shift sebelumnya serta menunjukan catatan pemberian
obat.
c. Perawatan berikutnya akan membaca ulang obat-obat high alert dengan lantang kepada
perawat sebelumnya untuk memverifikasi tujuh benar (seperti yang telah disebutkan di
atas)
2. Pada situasi emergency, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat menghambat /
menunda penatalaksanaan dan berdampak negative terhadap pasien, perawat atau dokter pertama-
tama harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar – benar bersifat
emergensi dan perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat
ditunda. Petugas yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat
yang diberikan sebelum memberikannya kepada pasien.

F.Tata Laksana Terapi untuk Obat High Alert

1. Agonis Adrenergik IV(epinefrin)


a. Instruksi medikasi harus meliputi ‘kecepatan awal’
b. Saat titrasi obat, harus meliputi parameternya
c. Konsentrasi standar untuk infuse kontinu:Epinefrin: 4 mg/250ml
d. Pada kondisi klinis di mana diperlukan konsentrasi infuse yang tidak sesuai standar, spuit
atau botol infuse harus diberi label ‘konsentrasi yang digunakan adalah....’
e. Gunakan monitor kardiovaskular pada semua pasien dengan pemasangan vena sentral
2. Dopamine dan Dobutamin
a. Sering terjadi kesalahan berupa obat tertukar karena namanya yang mirip dan indikasinya
yang serupa.
b. Gunakan label yang dapat membedakan nama obat (misalnya: DOBUTamin, DOPamin)
c. Gunakan konsentrasi standar
d. Beri label pada pompa dan botol infuse berupa nama obat dan dosisnya
3. Kalsium Intravena (sebagai gluconate)
a. CaCl tidak boleh diberikan melalui IM karena bersifat sangat iritatif terhadap jaringan
b. Faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi kalsium dalam darah adalah kadar fosfor
serum dan albumin serum
c. Efek samping yang dapat terjadi:
 Interaksi obat dengan digoksin (injeksi cepat kalsium dapat menyebabkan
bradiaritmia, terutama pada pasien yang mengkonsumsi digoksin)
 Antagonis terhadap CCB (calcium – chanel blocker) dan peningkatan tekanan
darah
 Hipokalsemia atau hiperkalesemia akibat pemantauan kadarkalsium yang tidak
efisien
 Rasio kalsium fosfor yang tidak tepat dalam larutan IV dan menyebabkan
presipitasi dan kerusakan organ
 Nekrosis jaringan akibat ekstravasasi kaslium klorida
d. Instruksikan pemberian kalsium dalam satuan milligram
e. Lakukan pengecekan ganda
4. Infuse narkose / opiat, termasuk infuse narkose epidural
a. Penyimpanan obat narkotika di farmasi harus dalam lemari yang terkunciberpintu ganda
di farmasi dan diruang Kamar Bedah dan IGD harus dalam lemari berkunci
b. Kapanpun memungkinkan, instruksi yang di cetak (print) sebaiknya tersedia dalam
meresepkan obat
c. Berikan label “high alert”: untuk obat narkotika injeksi yang didstribusikan keKamar
Bedah dan IGD
d. Konsentrasi standar:.Morfin: 1 mg/ml
e. Konsentrasi tinggi (berikan label ‘konsentrasi tinggi’):Morfin: 5 mg/ml
f. Instruksi penggunaan narkose harus mengikuti kebijakan titrasi
g. Pastikan tersedia nalokson atau sejenisnya disemua area yang terdapat kemungkinan
menggunakan morfin
h. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai riwayatalergi
i. Hanya menggunakan nama generik
j. Jalur pemberian epidural:
 Semua pemberian infuse narkose / opiate harus diberikan dengan pompa infuse
yang terprogram dan diberikan label pada alat pompa
 Gunakan tabungan infuse yang spesifik (misalnya: warna kuning bergaris) tanpa
portal injeksi
 Berikan label pada ujung distal selang infuse epidural dan selang infuse IV untuk
membedakan
k. Jika diperlukan perubahan dosis, hubungi dokter yang bertanggung jawab
l. Lakukan pengecekan ganda
5. Agen sedasi IV(midazolam, propofol)
a. Setiap infuse obat sedasi kontinu memiliki standar dosis, yaitu:
 Midazolam: 1 mg/ml, efek puncak: 5 – 10 menit
 Propofol: 10 mg/ml
b. Lakukan monitor selama pemberian obat (oksimetri denyut, tanda vital, tersedia peralatan
resusita
6. Pemberian Obat High Alert Pada Pediatrik Dan Neonatus
a. Obat high alert pada neonatus dan pediatric serupa dengan obat – obatan pada dewasa
dan obat – obatan dibawah ini:
 Infuse dopamine, dobutamine, epinephrine.
 Tidak boleh untuk penggunaan di rumah
b. Prosedur pemberian obat
 Lakukan pengecekan ganda oleh dua 2 orang petugas kesehatan yang berkualitas
(perawat, dokter, ahli farmasi)
 Berikut adalah konsentrasi standar obat – obatan untuk penggunaan secara
kontinu infuse intravena untuk semua pasien pediatrik yang dirawat. Berikan
label “konsentrasi .........” untuk spuit atau botol infuse dengan konsentrasi
modifikasi

Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan unsur utama yang harus diberikan
dalam pelayanan kefarmasian. Untuk mewujudkan hal tersebut instalasi farmasi harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan dan terus melakukan pengembangan dan evaluasi.

Dalam rencana pengobatan pasien sebagian besar menggunakan obat, oleh karena
itu peningkatan kewaspadaan dan keamanan terhadap obat perlu ditingkatkan terutama untuk obat
High alert yaitu obat-obatan yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius (sentinel event),
obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti
obat yang terlihat mirip (Nama Obat Rupa danUcapan Mirip : NORUM atau Look Alike Sound
Alike (LASA), dan larutan/elektrolitkonsentrat.

Salah satu program peningkatan keamanan obat adalah melalui peningkatan


pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai, yang mencakup
pengadaan(procurement),penyimpanan (storage),peresepan (prescribing), penyiapan (dispensing),
pemberian (administration) dan pemantauan (monitoring).

V. PENGADAAN /PROCUREMENT (PERENCANAAN DAN PENGADAAN)

1. Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi untuk obat-obat high alert dilakukan oleh Kepala
Instalasi Farmasi berupa kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, harga perbekalan farmasi
disesuaikan dengan anggaran dan hasil evaluasi dengan metode konsumsi.
2. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi berkolaborasi dengan unit
layanan pengadaan barang berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.
3. Pemasok yang dipilih harus memenuhi standar mutu dan diutamakan sole distributor atau
distributor yang ditunjuk oleh pabrik/produsen/importir obat dan alat kesehatan.
4. Kepala Instalasi Farmasi dapat melakukan pengadaan obat di luar formularium atau diluar
perencanaan apabila dalam keadaan urgent / cito atau apabila terjadi keterlambatan suplai dari
pemasok resmi melalui pemasok lain atau apotek rekanan atau apotek/ rumah sakit lain yang
memiliki izin resmi. Instalasi Farmasi tidak diperkenankan membeli perbekalan farmasi di jalur
nonformal
5. Dilakukan evaluasi proses perencanaan setiap tahun

VI. PENYIMPANAN(STORAGE)

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan


yangditetapkan untuk menjamin mutunya. Perbekalan farmasi disimpan di tempat penyimpanan yang
sesuai baik di dalam instalasi farmasi atau di luar instalasi farmasi dengan memperhatikan :

1. Kondisi yang sesuai untuk stabilitas obat high alert. Diperhatikan faktor suhu,kelembaban,
cahaya, mudah tidaknya terbakar
2. Sistem penyimpanan menggunakan kategori :
a. FEFO (first expired first out)
b. FIFO (first in first out)
3. Dilakukan monitoring suhu dan kelembaban untuk menjamin mutu perbekalan farmasi Untuk
sediaan obat high alert :
a. Obat sitostatika ditempatkan terpisah dan diberi penandaan dan diperlakukandengan hati-
hati karena resiko tumpahan.
b. Obat high alert berupa elektrolit pekat hanya disimpan di instalasi farmasi, UGD,ruang
bedah dan ICU. Ditempatkan terpisah dan diberi penandaan. Setiap tenaga kesehatan
harus mengetahui cara penanganan obat high alert.
c. Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan di lemari khusus dengan kunci selalu
terpasang. Satu kunci disimpan oleh apoteker.
4. Obat-obat LASA/NORUM Ditempatkan tidak berdekatan satu sama lain dan diberi penandaan.
5. Obat Emergensi Perbekalan Farmasi emergensi disimpan dalam tempat berupa troli atau kitatau
lemari emergensi
a. Tempat penyimpanan harus terkunci,
b. Perbekalan farmasi emergensi harus selalu dimonitor agar selalu tersediasesuai dengan
jenis dan jumlah yang ditetapkan
c. Perbekalan farmasi emergensi harus segera diganti jika ada pemakaian agarselalu tersedia
sesuai dengan jenis dan jumlah yang ditetapkan
d. Tempat penyimpanan perbekalan farmasi emergensi tidak boleh diisi ataubercampur
dengan perbekalan farmasi lain.

VII. PERESEPAN DAN PENCATATAN

Di dalam resep harus tercantum data yang digunakan untuk identifikasi pasiensecara
akurat meliputi : nama jelas, umur, berat badan pasien khususnya untuk pasienanak, alergi dan
nomor rekam medik. Nama obat dilengkapi dengan bentuk sediaandan kekuatannya. Obat-obat
golongan High Alertdan LASAharus ditulis dengan huruftegak. Aturan pakai harus ditulis jelas per
obat, meliputi frekuensi,dosis, rutepemberian. Untuk aturan pakai bila perlu / prn / pro renata harus
dituliskan dosismaksimal dalam sehari.

VIII. PENYIAPAN, PEMBERIAN DAN PENDOKUMENTASIAN

1. Apoteker/Asisten Apoteker selalu memverifikasi resep obat high alert


2. Setiap obat high alertdigaris bawahi dengan tinta merah pada lembar resep
3. Penyiapan obat dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan obat jadi,meracik obat,
memberikan label/etiket/penandaan, penyerahan obat dengmemberikan informasi yang memadai
disertai sistem dokumentasi
4. Pengecekan yang dilakukan meliputi kesesuaian nomor resep, nama pasien, umur,alamat, nama
obat, dosis, aturan pakai, rute pemakaian dan pelabelan denganresep/order dokter
5. Obat diserahkan kepada perawat (untuk pasien rawat inap)/pasien (untuk pasienrawat jalan)
disertai dengan informasi yang memadai
6. Untuk pasien rawat inap :Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien, maka
perawat lainharus melakukan pemeriksaan kembali secara independen.
a. Kesesuaian antara obat dengan rekam medis/instruksi dokter
b. Ketepatan perhitungan dosis obat
c. Identitas pasien
7. Untuk obat high alertinfuse harus diperhatikan
a. Ketepatan kecepatan pompa infuse
b. Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat di setiap ujung jalur selang
8. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepadaperawat penerima
pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert

IX. DUKUMENTASI

Kebijakan tentang obat-obat yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:

1. Obat-obat yang perlu diwaspadai terdapat dalam daftar obat-obat yang perludiwaspadai
(sebagaimana terlampir dalam panduan ini), daftar ini hendaknya terusdiperbaharui secara
berkala ketika terdapat obat baru yang digunakan di rumah sakityang termasuk ke dalam daftar
obat yang perlu diwaspadai
2. Setiap obat-obat yang perlu diwaspadai harus diberi identitas yang jelas yangmembedakannya
dengan obat-obat lainnya.
3. Identitas untuk obat-obat yang perlu diwaspadai mencakup nama obat, kekuatansediaan, lokasi
penyimpanan, dan kondisi penyimpanan yang sesuai.
4. Pelabelan obat-obat yang perlu diwaspadai mengikuti contoh seperti berikut:Tulisan High
Alertberwarna hitamDasar berwarna merah.

Label tersebut akan memudahkan petugas medis dalam penggunaan obat-obat yangperlu
diwaspadai dan mengharuskan adanya cek ganda ketika pengambilannya danpemberiannya ke
pasien sehingga penggunaannya kepada pasien dapat menjaminkeamanan dan manfaatnya.
5. Tempat penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai harus terpisah dari tempatpenyimpanan
obat-obat lainnya, diberi label merah yang membedakannya dari tempatpenyimpanan lainnya
serta pada kondisi yang sesuai penyimpanannya. Penyimpananyang terpisah ini juga akan
meningkatkan kewaspadaan petugas medis dalammenggunakannya. Penyimpanan obat tersebut
sesuai dengan unit yang membutuhkanberdasarkan lampiran daftar obat yang diwaspadai.
6. Setiap tenaga medis yang akan menggunakan obat-obat yang perlu diwaspadai harusmemastikan
kebenaran obat yang akan digunakannya dengan terlebih dahulumengecek nama obat, kekuatan
sediaan, dan dosis obat, serta identifikasi pasien yangakan diberikan obat tersebut.
7. Hanya petugas medis yang berkompeten yang memberikan obat-obat yang perludiwaspadai.
8. Penggunaan elektrolit konsentrat (contohnya kalium/potassium klorida [sama dengan 2mEq/mL
atau yang lebih pekat], kalium/potassium fosfat [sama dengan atau lebih besardari 3 mmol/mL],
natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0,9%], dan magnesium sulfat[sama dengan 50% atau
lebih pekat]) tidak berada di unit pelayanan pasien.Penyimpanan elektrolit konsentrat hanya
berada di Instalasi Farmasi.
9. Setiap obat-obatan yang termasuk ke dalam NORUM/LASA diberi tanda yang sesua
10. pada kemasan obat seperti berikut:Tulisan LASA berwarna hitamDasar berwarna kuning
11. Penyimpanan obat-obatan yang termasuk NORUM/LASA dilakukan tidak bersebelahandengan
maksud mencegah kesalahan pengambilan obat tersebut
12. Saat pengambilan obat-obatan NORUM/LASA tersebut dilakukan triple check yaitudengan
memeriksa nama obat dan kekuatan sediaan saat membaca resep, mengambildari box obat, dan
menyimpan dalam keranjang obat, juga dilakukan cek kembali saatpemberian etiket obat dan
penyerahan obat kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai