Anda di halaman 1dari 10

ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017]

DAMPAK PENGGUNAAN BETAHISTIN MESILATE TERHADAP


PERBAIKAN GEJALA VERTIGO PERIFER DI RUMAH SAKIT
BETHESDA YOGYAKARTA

Kristina Reny Indriawati1, Rizaldy Taslim Pinzon2


1Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Korespondensi: kristina.rheny@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Vertigo adalah salah satu keluhan yang sering dijumpai


dalam praktek yang digambarkan sebagai rasa berputar, pening, tak stabil
(giddiness, unsteadiness) atau pusing (dizziness). Penatalaksanaan pasien-pasien
vertigo perifer sering kontroversi karena patofisiologi vertigo belum jelas. Beberapa
obat ditemukan memiliki aktivitas antivertigo. Betahistin menyerupai histamin
untuk terapi gangguan vaskuler dan vasomotor, dipakai untuk pengobatan
vertigo, motionsickness, dan gangguan vestibuler sentral atau perifer.
Tujuan: Mengukur dampak penggunaan betahistin mesilate terhadap
perbaikan gejala vertigo perifer di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Metode: Non eksperimental menggunakan rancangan case series dan
menggunakan data prospektif. Untuk mengidentifikasi perbedaan dampak
penggunaan betahistin pada penderita vertigo perifer, dengan perbaikan derajat
keluhan vertigo digunakan skala Dizziness Handicap Inventory (DHI). Sebanyak 20
subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi dianalisis menggunakan uji
repeated ANOVA.
Hasil: Data diperoleh dari 20 pasien dengan vertigo perifer didapatkan
rerata total skor DHI pada baseline (awal) adalah 42,95±21,44, 35,20±19,56 pada
kunjungan 2, dan 28,40±18,76 pada kunjungan 3 didapatkan signifikansi (p)
sebesar 0,000. Rerata skor item DHI pada baseline (awal), kunjungan 2, dan
kunjungan 3 pada item fisik (14,30±9,02 versus 13,00±8,14 versus 10,20±6,55),
item fungsional (17,55±8,77 versus 13,40±7,43 versus 11,20±7,00), dan item
emosional (11,10±8,06 versus 8,80±7,82 versus 7,10±7,77) didapatkan p<0,001.
Kesimpulan: Penggunaan betahistin masilate memperbaiki gejala vertigo
perifer.

Kata kunci: vertigo perifer, betahistin mesilate, DHI

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 427


[VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017] ISSN : 2460-9684

EFFECTS OF BETAHISTINE MESILATE USE TO IMPROVE


PERIPHERAL VERTIGO SYMPTOMS AT BETHESDA HOSPITAL IN
YOGYAKARTA

Kristina Reny Indriawati1, Rizaldy Taslim Pinzon2


1Pharmacy Faculty of Sanata Dharma University
2Medical Faculty of Duta Wacana Christian University

Correspondence: kristina.rheny@gmail.com

ABSTRACT

Background: Vertigo is one complaint that is often encountered in a practice


described as a sense of spinning, dizziness, being unstable (giddiness,
unsteadiness) or dizziness (dizziness). The management of patients suffering from
peripheral vertigo is often controversial because the pathophysiology is unclear.
Some drugs were found to have activities named antivertigo. Betahistine, a
histamine-like substance was introduced as an active drug in the treatment of
vascular and vasomotor disorders. Later it was used to treat vertigo, motion sickness
and various vestibular disorders of central and peripheral origin.
Objective: To measure the effects of betahistine mesilate use to improve
peripheral vertigo symptoms at Bethesda Hospital in Yogyakarta.
Method: Non-experimental study uses case series design and prospective
data. To identification differences in the impact of the use of betahistine in patients
suffering from peripheral vertigo with the improvement of the degree of vertigo
complaint using Dizziness Handicap Inventory (DHI) scale. A total of 20 subjects
entered the inclusion criteria analysed for using Repeated ANOVA test.
Result: The data obtained from 20 patients with peripheral vertigo available
the mean of a total DHI score at baseline is 42,95±21,44, 35,20±19,56 on visit 2 and
28,40±18,76 on visit 3 that were obtained significance (p) 0,000. The item mean
score at baseline is visit 2 and visit 3 (14,30±9,02 versus 13,00±8,14 versus
10,20±6,55) on a physical item, (17,55±8,77 versus 13,40±7,43 versus 11,20±7,00)
on a functional item, and (11,10±8,06 versus 8,80±7,82 versus 7,10±7,77) on an
emotional item that were obtained p<0,001.
Conclusion: The use of betahistine mesilate improves the symptoms of
peripheral vertigo.

Keywords: peripheral vertigo, betahistine mesilate, DHI

428 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017]

PENDAHULUAN gunaan betahistin lebih banyak


daripada difenhidramin, dan obat
Vertigo adalah salah satu
vertigo lainnya karena pasien dengan
keluhan yang sering dijumpai dalam
penggunaan betahistin dilaporkan
praktek yang digambarkan sebagai
lebih sedikit mengalami efek samping
rasa berputar, pening, tak stabil
daripada obat vertigo lainnya
(giddiness, unsteadiness) atau pusing
walaupun dengan dosis yang lebih
(dizziness). Prevalensi vertigo di
tinggi.7
Jerman, umur 18 tahun hingga 79
Studi yang dilakukan selama 4
tahun adalah 30%, 24% diantaranya
tahun pada 43 pasien dan pe-
diasumsikan karena gangguan
meriksaan 75 pasien yang masuk
vestibuler.1,2 Beberapa studi
rumah sakit dengan serangan vertigo
menunjukkan pasien yang
akut ditemukan mekanisme efek
mengalami vertigo vestibular, 75%
vertigolitik atau betahistin yang
mendapatkan gangguan vertigo
menaikkan aliran vena kranial.8
perifer dan 25% mengalami vertigo
Pemberian betahistin pada vertigo
sentral.3 Di Indonesia angka kejadian
perifer dibandingkan dengan plasebo
vertigo sangat tinggi, pada tahun
menunjukkan adanya perbaikan
2010 dari usia 40 sampai 50 tahun
yang signifikan terhadap frekuensi,
sekitar 50%. Vertigo adalah keluhan
intensitas, dan durasi serangan
nomor tiga paling sering dikeluhkan
vertigo perifer.9 Studi yang dilakukan
oleh penderita yang datang ke
selama 8 minggu menunjukkan
praktek umum, setelah nyeri kepala,
bahwa betahistin lebih efektif
dan stroke. Umumnya vertigo
dibanding flunarisin secara
ditemukan sebesar 15% dari
signifikan.10 Penelitian ini bertujuan
keseluruhan populasi dan hanya 4%–
untuk mengukur dampak
7% yang diperiksakan ke dokter.4
penggunaan betahistin mesilate
Penatalaksanaan pasien
terhadap perbaikan gejala vertigo
dengan vertigo perifer sering
perifer di Rumah Sakit Bethesda
kontroversi karena patofisiologi
Yogyakarta.
vertigo belum jelas dan pasti.
Beberapa obat ditemukan memiliki METODE PENELITIAN
aktivitas antivertigo. Terapi yang
Rancangan Penelitian
ideal harus mempunyai onset cepat,
Penelitian ini merupakan
efektif, dan efek samping yang
penelitian non eksperimental meng-
minimal. Pemberian obat dengan
5
gunakan rancangan case series dan
fungsi peningkatan aliran darah pada
menggunakan data prospektif.
vertigo lebih sering diberikan. Survey
Penelitian ini dilakukan di unit rawat
internasional menemukan bahwa
jalan poliklinik bagian penyakit saraf
betahistin lebih banyak digunakan
di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
dalam pengobatan berbagai jenis
Subjek penelitian yang diambil
vertigo, termasuk Benign Paroximal
adalah semua pasien dengan vertigo
Posisional Vertigo (BPPV), penyakit
perifer yang datang berobat di unit
meniere, dan vertigo perifer lainnya.6
rawat jalan poliklinik bagian penyakit
Penggunaan awal terapi yang
saraf di Rumah Sakit Bethesda
paling sering diresepkan adalah
Yogyakarta. Kriteria inklusi dalam
betahistin 26.6%, piracetam 11,5%
penelitian ini adalah semua pasien
dan gingko biloba 11.5%. Terapi
dengan keluhan vertigo perifer, jenis
lainnya termasuk benzodiazepin,
kelamin laki-laki maupun
kalsium antagonis, dan difen-
perempuan, menerima terapi
hidramin yaitu 7,9%.6 Studi
betahistin mesilate, bersedia ikut
epidemiologis menunjukkan peng-
dalam penelitian ini dengan

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 429


[VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017] ISSN : 2460-9684

menandatangani informed consent. Analisis Data


Kriteria eksklusi pada penelitian ini Karakteristik subyek peneliti-
adalah lembar rekam medik tidak an meliputi umur, jenis kelamin,
lengkap dan pasien yang telah rutin dosis, frekuensi penggunaan, lama
melakukan terapi dengan betahistin pemberian, obat lain, dan komor-
mesilate. biditas dilakukan analisis deskriptif.
Variabel bebas pada penelitian Data skor DHI dianalisis dengan
ini adalah umur, jenis kelamin, dosis, menghitung rerata dan standar
frekuensi penggunaan, lama deviasi serta normalitas data.
pemberian, obat lain, dan Analisis statistik dilakukan oleh
komorbiditas. Variabel tergantung Pusat Kajian Clinical Epidemiology &
pada penelitian ini adalah outcome Bioststistics Unit (CE&BU) meng-
keluhan vertigo, yaitu rerata gunakan program IBM SPSS
penurunan beratnya vertigo antara Statistics 22 Lisensi UGM dengan
baseline (awal), kunjungan 2, dan taraf kepercayaan 95%.
kunjungan 3 dinilai menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dizziness Handicap Inventory (DHI).
Karakteristik Subyek Penelitian
Instrumen Penelitian
Karakteristik data subjek
Instrumen penelitian yang
penelitian diperoleh melalui analisis
digunakan adalah daftar pertanyaan
deskriptif. Pada penelitian ini jumlah
penelitian berupa formulir peng-
sampel yang terpilih mengikuti
ambilan data yang digunakan untuk
penelitian adalah 20 pasien yang
mencatat data obyektif yang
didiagnosis vertigo perifer dan
diperoleh dari rekam medis pasien
mendapatkan obat betahistin
dan kuesioner penelitian Dizziness
mesilate yang menjalani rawat jalan
Handicap Inventory (DHI) yang
di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
digunakan untuk menilai beratnya
keluhan pusing atau vertigo yang
bersifat subyektif.

Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian Penggunaan Betahistin Mesilate Pada


Pasien Vertigo Perifer
Karakteristik Subjek Penelitian Proporsi, n(%)
Jenis kelamin
Laki-laki 6(30%)
Perempuan 12(70%)
Usia 55,85±13,71
Dosis harian
6 mg 10(50%)
12 mg 10(50%)
Frekuensi
2 kali dalam 1 hari 8(40%)
3 kali dalam 1 hari 12(60%)
Lama pemberian 8,1±1,65
Penggunaan obat lain
kombinasi betahistin dengan flunarizin 8(40%)
kombinasi betahistin dengan domperidon 4(20%)
kombinasi betahistin dengan flunarizin dan 2(10%)
domperidon

430 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017]

Karakteristik Subjek Penelitian Proporsi, n(%)


Komorbiditas
diabetes melitus 1(5%)
hipertensi 3(15%)
dislipidemia 2(10%)
dispepsia 8(40%)

Berdasarkan dari keseluruh- betahistin mesilate 6 mg (50%) sama


an subjek menurut jenis kelamin banyak dengan betahistin mesilate
didapatkan 6 (30%) laki-laki, 12 mg (50%). Frekuensi yang paling
sedangkan perempuan 14 (70%). banyak digunakan adalah 3 kali
Hasil dari penelitian ini sehari dalam sehari (60%) di-
menunjukkan bahwa subjek bandingkan dengan frekuensi 2 kali
perempuan lebih banyak dibanding- sehari dalam sehari. Rata-rata lama
kan laki-laki. Hasil penelitian ini pemberian betahistin mesilate yaitu
sesuai dengan penelitian terhadap 60 8,1 (SD±1,65) hari dengan rentang
subyek yang mengalami vertigo penggunaannya yaitu 5-10 hari.
perifer dan didapatkan proporsi Dosis dapat disesuaikan sesuai
jumlah subjek perempuan adalah dengan respon terhadap peng-
75% dan laki-laki adalah 25%.11 obatan. Peningkatan dosis dapat
Penelitian sama pada 80 subjek, diamati setelah beberapa minggu
diperoleh jumlah subjek perempuan pengobatan, tetapi hasilnya biasanya
73% sedangkan laki-laki 27%.6 lebih baik adalah diamati setelah 1-6
Penelitian lain menunjukkan bahwa bulan terapi. Efektivitas betahistin
perempuan (52%) yang lebih sering telah dibuktikan menjadi tergantung
terkena dibandingkan laki-laki (31%), dosis dan waktu pengobatan. Karena
dengan rasio 1,67:1. Prevalensi relatif itu, dosis dan durasi yang tepat
lebih tinggi pada perempuan dapat untuk pengobatan adalah komponen
dikaitkan dengan variasi hormonal.12 kunci dari keberhasilan terapi.
Penelitian ini didapatkan 14Penggunaan obat lain selain
subyek memiliki rerata usia 55,85 betahistin mesilate yaitu flunarizin
(SD±13,71) dengan rentang usia dan domperidon. Ada 8 (40%) subjek
antara 25-75 tahun. Hasil ini hampir menggunakan flunarizin dan 4 (20%)
sama dengan penelitian yang subyek menggunakan domperidon,
dilakukan di Neuro-otologists dan yang tidak mengunakan
Dizziness Clinics, Korea, dari 1.692 domperidon 16 (80%).
pasien penderita vertigo perifer, Riwayat diabetes melitus
67,7% adalah perempuan, 32,3% didapatkan pada 1(5%) subyek, dan
adalah laki-laki dengan usia rata-rata yang tidak didapatkan diabetes
penderita 54,8±14 tahun. Penelitian melitus 19(95%) subjek. Diabetes
terdahulu juga menunjuk-kan kasus merupakan vestibulotoksik karena
vertigo perifer sering terjadi pada usia menyebabkan iskemia di struktur
rata-rata 51-57 tahun, jarang pada vestibuler.15 Diabetes melitus tipe II
usia 35 tahun tanpa riwayat trauma dapat menyebabkan terlepasnya
kepala.13 deposit di kanalis semisirkularis
Jenis obat betahistin yang sehingga berisiko meningkatkan
digunakan menunjukkan bahwa BPPV (Benign Paroxymal Positional
semua pasien menggunakan obat Vertigo), tetapi hal ini tidak
betahistin mesilate. Pada tabel di atas berhubungan dengan durasi DM.
menunjukkan penggunaan Akibat hiperglikemia salah satunya

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 431


[VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017] ISSN : 2460-9684

terjadi proses aterosklerosis pada CRF selanjutnya akan mengaktifkan


makrovaskuler dan mikrovaskuler susunan saraf simpatik yang dapat
dan mudah terjadi mikrotrombus, meningkatkan aktivitas sistem saraf
jika terjadi pada pembuluh darah parasimpatik. Teori ini dapat
kecil dapat menyebabkan infark menerangkan gejala penyerta yang
labirin dan timbul tuli mendadak. sering timbul berupa pucat,
Akibat lain dari DM adalah ke- berkeringat di awal serangan vertigo
rusakan saraf yang apabila sampai akibat aktivitas simpatis, yang
pada serabut motorik dan sensorik berkembang menjadi gejala mual,
akan menyebabkan gangguan ke- muntah dan hipersalivasi setelah
seimbangan disertai vertigo.16 beberapa saat akibat dominasi
Riwayat hipertensi didapatkan aktivitas susunan saraf para-
pada 3 (15%) subyek, dan yang tidak simpatik.20
didapatkan hipertensi 17 (85%)
Perubahan skor DHI pada pasien
subyek. Hipertensi dapat me-
vertigo peifer antara baseline,
nyebabkan kerusakan vaskuler
kunjungan 2 dan kunjungan 3
ditelinga dalam dan memicu BPPV.
Subyek penelitian yang terpilih
BPPV dapat diakibatkan sekuele
dinilai berat keluhan verrtigo
iskemik labirin yang memungkinkan
menggunakan kuisioner Dizziness
terlepasnya otolith dari membran
Handicap Inventory (DHI). Kuisioner
otolith.17
DHI merupakan kuesioner diguna-
Riwayat hiperlipidemia di-
kan untuk menilai beratnya keluhan
dapatkan pada 2 (10%) subyek, dan
pusing atau vertigo yang bersifat
yang tidak didapatkan hiperlipidemia
subyektif. DHI dikembangkan untuk
18 (80%) subyek. Penelitian
mengevaluasi secara kuantitatif
sebelumnya menunjukkan bahwa
dampak yang dirasakan sendiri oleh
riwayat hiperlipidemia bukan me-
penderita gangguan sistem vestibular
rupakan faktor risiko terjadinya
dalam kehidupan sehari-harinya.
vertigo perifer dan tidak bermakna
Skala DHI terdiri dari 25 pertanyaan,
secara statistik.18 Hal ini berbeda
berisi 9 pertanyaan mengenai
dengan penelitian yang dilakukan
fungsional, 9 mengenai emosional,
terhadap 174 pasien dengan LDL
dan 7 mengenai fisik. Setiap item
normal dan 151 pasien dengan
pertanyaan disediakan 3 jawaban
peningkatan LDL bermakna secara
dan nilai. Jawaban “Ya” nilainya 4,
statistik jika dibandingkan dengan
“Kadang” nilainya 2, “Tidak” nilainya
populasi umum.19 Hiperlipidemia
0. Jangkauan nilai yang
dapat menyebabkan kerusakan
kemungkinan didapat adalah nilai
vaskuler di telinga dalam sehingga
minimal=0 yang berarti tidak ada
memicu vertigo.17
keluhan, sampai dengan nilai
Riwayat dispepsia didapatkan
maksimal=100 yang berarti sangat
pada 8 (40%) subyek, dan yang tidak
menderita pusing atau vertigo.
didapatkan dispepsia 12 (60%)
Penilaian DHI dilakukan pada saat
subyek. Rangsang gerakan me-
pasien melakukan sebelum terapi
nimbulkan stres yang akan memicu
(baseline), kunjungan 2 dan
sekresi CRF (corticotropin releasing
kunjungan 3.
factor) sehingga peningkatan kadar

432 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017]

50

45 42,95 ± 21,44

perubahan total skor DHI


40
35,20 ± 19,56
35
(rata-rata ± SD)
30 28, 40 ± 18,76

25

20

15

10

0
Baseline Kunjungan 2 Kunjungan 3

Gambar 1. Perubahan Total Skor DHI (rata-rata±SD)

20
17,5 ± 8,77
18
perubahan skor item DHI

16 14,3 ± 9,02
14 13,0 ± 8,14 13,4 ± 7,43
(rata-rata ± SD)

12 11,1 ± 8,06 11,2 ± 7,00


10,2 ± 6,55
10 8,8 ± 7,82
8 7,1 ± 7,77

6
4
2
0
baseline kunjungan 2 kunjungan 3

item fisik item fungsional item emotional

Gambar 2. Perubahan Skor Item DHI (rata-rata±SD)

Gambar 1 menunjukkan data baseline, kunjungan 2, dan


skor DHI pada 20 subyek penelitian kunjungan 3 (p=0,000).
pada baseline (awal), kunjungan 2 Selanjutnya dilakukan eva-
dan kunjungan 3 setelah luasi lebih lanjut mengenai item fisik,
pengobatan. Total skor DHI pada fungsional dan emosional, seperti
baseline (awal) adalah 42,95±21,44, ditunjukkan pada grafik. Dari data
35,20±19,56 pada kunjungan 2, dan menunjukkan perbaikan yang
28,40±18,76 pada kunjungan 3. signifikan pada baseline (awal),
Dengan demikian dapat ditarik kunjungan 2, dan kunjungan 3 pada
kesimpulan bahwa terdapat per- item fisik (14,30±9,02 versus
bedaan total skor DHI antara 13,00±8,14 versus 10,20±6,55,

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 433


[VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017] ISSN : 2460-9684

p<0,001), item fungsional memiliki keterbatasan hasilnya tidak


(17,55±8,77 versus 13,40±7,43 dapat diperoleh dalam waktu yang
versus 11,20±7,00, p<0,001), dan singkat dan terdapat kemungkinan
item emosional (11,10±8,06 versus individu yang diobservasi drop out
8,80±7,82 versus 7,10±7,77, dan akan mengganggu analisis hasil.
p<0,001). Beberapa penelitian Kuesioner penelitian Dizziness
sebelumnya yang dilakukan pada 75 Handicap Inventory (DHI) bersifat
subjek menerima betahistin dan 69 subjektif dan dilakukan dengan cara
pasien menerima plasebo me- wawancara, namun kesalahan
nunjukkan hasil bahwa betahistin bertanya dan juga kesalahan men-
lebih efektif dibandingkan dengan tafsirkan jawaban, masih dapat
plasebo (dilihat dari frekuensi, terjadi.
intensitas, durasi vertigo, &
KESIMPULAN
perbaikan gejala & kualitas hidup).9
Terdapat juga penelitian sebelumnya Penggunaan betahistin mesil-
yang melakukan penelitian sebanyak ate menurunkan gejala vertigo perifer
29 subjek menerima terapi betahistin yang diukur menggunakan kuisioner
dan 23 subyek menerima terapi Dizzines Handicap Inventory (DHI).
flunarizin menunjukkan hasil setelah DAFTAR PUSTAKA
8 minggu terapi rerata total DHI &
subskor fisik signifikan lebih rendah 1. Grill E, Müller M, Brandt T, J. K.,
betahistin dibanding flunarisin (7.5 & Vertigo and dizziness: challenges
3.6 poin).10 Begitu juga penelitian for epidemiological research.OA
yang dilakukan pada 259 subyek Epidemiology. OA Epidemiology,
penelitian menunjukkan hasil per- 1(2), 12. 2013.
baikan signifikan secara statistik 12- 2. Bisdorff, A., Bosser, G., Gueguen,
14 poin tercatat di semua tiga domain R., & Perrin, P., The epidemiology
dari skala Dizzines Handicap Index of vertigo, dizziness, and
(p<0,0001).21 unsteadiness and its links to co-
Penelitian tentang betahistin morbidities. Frontiers in
mesilate masih terbatas sehingga Neurology., 4, 1–7. 2013.
penelitian ini dapat memberikan 3. Chaker Rahul T., Eklare,
pengetahuan terkait dampak peng- Nishikant., Vertigo in
gunaan betahistin mesilate dan dapat Cerebrovasculer Disease.
digunakan menentukan pengobatan Otolaryngology Clinics: An
vertigo perifer yang tepat dan efektif, International Journal.,4 (1): 46-
memberikan pilihan terapi lebih 53. 2012.
banyak dalam pengobatan vertigo 4. Sumarilyah, E., Jurnal Penelitian
khususnya vertigo perifer karena Pengaruh Senam Vertigo
banyaknya konsep teori tentang Terhadap Keseimbangan Tubuh
patofisiologi vertigo. pada Pasien Vertigo di RS Siti
Jenis penelitian ini adalah Khodijah Sepanjang.RS Siti
observasional (non-ekperimental) Khodijah Sepanjang: Jawa
dengan rancangan penelitian case Timur. 2010.
series. Rancangan penelitian case 5. Irving, C., Richman, P., Kaiafas,
series artinya peneliti menggunakan C., Eskin, B., & Allegra, J.,
pengukuran atau pengambilan data Intramuscular Droperidol versus
secara berulang-ulang dalam kurun Intramuscular Dimenhydrinate
waktu tertentu. Pada penelitian ini for the Treatment of Acute
menggunakan pendekatan secara Peripheral Vertigo in the
prospektif karena data diperoleh dari Emergency Department: A
wawancara. Pendekatan prospektif Randomized Clinical trial.

434 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017]

Academic Emergency Medicine; 9 : 11. Rahul, R. K., Andrews, C. J., &


650-653. 2001. Sridevi, K., Prevalence, risk
6. Sokolova, L., Hoerr, R., factors and clinical presentations
Mishchenko, T., & Seidman, M. of patients with peripheral
D. Clinical Study Treatment of vertigo : a retrospective study
Vertigo: A Randomized, Double- from a tertiary care hospital.
Blind Trial Comparing Efficacy International Journal of Advances
and Safety of Ginkgo biloba in Medicine.,3(1), 106–109. 2016.
Extract EGb 761 and Betahistine. 12. Dimitrov, R., Population
International Journal of epidemiological study on the
Otolaryngology.,1-6. 2014. prevalence of dizziness in the city
7. Benecke, H., Pérez-Garrigues, H., of São Paulo. Brazilian Journal of
Bin Sidek, D., Uloziene, I., Otorhinolaryngology.,79(6), 688–
Kuessner, D., Sondag, E., & 698. 2013.
Theeuwes, A., Effects of 13. Dewanto G., Panduan Praktis
betahistine on patient-reported Diagnosis & Tatalaksana
outcomes in routine practice in Penyakit Saraf. Jakarta. EGC.
patients with vestibular vertigo 2009.
and appraisal of tolerability: 14. Alcocer, R. R., Gregorio, J.,
Experience in the OSVaLD study. Rodríguez, L., Romero, A. N.,
International Tinnitus Journal., Luis, J., Nuñez, C., and Ticse, L.,
16(1), 14–24. 2010. Use of betahistine in the
8. Afanasyeva, S.A., Gorbacheva, treatment of peripheral vertigo.
F.E., & Natyazhkina, G.M., Acta Oto-Laryngologica., 1–7.
Isolated Vertigo: Pathogenesis 2015.
and Efficacy of Betahistine 15. Hersh, D., Worrall, L., Howe, T.,
(Betaserc), in Journal of Sherratt, S., & Davidson, B.
Neurology, Abstract : 4. 2003. SMARTER goal setting in aphasia
9. Mira, E., Guidetti, G., Ghilardi, rehabilitation. Aphasiology., 26,
L., Fattori, B., Malannino, M., 220–233.
Maiolino, L., Mora, R., Ottoboni, 16. Yoda S., Cureoglu S., Baylan
S., Pagnini, P., Leprini, M., Y.M., Morita N., Fukushima H.,
Pallestrini, E., Passali, D., Nuti, Harada T., Paparella M.M., 2011.
D., Russolo, M., Tirreli, G., Association between Type 1
Simoncelli, C., Brizi, S., Vicini, C., Diabetes Mellitus and Deposits in
& Frasconi, P., Betahistine the Semicircular Canals,
Dihydrochloride in the Treatment Otolaryngol Head Neck Surg.
of Peripheral Vestibular Vertigo. 145(3): 458-462. 2012.
European Archives of Oto-Rhino- 17. Von Brevern, M., Radtke, A.,
Laryngology, 123; 588-593. 2002. Lezius, F., Feldmann, M., Ziese,
10. Albera, R., Ciuffolotti, R., Di T., Lempert, T., & Neuhauser, H.,.
Cicco, M., De Benedittis, G., Epidemiology of benign
Grazioli, I., Melzi, G., Mira, E., paroxysmal positional vertigo: a
Pallestrini, E., Passali, D., Serra, population based study. Journal
A., & Vicini, C., Double Blind, of Neurology, Neurosurgery, and
Randomized, Multicenter Study Psychiatry, 78(7), 710–5. 2007.
Comparing the Effect of 18. Purwatiningsih, Pengaruh antara
Betahistine and Flunarizine on Lama Menderita Diabetes Melitus
The Dizziness Handicap in Tipe II dengan Terjadinya Vertigo
Patients with Reccurent Perifer. Universitas Gajah Mada.
Vestibular Vertigo. Acta Yogyakarta.
Otolaryngol; 123: 588-593. 2003.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 435


[VOLUME: 02 – NOMOR 03 – September 2017] ISSN : 2460-9684

19. Santos, M. A., & Bittar, R.S., Mărceanu, L., Effects and
2012. Vertigo and Metabolic tolerability of betahistine in
Disorders. International Tinnitus patients with vestibular vertigo :
Journal, 17(1): 16-20. 2015. results from the Romanian
20. Wreksoatmodjo B.R., Vertigo: contingent of the OSVaLD study.
Aspek Neurologi. Cermin Dunia International Journal of General
Kedokteran. 144:41-46. 2004. Medicine.,7, 531–538. 2014.
21. Roceanu, A. M., Albu, S.,
Gabriela, M., Cozma, S., &

436 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana

Anda mungkin juga menyukai